Anda di halaman 1dari 15

PENGGUNAAN REDUPLIKASI

DALAM KARANGAN MAHASISWA BIPA


PROGRAM CRITICAL LANGUAGE SCHOLARSHIP (CLS) 2012
Jali Yulaeni1
Widodo HS.2
Kusubakti Andajani2
E-mail: pulungputra@gmail.com
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5, Malang 65145
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan reduplikasi dalam karangan
mahasiswa BIPA program Critical Language Scholarship (CLS) 2012. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian adalah mahasiswa menggunakan tiga jenis
reduplikasi, reduplikasi yang digunakan mahasiswa menghasilkan enam makna, dan ditemukan
beberapa fenomena penggunaan reduplikasi dalam Jurnal Mingguannya..
Kata Kunci: reduplikasi, mahasiswa BIPA, program Critical Language Scholarship (CLS)
2012
ABSTRACT: This study is aimed at describing the use of reduplication in BIPA students essays of
Critical Laguage Scholarship (CLS) Program 2012. This study employed descriptive qualitative
method. The conclusion of the study were the students mainly used three types of reduplication, the
use of reduplication by students produced 6 meanings, and it was also found some of the use
reduplication phenomena on the reduplicated form in their Weekly Journal.
Keywords: reduplication, students of BIPA, Critical Language Scholarship (CLS) 2012 program

Pembahasan tata bahasa Indonesia selalu berhubungan dengan reduplikasi. Reduplikasi


adalah mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, selain afiksasi, komposisi, dan
akronimisasi dalam bahasa Indonesia (Chaer, 2008:178). Proses reduplikasi adalah peristiwa
pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik
bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak (Muslich,
2008:48). Definisi lain tentang reduplikasi juga dikemukakan oleh Ramlan (1985:57) yang
mendefinisikan reduplikasi sebagai proses pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya
maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Berdasarkan tiga pendapat tersebut,
penulis menyimpulkan bahwa reduplikasi adalah proses pembentukan kata dengan cara
mengulang satuan gramatik menggunakan bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik
bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak.
Muslich mengklasifikasikan reduplikasi menjadi empat jenis, yaitu (a) reduplikasi
seluruh, (b) reduplikasi sebagian, (c) reduplikasi yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks,
dan (d) reduplikasi dengan perubahan fonem. Dasar pengklasifikasian reduplikasi Muslich
adalah dengan melihat proses pengulangan bentuk dasarnya. Senada dengan Muslich, Chaer
(2011;286) mengklasifikasikan reduplikasi menjadi empat jenis, yaitu (a) reduplikasi murni, (b)
reduplikasi berubah bunyi, (c) reduplikasi sebagian, dan (d) reduplikasi berimbuhan.

Jali Yulaeni adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Artikel ini diangkat dari Skripsi Program Sarjana
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Negeri Malang.
Widodo HS. dan Kusubakti Andajani adalah Dosen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang

Makna dan fungsi kata reduplikasi adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Keraf
(1984:121) menjelaskan bahwa keseluruhan fungsi reduplikasi sudah membentuk kata ulang dari
kata dasar yang maknanya bisa saja masih berhubungan dengan makna kata yang diulang atau
mencerminkan makna kata yang diulang. Berdasarkan definisi tersebut, Keraf menjelaskan
bahwa reduplikasi dapat menghasilkan tujuh makna, yaitu (a) makna banyak yang jumlahnya
tidak tentu, (b) makna bermacam-macam, (c) makna menyerupai kata yang diulang, (d) makna
melemahkan arti atau agak, (e) makna intensitas kualitatif dan intensitas kuantitatif, (f) makna
saling atau pekerjaan yang beralasan, dan (g) makna korelatif.
Bagi mahasiswa BIPA (bahasa Indonesia untuk penutur asing) yang menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa ibunya, konsep reduplikasi bahasa Indonesia berbeda dengan
konsep reduplikasi bahasa Inggris. Puspani (2013) menjelaskan bahwa tipikal bahasa Inggris
cenderung produktif dalam pembentukkan kata, terutama dalam proses derivasi (pengimbuhan
afiks yang tidak bersifat infleksi pada bentuk dasar untuk membentuk kata) dan infleksi
(perubahan bentuk kata yang menunjukkan berbagai hubungan gramatikal). Hal ini dapat dilihat
pada contoh berikut.
react (kata kerja)

reaction (kata benda)

reactions (jamak)

Perubahan bentuk kata dari kata kerja react menjadi reaction, selanjutnya menjadi reactions
mengalami proses infleksi (untuk menyatakan jamak). Berbeda dengan tipikal bahasa Inggris,
untuk menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia cenderung menggunakan pengulangan kata
(reduplikasi).
Ketika berbicara dalam bahasa Indonesia, untuk mengungkapkan cepat (fast) dalam
konteks kalimat I drive my car fast, mahasiswa mengartikannya saya menyetir mobil saya cepatcepat. Kata cepat-cepat digunakan untuk menekankan cara menyetir yang sangat cepat. Selain
untuk menekankan, mahasiswa juga sering menggunakan reduplikasi untuk tujuan penjamakan.
Ketika mengartikan kalimat I have two tutors, mahasiswa sering mengartikannya saya punya dua
tutor-tutor. Dalam konteks kalimat efektif bahasa Indonesia, penggunaan dua penjamakdua
dan tutor-tutoruntuk satu objek dalam satu kalimat tidak dibenarkan. Walaupun tidak
dibenarkan, kalimat tersebut membuktikan bahwa mahasiswa BIPA menggunakan reduplikasi
dalam produksi bahasa Indonesianya. Kalimat tersebut menggambarkan beberapa fenomena
kesalahan penggunaan reduplikasi oleh mahasiswa BIPA. Maksud dari fenomena dalam
penelitian ini adalah fakta atau kenyataan penggunaan reduplikasi yang tidak sesuai dengan
kaidah reduplikasi yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Fenomena seperti ini sering ditemukan
dalam karangan mahasiswa.
Penelitian sejenis yang mengangkat topik ke-BIPA-an dan tata bahasa yang ditemukan
adalah skripsi berjudul Bentukan Kata dalam Karangan Mahasiswa Asing Program Critical
Language Scholarship (CLS) di Universitas Negeri Malang oleh Putri (2010). Berdasarkan
penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa bentukan kata dalam karangan mahasiswa asing
program CLS 2010 terdiri atas (i) bentukan kata afiks, (ii) bentukan kata reduplikasi, dan (iii)
bentukan kata majemuk. Bentukan tersebut muncul dalam karangan mahasiswa tingkat
elementary/beginning 1, pre-intermediate/begining 2, intermediate, dan advance. Penelitian
sejenis lainnya yang ditemukan adalah skripsi berjudul Analisis Kontrastif Reduplikasi Bahasa
Indonesia dan Bahasa Jepang oleh Ferawati (2008). Hasil penelitian tersebut adalah (i)
reduplikasi pada bahasa Jepang dibagi menjadi dua, yaitu kanzeen juufuku dan fukanzeen

juufuku. Kazeen juufuku dibagi menjadi dua, yaitu hirendaku juufuku dan rendaku juufuku, (ii)
reduplikasi pada bahasa Indonesia dibagi menjadi empat, yaitu pengulangan seluruh,
pengulangan sebagian, pengulangan berkombinasi dengan afiks, dan pengulangan dengan
perubahan fonem, (iii) dalam reduplikasi bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, ada yang
mengalami perubahan bunyi ada yang tidak, (iv) terdapat persamaan dalam reduplikasi bahasa
Indonesia dan bahasa Jepang, yaitu pegulangan seluruh dan hirendaku juufuku, dan (v) terdapat
perbedaan antara reduplikasi bahasa Indonesia dan bahasa Jepang, yaitu pada kata berimbuhan.
Bahasa Indonesia mendapat imbuhan pada awal, tengah dan akhir, sedangkan bahasa Jepang
mendapat imbuhan pada akhir saja.
Berdasarkan pengamatan secara langsung di lapangan, reduplikasi sering digunakan oleh
mahasiswa BIPA program CLS 2012 dalam kegiatan produksi bahasa Indonesianya. Mahasiswa
sering menggunakan reduplikasi untuk menekankan atau menjamakkan suatu kata. Berdasarkan
realitas tersebut, penelitian berjudul Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Mahasiswa BIPA
Program Critical Language Scholarship (CLS) 2012 ini dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan (a) penggunaan reduplikasi, (b) makna reduplikasi, dan (c) fenomena-fenomena
penggunaan reduplikasi dalam karangan mahasiswa BIPA program CLS 2012.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian
adalah karangan mahasiswa berupa Jurnal Mingguan yang diperoleh dari arsip kelas
intermediate. Peneliti adalah salah satu pengajar program Critical Language Scholarship 2012
yang berperan sebagai instrumen utama dalam mengolah seluruh data (human instumen). Peneliti
juga menggunakan instrumen lain berupa tabel penggunaan reduplikasi dan tabel deskripsi
fenomena penggunaan reduplikasi. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan karangan mahasiswa kemudian
menyeleksi karangan tersebut berdasarkan tingkatan mahasiswa.
Data penelitian ini berupa penggunaan reduplikasi yang terdapat dalam karangan
mahasiswa. Mengingat banyaknya kalimat dalam karangan mahasiswa, maka kalimat yang
dianalisis hanyalah kalimat yang di dalamnya terdapat penggunaan reduplikasi. Data selanjutnya
dianalisis secara kualitatif dengan langkah reduksi data, identifikasi data, pengodean, dan
klasifikasi data. Untuk memperoleh hasil yang sahih, dilakukan pengecekan keabsahan temuan
dengan cara membaca karangan dan mengkaji data secara teliti, serta melakukan triangulasi ahli
dengan mendiskusikan bersama orang yang dianggap ahli (dosen) dan atau teman sejawat (guru
program CLS 2012).
HASIL
Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Mahasiswa BIPA Program CLS 2012
Mahasiswa BIPA program CLS tingkat intermediate menggunakan tiga jenis reduplikasi
dalam karangan Jurnal Mingguannya. Jenis reduplikasi yang digunakan mahasiswa adalah (a)
reduplikasi seluruh, (b) reduplikasi sebagian, dan (c) reduplikasi yang berkombinasi dengan
pembubuhan afiks. Penggunaan ketiga jenis reduplikasi tersebut diuraikan sebagai berikut.
Pertama, penggunaan reduplikasi seluruh dalam karangan mahasiswa dilakukan dengan
mengulang seluruh bentuk dasar, tanpa mengubah fonem dan tanpa pembubuhan afiks. Wujud
penggunaan reduplikasi seluruh dalam karangan mahasiswa terdapat dalam kalimat berikut.

(1) Keluar rumah kos saya, saya sangat suka bertemu dengan tutor-tutor saya dan temanteman mereka.
(2) Hampir setiap budaya dan negeri, sejak awal dunia, perempuan tidak punya hak dan
kesempatan yang sama dengan laki-laki.
(3) Menurut staf, seharusnya pelamar lulus ujian dalam Bahasa Indonesia untuk Singapore
sesudah menyiapkan 3 bulan dan mempelajari tugas-tugas tenaga rumah seperti
memasak, menyetrika dan membersihkan kamar.
Kedua, penggunaan reduplikasi sebagian dalam karangan mahasiswa dilakukan dengan
mengulang sebagian bentuk dasar dan tanpa pembubuhan afiks dalam proses pengulangannya.
Wujud penggunaan reduplikasi sebagian terdapat dalam kalimat berikut.
(4) Saya menanti-nanti itu dan saya harap saya bisa mewawancarai dua, tiga, atau empat
orang di sana.
(5) Kami mungkin tidak bisa belajar berbicara dan bermain-main seperti ini.
(6) Satu kali anginnya jalan dekat dan melihat-lihat Ibu saya, tetapi tidak tinggal dekat
badannya.
Ketiga, penggunaan reduplikasi yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks dalam
karangan mahasiswa dilakukan dengan mengulang bentuk dasar, kemudian membubuhkan
afiksasi pada pengulangan bentuk dasarnya. Wujud penggunaan reduplikasi dengan pembubuhan
afiks terdapat dalam kalimat berikut.
(7) Jadi, TKW itu memutuskan ke luar negeri meskipun mereka harus meninggalkan suami
dan anak-anaknya di Indonesia.
(8) Anda harus berhati-hati dengan Mbak Morgan, dia sangat cemburu waktu Morgan lain
dekatnya, dan dia akan memukuli mereka.
(9) Dengan pikiran ini dalam otak dan hati saya, saya ingin sekeras-kerasnya tinggal di
Malang Setiap hari.
Makna Reduplikasi dalam Karangan Mahasiswa BIPA Program CLS 2012
Terdapat enam makna reduplikasi dalam karangan Jurnal Mingguan mahasiswa BIPA
program CLS 2012 tingkat intermediate. Makna reduplikasi yang digunakan mahasiswa adalah
(a) banyak yang jumlahya tidak tentu, (b) bermacam-macam, (c) menyerupai kata yang diulang,
(d) intensitas kualitatif dan intensitas kuantitatif, (e) saling atau pekerjaan yang beralasan
(resprok), dan (f) korelatif. Keenam makna reduplikasi tersebut diuraikan sebagai berikut.
Pertama, reduplikasi yang digunakan mahasiswa BIPA program CLS 2012 memiliki
makna banyak yang jumlahnya tidak tentu. Makna tersebut terdapat dalam kalimat berikut.
(10) Pemandangannya indah dan saya berjalan sekeliling bidang dengan mahasiswamahasiswa CLS.
(11) Saya menikmati wonosari karena saya punya banyak kesempatan untuk istirahat dan
bicara dengan pemetik, mahasiswa yang lain, dan tutor-tutor.
(12) Ibunya bilang yang dia menjual kue-kue ke seluruh Indonesia.
Kedua, reduplikasi yang digunakan mahasiswa BIPA program CLS 2012 memiliki
makna bermacam-macam jenis atau lebih dari satu jenis. Makna tersebut terdapat dalam kalimat
berikut.
(13) Bertemu ini hebat dan saya suka permainan-permainan dan wonosari cantik sekali.
(14) Kue-kue dari Dampit saya beli keluarga kos saya.
(15) Kue-kue dia terenak makanan di Indonesia sekarang.

Ketiga, reduplikasi yang digunakan mahasiswa BIPA program CLS 2012 memiliki
makna menyerupai kata yang diulang. Makna tersebut terdapat dalam kalimat berikut.
(16) Saya berpikir tempat ini lucu sekali dan pada malam semua struktur buah dan hewan
berpijar-pijar
(17) Kebanyakan waria di sana membuka salon, tetapi ada juga sedikit waria yang bekerja
sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) di pinggir-pinggir desa.
(18) Kami mungkin tidak bisa belajar, berbicara dan bermain-main seperti ini.
Keempat, reduplikasi yang digunakan mahasiswa BIPA program CLS 2012 memiliki
makna intensitas kualitatif dan kuantitatif. Makna intensitas kualitatif terdapat dalam kalimat
berikut.
(19) Setelah itu, saya capai sekali, jadi waktu pulang, saya mulai tidur cepat-cepat.
(20) Tetapi, karena mereka orang yang sangat baik hati, mereka masih mendengarkan
sekeras-kerasnya mencoba mengganti kaliman saya yang kurang baik.
Makna intensitas kuantitatif terdapat dalam kalimat berikut.
(21) Mungkin kadang-kadang orang yang ada masalah jiwa.
(22) Mungkin Gito satu-satunya lelaki bekerja sebagai pemetik.
Kelima, reduplikasi yang digunakan mahasiswa BIPA program CLS 2012 memiliki
makna pekerjaan yang dilakukan secara beralasan (resprok). Makna tersebut terdapat dalam
kalimat berikut.
(23) Setelah berkunjung ke fasilitas pusat training, aku bercakap-cakap dengan sekelompok
wanita yang duduk bersama di belakang.
(24) Untuk mendapat harga bagus tidak harga bule, harus berbicara dengan mereka dulu
dan lalu tawar-menawar.
(25) Jadi sesudah kelas, saya ingin pulang + duduk-duduk + omong-Ngomong di rumahnya.
Keenam, reduplikasi yang digunakan mahasiswa BIPA program CLS 2012 memiliki
makna korelatif atau bersifat mempunyai hubungan timbal-balik. Makna tersebut terdapat dalam
kalimat berikut.
(26) Jadi, bersama, kata-katanya artinya: bagaimana orang memakai hatinya waktu dengan
orang yang lain & untuk orang yang lain.
(27) Walaupun kehidupan di pesantren berbeda dengan kehidupan di universitas dua-duanya
menghargai pendidikan.
Fenomena Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Mahasiswa BIPA Program CLS
2012
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat beberapa fenomena penggunaan reduplikasi
dalam karangan mahasiswa BIPA program CLS 2012. Fenomena penggunaan reduplikasi
terdapat dalam kalimat berikut.
(28) Jika poinnya (intinya) adalah untuk membantu meningkatkan kemampuan (ability) saya
untuk berbicara dalam OPI maka saya akan lebih memilih wawancara atau diskusi
dengan guru-gurunya.
(29) Mereka punya banyak sayur-sayur termasuk kentang.
(30) Sebagian besar pekerja pabrik adalah lelaki-laki muda yang tinggal di desa di dekat
Wonosari.
(31) Dia tidak melakukan satu dari dua dan Akibatnya membuat mahasiswa2 tidur.

(32) Mereka punya banyak pertanyaan tentang Amerika dan apa saya pikir tentang Bahasa
Indonesia, budaya Indonesia, pemerintah Indonesia, dan bermacam-macam barang-barang
tentang Indonesia dan America.
(33) Kami melakukan dan berbicara tentang banyak hal-hal, dan saya suka semua topik-topik
kami berbicara tentang.
(34) Waktu saya selesai, saya melemparkan kayu merah dari tangan-tangan ke lantai.
(35) Sesuai dengan posisi Non-Blok, Bung Karno menghubungkan negera-negera di dunia ketiga
negera Non-Blok, negara sosialis, dan negera kapitalis.
(36) Jadi sesudah kelas, saya ingin pulang + duduk-duduk + omong-Ngomong di rumahnya.
(37) Misalnya, selama debat, saya sering tidak bisa membuat kaliman-kaliman yang baik.
(38) Dua-duanya orang mau ikut saya ke Kalifornia di Agustus , tetapi saya berkata mereka
harus tinggal di Indonesia.
(39) Dengan pikiran ini dalam otak dan hati saya, saya ingin sekeras-kerasnya tinggal di
Malang Setiap hari.
PEMBAHASAN
Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Mahasiswa BIPA Program CLS 2012
Reduplikasi Seluruh
Reduplikasi seluruh adalah kata ulang yang bagian pengulangannya sama dengan kata
dasar yang diulangnya (Chaer, 2011:286). Menurut Muslich (2008:52), reduplikasi seluruh
adalah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa berkombinasi dengan pembubuhan
afiks dan tanpa perubahan fonem. Berdasarkan dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
reduplikasi seluruh adalah pengulangan kata yang dilakukan dengan cara mengulang bentuk
dasar secara utuh, tanpa dibubuhi afiksasi. Berdasarkan penelitian, penggunaan reduplikasi
seluruh dalam karangan mahasiswa BIPA program Critical Language Scholarship 2012
dilakukan dengan mengulang bentuk dasar secara utuh, tanpa dibubuhi afiksasi dan tanpa
perubahan fonem. Mahasiswa paling sering menggunakan bentuk reduplikasi ini karena
bentukannya mudah dan menghasilkan makna yang umum digunakan, yaitu sebagai penekan dan
penjamak suatu kata.
Dalam kalimat keluar rumah kos saya, saya sangat suka bertemu dengan tutor-tutor saya
dan teman-teman mereka, penggunaan reduplikasi seluruh terdapat pada kata tutor-tutor dan
teman-teman yang dilakukan dengan mengulang seluruh bentuk dasarnya, tanpa mengubah
fonem dan tanpa dikombinasikan dengan proses pembubuhan afiks. Bentuk dasar kata tutor-tutor
dan teman-teman adalah tutor dan teman. Kedua kata tersebut berkelas kata nomina yang diulang
secara utuh dan tetap berkelas kata nomina.
Penggunaan reduplikasi seluruh terdapat dalam kalimat hampir setiap budaya dan negeri,
sejak awal dunia, perempuan tidak punya hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki.
Penggunaan reduplikasi seluruh pada kata laki-laki dilakukan dengan mengulang seluruh bentuk
dasarnya, yaitu laki, tanpa mengubah fonem dan tanpa dikombinasikan dengan proses
pembubuhan afiks. Kata tersebut berkelas kata nomina yang diulang secara utuh dan tetap
berkelas kata nomina.
Kalimat menurut staf, seharusnya pelamar lulus ujian dalam Bahasa Indonesia untuk
Singapore sesudah menyiapkan 3 bulan dan mempejarai tugas-tugas tenaga rumah seperti
memasak, menyetrika dan membersihkan kamar menggunakan reduplikasi seluruh pada kata
tugas-tugas yang dilakukan dengan mengulang seluruh bentuk dasarnya, yaitu tugas, tanpa

mengubah fonem dan tanpa dikombinasikan dengan proses pembubuhan afiks. Bentuk dasar kata
tugas-tugas adalah tugas. Kata tersebut berkelas kata nomina yang diulang secara utuh dan tetap
berkelas kata nomina.
Reduplikasi Sebagian
Menurut Muslich (2008:53), reduplikasi sebagian adalah reduplikasi bentuk dasar secara
sebagian, tanpa perubahan fonem. Ramlan (2011:287) mendefinisikan reduplikasi sebagian
adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Berdasarkan dua pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa reduplikasi sebagian adalah pengulangan bentuk dasar secara sebagian, tanpa
disertai perubahan fonem maupun pembubuhan afiks. Berdasarkan penelitian, penggunaan
reduplikasi sebagian dalam karangan mahasiswa BIPA program Critical Language Scholarship
2012 dilakukan dengan cara mengulang sebagian bentuk dasar, tanpa perubahan fonem.
Ditemukan penggunaan reduplikasi sebagian dalam kalimat saya menanti-nanti itu dan
saya harap saya bisa mewawancarai dua, tiga, atau empat orang di sana. Penggunaan
reduplikasi sebagian terdapat pada kata menanti-nanti yang dilakukan dengan mengulang
sebagian bentuk dasarnya. Bentuk dasar kata menanti-nanti adalah menanti, bukan nanti. Kelas
kata bentuk dasarnya sama dengan bentuk reduplikasinya, yaitu verba.
Reduplikasi sebagian juga ditemukan pada kalimat kami mungkin tidak bisa belajar
berbicara dan bermain-main seperti ini. Penggunaan reduplikasi sebagian terdapat pada kata
bermain-main yang dilakukan dengan mengulang sebagian bentuk dasarnya. Bentuk dasar dari
kata Bermain-main adalah bermain, bukan main. Kelas kata bentuk reduplikasi ini sama dengan
kelas kata bentuk dasarnya, yaitu verba.
Kalimat satu kali anginnya jalan dekat dan melihat-lihat Ibu saya, tetapi tidak tinggal
dekat badannya juga menunjukkan penggunaan reduplikasi sebagian yang terdapat pada kata
melihat-lihat. Penggunaan reduplikasi sebagian dilakukan dengan mengulang sebagian bentuk
dasarnya. Bentuk dasar kata melihat-lihat adalah melihat, bukan lihat. Bentuk melihat hanya
diulang sebagian. Kelas kata bentuk melihat-lihat sama dengan kelas kata bentuk dasar melihat,
yaitu kelas kata verba.
Reduplikasi yang Berkombinasi dengan Pembubuhan Afiks
Muslich (2008:53) menjelaskan, yang dimaksud dengan reduplikasi yang berkombinasi
dengan pembubuhan afiks adalah reduplikasi bentuk dasar yang disertai dengan penambahan
afiks secara bersama-sama atau serentak dan bersama-sama pula mendukung satu arti. Chaer
(2011:287) mendefinisikan reduplikasi dengan pembubuhan afiks sebagai pengulangan kata
yang disertai dengan pemberian imbuhan. Berdasarkan dua definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa reduplikasi dengan pembubuhan afiks adalah proses pengulangan kata yang berkombinasi
dengan pembubuhan afiks atau imbuhan. Berdasarkan penelitian, penggunaan reduplikasi
dengan pembubuhan afiks dalam karangan mahasiswa BIPA program Critical Language
Scholarship 2012 dilakukan dengan cara mengulang bentuk dasar dengan pembubuhan afiks,
tanpa perubahan fonem. Penggunaan reduplikasi dengan pembubuhan afiks oleh mahasiswa
meliputi penggunaan afiks -nya, se-nya, dan ber-.
Dalam kalimat jadi, TKW itu memutuskan ke luar negeri meskipun mereka harus
meninggalkan suami dan anak-anaknya di Indonesia, penggunaan reduplikasi dengan
pembubuhan afiks pada kata anak-anaknya dilakukan dengan membubuhkan sufiks nya pada
reduplikasi bentuk dasarnya, yaitu anak-anak. Bentuk dasar dari kata anak-anaknya adalah anak,

bukan anaknya. Kelas kata bentuk dasar anak sama dengan kelas kata bentuk reduplikasi anakanaknya, yaitu kelas kata nomina.
Kalimat anda harus berhati-hati dengan Mbak Morgan, dia sangat cemburu waktu
Morgan lain dekatnya, dan dia akan memukuli mereka menggunakan reduplikasi dengan
pembubuhan afiks pada kata berhati-hati. Penggunaan reduplikasi ini dilakukan dengan
membubuhkan prefiks ber- pada reduplikasi bentuk dasarnya, yaitu hati-hati. Bentuk dasar dari
kata berhati-hati adalah hati, bukan berhati. Kelas kata bentuk dasar hati sama dengan kelas kata
bentuk reduplikasi berhati-hati, yaitu adjektiva.
Penggunaan reduplikasi dengan pembubuhan afiks terdapat dalam kalimat dengan
pikiran ini dalam otak dan hati saya, saya ingin sekeras-kerasnya tinggal di Malang Setiap hari.
Penggunaan reduplikasi dengan pembubuhan afiks terdapat pada kata sekeras-kerasnya yang
dilakukan dengan membubuhkan afiks se-nya pada reduplikasi bentuk dasarnya, yaitu keraskeras. Bentuk dasar dari kata sekeras-kerasnya adalah keras, bukan sekeras. Kelas kata bentuk
reduplikasi sekeras-kerasnya sama dengan kelas kata bentuk dasarnya, yaitu adjektiva.
Makna Reduplikasi dalam Karangan Mahasiswa BIPA Program CLS 2012
Kata Ulang yang Mengandung Makna Banyak yang Jumlahnya Tidak Tentu
Keraf (1984:121) menjelaskan bahwa reduplikasi menghasilkan makna banyak yang
jumlahnya tidak tentu. Makna ini paling banyak ditemukan dalam karangan mahasiswa, yang
digunakan untuk mejamakkan sesuatu yang jumlahnya tidak tentu. Latar belakang bahasa Inggris
yang selalu memperhatikan penjamakan, membuat reduplikasi ini diperlukan oleh mahasiswa
dalam kegiatan produksi bahasanya. Reduplikasi dengan makna ini ditemukan dalam karangan
mahasiswa BIPA program Critical Language Scholarship 2012 tingkat intermediate.
Dapat dilihat penggunaan reduplikasi seluruh dalam kalimat pemandangannya indah dan
saya berjalan sekeliling bidang dengan mahasiswa-mahasiswa CLS. Penggunaan reduplikasi
seluruh terdapat pada kata mahasiswa-mahasiswa. Bentuk dasar kata mahasiswa-mahasiswa
adalah mahasiswa, yang diulang secara utuh. Reduplikasi ini digunakan mahasiswa untuk
mendeskripsikan mahasiswa yang sedang berjalan bersama-sama, yang jumlahnya banyak dan
tidak tentu.
Dalam kalimat saya menikmati wonosari karena saya punya banyak kesempatan untuk
istirahat dan bicara dengan pemetik, mahasiswa yang lain, dan tutor-tutor, terdapat penggunaan
reduplikasi seluruh pada kata tutor-tutor. Bentuk dasar kata tutor-tutor adalah tutor. Reduplikasi
pada kata tutor-tutor digunakan mahasiswa untuk mendeskripsikan tutor yang berbicara dengan
mahasiswa, yang jumlahnya banyak dan tidak tentu.
Penggunaan reduplikasi bermakna banyak yang jumlahnya tidak tentu terdapat dalam
kalimat ibunya bilang yang dia menjual kue-kue ke seluruh Indonesia. Dalam kalimat tersebut,
terdapat penggunaan reduplikasi seluruh pada kata kue-kue. Bentuk dasar kata kue-kue adalah
kue. Reduplikasi pada kata kue-kue digunakan mahasiswa untuk mendeskripsikan kue yang
dijual ibu yang jumlahnya banyak dan tidak tentu.
Kata Ulang yang Bermakna Bermacam-Macam
Reduplikasi dapat menghasilkan makna bermacam-macam (Keraf, 1984:121). Makna
bermacam-macam digunakan mahasiswa untuk mendefinisikan banyaknya macam atau pilihan.
Mahasiswa sering menggunakan makna ini, karena berdasarkan fungsi, reduplikasi jenis ini
memiliki fungsi yang umum, yaitu untuk menjelaskan banyaknya jenis atau macam. Bentuk

reduplikasi ini kebanyakan menggunakan reduplikasi seluruh yang mudah diaplikasikan.


Reduplikasi dengan makna ini ditemukan dalam karangan mahasiswa BIPA program Critical
Language Scholarship 2012.
Dalam kalimat bertemu ini hebat dan saya suka permainan-permainan dan wonosari
cantik sekali, terdapat penggunaan reduplikasi seluruh pada kata permainan-permainan. Bentuk
dasar kata permainan-permainan adalah permainan, yang diulang secara utuh. Reduplikasi ini
digunakan mahasiswa untuk mendeskripsikan bermacam-macam permainan yang dimainkan di
kebun teh Wonosari.
Kalimat kue-kue dari Dampit saya beli keluarga kos saya menggunakan reduplikasi
seluruh pada kata kue-kue. Bentuk dasar dari kata kue-kue adalah kue yang diulang secara utuh.
Reduplikasi ini digunakan mahasiswa untuk mendeskripsikan bermacam-macam kue yang dibeli
keluarga kos mahasiswa.
Penggunaan reduplikasi seluruh pada kata kue-kue terdapat dalam kalimat kue-kue dia
terenak makanan di Indonesia sekarang. Bentuk dasar kata kue-kue adalah kue, yang diulang
secara utuh. Reduplikasi ini digunakan mahasiswa untuk mendeskripsikan kue terenak yang
pernah mahasiswa coba di Indonesia, yang dibuat dia.
Kata Ulang dengan Makna Menyerupai Kata yang Diulang
Keraf (1984:121) menyebutkan bahwa reduplikasi dapat menghasilkan makna
menyerupai kata yang diulang. Ilustrasi dari makna ini adalah pada kata mobil-mobilan, yang
berasal dari bentuk dasar mobil. Makna kata mobil-mobilan adalah sesuatu yang menyerupai
mobil. Makna menyerupai kata yang diulang digunakan oleh mahasiswa untuk mendeskripsikan
sesuatu yang menyerupai bentuk dasar. Reduplikasi dengan makna ini ditemukan dalam
karangan mahasiswa BIPA program Critical Language Scholarship 2012.
Mahasiswa menggunakan reduplikasi dengan pembubuhan prefiks ber- pada kalimat
saya berpikir tempat ini lucu sekali dan pada malam semua struktur buah dan hewan berpijarpijar. Penggunaan reduplikasi tersebut terdapat pada bentuk reduplikasi berpijar-pijar. Bentuk
dasar kata berpijar-pijar adalah pijar, yang diulang secara utuh, serta dibubuhi prefiks ber-.
Reduplikasi ini digunakan mahasiswa untuk mendeskripsikan cahaya dari buah dan hewan
yang ada di alun-alun Batu, yang bersinar menyerupai pijaran lampu atau api.
Dalam kalimat kebanyakan waria di sana membuka salon, tetapi ada juga sedikit waria
yang bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) di pinggir-pinggir desa, terdapat
penggunaan reduplikasi seluruh pada kata pinggir-pinggir. Bentuk dasar kata pinggir-pinggir
adalah pinggir yang diulang secara utuh. Reduplikasi ini digunakan mahasiswa untuk
mendeskripsikan lokasi yang menyerupai pinggiran.
Reduplikasi bermakna menyerupai kata yang diulang ditemukan pada kalimat kami
mungkin tidak bisa belajar, berbicara dan bermain-main seperti ini. Terdapat penggunaan
reduplikasi sebagian pada kata bermain-main dalam kalimat tersebut. Bentuk dasar kata
bermain-main adalah bermain yang diulang secara sebagian. Reduplikasi ini digunakan
mahasiswa untuk mendeskripsikan kegiatan yang dilakukan mahasiswa, yang aktivitasnya
menyerupai kegiatan bermain.
Kata Ulang yang Menyatakan Intensitas Kualitatif dan Intensitas Kuantitatif
(Keraf, 1984:121) menjelaskan bahwa reduplikasi dapat membentuk makna intensitas
kualitatif dan intensitas kuantitatif. Makna intensitas kualitatif digunakan untuk menunjukkan

10

intensitas atau keadaan sesuatu sesuai dengan tingkatannya, sedangkan makna intensitas
kuantitatif digunakan untuk menunjukkan intensitas atau keadaan sesuai dengan jumlahnya.
Reduplikasi dengan makna ini ditemukan dalam karangan mahasiswa BIPA program Critical
Language Scholarship 2012.
Dalam kalimat setelah itu, saya capai sekali, jadi waktu pulang, saya mulai tidur cepatcepat, terdapat penggunaan reduplikasi seluruh pada kata cepat-cepat. Bentuk dasar kata cepatcepat adalah cepat yang diulang secara utuh. Reduplikasi ini digunakan mahasiswa untuk
menekankan cepatnya mahasiswa melakukan aktivitas tidur setelah pulang dari kampus.
Ditemukan penggunaan reduplikasi dengan pembubuhan afiks dalam kalimat tetapi,
karena mereka orang yang sangat baik hati, mereka masih mendengarkan sekeras-kerasnya
mencoba mengganti kaliman saya yang kurang baik. Penggunaan reduplikasi dengan
pembubuhan afiks se-nya terdapat pada kata sekeras-kerasnya. Bentuk dasar kata sekeraskerasnya adalah keras yang diulang dengan dibubuhkan afiks se-nya. Reduplikasi ini digunakan
mahasiswa untuk mendeskripsikan kualitas aktivitas mendengarkan.
Pada kalimat mungkin kadang-kadang orang yang ada masalah jiwa, terdapat
penggunaan reduplikasi seluruh pada kata kadang-kadang. Bentuk dasar kata kadang-kadang
adalah kadang yang diulang secara utuh. Reduplikasi ini digunakan mahasiswa untuk
mendeskripsikan kuantitas atau intensitas waktu ketika orang sakit jiwa.
Reduplikasi dengan makna intensitas kuantitatif terdapat dalam kalimat mungkin Gito
satu-satunya lelaki bekerja sebagai pemetik. Terdapat penggunaan reduplikasi dengan
pembubuhan sufiks -nya pada bentuk dasar satu menjadi satu-satunya yang digunakan
mahasiswa untuk mendeskripsikan kuantitas (jumlah) pemetik teh laki-laki yang ada di kebun
teh itu yang hanya ada satu orang.
Kata Ulang dengan Makna Saling atau Pekerjaan yang Beralasan (Resprok)
Menurut Keraf (1984:121), reduplikasi dapat menghasilkan makna saling atau pekerjaan
yang beralasan. Makna saling atau pekerjaan yang beralasan digunakan mahasiswa untuk
mendeskripsikan kegiatan yang dilakukan dengan orang lain yang disertai dengan alasan.
Reduplikasi dengan makna ini ditemukan dalam karangan mahasiswa BIPA program Critical
Language Scholarship 2012.
Dalam kalimat setelah berkunjung ke fasilitas pusat training, aku bercakap-cakap
dengan sekelompok wanita yang duduk bersama di belakang, terdapat penggunaan reduplikasi
sebagian pada kata bercakap-cakap. Bentuk dasar kata bercakap-cakap adalah bercakap, bukan
cakap, yang diulang secara sebagian. Reduplikasi ini digunakan mahasiswa untuk
mendeskripsikan kegiatan saling berbicara yang dilakukan dengan sekelompok wanita.
Kalimat untuk mendapat harga bagus tidak harga bule, harus berbicara dengan mereka
dulu dan lalu tawar-menawar menggunakan reduplikasi dengan pembubuhan afiks pada kata
tawar-menawar. Pembubuhan afiks terjadi pada bentuk dasar kata tawar-menawar, yaitu kata
tawar, yang diulang dengan dibubuhi prefiks meN- di tengah bentuk reduplikasi. Reduplikasi ini
digunakan mahasiswa untuk mendeskripsikan kegiatan saling tawar yang dilakukan mahasiswa
dengan penjual.
Penggunaan reduplikasi seluruh terdapat dalam kalimat jadi sesudah kelas, saya ingin
pulang+duduk-duduk+omong-Ngomong di rumahnya. Penggunaan reduplikasi seluruh terdapat
pada kata omong-Ngomong. Bentuk ini sebenarnya kurang tepat. Mahasiswa bermaksud
mengulang kata ngomong menjadi ngomong-ngomong dengan mengulang seluruh bentuk dasar,

11

namun demikian mahasiswa salah menerapkan bentuk reduplikasi ini. Reduplikasi ini digunakan
mahasiswa untuk mendeskripsikan kegiatan saling ngomong atau berbicara yang dilakukan
mahasiswa pemilik rumah.
Kata Ulang yang Mengandung Makna Korelatif.
Menurut Keraf (1984: 121), reduplikasi juga dapat menghasilkan makna korelatif atau
saling berhubungan. Makna korelatif digunakan mahasiswa untuk menjelaskan adanya
hubungan. Reduplikasi dengan makna ini ditemukan dalam karangan mahasiswa BIPA program
Critical Language Scholarship 2012.
Makna korelatif terdapat dalam kalimat jadi, bersama, kata-katanya artinya: bagaimana
orang memakai hatinya waktu dengan orang yang lain & untuk orang yang lain. Terdapat
penggunaan reduplikasi dengan pembubuhan afiks pada kata kata-katanya. Proses pembubuhan
afiks terjadi pada bentuk dasar kata kata-katanya yang diulang dengan membubuhkan sufiks
nya. Reduplikasi ini digunakan mahasiswa untuk mendeskripsikan sesuatu yang memiliki
hubungan dengan kata tersebut.
Mahasiswa menggunakan reduplikasi dengan pembubuhan afiks dalam kalimat walaupun
kehidupan di pesantren berbeda dengan kehidupan di universitas dua-duanya menghargai
pendidikan. Penggunaan reduplikasi dengan pembubuhan afiks terdapat pada kata dua-duanya.
Bentuk dasar kata dua-duanya adalah dua, yang diulang dengan membubuhkan sufiks nya pada
bentuk reduplikasi dua-dua. Reduplikasi ini digunakan mahasiswa untuk mendeskripsikan
hubungan tentang sikap yang sama antara pesantren dan universitas untuk menghargai
pendidikan.
Fenomena Ketidaksesuaian Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Mahasiswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai (1) hal-hal yang
dapat disaksikan dengan panca indra dan dapat diterangkan, serta dinilai secara ilmiah; (2) fakta;
dan (3) kenyataan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa fenomena
penggunaan reduplikasi adalah fakta atau kenyataan penggunaan reduplikasi yang dapat
dijelaskan secara ilmiah. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa fenomena terkait
dengan ketidaksesuaian wujud reduplikasi dengan kaidah reduplikasi dalam karangan
mahasiswa.
Pada kalimat jika poinnya (intinya) adalah untuk membantu meningkatkan kemampuan
(ability) saya untuk berbicara dalam OPI maka saya akan lebih memilih wawancara atau
diskusi dengan guru-gurunya, terdapat penggunaan reduplikasi dengan pembubuhan sufiks -nya
pada kata guru-gurunya yang digunakan mahasiswa untuk mendeskripsikan guru yang bisa dia
ajak wawancara dan diskusi. Bentuk reduplikasi tersebut sudah benar menurut teori. Chaer
(2011:287) mendefinisikan reduplikasi dengan pembubuhan afiks sebagai pengulangan kata
yang disertai dengan pemberian imbuhan. Namun demikian, penggunaan sufiks nya pada
reduplikasi tersebut kurang tepat. Penggunaan -nya pada kata tersebut membiaskan tentang
subjek guru yang bisa dia ajak wawancara. Subjek dalam kalimat tersebut menjadi tidak jelas
karena menggunakan bentuk reduplikasi tersebut.
Fenomena penggunaan reduplikasi juga ditemukan dalam kalimat mereka punya banyak
sayur-sayur termasuk kentang. Terdapat penggunaan reduplikasi seluruh pada kata sayur-sayur.
Mahasiswa ingin mendeskripsikan banyaknya sayuran. Secara bentuk, reduplikasi tersebut sudah
tepat. Reduplikasi seluruh adalah kata ulang yang bagian pengulangannya sama dengan kata

12

dasar yang diulangnya (Chaer, 2011:286). Kata sayur-sayur memiliki bentuk dasar sayur yang
diulang secara utuh. Namun demikian, karena menggunakan dua penjamakpenggunaan
reduplikasi seluruh sayur-sayur yang bermakna banyak dan menggunakan kata banyak sebelum
reduplikasimaka terjadi pemborosan kata dalam struktur kalimat tersebut.
Kalimat sebagian besar pekerja pabrik adalah lelaki-laki muda yang tinggal di desa di
dekat Wonosari menggunakan reduplikasi seluruh pada bentuk lelaki-laki. Bentuk tersebut
adalah bentuk yang tidak tepat. Mahasiswa menggunakan reduplikasi tersebut untuk
mendeskripsikan pekerja pabrik yang sebagian besar laki-laki. Bentuk itu seharusnya laki-laki
atau lelaki yang berarti pria. Jika menggunakan bentuk laki-laki, seharusnya reduplikasi ini
masuk dalam kategori reduplikasi seluruh, sedangkan jika menggunakan bentuk lelaki, maka
reduplikasi ini masuk dalam kategori reduplikasi dengan perubahan fonem sesuai dengan
pendapat Chaer (2011:286) yang mendefinisikan reduplikasi sebagian, sebagai kata ulang yang
bagian pengulangannya terdapat perubahan bunyi, baik bunyi vokal maupun konsonan.
Dalam kalimat dia tidak melakukan satu dari dua dan Akibatnya membuat mahasiswa2
tidur, mahasiswa menggunakan angka 2 untuk membentuk reduplikasi seluruh dari kata
mahasiswa. Menurut Muslich (2008:52), reduplikasi seluruh adalah pengulangan bentuk dasar
secara keseluruhan, tanpa berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem.
Berdasarkan definisi tersebut, reduplikasi seluruh seharusnya mengulang bentuknya secara utuh,
bukan menggantikan bentuk ulangnya dengan angka. Dalam kalimat tersebut, mahasiswa
menggunakan angka 2 untuk menggantikan bentuk ulang mahasiswa-mahasiswa. Hal ini tidak
sesuai dengan kaidah reduplikasi dan formalitas penggunaan bahasa.
Fenomena juga ditemukan dalam kalimat mereka punya banyak pertanyaan tentang
Amerika dan apa saya pikir tentang Bahasa Indonesia, budaya Indonesia, pemerintah Indonesia,
dan bermacam-macam barang-barang tentang Indonesia dan America. Mahasiswa
menggunakan dua reduplikasi yang bermakna sama, yaitu untuk menjamakkan, pada kata
bermacam-macam dan barang-barang. Bentuk bermacam-macam adalah bentuk reduplikasi
dengan pembubuhan prefiks ber- untuk bentuk reduplikasi macam-macam. Bentuk dasar kata
macam-macam adalah macam. Chaer (2011:287) mendefinisikan reduplikasi dengan
pembubuhan afiks sebagai pengulangan kata yang disertai dengan pemberian imbuhan. Bentuk
dasar kata barang-barang adalah barang, kemudian diulang secara utuh. Muslich (2008:52)
menjelaskan bahwa reduplikasi seluruh adalah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan,
tanpa berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem. Berdasarkan teori
tersebut, tidak terdapat kesalahan terkait bentukan reduplikasi dari kata bermacam-macam dan
barang-barang. Namun demikian, penggunaan dua reduplikasi yang bermakna sama
(menjamakkan) dalam satu kalimat, untuk satu objek yang sebenarnya hanya membutuhkan satu
penjamak, tidak dibenarkan terkait dengan efektivitas kalimat.
Pada kalimat kami melakukan dan berbicara tentang banyak hal-hal, dan saya suka
semua topik-topik kami berbicara tentang, terdapat penggunaan reduplikasi seluruh pada kata
hal-hal dan topik-topik. Berdasarkan teori Muslich (2008:52), reduplikasi seluruh adalah
pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa berkombinasi dengan pembubuhan afiks
dan tanpa perubahan fonem. Bentuk kedua reduplikasi tersebut sudah sesuai dengan kaidah.
Kedua kata tersebut mengulang bentuk dasarnya masing-masing, yaitu hal dan topik, secara
utuh. Fungsi kedua kata tersebut juga sudah benar, sesuai dengan konteks kalimat. Namun
demikian, dalam kalimat tersebut, mahasiswa menggunakan kata tunggal yang berfungsi sebagai
penjamak sebelum reduplikasi, yaitu kata banyak dan semua. Penggunaan kata banyak sebelum

13

reduplikasi hal-hal dan kata semua sebelum topik-topik sebenarnya sudah dapat menjamakkan
objek, namun mahasiswa juga menggunakan reduplikasi yang bermakna lebih dari satu. Hal ini
tidak dibenarkan karena terjadi pemborosan fungsi kata. Hal ini terjadi karena dalam konsep
penjamakan bahasa Inggris, penggunaan kata penjamak dan sufiks s harus ada. Hal ini menjadi
interferensi (pengacau/pengganggu) ketika mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia.
Kalimat waktu saya selesai, saya melemparkan kayu merah dari tangan-tangan ke
lantai adalah wujud yang unik. Terdapat penggunaan reduplikasi seluruh pada kata tangantangan. Reduplikasi seluruh adalah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa
berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem (Muslich, 2008:52). Wujud
penggunaan reduplikasi tersebut sudah sesuai dengan kaidah. Makna reduplikasi pada kalimat
tersebut adalah lebih dari satu. Namun demikian, penggunaan reduplikasi seperti ini tidak biasa
digunakan oleh penutur asli bahasa Indonesia. Untuk mendefinisikan tangan yang dipakai, entah
itu kedua tangan maupun salah satu tangan, jika itu masih satu subjek, penutur asli cenderung
menggunakan bentuk tangan saja atau kedua tangan. Walaupun demikian, bentuk dan fungsi
penggunaan reduplikasi tersebut sudah benar dan sesuai konteks kalimat.
Dalam kalimat sesuai dengan posisi Non-Blok, Bung Karno menghubungkan negeranegera di dunia ketiga negera Non-Blok, negara sosialis, dan negera kapitalis, terdapat
penggunaan reduplikasi seluruh pada kata negera-negera. Definisi reduplikasi seluruh menurut
Muslich (2008:52) adalah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa berkombinasi
dengan pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem. Penggunaan reduplikasi yang dilakukan
mahasiswa BIPA dalam kalimat tersebut sesuai dengan kaidah bentuk reduplikasi seluruh.
Pengulangan dilakukan dengan mengulang secara utuh bentuk dasarnya. Namun demikian,
bentuk dasar yang diulang oleh mahasiswa adalah bentuk yang salah. Bentuk negera-negera
berasal dari bentuk dasar negera. Bentuk dasar tersebut seharusnya negara, bukan negera.
Pada kalimat jadi sesudah kelas, saya ingin pulang+duduk-duduk+omong-Ngomong di
rumahnya, terdapat penggunaan reduplikasi seluruh pada kata duduk-duduk dan omongNgomong. Reduplikasi seluruh adalah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa
berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem (Muslich, 2008:52). Bentuk
reduplikasi kata duduk-duduk sudah sesuai dengan kaidah bentuk reduplikasi seluruh. Fungsi
penggunaan reduplikasi yang digunakan juga sudah sesuai. Pada bentuk reduplikasi omongNgomong, mahasiswa bermaksud mengulang kata omong (ngobrol) untuk mendeskripsikan
aktivitas saling berbicara yang dilakukan mahasiswa. Mahasiswa mencoba memasuki ranah
bahasa gaul atau bahasa anak muda. Kata ngomong-ngomong sebenarnya tidak memiliki arti
dalam bahasa Indonesia. Namun demikian, jika ingin menggunakan reduplikasi utuh, bentuk
tersebut seharusnya menjadi ngomong-ngomong, bukan omong-Ngomong. Disinilah letak
kesalahan penggunaan reduplikasi dalam kalimat tersebut.
Fenomena penggunaan reduplikasi juga terdapat dalam kalimat misalnya, selama debat,
saya sering tidak bisa membuat kaliman-kaliman yang baik. Penggunaan reduplikasi seluruh
terdapat pada kata kaliman-kaliman. Definisi reduplikasi seluruh menurut Muslich (2008:52)
adalah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa berkombinasi dengan pembubuhan
afiks dan tanpa perubahan fonem. Bentuk kaliman-kaliman mengulang bentuk dasar kaliman
secara utuh. Namun demikian, bentuk kaliman tidak memiliki arti dalam bahasa Indonesia.
Mahasiswa bermaksud menggunakan bentuk kalimat, namun mahasiswa menggunakan bentuk
yang salah tersebut.

14

Penggunaan reduplikasi dalam kalimat dua-duanya orang mau ikut saya ke Kalifornia di
Agustus , tetapi saya berkata mereka harus tinggal di Indonesia adalah salah satu wujud
fenomena penggunaan reduplikasi oleh mahasiswa BIPA. Terdapat penggunaan reduplikasi
dengan pembubuhan afiks pada kata dua-duanya. Definisi reduplikasi dengan pembubuhan afiks
menurut Chaer (2011:287) adalah pengulangan kata yang disertai dengan pemberian imbuhan.
Bentuk dua-duanya berasal dari bentuk dasar dua yang diulang secara utuh dan dibubuhi sufiks
nya. Bentuk tersebut sudah sesuai dengan kaidah. Namun demikian, penerapan kata dua-duanya
dalam kalimat tersebut menjadi ambigu karena bertemu dengan bentuk orang. Penggunaan
reduplikasi tersebut menjadi tidak benar dalam konteks kalimat tersebut. Jika merujuk pada
subjek dalam kalimat tersebut, mahasiswa seharusnya menggunakan kedua orang itu, bukan
dua-duanya orang.
Fenomena penggunaan reduplikasi dalam karangan mahasiswa BIPA program CLS 2012
yang terakhir terdapat dalam kalimat dengan pikiran ini dalam otak dan hati saya, saya ingin
sekeras-kerasnya tinggal di Malang Setiap hari. Terdapat penggunaan reduplikasi dengan
pembubuhan afiks pada kata sekeras-kerasnya. Chaer (2011:287) mendefinisikan reduplikasi
dengan pembubuhan afiks sebagai pengulangan kata yang disertai dengan pemberian imbuhan.
Bentuk sekeras-kerasnya berasal dari bentuk dasar keras, yang diulang secara utuh dan dibubuhi
afiks se-nya. Bentuk reduplikasi tersebut sudah sesuai dengan kaidah bentuk reduplikasi dengan
pembubuhan afiks. Namun demikian, penggunaan kata tersebut dalam kalimat tersebut tidak
tepat. Untuk mendeskripsikan keinginan yang tinggi, penutur asli cenderung menggunakan kata
sekali atau sangat. Kata keras memiliki arti padat atau kuat, sehingga kata keras tidak sesuai jika
digunakan untuk mendeskripsikan keinginan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, berdasarkan paparan data, temuan penelitian, dan pembahasan, mahasiswa
BIPA program Critical Language Scholarship 2012 tingkat intermediate menggunakan tiga jenis
reduplikasi dalam Jurnal Mingguannya, yaitu (a) reduplikasi seluruh, (b) reduplikasi sebagian,
dan (c) reduplikasi dengan pembubuhan afiks.
Kedua, mahasiswa BIPA program Critical Language Scholarship 2012 tingkat
intermediate menggunakan enam makna reduplikasi, yaitu (a) makna banyak yang jumlahnya
tidak tentu, (b) makna bermacam-macam, (c) makna menyerupai kata yang diulang, (d) makna
intensitas kualitatif dan intensitas kuantitatif, (e) makna saling atau pekerjaan yang beralasan,
dan (f) makna korelatif.
Ketiga, ditemukan beberapa fenomena penggunaan reduplikasi dalam karangan
mahasiswa BIPA program Critical Language Scholarship 2012. Fenomena tersebut adalah (a)
pembiasan referensi akibat penggunaan reduplikasi, (b) pemborosan kata, (c) kesalahan bentuk
dasar reduplikasi, (d) kesalahan bentuk reduplikasi, (e) penggunaan angka 2 untuk membentuk
reduplikasi seluruh, dan (f) kesalahan pemilihan kata yang tidak sesuai dengan konteks kalimat.
Saran
Berdasarkan hasil analisis yang ditemukan, beberapa saran ditujukan kepada
penyelenggara program BIPA, guru, mahasiswa, dan peneliti lain. Saran tersebut adalah sebagai
berikut.

15

Pertama, penyelenggara program BIPA yang merancang program pembelajaran bahasa


Indonesia, seharusnya memperhatikan penggunaan reduplikasi dalam kegiatan pembelajaran.
Secara faktual, penggunaan reduplikasi banyak ditemukan dalam kegiatan produksi bahasa
mahasiswa BIPA. Namun demikian, penggunaan reduplikasi tersebut banyak yang tidak sesuai
kaidah. Walaupun tidak secara konkret tertulis dalam silabus bahwa penggunaan reduplikasi
adalah salah satu fokus tujuan pembelajaran, namun penggunaan reduplikasi hendaknya turut
diperhatikan, karena faktanya, mahasiswa BIPA sering menggunakan reduplikasi dalam
berkomunikasi.
Kedua, guru sebagai mediator, evaluator, dan pelaksana kegiatan pembelajaran sebaiknya
lebih memperhatikan pengajaran reduplikasi, karena reduplikasi sering digunakan mahasiswa
BIPA. Penggunaan reduplikasi oleh mahasiswa BIPA menjadi masalah tersendiri karena banyak
ditemukan fenomena terkait ketidaksesuaian penggunaan reduplikasi dengan kaidah reduplikasi.
Guru harus lebih teliti dan tegas dalam mengoreksi. Ketegasan koreksi perlu dibiasakan sejak
mahasiswa berada pada tingkat pemula.
Ketiga, mahasiswa harus aktif mempraktikkan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi
dan mencari tahu penggunaan reduplikasi yang tepat, karena penggunaan reduplikasi cukup
penting bagi mahasiswa BIPA untuk berkomunikasi dan bertahan hidup di Indonesia.
Keempat, bagi peneliti selanjutnya, cakupan reduplikasi atau bentukan kata sangat luas.
Oleh sebab itu, peneliti berikutnya dapat melanjutkan penelitian tentang banyak hal, misalnya
studi komparatif tentang reduplikasi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, atau interferensi
bahasa ibu mahasiswa BIPA terhadap pembentukan kata mahasiswa BIPA.
DAFTAR RUJUKAN
Chaer, A. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:
Rineka Cipta.
Chaer, A. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Ferawati, L. 2008. Analisis Kontrastif Reduplikasi Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya.
Keraf, G. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende : Nusa Indah.
Muslich, M. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Puspani, I. A. M. (puspani2000@yahoo.com). 5 Juni 2013. Proses
Reduplikasi dalam Bahasa Inggris. E-mail kepada Jali Yulaeni
(pulungputra@gmail.com).
Putri, A. R. D. 2010. Bentukan Kata dalam Karangan Mahasiswa Asing Program Critical
Language Scholarship (CLS) di Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Ramlan, M. 1985. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yoyakarta: CV Karyono.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai