Anda di halaman 1dari 4

http://wayergo.blogspot.

com
Menyentuh Wanita Membatalkan Wudhu?
Masalah batal atau tidaknya wudhu' seorang laki-laki yang menyentuh wanita memang diperselisihkan di
kalangan ahlul ilmi. Ada diantara mereka yang berpendapat membatalkan wudhu' seperti Imam AzZuhri, Asy-Sya'bi, Imam asy- Syafii, Imam Ahmad dan yang lainnya. Akan tetapi pendapat sebagian
besar ahlul ilmi, di antaranya Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah, Syaikh al- Albany, Syaikh Muqbil dan lain-lain. Dan ini adalah pendapat yang rajih (kuat)
dalam permasalahan ini di tinjau dari sisi pendalilan Hadits maupun al- Quran sebagaiamana yang di
tafsirkan oleh para sahabat Radiyallahu Taala Anhu adalah tidak batal wudhu' seseorang yang
menyentuh wanita. Wallahu ta'ala a'lam bish-shawab.
Berikut penjelasan Syaikh Muqbil Rahimahullah dalam Kitabnya Ijabatus Sa-il hal. 32-33 yang kemudian
kami berikan padanya tambahan teks Arab bagi hadits-haditsnya (Karena terjemahan yang sampai pada
kami tidak disertai teks Arab), juga saya tambahkan beberapa hadits penunjang yang semakin
memperkuat dalil tidak batalnya seseorang menyentuh wanita. Berikut adalah perkataan Syaikh Muqbil
Rahimahullah:
Beliau ditanya: "Apakah menyentuh wanita membatalkan wudlu', baik itu menyentuh wanita ajnabiyah
(bukan mahram), istrinya ataupun selainnya?" Maka beliau menjawab: "Menyentuh wanita ajnabiyah
adalah perkara yang haram,
haram dan telah diriwayatkan dari Ma'qal bin Yasar radliyallahu 'anhu ia
mengatakan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :


Sungguh salah seorang dari kalian ditusuk jarum dari besi di kepalanya lebih baik baginya daripada
menyentuh wanita yang tidak halal baginya (HR. Ar- Ruyani dalam Kitab Musnadnya dan at- Thobroni
dalam Kitab Mujamnya, Al- Hafidz al- Mundziri dalam Kitab at- Tarhiib wat Targhiib Juz 3 hal. 66,
Baihaqy, Syaikh Al- Albany mengatakan bahwa Sanad Hadits Ini adalah Jayyid (bagus); Ash- Shohiihah
No. 226) Ctt: Syaikh Muqbil mengatakan bahwa hadits ini di riwayatkan oleh Imam at- Thobrony;
adapun tambahan riwayat yang lainnya berasal dari kami, yang kami ambil dari Kitab as- Shohiihah.




Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur telah mengabarkan kepada kami Abu Hisyam Al
Makhzumi telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Suhail bin Abu
Shalih dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Sesungguhnya manusia itu telah ditentukan nasib perzinaannya yang tidak mustahil dan pasti akan
dijalaninya. Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lidah adalah
berbicara, zina kedua tangan adalah menyentuh, zina kedua kaki adalah melangkah, dan zina hati adalah
berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan semua itu akan ditindak lanjuti atau ditolak oleh
kemaluan." (HR.Bukhari No. 5774, Muslim No. 4802, Abu Dawud No. 1840, Imam Ahmad dalam
Musnadnya Juz. 2 Hal. 276, 317, 329, 343, 344, 349, 372, 379, 411, 431, 535 dan 536).
Maka dari sini diketahui bahwa menyentuh wanita ajnabiyah tanpa keperluan tidak diperbolehkan.
Adapun bila ada keperluan seperti seseorang yang menjadi dokter atau wanita itu sendiri adalah dokter,
yang tidak didapati dokter lain selain dia, dan untuk suatu kepentingan, maka hal ini tidak mengapa,
namun tetap disertai kehati-hatian yang sangat dari fitnah.
Mengenai masalah membatalkan wudhu' atau tidak, maka menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu'
menurut pendapat yang benar dari perkataan ahlul ilmi. Orang yang berdalil dengan firman Allah 'azza
wa jalla : Atau kalian menyentuh wanita

Menyentuh Wanita Membatalkan Wudhu?

http://wayergo.blogspot.com
Maka sesungguhnya yang dimaksud menyentuh di sini adalah jima' sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
Abbas radliyallahu 'anhuma. Sebagai mana yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dan Ibnu Jarir athThobary dalam tafsir mereka sebagai berikut:
Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah bercerita kepada kami Abu Sa'id Al- Asyaj, dari Waki' dari Sufyan dari
Abu Ishaq dari Ibnu Abbas (Abdullah bin Abbas) ra, sehubungan dengan firman Allah:


"Atau kalian telah menyentuh wanita". (An- Nisaa: 43).
Bahwa yang dimaksud dengan lamastum dalam ayat ini adalah persetubuhan/
persetubuhan/ Jima
Jima.
Hal ini juga telah diriwayatkan dari Ali, Ubay bin Ka'ab, Mujahid, Thawus, al- Hasan, Ubaid Ibnu Umair,
Sa'id ibnu Jubair, Asy- Sya'bi, Qatadah dan Muqatil ibnu Hayyan hal semisal.
Ibnu Jarir ath- Thobari mengatakan, telah menceritakan kepadaku Humaid ibnu Mas'adah, dari Yazid
ibnu Zurai', dari Syu'bah, dari Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan bahwa mereka
membicarakan masalah al-lams, maka sebagian orang dari kalangan bekas-bekas budak mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan al-lams adalah persentuhan bukan persetubuhan, lalu sejumlah orang arab
mengatakan al- lams adalah persetubuhan.
Kemudian aku (Sa'id ibnu Jubair) menemui Ibnu Abbas dan menanyakan maslah itu padanya, maka
beliau mengatakan lams,
lams alal-mass dan alal- mubasyarah artinya persetubuhan,
persetubuhan tetapi Allah
mengungkapkannya dengan kata-kata sindiran menurut apa yang disukai-Nya".
Hal senada juga diriwayatkan dari Abdul Hamid bin Bayan, dari Ishaq al- Azraq, Dari sufyan dari Asim alAhwal, dari Bikr ibnu Abdullah dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa al- mulasamah artinya adalah
Jimak.
Telah diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari di dalam Shahihnya dari 'Aisyah radliyallahu'anha, Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam shalat pada suatu malam sementara aku tidur melintang di depan beliau.
Apabila beliau akan sujud, beliau menyentuh kakiku. Dan hal ini tidak membatalkan wudhu' Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam.

:




.

"Dari 'Aisyah r.a, dia berkata: "Sungguh buruk perbuatan kalian yang telah menyamakan kami dengan
anjing dan khimar. Sungguh aku telah melihat diriku sementara Rasulullah SAW shalat dan aku berbaring
di antara beliau dengan kiblat. Apabila beliau hendak sujud, beliau meraba kedua kakiku, maka akupun
menari dan menekuknya" (HR. Bukhari No. 519)
Kemudian Hadits:

:



.

Dari 'Aisyah -istri Nabi saw- dia berkata: "Aku biasa tidur di hadapan Rasulullah saw, sedang kakiku
berada di arah kiblatnya. Apabila sujud, beliau merabaku, maka aku pun menarik kedua kakiku dan apa
bila beliau berdiri aku menjulurkannya kembali" (HR. Bukhari No. 513)
Orang-orang yang mengatakan bahwa menyentuh wanita membatalkan wudhu' berdalil dengan riwayat
yang datang di dalam as-Sunan dari hadits Mu'adz bin Jabal radliyallahu 'anhu bahwa seseorang
mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: Wahai Rasulullah, aku telah mencium seorang
wanita. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terdiam sampai Allah 'azza wa jalla turunkan: Dirikanlah

Menyentuh Wanita Membatalkan Wudhu?

http://wayergo.blogspot.com
shalat pada kedua tepi siang hari dan pada pertengahan malam. Sesungguhnya kebaikan itu dapat
menghapuskan kejelekan.
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya : Berdirilah, kemudian wudhu' dan shalatlah
dua rakaat.
Pertama, hadits ini tidak tsabit (kokoh) karena :
1. Hadits ini diriwayatkan dengan jalan (Sanad) 'Abdurrahman bin Abi Laila, dan dia tidak
mendengar hadits ini dari Mu'adz bin Jabal, sehingga hadits ini adalah Munqothi
2. Kedua, seandainya pun hadits ini kokoh, tidak menjadi dalil bahwa menyentuh wanita
membatalkan wudhu', karena bisa jadi orang tersebut dalam keadaan belum berwudhu'. Ini
merupakan sejumlah dalil yang menyertai ayat yang mulia bagi orang-orang yang berpendapat
membatalkan wudhu', dan engkau telah mengetahui bahwa Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma
menafsirkan ayat ini dengan jima'. Wallahul musta'an.



"Dari 'Aisyah ra, bahwasannya Nabi SAW pernah mencium beliau namun beliau saw tidak berwudlu"
(HR. Abu Dawud No. 178).

:
!

.
"Dari 'Aisyah ra, bahwasannya Nabi SAW pernah mencium salah seorang istri beliau, kemudian beliau
keluar untuk mengerjakan shalat, namun beliau saw tidak berwudlu. Urwah (bin Az- Zubair bin Awwam
r.a): "Siapakah dia kalau bukan engkau?!, maka beliau ('Aisyah) tertawa" (HR. Abu Dawud No. 179, Ibnu
Majah No. 412 dan at- Tirmidzi No. 86, al- Myskah No. 323).
Kemudian dari realita bercampurnya laki-laki dan perempuan ketika sedang mekukan ritual haji, semisal
Thowaf, Sai, melontar jumrah dan lain-lain sementara mereka tidak batal wudhunya. Kalaupun
sekiranya hal tersebut merupakan pengecualian, maka harus ada dalil yang menetapkan pengecualian
tersebut, dan sampai saat ini, sejauh pengetahuan saya bahwa tidak ada satupun dalil yang Tsabit dan Rajih
yang menetapkan tentang ke khususan boleh bercampurnya (dan bersentuhannya) antara laki-laki dan
perempuan kemudian masing-masing dari mereka tidak batal wudhu nya.
Sehingga dengan demikian terbantahlah hujjah orang-orang yang mengatakan bahwa, menyentuh
wanita adalah membatalkan Wudhu sebagaimana yang diyakini oleh sebagian besar kaum muslimin,
karena dari dalil-dalil diatas justru semakin memperjelas dan memperkuat pendapat tentang tidak
batalnya menyentuh wanita baik itu mahram, Istri maupun ajnabiyah, namunpun demikian dari dalildalil diatas tidak ada satupun yang menyebutkan bolehnya bercampur baur antara laki-laki dengan
wanita tanpa ada keperluan yang sangat penting, karena pergaulan antara laki-laki dan wanita memiliki
batasan-batasan dalam syariat, seperti perintah menundukkan pandangan bagi laki-laki (QS. An- Nuur:
30) dan bagi Wanita (QS. An- Nuur: 31), larangan mendekati Zina (QS. Al- Isro: 32) serta banyak ayat
dan hadits shahih yang menyebutkan tentangnya, namun bukan tempatnya disini untuk membahasnya
lebih jauh. Insya Allah akan ana bahas pada kesempatan yang lain.
Diantara ancaman yang diberikan oleh Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, sebagaimana yang telah di
sebutkan pada hadits- di awal pembahasan kami adalah, kepala seseorang (laki-laki) lebih baik di tusuk
jarum dari besi, dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya !!!.
Demikian, Wallahu Taala alam bish- Showaab
Kendari, 14 Februari 2012
--Wayer Haris Sauntiri, S.T

Menyentuh Wanita Membatalkan Wudhu?

http://wayergo.blogspot.com
Maraji/Referensi dalam penulisan artikel ini:
1. Kitab Ash- Shohiihah Jilid I (Silsilah Hadist-hadits Shahih) Karya Syaikh. Muh. Nashiruddin alAlbany.
2. Software Hadith Viewer Ver. 1.81 Kumpulan Shahih Bukhari_Muslim dan Riyadush Shalihiin
Buatan Ustadz Jamaal Abdul Nasheer
3. Shahih Bukhari karya Ismail al- Bukhari
4. Shahih Muslim Karya Imam Muslim bin al- Hajjaj
5. Tafsir Ibnu Katsir Imam Ibnu Katsir (Imam Abu Fida Ismail bin Katsir ad- Dimasyqi asy- Syafii.
6. Fathul Baary Syarh Shahih Bukhari Jilid II Karya al- Hafidz Ibnu Hajar al- Asqalany al- Misri asySyafii.
7. Shahih Sunan Abu Dawud Jilid I; Tahqiq Syaikh Muh. Nashiruddin al- Albany
8. Shahih Sunan at- Tirmidzi Jilid I; Tahqiq Syaikh Muh. Nashiruddin al- Albany
9. Shahih Sunan Ibnu Majah Jilid I; Tahqiq Syaikh Muh. Nashiruddin al- Albany
10. Kitab Ijabatus Sa-il Karya Syaikh Muqbil bin Hadi al- Wadii al- Yamani

Menyentuh Wanita Membatalkan Wudhu?

Anda mungkin juga menyukai