Apakah Biopori
Apakah Biopori
Biopori, membuat tanah di lingkungan kita sehat. Tanah yang sehat akan
membantu kita untuk :
1.
Menyerap air hujan : bila biopori ada dalam jumlah banyak, maka
kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan semakin
meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air akan
memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah.Dengan
perkataan lain akan dapat mengurangi bahaya banjir atau genangan.
Genangan yang tidak segera mengering akan menjadi sarang nyamuk dan
berbagai sumber bibit penyakit lainnya.
2. Menyuburkan tanah : tanah yang mengandung banyak biopori menyehatkan
tanaman. Tanah yang sehat adalah tanah yang gembur mengandung banyak
rongga di mana air dan udara tersimpan.
3. Mendaur ulang sampah organis menjadi kompos yang bermanfaat : di dalam
biopori, secara alami hidup berbagai jenis flora-fauna yg aktif dan selalu
bekerja mencari makanan. Bahan organis yang mereka makan akan berubah
menjadi kompos. Dengan bantuan mereka, kita bisa dengan mudah
mengolah sampah organis kita sendiri di sekitar tempat tinggal kita, tanpa
harus mengirimnya ke TPS dan TPA. Yang kita lakukan cukup dengan
memasukan sampah organis kita ke lubang resapan biopori (yang juga
bermanfaat sebagai makanan mereka).Dengan demikian, biopori pun
berfungsi mengatasi permasalahan sampah organis sejak di sumbernya.
Organisme penghuni tanah aktif membuat biopori tanpa campur tangan manusia.
Tugas manusia hanyalah memberi makan. Dan makanan mereka adalah sampah
organis dari sisa makanan kita sehari-hari atau dari kebunkita. Kerjasama yang
menguntungkan bukan ?
Tidak terlalu kecil sehingga masih mudah memasukan berbagai jenis bahan
organis
2.
Sebagian besar sampah yang kita buang adalah sampah organis (sekitar 6070%) karena itu kita perlu memperhatikan dampak sampah organis yang kita
buang.
1.
Sampah organis bila kita buang ke TPS akan dikirim ke TPA dan akan
menjadi bahan sia-sia yang :
a. Merugikan masyarakat sekitar TPA dari bau yang dihasilkan
dan kemungkinan terjadinya ledakan gas metan seperti yang
terjadi di Leuwigajah
b. Menghabiskan dana ratusan juta rupiah per hari untuk
pengangkutan dan pengurusannya dari TPS ke TPA
2. Sampah organis yang kita buang sembarangan dapat menghasilkan bibit
penyakit bagi kita dan orang lain
3. Sampah organis yang dibuang ke sungai akan mencemari sungai dan laut
4. Pembakaran sampah organis (baik sampah dapur mapun kebun) justru
melepaskan CO2 ke udara sehingga fungsi tanaman sebagai penangkap gas
rumah kaca menjadi tidak efektif. LRB diharapkan berfungsi sebagai
tambatan Karbon, dengan membenamkan sampah organik kedalamnya.
Oleh karena itu dengan menempatkan LRB disekitar tanaman dalam taman
dapat membantu mengatasi sampah taman, meringkankan perkerjaan tukang
kebun karena tempat sampat tersedia di tempat, dan meringankan beban
penanganan sampah organis di TPS dan atau di TPA, karena sampah
organis habis diuraikan dalam LRB, di sekitar sumber sampah itu dihasilkan.
Sebaliknya, mengolah sampah organis sendiri justru membuat lingkungan
kita sehat dan menghasilkan kompos yang bermanfaat. Hanya dengan
mengolah sampah organis sendiri, 60% sampah yang kita hasilkanberkurang.
1.
2.
Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diamter 10 cm.
Kedalaman kurang lebih 100 cm atau sampai melampaui muka air tanah bila
air tanahnya dangkal. Jarak antar lubang antara 50 100 cm
Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa
tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput
3. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya
sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
4. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir
musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
Catatan:
1.
(lihat gambar)
2. Jaga lubang resapan selalu penuh teriisi sampah organik. Jika sampah
organik belum/tidak cukup maka disumbatkan dibagian mulutnya. Dengan
cara seperti ini maka lubang tidak akan berpotensi terisi oleh material lain
seperti tanah atau pasir. Selain itu, jika ada jenis sampah yang berpotensi
bau dapat diredam dengan sampah kering yang menyumbat mulut lubang
resapan biopori.
3. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 3 cm dengan tebal
2 cm di sekeliling mulut lubang.
1.
Bila kita ingin memaksimalkan peran LRB untuk menyerap air sehingga
seluruh air hujan akan terserap di lahan kita, berikut adalah cara perhitungan
yang disarankan oleh tim Biopori IPB. Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
Jumlah LRB = intensitas hujan(mm/jam) x luas bidang kedap (m 2) / Laju
Peresapan Air per Lubang (liter/jam)
Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan
lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada
100 m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 lubang.
Cara penghitungan mudah untuk memperkirakan secara kasar
kebutuhan biopori per rumah(berdasaran pengalaman Kamir R Brata) :
untuk keluarga standar dengan jumlah keluarga 4-5 orang, dengan luasan
rumah standar, diperlukan sekitar 30-40 lubang. Ini bisa membantu
masyarakat umum mengira-ngira untuk rumahnya.