Step 1
1. None Pandy : pemeriksaan untuk mengetahui kadar globulin di CSF
Step 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Step 3
1. Anamnesis yang perlu ditambahakan.
A. Anak
Riwayat keluarga
Riwayat pengobatan
Riwayat penyakit dahulu
Toksisitas
Faktor risiko meningitis: lingkungan, gizi
Apakah ada orang sekitar yang mengalami hal yang sama
Imunisasi
Riwayat kelahiran
B. Ibu
Sakit belakng telinga, mata kering, demam
Apa perna mengalami hal serupa
Pernah mengalami infeksi sebelumnya
Riwayat ANC
Apakah ada pasien yang mengalami hal yang sama
Posisi tidur
Riwayat peyakit kronis, kehamilan
2. Differential diagnosis
A. Anak
Meningitis
Dehidrasi
TORCH
B. Ibu
Bells Palsy
TORCH
CPA
Leprosy
3. Pemeriksaan umum dan penunjang
A. Anak
Pemeriksaan lidah, orofaring, tanda umum wajah
Pemeriksaan neurologis tambahan: kernig, brudzinsky kontralateral
Pola demam dan seizure
CBC
CRP
ESR
Kultur darah atau CSF, sputum
B. Ibu
Pemerksaan wajah dengan cek nervus cranialis VII
Pemeriksaan rasa di lidah, taktil
Pemeriksaan mata, telinga
ENMG
4. Etiologi kedua penyakit. Apakah berhubungan?
Infeksi sebelumnya oleh karena bakteri (demam, tidak ada batuk, sakit disekitar
telinga GBS), virus. Kalau ibu kemungkinan nosocomial, dicurigai Bells yang
diakibatkan oleh virus, kebanyakan HSV, influenza B.
5. Mengapa sudah pergi ke dokter tapi belum sembuh juga?
Dokter hanya memberikan obat simptomatik. Namun infeksi menyebar ke otak
akhirnya menimbulkan gejala lain.
Resistensi obat
6. Management kasus mulai dari keadaan emergency hingga profilaksis.
Terapi antibiotik empiris (cephalosporin generasi 3)
Kalau edema beri mannitol, corticosteroid, infus cairan,
Anticonvulsant
Obat TB + streptomycin jika positif BTA
Steroid untuk ibu (1 mg/kgBB atau 60 mg selama 6 hari tapering off 10 hari),
acyclovir 400 mg 5x sehari selama 10 hari atau 800 mg. Perlindungan mata,
fisioterapi.
Maintenance cairan
7. Mengapa terjadi neck rigidity pada saat Brudzinsky?
Inflamasidiprofokasiada tahanan supaya tidak sakit.
8. Apa interpretasi hasil pemeriksaan lab : None Pandy dan leucocytosis. Temuan lain pada
pemeriksaan CSF.
leucocytosis: infeksi
none pandy: meningitis
- Pemeriksaan pandy dan none pandy. None pandy: CSF + reagen. Kalau globulin
banyak akan muncul cincin dan turbid. Pandy: reagen+CSF tanpa sedimen.
9. Mengapa dilakukan pemeriksaan radiologi? Hasil yang diharapkan.
Untuk mengeksklusi trauma, massa
10. Hubungan tidur di lantai selama 3 hari dengan keasimetrisan wajah dan ketidakmampuan
menutup mata.
Imunitas turun mudah terinfeksi
11. Epidemiology, prognosis, komplikasi untuk kedua kasus.
Bells
Usia tua, prognosis baik, paralisis
Meningitis
Makin cepat ditangani prognosis makin baik, komplikasi abses cerebri/spinal,
kematian
Pneumoccocal (dewasa), haemophilus influenza (anak2)
12. Hubungan riwayat demam dan pharyngitis dengan keluhan seizure, fever, penurunan
kesadaran.
Karena ada infeksi masuk ke sistemik
Step 4
1. Anamnesis yang perlu ditambahakan.
A. Anak
Riwayat keluarga
Riwayat pengobatan
Riwayat penyakit dahulu
Toksisitas
Faktor risiko meningitis: lingkungan, gizi
Apakah ada orang sekitar yang mengalami hal yang sama
Imunisasi
Riwayat kelahiran
Kegiatan sebelum kejang
Riwayat nyeri kepala hebat sebelumnya
B. Ibu
Sakit belakang telinga, mata kering, demam
Apa perna mengalami hal serupa
Pernah mengalami infeksi sebelumnya
Riwayat ANC
Apakah ada pasien yang mengalami hal yang sama
Posisi tidur
Riwayat peyakit kronis, kehamilan
Apakah ada tanda stroke: hemiparesis
2. Differential diagnosis
A. Anak
Meningitis: penyebabnya macam-macam, triad meningitis: headache, neck stiffness,
fever
Dehidrasi menyebabkan penurunan kesadaran
TORCHgejala tidak spesifik, sebgai etiologi meningitis
B. Ibu
Bells Palsy (berhubungan dengan TORCH)
TORCH
CPA (tumor, infeksi) progresif, kalau karena meningitis akan tejadi bilateral
Leprosy
Neuritis disebabkan oleh nosocomial
3. Pemeriksaan umum dan penunjang
A. Anak
Pemeriksaan lidah, orofaring, tanda umum wajah
Pemeriksaan neurologis tambahan: kernig, brudzinsky kontralateral
Pola demam dan seizure
CBC
CRP
ESR
Kultur darah atau CSF, sputum
B. Ibu
Pemerksaan wajah dengan cek nervus cranialis VII
Pemeriksaan rasa di lidah, taktil
Pemeriksaan mata (karena bisa di salah satu nervus atau banyak), telinga
ENMG
4. Etiologi kedua penyakit. Apakah berhubungan?
Infeksi sebelumnya oleh karena bakteri (demam, tidak ada batuk, sakit disekitar
telinga GBS), virus, jamur, parasit. Kalau ibu kemungkinan nosocomial, dicurigai
Bells yang diakibatkan oleh virus, kebanyakan HSV, influenza B.
5. Mengapa sudah pergi ke dokter tapi belum sembuh juga?
Dokter hanya memberikan obat simptomatik. Namun infeksi menyebar ke otak
akhirnya menimbulkan gejala lain.
Resistensi obat
6. Management kasus mulai dari keadaan emergency hingga profilaksis.
Terapi antibiotik empiris (cephalosporin generasi 3)
Kalau edema beri mannitol, corticosteroid, infus cairan,
Anticonvulsant
Obat TB + streptomycin jika positif BTA
7.
8.
9.
10.
11.
Steroid untuk ibu (1 mg/kgBB atau 60 mg selama 6 hari tapering off 10 hari),
acyclovir 400 mg 5x sehari selama 10 hari atau 800 mg. Perlindungan mata,
fisioterapi.
Maintenance cairan
Mengapa terjadi neck rigidity pada saat Brudzinsky?
Inflamasidiprofokasiada tahanan supaya tidak sakit secra involunteer
Apa interpretasi hasil pemeriksaan lab : None Pandy dan leucocytosis. Temuan lain pada
pemeriksaan CSF.
leucocytosis: infeksi
Pemeriksaan CSF: warna, jumlah leukocyte, glucose (penurunan pada bakteri),
protein (lebih banyak pada bakteri). Perbandingan glukosa CSF dan darah = 0.6.
none pandy: meningitis
- Pemeriksaan pandy dan none pandy. None pandy: CSF + reagen. Kalau globulin
banyak akan muncul cincin dan turbid. Pandy: reagen+CSF tanpa sedimen.
Mengapa dilakukan pemeriksaan radiologi? Hasil yang diharapkan.
Untuk mengeksklusi trauma, massa
Hubungan tidur di lantai selama 3 hari dengan keasimetrisan wajah dan ketidakmampuan
menutup mata.
Imunitas turun mudah terinfeksi nosocomial.
Epidemiology, prognosis, komplikasi untuk kedua kasus.
Bells
Usia tua, prognosis baik, paralisis
Meningitis
Makin cepat ditangani prognosis makin baik, komplikasi abses cerebri/spinal,
kematian
Pneumoccocal (dewasa), haemophilus influenza (anak2)
12. Hubungan riwayat demam dan pharyngitis dengan keluhan seizure, fever, penurunan
kesadaran.
Karena ada infeksi masuk ke sistemik
LO:
1. Meningitis dan Bells palsy : epidemiologi, patofisiologi, komplikasi, prognosis, management.
2. Meningoencephalitis: epidemiologi, patofisiologi, komplikasi, prognosis, management,
etiologi, faktor risiko: infeksi apa yang bisa meningkatkan risiko, riwayat peliharaan,
makanan.
3. Faktor risiko TORCH
4. Management (pemeriksaan dan treatment) pada pasien dengan penurunan kesadaran
(termasuk kegawatdaruratan) secara kualitatif dan kuantitatif: refleks batang otak,
neurologis, GCS
5. Brudzinsky sign (ada 4)
6. Cara pemeriksaan nervus VII
7. Penatalaksanaan kejang
STEP 7
1. Meningitis dan Bells palsy : epidemiologi, patofisiologi, komplikasi, prognosis, management.
A. Acute Bacterial Meningitis
Merupakan infeksi purulent dalam spatium sub arachnoid, berhubungan dengan reaksi
inflamasi CNS yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran, seizure, peningkatan TIK,
dan stroke.
Epidemiology: (1) Meningococcal meningitis merupakan endemic di Afrika, India, dan
negara berkembang lain. Di Indonesia, menurut laporan dan data dari WHO , N.
meningitides diidentifikasi sebagai penyebab 16,7% kasus meningitis pada anak usia di
bawah 5 tahun. Meningococcal meningitis kebanyakan pada anak dan remaja, bisa juga
pada adult. Pneumococcal pada orang tua.(2) Community acquired: S. peumoniae, N.
meningitidis, grup B streptococci, Listeria monocytogenes.(3) Terjadi paling banyak saat
awar musim semi, dingin. Predominan di laki-laki. (4) H. nfluenza banyak di infant dan
anak.
Pathophysiology: penyebab paling umum yaitu S. peumoniae dan N. meningitidis, yang
pada awalnya berkolonisasi di sel epitel nasofaring. Bakteri ditransport melewati sel
epitel dalam vakuola terikat membrane ke spasium intravascular atau menginvasi
spasium intravascular dengan membuat pemisahan antara apical tight junction pada sel
sel epitel kolumnar. Saat di aliran darah, bakteri mampu menghindar dari fagositosis
oleh neutrophil dan classic complement-mediated bactericida activity karena adanya
kapsul polisakarida. Bakteria misa mencapai CSF dengan secara langsung menginfeksi sel
epitel plexus choroid ataupun menempel ke sel endothel kapiler cerebral. Manifestasi
dan komplikasi dihasilkan oleh respon imun akibat reaksi inflamasi yang disebaka oleh
invading bacteri. Peningkatan sitokin dan kemokin di CSF menyebabkan peningkatan
permeabilitas BBB, termasuk blood vessel yang kemudian akan menginduksi edema
vasogenik dan bocornya serum protein ke subarachnoid space.
Pathology: akut, subakut, late effect. Saat terkena pia efek ringan: headache, neck
stiffness, kernig and brudzinksy. Saat subpia: convulsion, stupor, coma. Keterlibatan
cranial nerve vascular: tanda plasy nerve cranial. Trombosis venomeningeal: focal
seizure.Sub akut: Hydrocephalus.
Treatment: berikan antibakteri empiris karena merupakan suatu kegawatan klinis.
Dalam 1-2 jam cari etiologic dan beri terapi spesifik. Untuk mencegah penularan:
rifampin 10 mg/kg/12 jam selama 2 hari. Pemberian corticosteroid dengan atau sebelum
dosis pertama antibiotic.
Prognosis: tidak diterapi dengan cepat: brain swelling, hipotensi, aspirasi pneumonia,
impairment of hearing karena bakteri masuk ke koklea atau antibiotic aminoglikosida,
gangguan keseimbangan.
Pemeriksaan penunjang: CSFbiokimia dan sitology, pemeriksaan gram, kultur (kalau
negative bisa karena aseprik meningitis), PCR, latex fixation coagulation enzyme
immunoassay test. Spesimen darah. CT scan eksudat purulent (eksudat dari H.
influenza di daerah basal, pneumococcal di sagittal sinus), ventrikel membesar atau
mengecil, infark karena vasculitis. CT scan sebelum lumbar puncture jika: deficit
neurologis lokal, kejang pertama kali, penurunan kesadaran, status imun turun. MRI
lebih baik dalam melihat edema dan iskemk otak, dilakukan dengan kontras
FOUR score: full outline of unresponssivenss: 1) respon mata : nilai 4 membuka saat
diberi perintah, nilai 3 membuka tapi tidak tracking, nilai 2 menutup tp membuka jika
ada suara keras, nilai 1 menutup tp terbuka degan pain, nilai 0 tetap menutup. 2) motor
response. 3) refleks brain stem. 4) respirasi.
Jika diduga trauma: cek kesadaran. Jika tidak sadar evaluasi secara spesialis,
imobilisasi, X-ray. Cek sirkulasi: pulsasi (<40 beri atropine).