Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN
METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)
DI RUANG PERAWATAN I RSUD B
1.1 Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan
koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai
tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan
asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling
menopang.
Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat
umum, termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang
harus dicermati dan diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu
berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi
kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu
strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya
faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan.
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan
merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan
kiatnya secara optimal. Namun perlu disadari, tanpa tanpa adanya tata kelola yang
memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua
pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori

semata. Untuk itu, maka perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan


Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) khususnya di Ruang
Perawatan I RSUD B.
Dasar

pertimbangan

penerapan

model

sistem

pemberian

asuhan

keperawatan adalah:
1.
2.
3.
4.

Sesuai visi dan misi rumah sakit. 1


Ekonomis
Menambah kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
Menambah kepuasan kkerja perawat karena dapat melaksanakan perannya

dengan baik.
5. Terpenuhinya kebutuhan dasar klien secara komprehensif.
6. Terlaksananya proses keperawatan yang sesuai dengan Standar Praktek
Keperawatan (SPK)
7. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Penerapan MAKP harus mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional, untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama, yakni:
1. Ketenagaan keperawatan
2. Metode pemberian asuhan keperawatan
3. Dokumentasi keperawatan
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan model
Keperawatan Tim dapat diterapkan di Ruang Perawatan I RSUD B.
2. Tujuan Khusus
a. Mengatur kebutuhan tenaga perawat.
b. Mengatur tugas dan kewenangan perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan.
c. Melakukan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
d. Melakukan sistem pendokumentasian.
e. Meningkatkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
f. Meningkatkan komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim kesehatan
lain.

1.3 Visi, Misi, Dan Motto


VISI
Terwujudnya pelayanan yang profesional
MISI
1. Mewujudkan sistem pelayanan sesuai standart pelayanan rumah sakit
2. Mewujudkan penyelenggaraan rumah sakit yang professional melalui
optimalisasi pengelolaan sarana dan prasarana medis dan non medis
3. Mewujudkan sumber daya manusia yang professional dan berkualitas
4. Meningkatkan kualitas management rumah sakit
MOTTO
B: Bekerjasama
E: Empati
R: Ramah
S: Sigap
I: Inovatif
H: Humanis

BAB 2
PENGUMPULAN DATA
2.1 Sumber Daya Manusia (M1-Man)
1) Struktur Organisasi

Ruangan perawatan 1 dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh 1


ketua tim yang bergantian tiap bulannya, 8 perawat pelaksana serta 14
mahasiswa praktik lapangan serta tiga orang yang bertugas sebagai cleaning
service.
2) Jumlah Tenaga Di Ruang Interna Wanita Rumah Sakit B
a. Keperawatan
N

Kualifikasi

Jmlh

Masa Kerja

Jenis

o
1.

S1 Keperawatan

12 tahun: 1 orang

PNS

2.

D3 Keperawatan

3. Mahasiswa Praktek
b. Non-Keperawatan
No
1.
2.
3.
4.

20

5 tahun: 1 orang

Honorer

6-12 tahun: 6 orang

Honorer: 2 orang

15 tahun: 1 orang

PNS: 4 orang

1 bulan

Kualifikasi

Jumlah
0 orang
3 orang
1 orang
0 orang

Tata Usaha
Cleaning service
Ahli gizi
POS

Jenis
Honorer
PNS
-

3) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Tingkat Ketergantungan
Tingkat ktg Jml Pasien
Minimal
1
Parsial
13
Total
14

Jumlah Kebutuhan Tenaga


PAGI
SORE
MALAM
1x0,17= 0,17
1x0,14= 0,14
1x0,07= 0,07
13x0,27= 3,51 13x0,15= 1,95 13x0,10= 1,3
0x0,36= 0
0x0,36= 0
0x0,2 = 0
3,65
2,09
1,37
4

Total Tenaga Perawat :


Pagi

: 4 orang

Sore

: 2 orang

Malam : 1 orang
+
7 orang
Jumlah tenaga lepas dinas perhari :
56 7 392

1,28 1
304
304

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :


7 orang + 2 orang struktural (kepala ruangan, wakil kepala ruangan) + 1 orang
lepas dinas
= 10 orang
4) BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur ruang
Perawatan 1, yaitu 15 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:
N

Shift

o
1.
2.
3.

Pagi
Sore
Malam

Kelas VIP

Kelas I

BOR

5 bed (0 kosong)
5 bed (0 kosong)
5 bed (0 kosong)

10 bed (0 kosong)
10 bed (0 kosong)
10 bed (0kosong)

15/15x100=100%
15/15x100=100%
15/15x100=100%

Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di ruang perawatan 1 RSUD B


dilakukan melalui observasi dan wawancara secara langsung dengan perawat
ruangan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara secara langsung dengan
perawat ruangan maupun melalui kuesioner dengan responden adalah perawat di
ruangan didapatkan data bahwa % perawat puas dengan struktur organisasi yang
telah ada di ruangan, 65% perawat menyatakan bahwa pembagian tugas di
ruangan secara structural sudah baik namun dalam pelaksanaanya masih belum

jelas. Hasil wawancara dengan kepala ruangan menyatakan bahwa 60% kinerja
perawat di ruangan sudah cukup baik namun 54% perawat masih berlatar
pendidikan SPK. Setelah diberikan kuesioner didapatkan data bahwa ternyata
60% perawat merasa membutuhkan kesempatan dan beasiswa untuk melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mengikuti seminar tentang pelatihan
keperawatan. Kepala ruangan juga menyatakan bahwa R.S telah memberikan
kebijaksanaan kepada perawat untuk mendapat beasiswa dan kesempatan untuk
kuliah maupun seminar pelatihan keperawatan. Namun disisi lain menurut
Kepala

ruangan

pemerintah

telah

mengeluarkan

kebijakan

tentang

profesionalisme perawat mengingat tuntutan masyarakat akan kesehatan semakin


meningkat, masyarakat juga membutuhkan pelayanan yang baik, dan R.S
mempunyai kebijakan untuk menerima pasien ASKESKIN dan memberi
kesempatan perawat asing untuk masuk ke R.S.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa Ruangan
perawatan 1 dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh 1 ketua tim, dan 8
perawat pelaksana, serta 14 mahasiswa praktik lapangan dan 3 orang yang
bertugas sebagai cleaning service. 8% pasien di ruangan perawatan satu dengan
tingkat ketergantungan minimal, 92% dengan tingkat ketergantungan parsial dan
0% dengan tingkat ketergantungan total. Total jumlah perawat adalah 10 orang
dengan 1 orang berpendidikan S1, 9 orang DIII dan 14 orang mahasiswa praktik
lapangan yang dibagi menjadi 3 shift kerja yakni, shift pagi (07.00-13.00), shift
sore (13.00-20.00) dan shift malam (20.00-07.00). perawat mendapatkan
kesempatan untuk mengambil cuti khusus PNS: 4-5 hari sedangkan honorer: 3
hari dalam 1 tahun. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan, BOR pasien di
ruangan adalah 93%.
2.2 Sarana dan Prasarana (M2-Material)
1. Lokasi dan Dena

Lokasi penerapan proses managerial keperawatan ini dilakukan pada ruang


Perawatan I pada RSUD B dengan uraian denah sebagai berikut (gambar denah
ada pada lampiran):
Sebelah Utara berbatasan dengan rumah warga
Sebelah Selatan berbatasan dengan ruang bersalin
Sebelah Barat merupakan ruang perawat dua
Sebelah Timur merupakan rumah warga
2. Peralatan dan Fasilitas
a. Fasilitas untuk petugas kesehatan
Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan ruang perawat
Kamar mandi perawat/ WC
Nursing station berada di tengah ruangan VIP, Kelas 1 dan Kelas II
b. Fasilitas dan bahan kesehatan yang ada di ruang Perawatan I pada Rumah
Sakit Umum Daerah B.

No

Nama barang

Jumlah

Kondisi

Idealnya

Usulan

1.

Tempat Tidur pasien

2 buah

Baik

2.

Bed shet kabinet

1 buah

Baik

3.

Nurse call

3 buah

Baik

4.

Bel pasien

2 buah

Baik

5.

AC

1 buah

Baik

6.

Kursi roda

1 buah

Baik

7.

Branchart

2 buah

Baik

8.

Jam dinding

1 buah

Baik

9.

Stetoskop anak

15 buah

Baik

10.

Stetoskop dewasa

1 buah

Baik

11.

Tensi raksa lama

1 buah

Baik

12.

Syringe pump

1 buah

Baik

13.

Timbangan bayi

3 buah

Baik

14.

Timbangan badan

1 buah

Baik

15.

Senter

2 buah

Baik

16.

Bak injeksi

1 buah

Baik

17.

Tempat sampah medis

3 buah

Baik

18.

Tempat sampah non

1 buah

Baik

19.

medis

1 buah

Baik

20.

Bel pasien

1 buah

Baik

21.

Lemari kaca

1 buah

Cukup

22.

Lemari besi

1 buah

baik

23.

Lemari kayu

1 buah

Baik

24.

Lemari Tas perawat

1 buah

Baik

25.

Tensimeter

1 buah

Baik

26.

Pinset anatomis

1 buah

Baik

27.

Pinset cirurgis

1 buah

Baik

28.

Gunting verban

2 buah

Baik

29.

Korentang dan tempat

15 buah

Baik

30.

Bengkok

1 buah

Baik

31.

Suction

15 buah

Baik

32.

Telepon

2 buah

Cukup

33.

Komputer

15 buah

baik

34.

Alat pemadam

2 buah

Baik

35.

kebakaran

1 buah

Baik

36.

Lemari obat

1 buah

Baik

37.

Kereta obat

1 buah

Baik

38.

Standard infus

1 buah

Baik

39.

Ambu bag set

1 buah

Baik

40.

Kursi Lipat

2 buah

Baik

41.

Manometer O2

3 buah

Baik

42.

lengkap

1 buah

Baik

43.

Standard O2

5 buah

Baik

44.

Termometer

5 buah

Baik

45.

Alat EKG

1 buah

Baik

46.

Nebulizer

5 buah

Baik

47.

Rawat luka set

1 buah

Baik

48.

GDA Stick

1 buah

Baik

Kom

Baik

Tromol

Baik

Troli
Kabel olor
Tv
Wastafel
Pembaca rontgen
Kipas angin
Kursi roda
Baki steril
Kamar mandi

3. Administrsi Penunjang
a.Buku laporan injeksi digabung dengan sentralisasi obat
b.

Lembar Dokumentasi

c.Buku status pasien


d.

Buku inventaris ruangan

Sarana dan prasarana di ruang rawat inap perawatan I RSUD B sudah cukup
baik. Fasilitas penunjang seperti 10 kamar mandi pada setiap ruangan dan 1 kantin
kecil kondisinya cukup baik. Ventilasi udara yang terdapat pada setiap ruangan adalah
4 jendela kondisinya baik. Setiap pagi, siang dan sore ruangan dibersihkan oleh
petugas cleaning service dan kondisi ruangan cukup tenang. Ruang perawatan I tidak
memiliki tabung oksigen. Kondisi administrasi penunjang cukup baik, yang terdiri
dari: 1 buah buku laporan, injeksi digabung dengan sentralisasi obat, status pasien,
buku inventaris ruangan. Nurse Station ada 1 diruangan biasanya digunakan sebagai
ruang pertemuan perawat dan membuat asuhan keperawatan klien, kadang-kadang
perawat mengobrol di Nurse Station. Tempat ruang Karu menjadi satu ruangan
dengan ruang perawat.
2.3 Metode Asuhan Keperawatan (M3- Method)
a. Penerapan MAKP
Dari hasil wawancara tentang model asuhan keperawatan yang digunakan
saat ini didapatkan bahwa model asuhan keperawatan yang digunakan
fungsional. Perawat menyatakan mengerti/memahami model yang digunakan
menyatakan cocok dengan model yang ada.
Data yang diperoleh dari pengkajian tentang mekanisme pelaksanaan model
askep didapatkan komunikasi perawat antar profesi seperti dokter dan ahli gizi
terlaksana cukup baik .
b. Timbang Terima
Timbang terima dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada pergantian shift
malam ke pagi (07.00), pagi ke sore (13.00) dan sore ke malam (20.00). Selalu
diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas, dari hasil observasi
pelaksanaan timbang terima selalu tepat waktu dan anggota fungsional selalu
lengkap. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala ruangan apabila timbang
terima pada pagi hari. Untuk hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam timbang
terima, semua perawat dapat menyebutkan dengan benar & menyiapkan hal-hal

yang akan dibutuhkan dalam timbang terima, meliputi catatan perkembangan


kondisi pasien, buku timbang terima dll. Sedangkan untuk hal-hal yang
disampaikan selama timbang terima, yaitu tentang diagnosa medis, keluhan
utama, tindakan yang sudah di lakukan dan tindakan yang akan di lakukan
tetapi pada timbang terima ini belum di sampaikan diagnosa keperawatan.
Dalam setiap timbang terima selalu ada klarifikasi langsung, tanya jawab dan
validasi terhadap semua hal yang ditimbang terimakan.
Dari observasi bahwa perawat mengetahui hal-hal prinsip tentang teknik
penyampaian timbang terima ketika di depan pasien yang meliputi penggunaan
volume suara yang cukup sehingga tidak mengganggu pasien di sebelahnya,
sesuatu yang dianggap rahasia disampaikan dengan bahasa medis, dll. Selalu
ada interaksi dengan pasien saat timbang terima berlangsung, minimal
menanyakan apa yang dirasakan pasien saat ini, semalam bisa tidur atau tidak,
dll. Lama timbang terima bervariasi tergantung kondisi pasien, semakin banyak
yang akan dilaporkan, semakin lama waktunya, menurut observasi langsung,
biasanya tidak lebih dari lima menit untuk tiap pasien.
Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus yang akan
ditandatangani oleh perawat yang melaporkan, perawat yang menerima laporan
dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan timbang terima, kepala ruangan
mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi
kesiapan shift selanjutnya. Kemudian timbang terima akan ditutup oleh kepala
ruangan.
c. Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara dengan perawat, pelaksanaan ronde keperawatan di
ruang perawatan I belum pernah di lakukan sebelumnya. Perawat di ruang
perawatan I mengaku belum terlalu faham tentang ronde keperawatan
karenakan 90% dari perawat yaitu pendidikan DIII.
d. Pengelolaan Logistik dan Obat

di

Data yang diperoleh tentang pengadaan sentralisasi obat di ruangan


tersebut tidak di adakan sentralisasi obat, ini bisa dilihat tidak adanya ruangan
khusus obat, sehingga pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal. Selama ini
format yang ada masih obat oral dan injeksi sedangkan yang lain tercampur
pada salah satu dari keduanya.
Adapun data tentang alur penerimaan obat yang didapat obat yang
diperoleh dari keluarga langsung, kemudian dibawa ke ruang perawatan untuk
diberikan kepada perawat. Dari wawancara dengan perawat bahwa selama ini
masih belum ada format persetujuan sentralisai obat untuk pasien kepada
keluarga pasien. Selama ini hanya melalui inform consent kepada keluarga
dalam persetujan pemberian obat yang sekiranya memebutuhkan persetujuan
(pemberian antibiotik dengan dosis tinggi dan mahal).
Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya almari khusus
penempatan obat sedangkan alat-alat kesehatan hanya sebagian ada dengan
jumlah terbatas. Selama ini obat-obatan bagi pasien sendiri dengan etiket
kepemilkikan. akan tetapi proses keluar masuknya tidak didokumentasikan. .
e. Discharge Planning
Dari hasil observasi yang dilakukan, discharge planning sudah
dilaksanakan, saat pasien akan pulang dan isinya penjelasan tentang penyakit
yang diderita pasien,alasan pasien di pulangkan dan apa saja yang di bawa
pulang (hasil lab,foto,ecg,obat dll) setelah perawatan. Akan tetapi ada sedikit
kekurangan dalam format discharge planning yaitu tidak di cantumkan waktu
control, aturan diet, perawatan yang di lakukan dan yang tidak boleh di lakukan
di rumah setelah pulang dari rumah sakit.
Dalam melakukan discharge planning perawat tidak pernah memberikan
brosur maupun leaflet pada pasien, sehingga pasien kadang lupa tentang
penjelasan yang sudah diberikan oleh para perawat. Sedangkan bahasa yang
digunakan oleh perawat tersebut kebanyakan adalah bahasa Indonesia dalam
memberikan discharge planning dan sisanya menggunakan bahasa jawa dalam
memberikan discharge planning.

f. Supervisi
Dari observasi dan wawancara dengan perawat dan kepala ruangan yang
dilakukan mahasiswa saat melakukan praktek manajemen keperawatan,
didapatkan data bahwa tidak ada supervisi dari bagian manajemen rumah sakit.
Di ruang perawatan I kepala ruangan secara langsung melakukan supervisi
kepada ketua tim dan ketua tim secara langsung melakukan supervisi kepada
perawat pelaksana. Kemudian ketua tim melaporkan hasil supervisi perawat
pelaksana kepada kepala ruangan (supervisi tidak langsung) dan hasil ini
dijadikan dokumentasi untuk ruangan..
Mengingat perlunya perhatian ekstra untuk ruangan, maka kepala ruangan
menyampaikan hasil penilaian dari supervisi kepada perawat secara fair sesuai
dengan hasil yang di dapat. menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk
berubah.
g. Dokumentasi
Dari Observasi yang dilakukan, model dokumentasi keperawatan yang
digunakan di ruang perawatan I adalah model dokumentasi PIE. Dokumentasi
Keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian keluhan utama, serta diagnosa
keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.
Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat dalam
pengkajian dan pengisiannya. Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara
manual (belum ada komputerisasi). Catatan keperawatan berisikan jawaban
terhadap nasihat dokter dan tindakan mandiri perawat, tetapi belum semua
tindakan didokumentasikan. Dokumentasi asuhan keperawatan dilaksanakan
segera setelah pasien masuk atau terjadi masalah keperawatan.
Sedangkan untuk efisiensi dan efektifitas model pendokumentasian dapat
dilihat dari perawat yang cekatan dalam melakukan dokumentasi sebelum dan
sesudah dokter visite format yang digunakan sangat membantu (memudahkan)
dalam melakukan pengkajian pada pasien.
2.4 Metode Asuhan Keperawatan (M4-Money)

Sebagian besar pembiayaan di ruangan berasal langsung dari Rumah Sakit.


Gaji perawat untuk PNS diatas 2-3 juta dan honorer 800-1 juta/bulan. Untuk
tambahan tujangan gaji bagi perawat berasal dari dana BPJS dan dari rumah sakit,
dan dibagikan ssetiap 3 bulan sekali + 500 ribu. Dimana untuk setiap perawat sudah
mendapat tanggung jawab masing-masing. Seperti penanggung jawab inventaris,
penanggung jawab logistik keperawatan, dan setiap perawat ikut serta menjaga
inventaris yang ada. Untuk pembiayaan pasien paling banyak memakai BPJS dari
pada umum. Sedangkan pasien yang memakai askes PNS, askes SWASTA, dan
Jamsostek tidak ditemukan. Untuk pembiayaan di kelas VIP dan Utama sebagai
berikut :
1. VIP
Dengan pelayan dr. spesialis
MAMIN
JP
Rp.60.000
Rp.108.000
Dengan pelayanan dr. umum
MAMIN
JP
Rp.60.000
Rp.96.425

JRS
Rp.141.500
JRS
Rp.119.000
2. KELAS UTAMA
JRS
Rp.141.500
JRS
Rp.119.000

Dengan pelayanan dr. spesialis


MAMIN
JP
Rp.60.000
Rp.108.000
Dengan pelayanan dr. umum
MAMIN
JP
Rp.60.000
Rp.96.425

TOTAL
Rp.310.000
TOTAL
Rp.275.500

TOTAL
Rp.310.000
TOTAL
Rp.275.500

2.5 Metode Asuhan Keperawatan (M5-Marketing)


1. Keadaan Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada hari Senin tanggal 23 Februari
dan 2015 dan 24 Februari 2015 didapatkan data BOR pada serangkaian data sesuai
kapasitas tempat tidur pasien di ruang Perawatan 1 RS.B yaitu

Pasien yang dirawat di ruamg Perawatan ini berasal dari daerah sekitar wilayah
Mojokerto khususnya wilayah Kabupaten Mojokerto. Sumber keuangan dari pasien
yang dirawat pada umumnya berasal dari BPJS dan pembiayaan umum (oleh diri
sendiri). Tetapi sebagian besar pasien yang dirawat bersumer keuangan dari BPJS.
Tingkat pendidikan pasien yang dirawat pun bermacam-macam, ada yang anak-anak,
SD, SMP, SMA sampaiyang sudah berjenjang perguruan tinggi. Hal ini
mempengaruhi pelayanan yang akan diberikan.

2. Alur Pasien Masuk


Alur Pasien Masuk
Pasien
A
baru

Poli

IGD

R. Perawatan
1

Sembuh
Pulang Paksa

Pindah
Ruangan

R. perawat 2 &
3

3. Gambaran Alos (Average Long Of Stay) di Ruang Perawatan 1


Berdasarkan data pada bulan Januari 2015 di Ruang Perawatan 1 jumlah total
lama hari dirawat 30 hari, sedangkan jumlah total pasien yang keluar hidup

VK

sebesar dan 4 0rang yang meninggal dunia, sehingga ALOS ruang Perawatan
1 sebesar 59 hari
4. Produk unggulan
Ruang Perawatn 1 sebagai ruang perawatan yang dipergunakan bagi
penedrita
Dilengkapi dengan fasilitas khusus pada kelas VIP.
Ruang ini juga dipergunakan sebagai tempat praktik mahasiswa kesehatan seperti
Fakultas STIKES Keperawatan S1, Akper, dan mahasiswa Kebidanan.

LANGKAH 2: ANALISIS SWOT


Pada Analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. Pengisian Item IFAS dan EFAS:


Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada dalam
pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan data pada
bagian lain di dalam buku ini). Data tersebut dibedakan menjadi 2, yaitu IFAS
(internal factors) yang meliputi aspek Weakneses dan Strength dan faktor EFAS
(External factors) yang meliputi aspek Opportunity dan Threatened.
2. BOBOT:
Beri Bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 tidak
penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan.
3. RATING:
Hitung rating, dgn masing-masing faktor dgn memberikan skala mulai 4 (sangat
baik / outstanding) sampai dengan 1 (kurang / poor, berdasarkan pengaruh faktor
tersebut. Data rating didapakan berdasarkan hasil pengukuran baik secara observasi,
wawancara, pengukuran langsung. Faktor Strength dan Opportunity menggambarkan
nilai kinerja positif, sebaliknya faktor Weakneses dan Threatened menggambarkan
nilai kinerja yang negatif. Kemudian kalikan Bobot dengan rating untuk
mendapatkan nilai masing-masing faktor.
4. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, maka untuk mendapatkan nilai
IFAS adalah: S W dan EFAS adalah O-T. Hasil dari nilai IFAS dan EFAS kemudian
dimasukkan di dalam diagram layang (Kit Quadran) untuk mengetahui masalah dan
strategi perencanaan berdasarkan letak quadran.
a. Pada quadran WO, strategi perencanaan adalah progressive / turn around dengan
tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan kelemahan internal utuk
mendapatkan kesempatan (Opportunity).
b. Pada quadran SO, strategi perencanaan adalah agressive dengan tujuan yang
ingin dicapai adalah megembangkan kekuatan internal yang ada
utuk
mendapatkan kesempatan (Opportunity) yang lebih dalam menghadapi persaingan.
c. Pada quadran ST, strategi perencanaan adalah diversification dengan tujuan yang
ingin dicapai adalah merubah kekuatan internal yang ada utuk mengantisipasi
faktor Threatened (ancaman) dari luar.

d. Pada quadran WT, strategi perencanaan adalah deffensive dengan tujuan yang
ingin dicapai adalah mempertahankan eksistensi agar instiusi / perusahaan tetap ada
dan dapat menjalankan fungsinya secar minimal.
BAB 3
ANALISIS SWOT

No
.
1.

ANALISIS SWOT

BOBOT

RATING

BOBOT X
RATING

0,2

0,4

0,1

0,2

0,1

0,2

0,3

0,9

0,13

0,3
6

0,17

M1 (Ketenagaan)
a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. 69,2% Perawat menyatakan bahwa struktur
organisasi yang ada sesuai dengan kemampuan
perawat
2.61,5% Perawat menyatakan pembagian tugas
sesuai dengan struktur organisasi yang ada
3. 76,9% perawat menyatakan kepala ruangan
sudah optimal dalam melaksanakan tugas-tugas
nya.
4. Jenis ketenagaan di ruangan :
S1 Kep = 2 Orang
D-III = 4 Orang
SPK
= 7 Orang
5. Adanya perawat yang mengikuti seminar dan
workshop.
6. Beban kerja perawat di ruangan tidak terlalu
tinggi.

0,5
1

TOTAL
1
WEAKNESS
1.Jumlah perawat masih belum sebanding dengan
jumlah pasien.
2. Sebagian perawat belum memahami peran dan
fungsinya.

0,25

0,19

2,5
7

S-W
=
2,572,2=
0,37

3. Kurang disiplin nya pegawai.


4. Pembagian tugas masih belum jelas.
5.54% perawat masih berlatar pendidikan berlatar
pendidikan SPK.

0,5
0,2
0,2

3
2

0,16

TOTAL
OPPORTUNITY
1. 60% perawat mempunyai kemauan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi
2. Rumah Sakit memberikan kebijakan untuk
memberi beasiswa dan pelatihan bagi perawat
ruangan.
3. Jumlah pasien di ruang internal wanita 60%
dengan tingkat ketergantungan minimal.
4. Adanya POS membantu pekerjaan perawat
ruangan.
5. Adanya kebijakan pemerintah tentang
profesionalisme perawat.

0,6
0,4

0,28

0,3
2

2,2
0,2

0,2

0,8
4

0,19

0,6

0,13

TOTAL
THREATENED
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk
pelayanan yang lebih professional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan.
3. Persaingan dengan masuknya perawat asing.
4. Kebijakan pemerintah tentang askeskin.
5. Rendahnya kesejahteraan perawat.
6. Adanya pertanggung jawaban legalitas bagi
pasien.
TOTAL

0,3
8

0,4
1
0,3
8
0,17

2
0,3
6

0,12

0,1

0,15

0,3
0,16

3
3

2,5
8

0,3
4

O-T=
2,582,46
=0,12

0,2
4

0,2
0,3
0,9
0,4
8

2,4
6
2.

M2 (Sarana dan Prasarana)


a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. Menurut angket 100%, lokasi dan denah sudah
baik
2. Mempunyai sarana dan prasarana untuk pasien
dan tenaga kesehatan.
3. Tersedianya Nurse Station.
4. Menurut angket 100%, perawat dapat
menggunakan peralatan perawatan
TOTAL
WEAKNESS
1. Menurut angket 6,25%, peralatan diruangan
belum lengkap untuk perawatan pasien
2. Menurut angket 6,25%, jumlah alat yang
tersedia tidak sesuai dengan rasio pasien
3. Menurut angket 50%, Fasilitas diruangan belum
lenkap untuk perawatan pasien.
4. Menurut angket 75%, administrasi penunjang
tidak memadai.

0,4
0,1

3
2

0,3
0,2

2
3

0,6
0,6

1
1,5
2
0,3

0,3

0,6

0,2

0,9

0,2

0,4

TOTAL

0,4
1

b. Eksternal Faktor (EFAS)

0,1
2
0,2

S-W
=
1,522,3 =
- 0,78

2,3
OPPORTUNITY
1. Menurut angket 100%, perawat akan berencana
untuk menambah peralatan perawatan

TOTAL

O-T =
4-1=3
4

1
THREATENED
1. Menurut angket 87,5%, perawat tidak
berencana merenovasi ruangan

TOTAL

0,5

1.

M3-METHOD (MAKP)
Penerapan Model
a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1.
sudah ada model asuhan keperawatan yang
digunakan yaitu TIM.
2.
Model yang digunakan sesuai dengan visi
dan misi ruangan.
3.
Kebanyakan/hampir
semua
perawat
mengerti/memahami model yang digunakan
dan menyatakan cocok dengan model yang ada.
4.
Model yang digunakan cukup efisien.
5.
Memiliki standart asuhan keperawatan.
6.
Terlaksananya komunikasi yang cukup baik
antar profesi

0,4

1,2

0,2

0,6

0,10

0,3

0,14

0,4
2

0,15

TOTAL
0,11
WEAKNESS
1. Kurangnya kemampuan perawat dalam

0,4
5
0,2

SW
=
3,173,1 =
- 0,07

pelaksanaan model yang telah ada.


2. Hanya sedikit perawat yang mengetahui
kebutuhan perawtan pasien secara
komperehensif.
3. Job yang kadang-kadang tidak sesuai dengan
lulusan akademik yang berbeda tingkatannya
(kurang jelas).
4. Kurangnya jumlah tenaga yang membantu
optimalisasi penerapan model yang digunakan

0,4

0,3

3
1,6

0,15

TOTAL

b. External Factor (EFAS)

0,9

0,15

OPPORTUNITY
1.
Kepercayaan dari pasien dan
masyarakat cukup baik
2.
Adanya kerjasama dengan institusi
klinik-klinik independen
3.
Ada kebijakan pemerintah tentang
profesionalisme
TOTAL
THREATENED
1. Persaingan dengan RS lain
2. Tuntuan masyarakat akan pelayanan yang
maksimal
3. Kebebasan pres mengakibatkan mudahnya
penyebaran informasi di dalam ruangan ke
masyarakat
TOTAL

3,1
7

0,3

0,3

3,1
0,40

0,25

0,30

1,2
0
0,5
0

0,1
0,6

1
2

0,3

0,3
0

2
Dokumentasi Keperawatan

OT
=
2
1,6 =
0,4

a. Internal Factor (IFAS)


1

2.

0,1
1,2
0

STRENGTH
1. Tersedianya sarana dan prasarana (administrasi
penunjang)
2. Sudah ada sistem pendoku-mentasian POR
3. Dokumentasi keperawatan yang dilakukan
meliputi pengkajian menggunakan sistem
Head to Toe dan ROS, serta diagnosa
keperawatan sampai dengan evaluasi dengan
menggunakan SOAP
4. Format pengkajian sudah ada dan dapat
memudahkan perawat dalam pengkajian dan
pengisiannya.
5. 8 perawat (72,7%) mengatakan mengerti cara
pengisian format dokumentasi yang digunakan
dengan benar dan tepat
6. 6 perawat (54,5%) mengatakan melakukan
dokumentasi segera setelah melakukan
tindakan
7. 8 perawat (72,7%) mengatakan format yang
digunakan sangat membantu dalam melakukan
pengkajian pada pasien

0,2

0,13

0,30

0,10

TOTAL

0,17

0,05

0,05

WEAKNESS
1. Sistem pendokumentasian masih dilakukan
secara manual (belum ada komputerisasi)
2. Belum
semua
tindakan
perawat
di
dokumentasikan
3. Dokumetasi tidak segera dilakukan setelah
melakukan tindakan tetapi kadang-kadang
dilengkapi saat pasien mau pulang atau apabila
keadaan ruang memungkinkan
4. Catatan
perkembangan
pasien
kurang
berkesinambungan dan kurang lengkap
5. Respon pasien kurang terpantau dalam lembar
evaluasi

0,3

1,6

0,4
0,2
6

0,7
5

0,3

0,2
4
1

S-W=
2,22,4
= -0,2

6. Dari 20 rekam medis pasien yang ada hanya 12


rekam medis yang ditulis dengan lengkap dan
tepat waktu
7. 6 perawat (54,5%) mengatakan model
dokumentasi yang digunakan menambah
beban kerja perawat
8. 5 perawat (45,4%) mengatakan model
dokumentasi yang digunakan menyita banyak
waktu perawat

0,20

0,1

0,10

0,1

0,25

TOTAL

0,1

2,2
2
0,6

b. Eksternal Factor (EFAS)


0,1
OPPORTUNITY
1. Adanya
program
pelatihan
tentang
pendokumentasian keperawatan
2. Peluang
perawat
untuk
meningkatkan
pendidikan (Pengembangan SDM)
3. Adanya mahasiswa PSIK praktik manajemen
keperawatan
4. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa
dan perawat ruangan

3
0,2

0,1

3
0,2
5

0,1

0,05

0,3

TOTAL
0,3
TREATHENED
1. Adanya kesadaran pasien dan keluarga akan
tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Akreditasi rumah sakit tentang sistem
dokumentasi

1
0,3

0,2

0,3

0,3

TOTAL
Ronde Keperawatan
a. Internal Factor (IFAS)

0,1
5
0,3

STRENGTH
1.
Ruangan mendukung adanya kegiatan ronde

3
O-T =

keperawatan
2.
Adanya kemauan perawat untuk berubah
3.
Adanya kasus yang memerlukan perhatian
khusus oleh perawat ruangan dan kepala
ruangan misalnya gangren
4.
Adanya
pembentukan
tim
dalam
pelaksanaan ronde keperawatan

0,2

2,4

0,6

0,5

2,72,5=
0,2

0,6
TOTAL

3.

WEAKNES
1.
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang
belum dapat dilaksanakan secara optimal di
ruang interna wanita
2.
Tim yang dibentuk cukup mampu dalam
pelaksanaan ronde dan penyelesaian tugas
3.
Jumlah perawat yang tidak seimbang
dengan njumlah perawat

0,5

2
0,9

1
0,6
2,7
0,18

3
1,5

TOTAL
b. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1.
Adanya pelatihan dan diskusi tentang
masalah yang terjadi di ruang interna wanita
2.
Adanya kesempatan dari kepala ruang dan
perawat ruangan untuk mengadakan ronde
keperawatan

0,22

0,3

2,5
0,30

S-W=
2,162,45
=
-0,16

TOTAL
0,45
TREATENED
1.
Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
pasien dan keluarga pasien untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih professional
2.
Persaingan antar ruang interna yang
semakin kuat dalam pemberian pelayanan

0,5
4
0,6
6

0,26

2
1,9

0,29

TOTAL

0,6
1

Sentralisasi Obat
a. Internal Factor (IFAS)

2,1
6

STRENGTH
1.
Semua perawat mengemukakan jawaban
mengerti tentang sentralisasi obat.
2.
Di ruangan tersebut ada sentralisasi obat. ini
bisa dilihat adanya ruangan khusus obat.
3.
Sebagian besar perawat pernah berwenag
mengurusi sentralisasi obat
TOTAL
WEAKNESS
1.
Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal
2.
Selama ini format yang ada masih obat oral
dan injeksi. dan yang lain tercampur pada salah
satu dari keduanya.
3.
Selama ini belum ada format persetujuan
sentralisai obat untuk pasien.
4.
Alat-alat kesehatan hanya sebagian ada
dengan jumlah terbatas.
5.
Teknik sentralisasi obat belum jelas

0,62

3
0,9

0,38

2
0,5
2

1
0,5
8
0,85

3
2

0,15

1,8
6

1
TOTAL

0,7
6
4.

b. External Factor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Kerjasama yang baik antara perawat dan
mahasiswa
2. Adanya mahasiswa PSIK yang praktek
manajemen keperawatan
TOTAL

0,5

0,3

0,2

2.6
2

O-T=
2,622,85
=
-0,23

THREATENED
1. Adanya tuntutan akan pelayanan yang
profesional
2. Kurangnya kepercayaan pasien terhadap
sentralisasi obat.
TOTAL

2,5
5
1

0,2

0,2

0,3

0,2

0,1

0,3
0

2,8
5

SW
=
2,9
2,3=
0,6

Supervisi
a.
Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1.
RSUD Y merupakan RS Pendidikan
tipe B yang menjadi RS rujukan bagi wilayah
setempat.
2.
Ruang Interna Wanita merupakan
ruangan yang memerlukan perhatian ekstra dari
petugas kesehatan
3.
Adanya kemauan perawat untuk
berubah.
4.
Kepala ruang Interna Wanita dan
kepala ruangan mendukung kegiatan supervisi
demi peningkatan mutu pelayanan mutu
pelayanan keperawatan.
TOTAL
WEAKNESS
1.
Belum ada uraian yang jelas tentang
supervisi.
2.
Belum mempunyai format yang baku
dalam pelaksanaan supervisi
3.
Kurangnya
program
pelatihan
dan
sosialisasi tentang supervisi.

1,5
1
0,6

0,8
0,6

0,4

2,9

0,4
0,6

0,4

0,6

3
0,6

1
0,4

OT

TOTAL
0,3
b.

External factor (EFAS)


2,3

5.

OPPORTUNITY
1.
Adanya mahasiwa PSIK yang praktek
manajemen keperawatan.
2.
Adanya jadwal supervisi keperawatan oleh
pengawas perawat setiap bulan.
3.
Terbuka kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan atau magang.

0,16

=
2,4
2,6 =
0,2

2
1,2

0,14

4
1,2

TOTAL
0,5
TREATHENED
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk
mendapatkan pelayanan yang profesional dan
bermutu sesuai dengan peningkatan biaya
perawatan.
TOTAL
Timbang Terima
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
Timbang terima merupakan kegiatan
rutin, yaitu dilaksanakan dua kali dalam sehari
Diikuti oleh semua perawat yang telah
dan akan dinas
Timbang terima dipimpin oleh kepala
ruangan
Ada klarifikasi, tanya jawab, dan
validasi terhadap semua yang ditimbang
terimakan
Semua perawat tau hal-hal yang perlu
dipersiapkan dalam timbang terima
Selalu ada interaksi dengan pasien
selama timbang terima
Semua perawat mengetahui prinsipprinsip tentang teknik penyampaian timbang

3
2,4

0,2

2
0,8
1,8

1
2,6
0,4

0,4

0,2

S-W=
2,782,2=
0,58

0,3
2

0,3

0,4

0,5
6

terima di depan pasien


Ada buku khusus untuk pelaporan
timbang terima

1,5
0,3

0,4

2,7
8

TOTAL
WEAKNESS
1.
Perawat kurang disiplin waktu timbang
terima
2.
Masalah keperawatan lebih fokus pada
diagnosa medis
3.
Data hanya ditulis di secarik kertas
sehingga kadang hilang saat akan dilaporkan
4.
Dokumentasi masih terbatas sehingga
rencana tindakan belum spesifik

0,8
1

0,8

TOTAL
b. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1.
Sarana dan prasarana penunjang cukup
tersedia
6.

TOTAL
THREATENED
1.
Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional
2.
Meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
TOTAL
Discharge Planning
Internal Factor (IFAS)

0,6

0,05

0,1

0,05

0,9

0,2

0,8

0,1

0,6

0,2

2,2

2,3
0,2

STRENGTH
1. Adanya kemauan untuk memberikan
pendidikan kesehatan (Discharge Planning)
kepada pasien dan keluarga pasien.

O-T=
2,32=
0,3

2
2

0,1

S-W=
2,4-=

2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada


pasien dan keluarga saat akan pulang.
3. Perawat menggunakan bahasa Indonesia saat
melakukan Discharge Planning.
4. Adanya pembagian tugas secara lisan tentang
pelaksanaan Discharge Planning.
5. Adanya pemahaman tentang Discharge
Planning oleh perawat.
TOTAL

0,7
1

0,4

0,2

0,1

0,2
WEAKNESS
1. Pelaksanaan Discharge Planning belum optimal.
2. Tidak tersedianya brosur/leaflet untuk pasien
saat melakukan Discharge Planning.
3. Tidak tersedianya anggaran untuk Discharge
Planning.
4. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan
secara lisan pada setiap pasien/keluarga.
5. Belm optimalnya pendokumentasian Discharge
Planning.

0,3

3
0,1

0,1

0,6

0,2
1
0,6

TOTAL

0,4
1

External Factors (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa PSIK yang melakukan
praktik
2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa
dengan perawat klinik.
3. Kemauan pasien/keluarga terhadap anjuran
perawat.
TOTAL
TREATHENED
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan keperawatan yang

0,2

0,5

0,5

2,4

1,2
0,4

0,9

O-T=

profesional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan.
3. Persaingan antar ruang yang semakin ketat.

0,3

0,3

32,5=
0,5

2,8

TOTAL
7.

2
0.2
2

0.15

0.15

0.2

1
1,5
0,2
0,2

2,5

0,3
0,1
0,9
0,2
0,6
1

S-W=
2,5-2,6
= -0,1

0,3

0,3

0,3

0,3
0,4
0,4
2,5
1
0,4
0,3
0,6
0,4
1,2
0,3

0,2

0,2
1
2,6

0,9
0,9
1,2

O-T=
3-3,4=
-0,4

0,3

1,6

0,9

3,4
M4 MONEY
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH

WEAKNESS
B. Eksternal Factor (EFAS)
OPPORTUNITY

TREATHENED

Anda mungkin juga menyukai