h antara tekanan air dengan tekanan udara adalah dengan mengurangi ketinggia h 1
dan h2 pada pembacaan tabung pitot (Jamiah, 2013).
Momentum didefinisikan sebagai perkalian massa dengan kecepatan. Massa
didefinisikan sebagai jumlah zat cair yang melalui penampung tertentu tiap satuan
waktu atau aliran massa. Arus zat cair yang mempunyai luas penampang A dan
kecepatan U (Umar, 2012)
Dengan hal tersebut, didapat persamaan umum terhadap debit aliran fluida
sebagai berikut:
Q = V.A
(Sangkertadi, 2001)
Dimana:
Q = Debit aliran (m3/s)
V = kecepatan aliran (m/s)
A = luas penampang (m2)
Dari persamaan diatas dimana debit aliran (Q) sebanding dengan kecepatan
aliran (V) dan luas penampang (A). Luas penampang sangat dipengaruhi oleh
ketinggian bed (z). Apabila ketinggian bed (z) semakin tinggi maka luas penampang
akan semakin kecil sehingga kecepatan aliran (V) akan semakin meningkat. Nilai
kecepatan rata-rata (v) berbanding terbalik dengan luas penampang (A).
Dari hasil percobaan diperoleh data hasil yeng tidak seuai dengan teori pada
setiap laju alir, dimana pada grafik menunjukkan fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh:
1. Laju alir inlet yang tidak konstan
2. Terjadi pressure drop pada pompa sehingga aliran fluida yang mengalir
tidak maksimal.
4.2
vs
vs
= 0 maka nilai
20,557. Untuk aliran turbulen pada laju alir 23 L/menit dengan N Re = 5558,270 pada
= 0 maka nilai
= 0 maka nilai
= 0 maka nilai
= 9,061.
Bilangan Reynold merupakan rasio fluks momentum yang dibawa oleh cairan
secara aksial sepanjang tabung kekental momentum fluks diangkut normal dalam
aliran arus arah radial (Albright, 2009). Diperoleh untuk bilangan Reynold adalah:
Re = ( V L) /
Dimana : Re = Bilangan Reynold
L
(Klara, 2011)
= Densitas (kg/m3)
= Viskositas (Pa.s)
Tiap partikel fluida bergerak sepanjang suatu jalur tertentu yang disebut
sebagai garis alur. Jenis aliran ini disebut sebagai aliran steramline atau aliran
laminar. Jika kecepatan aliran bertambah, gaya inersia setahap demi setahap
melampaui gaya kekentalan. Suatu kecepatan kritis dicapai jika gaya inersia menjadi
sangat besar dibanding gaya kekentalan, sedemikian hingga gaya kekentalana
menjadi tidak efektif dalam mengendalikan pola aliran. Pola teratur yang khas pada
aliran laminar dalam hal ini akan menghilang dan partikel-partikel fluida
menyimpang dari garis arusnya semula, serta mulai bergerak dengan cara yang
sepenuhnya acak. Aliran ini disebut sebagai turbulen (Umar, 2012).
Gambar 4.3 Profil Kecepatan dalam Suatu Pipa. (a) Laminar dalam Pipa (b)
Aliran Turbulen dalam Pipa.
(Umar, 2012)
Dari hasil percobaan pada laju alir 16 L/menit jenis aliran merupakan aliran
transisi sedangkan pada laju alir 23, 33 dan 40 L/menit jenis aliran merupakan aliran
turbulen. Grafik yang dihasilkan untuk aliran transisi dan turbulen tidak sesuai
dengan teori karena grafik yang terbentuk tidak membentuk garis lurus. Hal ini
disebabkan oleh :
1. Laju alir inlet yang tidak konstan
2. Terjadi pressure drop pada pompa sehingga aliran fluida yang mengalir tidak
maksimal.
4.3
vs
dengan
Pada laju
0,745; 0,740; 0,686; 0,757 dan 0,728. Pada laju alir 40 L/menit untuk
= 1,046;
1,067; 1,127; 1,159; 1,221; 1,280; 1,368 dan 1,44, diperoleh nilai
= 0,816;
(Klara, 2011)
(Klara, 2011)
Atau:
V = 2 . g. h
(Griskey, 2002)
A = b.y
(Griskey, 2002)
Dimana : v
y1
y2
H1
H2
Dari hasil percobaan terdapat titik-titik yang tidak sesuai dengan teori dimana
untuk titik-titik tersebut hampir mendekati garis diagonal dan menjauhi garis
diagonal. Adapun penyimpangan yang terjadi disebabkan oleh :
1. Laju alir inlet yang tidak konstan
2. Terjadi pressure drop pada pompa sehingga aliran fluida yang mengalir
tidak maksimal.
4.4
(Nugroho, 2012)
(Nugroho, 2012)
Cv=V2A2/ P2-P1/Sg
Dimana :
Q
= kecepatan (m/s)