Anda di halaman 1dari 20

TATA LAKSANA KEJANG

AKUT DAN STATUS


EPILEPTIKUS

Pendahuluan :
Kejang merupakan tanda awal penyakit yang

serius dan dapat berkembang menjadi status


epileptikus.
Status epileptikus adalah kejang yang
berlangsung terus menerus lebih dari 30
menit atau kejang berulang selama 30 menit
tanpa pemulihan kesadaran diantara
serangan kejang.

Hampir 10-20 % status epileptikus merupakan

kejang yang pertama kali dialami bayi dan


anak. Sedangkan kejang reftrakter adalah
kejang yang tidak berespons dengan
diazepam,fenitoin,fenobarbital atau kejang
yang berlangsung selama 60 menit meskipun
sudah mendapat terapi yang adekuat.
Etiologi : (1) Infeksi dengan demam (52%)
seperti kejang demam,ensefalitis,meningitis

(2) Kelainan Susunan saraf pusat (SSP) kronik


(39%) seperti ensefalopati hipoksik iskemik
dan serebral palsi, (3) Penghentian obat anti
kejang (21%), (4) Lain-lain (<10%).

Diagnosis :
Anamnesis :
Diskripsi kejang (bentuk,fokal atau umum, lama,
frekuensi, kesadaran saat kejang, dengan/tanpa
demam, interval, kesadaran, pasca kejang,
kelumpuhan pasca kejang).
Anemnesia untuk mencari etiologi kejang:
demam, trauma kepala, sesak nafas, diare,
muntah, riwayat ada tidaknya kejang/epilepsi.
Jika ada epilepsi, apakah minum obat secara
teratur.
Riwayat kejang/epilepsi dalam keluarga.

Pemeriksaan fisis
Penilaian kesadaran, pemeriksaan fisik umum

yang menunjang kearah etiologi kejang


seperti ada tidaknya demam, hemodinamik,
tanda-tanda dehidrasi maupun tanda-tanda
hipoksia.
Pemeriksaan neurologi meliputi ada tidaknya
kelainan bentuk kepala, ubun-ubun besar,
tanda rangsang meningeal, nervus kranial,
motorik, refleks fisioligis dan patologis.

Pameriksaan
penunjang :
Sesuai indikasi untuk mencari etiologi dan kom

plikasi status epileptikus :


Darah perifer lengkap, cairan serebrospinal,
gula darah, elektrolit darah dan analisis gas
darah.
Elektroensefalografi (EEG)
Computed tomography CT-Scan/ magnetic
resonace imaging (MRI) kepala.

Tata Laksana :
Medikamentosa
Tujuan utama pengobatan status epileptikus :
Mempertahankan fungsi vital (A,B,C)
Identifikasi dan terapi faktor penyebab dan
faktor presipitasi.
Menghentikan aktivitas kejang.

Tatalaksana penghentian kejang akut


dilaksanakan sebagai berikut :
Di rumah/Prehospital :
Penanganan kejang dirumah dapat dilakukan
dengan memberikan Diazepam rektal, dosis 0,30,5 mg/kg atau secara sederhana : berat badan<
10 kg : 5 mg, berat badan > 10 kg : 10 mg.
Pemberian dirumah maksimum 2 kali dengan
interval 5 menit. Bila kejang masih bawa ke
fasilitas kesehatan terdekat.

Di Rumah Sakit :

Saat tiba diklinik/rumah sakit, bila belum


terpasang cairan i.v dapat diberikan diazepam
rektal ulangan 1 kali sambil mencari akses
vena. Sebelum dipasang cairan intravena,
lakukan pengambilan darah untuk
pemeriksaan darah tepi, elektrolit, dan gula
darah sesuai indikasi.

Berikan Fenitoin dosis 20 mg/kg dilarutkan dalam


NaCl 0,9% diberikan per-lahan2 dengan
kecepatan pemberian 50 mg/menit. Bila kejang
belum teratasi, dapat diberikan tambahan
fenitoin 10 mg/kg.
Bila belum teratasi, berikan fenobarbital IV
dosis maksimal 15 20 mg/kg dengan
kecepatan pemberian 100 mg/menit. Awasi dan
atasi kelainan metabolik yang ada. Bila kejang
berhenti, lanjutkan pemberian fenobarbital IV
rumatan 4-5 mg/kg setelah 12 jam kemudian.

Perawatan intensif rumah sakit :

Bila kejang belum berhenti, dilakukan intubasi


dan perawatan di ruang intensif. Dapat diberikan
- Midazolam 0,2 mg/kg diberikan bolus perlahanlahan, diikuti infus midazolam 0,01-0,02 mg/kg/
menit selama 12-24 jam.
- Propofol 1 mg/kg selama 5 menit dilanjutkan
dengan 1-5 mg/kg/jam dan diturunkan setelah
12-24 jam.
- Pentobarbital 5-15 mg/kg dalam 1 jam,
dilanjutkan dengan 0,5-5 mg/kg/jam.

Terapi rumatan :
Jika pada tata laksana kejang akut ,kejang berhenti

dengan Diazepam, tergantung dari etiologi. Jika


penyebab kejang suatu hal yang bisa dikoreksi secara
cepat (hipoglikemia,kelainan elektrolit,hipoksia)
mungkin tidak diperlukan terapi rumatan selama pasien
dirawat.
Jika penyebab Infeksi SSP (ensefalitis,meningitis),
perdarahan intrakranial, mungkin diperlukan terapi
rumat selama perawatan. Dapat diberikan Fenobarbital
dengan dosis awal 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis selama 2 hari, dilanjutkan dengan dosis 4-5
mg/kgBB sampai resiko untuk berulangnya kejang tidak
ada.

Jika etiologi adalah epilepsi, lanjutkan obat

antiepilepsi dengan menaikan dosis.


Jika pada tata laksana kejang akut, kejang
berhenti dengan Fenitoin, lanjutkan rumatan
dengan dosis 5-7 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis.
Jika pada tatalaksasa kejang akut, berhenti
dengan Fenobarbital, lanjutkan rumatan
dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis.

Cara pemberian obat antikonvulsan


pada tata laksana kejang akut :
Diazepam :
Dosis maksimum pemberian diazepam rektal
10 mg, dapat diberikan 2 kali dengan interval
5-10 menit.
Sediaan IV tidak perlu diencerkan, maksimum
sekali pemberian 10 mg dengan kecepatan
maksimum 2mg/menit, dapat diberikan 2-3
kali dengan interval 5 menit.

Fenitoin :
Dosis inisial maksimum adalah 1000 mg (30 mg/kgBB
Sediaan IV diencerkan dengan NaCL 0,9 %, 10 mg/
1cc
NaCL 0,9 %.
Kecepatan pemberian IV : 1 mg/kg/menit, maksimum
50 mg/menit.
Jangan diencerkan dengan cairan yang mengandung
Dektrose, karena akan menggumpal.
Sebagian besar kejang berhenti dalam waktu 15-20
menit setelah pemberian.

Dosis rumat : 12 24 jam setelah dosis inisial.


Efek samping aritmia,hipotensi,kolaps kardiovaskuler

pada pemberian IV yang terlalu cepat.


Fenobarbital :
Sudah ada sediaan IV, sediaan IM tidak boleh
diberikan IM.
Dosis inisial maksimum 600 mg (20 mg/kgBB).
Kecepatan pemberian 1 mg/kg/menit, maksimum
100 mg/menit.
Dosis rumat 12-24 jam setelah dosis inisial.

Efek samping ; hipotensi dan depresi napas,terutama

jika diberikan setelah obat golongan benzodiazepin.


Protokol penggunaan midazolam pada kejang
reftrakter:
Rawat di ICU, intubasi, dan berikan ventilasi. Midazolam
bolus 0,2 mg/kg (perlahan),kemudian drip 0,02-0,4
mg/kg/jam. Rumatan fenitoin dan fenobarbital tetap
diberikan. Dosis midazolam diturunkan jika terdapat
gangguan kardiovaskuler. Infus midazolam diturunkan
secara bertahap jika dalam 12 jam tidak terdapat
kejang.

Tata laksana Umum :


Pemantauan tekanan darah/laju nafas/laju nadi/suhu

/elektrokardiografi.
Pemantauan tekanan intrakranial : kesadaran, Dolls
eye movement, pupil, pola pernafasan, dan edema
pupil.
Analisa gas darah. Darah tepi, pembekuan darah,
elektrolit, fungsi hati dan ginjal, bila dijumpai kelainan
lakukan koreksi.
Balans cairan input-output.
Tata laksana etiologi.
Edema serebri dapat diberikan manitol o,5 1,0
mg/kg/8jam.

Pemantauan dan
prognosis :
Mati batang otak (Brain Death) angka

kematian 5%.
Pemantauan : CT scan/MRI kepala,
elektroensefalografi, Brainstem Auditory
Evoked Potential, Visual Evoked Potential.
Gejala sisa : delayed motorik, sindrom ekstra
piramidal, retardasi mental dan epilepsi

Anda mungkin juga menyukai