pengetahuan yang berbeda dapat direpresentasikan paling baik oleh AI. Teknik
penalaran nonmonoton memberi landasan dalam menyelidiki defeasibilitas
implikatur-implikatur percakapan. Meski proses pemahaman mesin AI dapat
dikatakan cerdas akan tetapi belum dapat dikatakan pintar, karena semua
bergantung pada seperangkat kontrol program dan pola-pola mekanis sistemik.
Terkait kemungkinan perkembangan inteligensi artifisial, Descartes menyatakan,
secara moral tidak mungkin ada cukup wawasan pada sebuah mesin untuk
melakukan semua tindakan di hidupnya seperti halnya nalar manusia. Manusia
memang berhasil membuat analogi kecerdasan otak pada sebuah mesin, namun
tetap saja manusia tidak bisa membuat sebuah mesin melakukan kegiatan
berpikir seperti apa yang dilakukan manusia. Pun demikian, manusia terus
percaya dan berusaha mengembangkan sebuah otak komputer menyerupai otak
manusia bisa muncul di tahun 2020.2
BEBERAPA TOPIK DAN DISIPLIN BARU
SIFAT ACUAN. Kita sepakat pragmatik bersumber dari positivism, karena itu
haruslah referensial. Dalam pragmatik sifat acuan harus jelas (tanda, indeksikal,
deiksis). Fakta harus ditelusuri melalui proposisi-proposisi dan inferensi. Bas van
Fraassen percaya bahwa pragmatik dapat menguraikan suasana paradoks
akibat ketidak pastian acuan argumen model teori Putnam. Ini merupakan
pertanyaan filsafat yang jawabannya dapat diberikan oleh pragmatik.
ANGGAPAN. Logika formal telah memancing munculnya pemikiran tentang
anggapan. Anggapan menjadi penting dengan beberapa alasan berikut 1)
anggapan merupakan dasar prinsip dan proses pragmatik, 2) prinsip dan proses
pragmatik menolak kerangka yg lain, 3) penelitian logika informal dan
argumentasi mendukung sifat dan fungsi anggapan dalam pragmatik. Dengan
memanfaatkan bidang lain seperti filsafat dan psikologi, sifat logis anggapan
diharapkan dapat tercapai.
KONSEPSI PRAANGGAPAN. Dalam pragmatik, praanggapan diperoleh dari
implikatur dan konteks. Pun demikian, konsep praanggapan yang benar-benar
koheren masih menunggu kemajuan bidang lain, terutama mengenai kerangka
dialektika komitmen partisipan yang berubah-ubah dalam dialog.
HUBUNGAN KOMUNIKASI DAN KOGNISI. Berapapun banyaknya penjelasan
mengenai hubungan komunikasi dan kognisi dalam pragmatik, kita masih
membutuhkan validasi dari berbagai disiplin seperti linguistik klinis dan
neurolinguistik. Ilmu adalah satu, dan tidak bisa terpisah-pisah. Semua saling
memberi kontribusi dalam kemajuan bidang yang lain.***