Kupang, 13 Nopember2012
ABSTRAK
Serat widuri (calotropis gigantea fiber) merupakan salah satu serat alam yang berpotensi sebagai penguat material
komposit. Salah satu faktor penting yang menentukan karakterisasi komposit adalah perbandingan serat dengan
matriksnya yang ditunjukkan dalam bentuk fraksi volume. Riset ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi
mekanik dari serat widuri tanpa perlakuan kimia yang diistilahkan sebagai green composite dengan matriks resin
epoksi dengan variasi fraksi volume, yaitu 15 %, 30 % dan 45 %. Karakterisasi mekanik yang sudah diteliti adalah
kekuatan tarik, regangan dan modulus elastisitas, kekuatan bending dan ketangguhan impak. Dengan pendekatan
analisa variance dan standar deviasi, diperoleh hasil sebagai berikut: kekuatan tarik, regangan tarik dan modulus
elastis tertinggi diperoleh pada fraksi volume 45% sebesar 93.04 10.51 MPa, 3.82 0.38 %, dan 3.64 0.97
GPa. Demikian juga kekuatan bending dan impak diperoleh nilai tertinggi pada fraksi volume 45%, yaitu: 88.23
5.66 MPa dan 38.36 kJ/m2 . Selanjutnya dilakukan analisa kualitatif melalui foto SEM dan foto makro. Berdasarkan
kedua cara analisa ini, menunjukkan bahwa dengan meningkatnya fraksi volume, maka nilai-nilai yang
menunjukkan karakterisasi mekanik green composite widuri epoksi, semakin meningkat.
Kata Kunci: Komposit, Serat Widuri, Epoksi, Fraksi Volume, Karakterisasi Mekanik.
1.
PENDAHULUAN
Alasan untuk memilih serat alam sebagai
penguat komposit menurut beberapa peneliti antara
lain: (1) komposit serat alam ramah lingkungan,
mempunyai sifat mekanik yang baik (bisa bersaing
dengan serat sintetis), relatif murah [Liu & Dai,
2007]; (2) berat jenis serat alam lebih kecil dalam
kisaran 1,25 1,5 gr/cm3 dibandingkan dengan Eglass (2,54 gr/cm3) dan serat Carbon (1,8 2,1
gr/cm3), [Mallick, 2007]. Oleh karena itu menurut
Mallick (2007), serat alam jauh lebih ringan
sehingga konsumsi energi untuk menghasilkannya
lebih kecil. Selain itu serat alam juga dapat
diperbaharui (renewable) dan selalu tersedia.
Alasan-alasan
inilah
yang
mendorong
berkembangnya penelitian tentang rekayasa material
di bidang komposit, baik yang sudah ada maupun
yang masih baru.
Untuk membentuk komposit ada tiga syarat
utama yang harus dipenuhi, yaitu pertama terdiri
dari dua material atau lebih yang mempunyai sifat
berbeda, kedua, memiliki ikatan yang kuat antara
matriks dan seratnya dan ketiga, penggabungan
material yang berbeda akan menghasilkan material
baru yang mempunyai sifat yang berbeda pula dari
material-material
pembentuknya
(sebelum
digabung). Berkaitan dengan hal itu, maka salah
satu aspek yang penting diperhatikan, yaitu
informasi ikatan antar muka (interface) antara serat
dan matriks, dimana hal ini akan sangat
berpengaruh pada sifat mekaniknya. Banyak peneliti
Berdasarkan
kurva hasil pengujian, maka
modulus elastis, E (GPa) dapat dihitung dengan
persamaan :
c
Ec =
c
f = (3PL) / (2bd2)
. (7)
Keterangan :
f = tegangan bending (MPa); P
= beban (N); L = panjang spesimen (mm); b = lebar
spesimen (mm) dan d = tebal spesimen (mm).
Ketangguhan Impak
Ketangguhan, yaitu: kemampuan bahan menahan
beban impak atau beban kejut yang diukur dengan
besarnya energi yang diperlukan untuk mematahkan
spesimen dengan palu ayun atau pendulum.
Besarnya energi itu dapat dihitung dengan
persamaan :
W=
G R (cos cos )
. (8)
. (3)
. (6)
Kekuatan Bending
Kekuatan bending adalah kemampuan material
menahan beban tekan dari luar. Sifat ini dapat
diketahui dari pengujian bending, dimana dalam
pengujian ini defleksi akan terjadi pada titik
pembebanannya, yang mengindikasikan kekakuan
material. Kekuatan bending dapat dihitung dengan
persamaan:
. (5)
W/A
. (9)
. (4)
T-115
Pengujian Tarik
Pengujian tarik komposit menggunakan mesin
servopulser untuk mengetahui kekuatan tarik
material komposit dan sifat mekanik lainnya. Bentuk
spesimen dan proses pengujian tarik seperti pada
Gambar 1.
(a)
(b)
Pengujian Bending
Bentuk spesimen uji bending dan prosedur
pengujian bending menggunakan metode tree-point
bending seperti pada Gambar 2.
(a)
(b)
Pengujian Impak
Bentuk spesimen uji impak dan prosedur
pengujian impak menggunakan alat uji impak tipe
chrapy seperti pada Gambar 3.
(a)
(b)
2.4
Analisa Data
150
Tegangan, Mpa
125
100
serat
75
matriks
50
vf = 15%
25
vf = 30%
vf = 45%
3.
Resin
epoksi
Serat tanpa
perlakuan
Komposit
vf = 15%
Komposit
vf = 30%
Komposit
vf = 45%
Tegangan
tarik
(MPa)
42.02
4.8
392.72
122.68
71.56
13.23
87.63
9.55
93.04
10.51
1.5
2.5
3.5
4.5
Regangan
(%)
2.8
0.1
4.26
1.33
2.83
0.06
3.56
0.04
3.82
0.38
Modulus
Young
(GPa)
1.8
0.25
9.65
2.33
2.75
0.37
2.92
0.13
3.64
0.97
Tegangan, Mpa
Regangan, %
Jenis
material
0.5
95
85
75
65
55
45
35
25
15
5
-5
(a)
f = 30 %
vf = 15%
vf = 30%
vf = 45%
0.5
1.5
2.5
3.5
4.5
Regangan, %
(b) f = 45 %
Gambar 4 Karakteristik Sifat Tarik Komposit
Serat Widuri-Resin Epoksi pada Fraksi Volum
Berbeda
T-117
Fraksi
volume (%)
15 %
30 %
45 %
b. vf = 30 %
Gambar 7 Bentuk
Patahan Spesimen Uji
Tarik Komposit
c. vf = 45 %
Gambar 7 memberi penjelasan yang berbeda dari
Gambar 6 yaitu, menampilkan bentuk patahan pada
komposit dengan fraksi volum serat 15% (Gambar
7a) adalah jenis patahan tunggal yang mempunyai
Modulus
Elastis (GPa)
6.22 3.39
8.83 0.72
9.99 1.97
a. vf = 15 %
Kekuatan
Bending (MPa)
86.84 8.5
87.88 7.43
88.23 5.66
Ketangguhanimpak, kJ/m2
45
40
35
35.21
38.3
6
30
25
20
15
10
9.34
5
0
1vf = 15 %
vf
2 = 30 %
vf
3 = 45 %
(b) vf = 30 % dan 45 %
DAFTAR PUSTAKA
,ASTM D 256-00, Standard Test Methods for
Determining Izod Pendulum Impact Resistance
of Plastics, Philadelphia, 2001.
SIMPULAN
Gibson,
T-119
T-120