Anda di halaman 1dari 13

Paper

Konservasi Sumber Daya Alam

DAS (Daerah Aliran Sungai)

Oleh:
Kelompok VI
JUM EKA RAHAYU H411 12 287
NUR LINA

H411 12 291

NUR SAKINAH

H411 12 293

NUR RAHMA

H411 12 294

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

DAS (Daerah Aliran Sungai)

A. Pengertian DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS)/Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau
drainage basin adalah suatu daerah yang terhampar di sisi kiri dan dan kanan dari
suatu aliran sungai, dimana semua anak sungai yang terdapat di sebelah kanan dan
kiri sungai bermuara ke dalam suatu sungai induk. Seluruh hujan yang terjadi
didalam suatu drainage basin, semua airnya akan mengisi sungai yang terdapat di
dalam DAS tersebut. oleh sebab itu, areal DAS juga merupakan daerah tangkapan
hujan atau disebut catcment area. Semua air yang mengalir melalui sungai
bergerak meninggalkan daerah daerah tangkapan sungai (DAS) dengan atau
tampa memperhitungkan jalan yang ditempuh sebelum mencapai limpasan (run
off).

Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikan sebagai suatu daerah
yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh didalamnya
akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet pada sungai tersebut,
atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan menggunakan satuan
fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan dan
pengelolaan sumber daya alam.
Menurut I Made Sandy (1985), seorang Guru Besar Geografi Universitas
Indonesia; Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bagian dari muka bumi, yang
airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan, apabila hujan jatuh. Sebuah
pulau selamanya terbagi habis ke dalam Daerah-Daerah Aliran Sungai. Antara
DAS yang satu dengan DAS yang lainnya dibatasi oleh titik-titik tertinggi muka
bumi berbentuk punggungan yang disebut stream devide atau batas daerah aliran
(garis pemisah DAS). Bila suatu stream devide itu merupakan jajaran pebukitan
disebut stream devide range.
B. Morfomeri DAS
Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan
untuk menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. keadaan yang
dimaksud untuk analisa aliran sungai antara lain meliputi:
a. Luas
Luas suatu DAS atau Sub DAS dapat diukur secara langsung ke lapangan
atau secara langsung di peta citra satelit atau peta topografi (TOP)/ peta Rupa
Bumi Indonesia (RBI) dengan menggunakan alat ukur luas (planimeter), atau

dengan sistem Geographic Information System (GIS). Sebelum melakukan


penelitian maka batas DAS harus ditentukan (deliniasi).
Skala peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian perhitungan
luasnya. adapun formula untuk perhitungan luas yaitu:
Luas = Jumlah kotak x (skala)2

b. Panjang dan lebar


Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah
hulu sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah perbandingan antara
luas DAS dengan panjang sungai induk.
Lebar = Luas DAS/Panjang Sungai Induk
c.

Kemiringan atau Gradien Sungai


Gradien atau kemiringan sungai dapat diperoleh dengan persamaan

sebagai berikut:
g = Jarak Vertikal/Jarak Horisontal

Ket :
g = Gradien Sungai
J. Vertikal = Beda tinggi antara hulu dengan hilir (m)
J. Horisontal = Panjang sungai induk (m)

d.

Orde dan tingkat percabangan sungai

1.Orde Sungai
Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai.
Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap
induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin banyak jumlah orde
sungai akan semakin luas pula DAS nya dan akan semakin panjang pula alur
sungainya.
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks
yang ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde.
2. Tingkat percabangan sungai
Untuk menghitung tingkat percabangan sungai dapat digunakan rumus:
Rb = Nu/Nu+1

Ket:
Rb = Indeks tingkat percabangan sungai
Nu = jumlah alur sungai untuk orde ke u

Nu + 1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1


Adapun karakteristik dari tiap nilai Rbnya yaitu:

e.

Kerapatan sungai
Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan

banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut diperoleh dengan
persamaan sebagai berikut:
Dd = L/A
Ket:
Dd = indeks kerapatan sungai (km/km2)
L = jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya
A = Luas DAS (km2)
Adapun karakteristik dari nilai indeks kerapatan sungai (Dd) yaitu:

f.

Bentuk Daerah Aliran Sungai


Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai arti

penting dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap


kecepatan terpusat aliran.
Menurut Gregari dan Walling (1975), untuk menentukan bentuk DAS
dapat diketahui dngan terlebih dahulu menentukan nilai Rc nya.
Rc = 4A/P2
Ket:
Rc = Basin circularity
A = Luas DAS (m2)
P = Keliling (m)
= 3,14
Adapun karakteristik dari nilai Basin circularity yaitu:

g.

Pola Pengairan Sungai


Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran

sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak
sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu
pola tertentu. Pola itu tergantungan dari pada kondisi tofografi, geologi, iklim,
vegetasi yang terdapat di dalam DAS bersangkutan.
Adapun Pola-pola Pengairan Sungai yaitu:
1. Pola trellis dimana memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel
menurut strike atau topografi yang paralel. Anak-anak sungai bermuara pada
sungai induk secara tegak lurus. Pola pengaliran trellis mencirikan daerah
pegunungan lipatan (folded mountains). Induk sungai mengalir sejajar dengan
strike, mengalir di atas struktur synclinal, sedangkan anak-anak sungainya
mengalir sesuai deep dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya. Jadi, anakanak sungai juga bermuara tegak lurus terhadap induk sungainya.
2. Pola Rektanguler, dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan-kelokan
90o, arah anak-anak sungai (tributary) terhadap sungai induknya berpotongan
tegak lurus. Biasanya ditemukan di daerah pegunungan patahan (block
mountains). Pola seperti ini menunjukkan adanya pengaruh joint atau bidangbidang dan/atau retakan patahan escarp-escarp atau graben-graben yang saling
berpotongan.

3. Pola Denritik, yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya (tributaries)


cenderung sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara
pada induk sungai dengan sudut lancip. Model pola denritis seperti pohon
dengan tatanan dahan dan ranting sebagai cabang-cabang dan anak-anak
sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada daerah berstruktur plain, atau pada
daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas.
4. Pola Radial Sentripugal, Pola pengaliran beberapa sungai di mana daerah hulu
sungai-sungai itu saling berdekatan seakan terpusat pada satu titik tetapi
muaranya menyebar, masing-masing ke segala arah. Pola pengaliran radial
terdapat di daerah gunungapi atau topografi bentuk kubah seperti pegunungan
dome yang berstadia muda, hulu sungai-sungai berada di bagian puncak, tetapi
muaranya masing-masing menyebar ke arah yang lain, ke segala arah.
5. Pola Radial Sentripetal, Kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu
pusat, pola sentripetal ini justru memusat dari banyak arah. Pola ini terdapat
pada satu cekungan (basin), dan biasanya bermuara pada satu danau. Di daerah
beriklim kering dimana air danau tidak mempunyai saluran pelepasan ke laut
karena penguapan sangat tinggi, biasanya memiliki kadar garam yang tinggi
sehingga terasa asin.

6. Pola Paralel, Adalah pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran semacam ini
menunjukkan lereng yang curam. Beberapa wilayah di pantai barat Sumatera
memperlihatkan pola pengaliran parallel
7. Pola Annular, Pola pengaliran cenderung melingkar seperti gelang; tetapi
bukan meander. Terdapat pada daerah berstruktur dome (kubah) yang
topografinya telah berada pada stadium dewasa. Daerah dome yang semula
(pada stadium remaja) tertutup oleh lapisan-lapisan batuan endapan yang
berselang-seling antara lapisan batuan keras dengan lapisan batuan lembut.
C. Macam-macam DAS
DAS dibedakan menjadi dua, yakni:
1. DAS gemuk: DAS jenis ini memiliki daya tampung yang besar, adapun
sungai yang memiliki DAS seperti ini cenderung mengalami luapan air yang
besar apabila terjadinya hujan di daerah hulu.
2. DAS kurus: DAS jenis ini bentuknya sempit, sehingga daya tampungnya pun
kecil. Manakala hujan turun di daerah hulu, tidak terjadi luapan air yang tidak
terlalu hebat

D. Daerah-daerah DAS
Batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu:
1. Bagian hulu
Didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan
kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat
diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air,
kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.

2. Bagian tengah
Didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk
dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara
lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana
pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
3. Bagian hili
Didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk
dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang
diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air,
ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih,
serta pengelolaan air limbah.
E. Masalah-masalah DAS di Indonesia
1. Banjir
2. Produktivitas tanah menurun
3. Pengendapan lumpur pada waduk
4. Saluran irigasi
5. Proyek tenaga air
6. Penggunaan tanah yang tidak tepat (perladangan berpindah, pertanian
lahan kering dan konservasi yang tidak tepat)
F. Penyebab kerusakan DAS

Sebab-sebab kerusakan DAS antara lain timbul akibat :


1. Perencanaan bentuk penggunaan lahan dan praktek pengelolaan yang tidak
sesuai,
2. Pertambahan jumlah penduduk baik secara alami maupun buatan,
3. Kemiskinan dan kemerosotan ekonomi akibat keterbatasan sumber daya
manusia, sumber alam dan mata pencaharian,
4. Kelembagaan yang ada kurang mendukung pelayanan kepada para petani di
hulu / hutan,
5. Kebijakan

perlindungan

dan

peraturan

legislatip,

tidak

membatasi

kepemilikan / penggunaan lahan,


6. Ketidakpastian penggunaan hak atas tanah secara defakto pada lahan hutan.
G. Usaha-usaha menjaga kelestarian lingkungan DAS
1.

Mengusahakan DAS daerah hulu sebagai penyangga, dapat tertutup, oleh


vegetasi pelindung, dengan tujuan:
a. menjaga agar debit sungai antara musim penghujan dan kemarau dapat
terkendali.
b. menjaga supaya terhindar banjir,
c. menjaga supaya daerah bagian hulu tidak terjadi erosi yang kuat.

2. Mengusahakan DAS bagian hilir dapat terhindar dari berbagai bentuk polusi.

DAFTAR PUSTAKA

.Marwah, S. 2001. Daerah Aliran Sungai (Das) Sebagai Satuan Unit Perencanaan
Pembangunan
Pertanian
Lahan
Kering
Berkelanjutan.
http://rudyct.250x.com/sem1_012/sitti_marwah.htm. diakses pada tanggal
8 April 2015
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Hallaf, H.P., 2005. Geomorfologi Sungai dan Pantai. Jurusan geografi FMIPA
UNM. Makassar.
Hertanto.
H.
B.
2012.
DAS
(Daerah
Aliran
Sungai)
.
http://geoenviron.blogspot.com/2012/09/das-daerah-aliran-sungai.html,
diakses pada tanggal 8 April 2015.
Soewarno, 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometri). Nova.Bandung

Anda mungkin juga menyukai