Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PERANCANGAN ALAT PROSES

Alat Transportasi Fluida

DISUSUN OLEH:

Ardian Syahputra (120405026)


Walid Al Arfi (120404051)
Samsul Bahri Dmanik (120405069)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN

Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara
permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam
fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan di mana lapisan yang satu akan
mengalir di atas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru. Selama perubahan
bentuk tersebut, terdapat tegangan geser (shear stress), yang besarnya bergantung
pada viskositas fluida dan laju alir fluida relatif terhadap arah tertentu.
Sifat fluida dapat dinyatakan dengan bermacam-macam parameter. Parameter
sifat fluida yang dibicarakan adalah sifar fluida yang berperan dalam aliran fluida.
Bila fluida telah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser tersebut akan
hilang sehingga fluida berada dalam keadaan kesetimbangan. Pada temperatur dan
tekanan tertentu, setiap fluida mempunyai densitas tertentu. Jika densitas hanya
sedikit terpengaruh oleh perubahan yang suhu dan tekanan yang relatif besar, fluida
tersebut bersifat incompressible. Tetapi jika densitasnya peka terhadap perubahan
variabel temperatur dan tekanan, fluida tersebut digolongkan compresible. Zat cair
biasanya dianggap zat yang incompresible, sedangkan gas umumnya dikenal sebagai
zat yang compresible.
BAB II
ISI

Fluida adalah suatu zat yang tak dapat menahan distorsi terus menerus
sehingga bentuknya selalu berubah-ubah sesuai dengan wadahnya. Fluida yang
sebenarnya adalah cairan dan gas, tetapi sekarang padatan pun dapat digolongkan
sebagai fluida bila padatan itu berupa butiran-butiran kecil (serbuk). Pada umumnya
transportasi fluida lebih mudah bila dibandingkan dengan zat padat.Untuk memilih
alat-alat yang akan dipergunakan untuk pengaliran fluida perlu diperhatikan sifat
fisis dan kimia dari fluida tersebut, serta kondisi pengerjaannya. Sifat-sifat fisis dan
kondisi yang dimaksud adalah:
1. Apakah fluida itu bersifat korosif atau tidak
2. Bagaimana kekentalan dari fluida tersebut
3. Apakah fluida itu mengandung bagian-bagian bagian kecil zat padat atau tidak
4. Berapa tekanan kerjanya
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di
dalam fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan di mana lapisan yang satu akan
mengalir di atas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru. Selama perubahan
bentuk tersebut, terdapat tegangan geser (shear stress), yang besarnya bergantung
pada viskositas fluida dan laju alir fluida relatif terhadap arah tertentu.
Bila fluida telah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser
tersebut akan hilang sehingga fluida berada dalam keadaan kesetimbangan. Pada
temperatur dan tekanan tertentu, setiap fluida mempunyai densitas tertentu. Jika
densitas hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang suhu dan tekanan yang
relatif besar, fluida tersebut bersifat incompressible. Tetapi jika densitasnya peka
terhadap perubahan variabel temperatur dan tekanan, fluida tersebut digolongkan
compresible. Zat cair biasanya dianggap zat yang incompresible, sedangkan gas
umumnya dikenal sebagai zat yang compresible.
2.1 Pipa dan Tube
2.1.1 Perbedaan Pipa dan Tube
Dalam perencanaan conduit (piping system) harus diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Diusahakan tekanan seminimum mungkin untuk mengurangi energi
pengaliran.
2. Jangan kotor dan jangan sampai ada kebocoran pada pipa atau tube yang
digunakan.
Perbedaan pipa dan tube adalah dalam hal ukuran panjangnya, ukuran tebal
dindingnya, dan bahan konstruksi dari pipa tau tube tersebut. Fluida cair dapat
dialirkan dalam pipa atau tube yang berpenampang bundar dan dijual dipasaran
dengan berbagai ukuran, tebal dinding, dan bahan konstruksi. Pada umumnya pipa
berdinding tebal, berdiameter relatif besar, dan tersedia dalam panjang antara 20-40
ft. Sedangkan tube berdinding tipis dan biasa tersedia dalam bentuk gulungan yang
panjangnya sampai beberapa ratus kaki. Ujung pipa logam biasanya berulir. Dinding
pipa umumnya kesat, sedangkan dinding tube licin. Potongan-potongan pipa
disambung dengan menggunakan ulir (screw), flens (flange), atau las (weld),
sedangkan tube disambung dengan sambungan kompresi (compression fitting), flare
fitting, atau sambungan solder (soldered fitting). Tube biasanya dibuat dengan teknik
ekstrusi atau cold drawn, sedangkan pipa logam biasanya dibuat dengan teknik las,
cor (casting), dan piercing.

2.1.2 Bahan Bahan Kontruksi Pipa


Dalam pemilihan bahan yang digunakan untuk pembuatan pipa harus
diperhatikan hal-hal berikut : sifat ductulitnya (mudah bengkok), brittleness (udah
rapuh), sifat plastis, ketahanan terhadap korosi, kekuatan pipa, metode pembuatan,
dan cara penyambungannya. Bahan konstruksi pipa terdiri dari 3 macam :
1. Ferrous Metal. Umumnya bahan yang digunakan untuk pipa ferrous metal
adalah baja (campuran besi dan karbon), besi lunak (besi tempa), cast iron, dan
pig iron. Contoh dari ferrous metal adalah: Baja, cast iron, whrought iron, SS
(stainless steel), dan beberapa alloy lainnya.
2. Non Ferrous Metal. Non ferrous metal umumnya digunakan dalam bentuk
campuran (alloy) yaitu campuran antara : (1) Ni dan Cu (monel), (2) Du dan Al
(durion), (3) Zn dan Cu (hastelloy) dan Su dan Cu (bronze).
3. Non Metal. Kelemahan dari non metal adalah tidak kuat seperti metal atau
logam dan biasannya hanya digunakan sebagai pelapis (lining). Contoh Non
metal: Plastik, Kaca, Semen, PVC, dll.

2.1.3 Cara Pembuatan Pipa


Metode yang paling umum digunakan dalam pembuatan pipa yaitu : Welding
(las), Piercing (penembusan), Casting (cetak), dan Extrusion.
1. Welding (Las)
Biasannya digunakan untuk material yang bersifat plastik, dan pipa yang
digunakan kebanyakan berukuran 2. Metode las ada 2 macam yaitu :
a. Butt welding. Dilakukan dengan memanaskan kepingan pipa (plate) yang
tidak lebar (skelp), hingga suhu 2600 0F. Skelp dipanaskan pada suatu
welding belt yang dibengkokkan menjadi bentuk sirkulair dan
pinggirannya sekaligus dilas.
b. Lap welding. Sama seperti butt welding, tetapi pada lap welding kedua
tepi yang akan dilas dipotong miring. Cara ini akan memberikan
sambungan yang lebih kuat daripada butt welding.
2. Piercing (Penembusan)
Cara ini menghasilkan seamless pipe. Biasannya untuk pipa yang
berukuran pendek. Seamless pipe adalah pipa yang tak memakai garis las. Pipa
ini lebih kuat dibandingkam dengan pipa yang dibuat dengan car alas karena
dindingnya yang homogeny dan dibuat dengan cara piercing. Cara piercing
adalah sebagai berikut:
a. Suatu batang baja berbentuk sirkular atau billet, dimasukkan kedalam
piercing mill pada suhu yang sangat tinggi.
b. Piercing mill terdiri dari 2 roll yang menekan billet secara radial yang
dapat membuat lubang ditengah-tengahnya pada suhu yang sangat tinggi.
Pada suhu ini baja akan bersifat plastis. Ukuran pipa dan posisi lubang
diatur dengan mandrel, kemudian diameter dan tebal dinding pipa diatur
dengan seamless pipe melalui dies.
Untuk pipa-pipa yang berukuran pendek seamless pipe dibentuk dengan
cara forging atau cupping. Bukaan sentral dibentuk dengan pukulan terhadap
billet sirkular yang panas.
3. Casting (Cetak)
Casting dipakai untuk material yang rapuh karena material rapuh tidak
dapat di roll atau di-piercing. Satu-satunya cara adalah logam harus dicairkan,
kemudian di cetak didalam cetakan yang bernama centrifugal casting. Dengan
cara ini dihasilkan pipa yang berdinding tebal, homogeny, dan tidak ada lubang
pada dinding-dindingnya.
4. Extrusion
Extrusion sering digunakan untuk pipa yang terbuat dari Pb (timbale).
Cairan pipa dari materil yang bersifat sengat elatis ini dilakukan melalui
extruder sehingga dihasilkan seamless pipe. Selai pipa, tube dari materil ini
sangat plastis dan dapat dibuat dengan cara ini.

2.1.4 Ukuran Pipa dan Tube


Ukuran pipa ini dispesifikasikan oleh diameter dan tebal dindingnya. Diameter
pipa dan tube dinyatakan dengan Nominal Diameter. Untuk pipa baja standar
besarnya berkisar antara 1/8 30 inch. Untuk pipa dengan diameter :
1. 12 disebut juga dengan pipa besar, nominan diameternya sama dengan luas
pipa.
2. 3 12 nominan diameternya mendekati diameter dalam pipa.
3. <3 disebut juga pipa kecil, nominan diameternya tidak sama dengan diameter
dalam dan diameter luar.
Selain pipa baja, pipa yang terbuat dari bahan lain ukuran standarnya sama
seperti pipa baja yang dikenal sebagai IPS (Iron Pipe Size) atau NPS (Normal Pipe
Size). Misalnya pipa nikel berukuran 2 inch IPS, artinya pipa nikel yang mempunyai
diameter luar seperti pipa baja standar 2 inch.Tebal dinding pipa dinyatakan dengan
Schedule number dan untuk tube dinyatakan dengan Birminghams Wires. Gauge
(BWG). Schedule pipa dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Schedule 5, 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, 120, 160
2. Schedule standard
3. Schedule Extra Strong (XS)
4. Schedule Double Extra Strong (XXS)
5. Schedule special
Perbedaan schedule ini dibuat untuk menahan ternal pressure dari aliran,
kekuatan dari material itu sendiri (Strength of Material), mengatasi karat, dan
mengatasi kegetasan pipa.Ukuran dari tube ditunjukan oleh diameter luarnya, nilai
nominalnya adalah besarnya diameter bagian luarnya. Tebal dinding tube digunakan
BWG (Birmingham Wire Gauge) dengan selang antara 24 untuk yang paling ringan
dan 7 untuk yang paling berat.

2.1.5 Pemilihan Ukuran Pipa


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pipa untuk keperluan tertentu
adalah sebagai berikut :
1. Initial Cost ( Biaya awal )
2. Maintenance Cost ( Biaya pemeliharaan )
3. Stock ukuran yang ada
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi dalam pemilihan pipa. Secara umun
ukuran pipa baja yang ekonomis untuk aliran turbulen dinyatakan dengan persamaan
Sarchet dan Colburn berikut :
De = Diameter pipa yang ekonomis
W = Laju aliran massa (lb/hr)
= Densitas fluida (lb/ft3)

2.1.6 Penyambungan
Cara penyambungan umumnya ada 2 macam yaitu :
1. Joints: merupakan cara penyambungan dimana hanya sebagian kecil dari
material yang disambung dan tidak menggunakan material ketiga
2. Fitting: merupakan cara penyambungan pipa dimana digunakan material ketiga
sebagai penyambung.
Cara penyambungan pipa tergantung dari sifat material pipa dan tebal
dindingnya. Pipa dan tube yang memiliki dinding tebal biasannya disambung dengan
jalan : Screw Fitting, Flange, atau Welding (las).

1. Screw Fitting
Ujung pipa yang akan disambung diderat atau dibuat ulirnya pada bagian
luat dengan menggunakan suatu alat. Pembuatan ulir ini harus tapered ( makin
keujung mankin mengerucut ). Oleh karena itu dinding pipa dapat menjadi
lemah dan sambungan yang terjadi tidak terlalu kuat.
Untuk itu dipakai sambungan dengan schedule number yang dua kali
lebih besar. Screw fitting jarang digunakan untuk pipa yang besar dari 12
karena kesukaran dalam membuat ulir dan pipa nya terlalu berat. Biasannya
screw fitting digunakan untuk pipa antara 3 12.
Beberapa jenis screw fitting yaitu :
a. Close nipple
b. Short nipple
c. Long nipple
d. Coupling
e. Union
f. Elbow street
g. Elbow tee
h. Reducer
i. Plug
j. Cross
k. Cap
l. Busching
2. Flange
Cara flange digunakan untuk menyambung pipa yang lebih panjang dari
2. Selain dengan cara ini dapat pula digunakan cara welding. Penyambungan
flange dilakukan dengan cara mempertemukan disk (cakram) atau cincin metal
dan diikat bersama gasket diantara kedua flange yang diikat. Flange ini diikat
ke pipa dengan cara screw atau welding.
Macam macam tipe flange tergantung dari penggunaanya pada
sambungan, yaitu : raised face, male and female, tongue and groove, ring joint,
full face, dan knife eage. Keuntungan dari penggunaan flange dalam
sambungan adalah sambungannya yang dapat dibuka, dan kerugiannya karena
konstruksinya yang akan menjadi berat karena berat flange itu sendiri.
Kekuatan sambungan menggunakan flange ini tergantung dari penggunaan
gasket yang disisipkan diantara kedua flange.
Macam macam tipe gasket :
a. Untuk pemakaian yang mempunyai tekanan rendah digunakan gasket
yang lunak seperti gabus atau karet.
b. Untuk pemakaian yang mempunyai tekanan tinggi digunakan gasket
yang keras seperti Pb, Cu, Al, dan Baja.
c. Untuk pemakaian yang tekanannya sangat tinggi biasannya tidak
menggunakan gasket tetapi sambungan antara flange diperkuat.

3. Welding ( las )
a. Las
Digunakan untuk menyambung pipa yang diameternya lebih dari 2,
dan merupakan metode standar untuk menyambung pipa pada flange dengan
tekanan tinggi. Macam macam las yaitu Butt Welding dan Lap Welding.
Keuntungan dari sambungan menggunakan metode las yaitu :
1. Merupakan sambungan yang kuat dan tidak melemahkan dinding
pipa.
2. Murah dan tahan kebocoran.
3. Lebih enteng dibandingkan tipe sambungan lain.
4. Tidak mengganggu aliran dengan sambungan uliran.
Kerugiannya yaitu sambungan dengan las tidak dapat dilepas kecuali
dengan memotong atau merusak sambungan tersebut.
b. Soldering
Untuk pipa dan tube dengan permukaan yang sangat kecil biasannya
disambung dengan cara solder. Seperti halnya dengan cara welding, maka
sambungan ini tidak akan melemahkan dinding pipa. Sambungan dengan
menggunakan solder ini dapat dibuka kembali dengan melebur bahan solder
(remelting) tanpa merusak pipa. Biasannya bahan solder yang digunakan
adalah timah.
c. Brazing
Digunakan untuk melekatkan flange ke pipa induknya. Begitu juga
untuk menyambung flange dengan tube nya. Bahan brazing yang biasannya
digunakan adal tembaga atau perak.

2.2 Valve
Sistem instalasi pipa biasanya terdiri dari banyak sekali valve dengan ukuran
dan bentuk yang beragam. Beberapa jenis valve sangat cocok untuk membuka dan
menutup penuh aliran, ada valve yang cocok untuk mengurangi tekanan dan laju
aliran fluida, ada pula valve yang berfungsi mengatur agar aliran fluida terjadi pada
satu arah saja. Dua jenis valve yang paling dikenal adalah gate valve dan globe
valve.
Pada gate valve, bukaan tempat aliran fluida hampir sama besar dengan pipa
ehingga aliran fluida tidak berubah. Akibatnya, gate valve yang terbuka penuh hanya
menyebabkan penurunan tekanan sedikit. Dalam gate valve terdapat piringan tipis
yang berada pada dudukan yang tipis pula. Bila gate valve dibuka, piring naik ke
selongsong atas, sehingga seluruhnya berada di luar lintasan fluida. Valve ini tidak
cocok digunakan sebagai pengendali aliran, dan biasanya dipakai dalam keadaan
terbuka atau tertutup penuh. Sebaliknya, globe valve banyak digunakan sebagai
pengendali aliran. Bukaannya bertambah secara hampir linear menurut posisi batang
valve, sehingga keausan di sekeliling piringan terdistribusi secara seragam. Fluida
mengalir melalui bukaan yang terbatas dan berubah arah beberapa kali. Akibatnya,
penurunan tekanan pada globe valve cukup besar.
Sistem instalasi pipa biasanya terdiri dari banyak sekali valve dengan ukuran
dan bentuk yang beragam. Beberapa jenis valve sangat cocok untuk membuka dan
menutup penuh aliran, ada valve yang cocok untuk mengurangi tekanan dan laju
aliran fluida, ada pula valve yang berfungsi mengatur agar aliran fluida cair terjadi
pada satu arah saja. Berikut beberapa jenis valve yang paling sering digunakan:

2.2.1 Gate Valve


Gate Valve adalah valve yang paling sering dipakai pada sistem
perpipaan. Fungsinya untuk membuka dan menutup aliran (on-off), tetapi tidak
untuk mengatur besar kecil aliran (throttling). Kelebihan Gate Valve,
minimnya halangan/ resistan saat valve ini dibuka penuh, sehingga aliran bisa
maksimal. Gate Valve mengontrol aliran melalui badan valve yang berbentuk
pipa, dengan sebuah lempengan atau baji vertikal (lihat gambar dibawah ini)
yang bisa bergeser naik turun saat handel valve diputar. Valve ini didesain
untuk posisi terbuka penuh, atau tertutup penuh. Jika valve ini dalam keadaan
setengah terbuka, maka akan menyebabkan pengikisan pada badan valve, dan
turbulensi aliran zat bisa menyebabkan getaran pada baji valve sehingga
menghasilkan suara gemeretak.
2.2.2 Globe Valve
Globe Valve biasanya digunakan pada situasi dimana pengaturan besar
kecil aliran (throttling) diperlukan. Dengan mudah memutar handel valve,
besarnya aliran zat yang melewati valve bisa diatur. Dudukan valve yang
sejajar dengan aliran, membuat globe valve efisien ketika mengatur besar
kecilnya aliran dengan minimum erosi piringan dan dudukan. Namun demikian
tahanan didalam valve cukup besar. Desain Globe Valve yang sedemikian
rupa, memaksa adanya perubahan arah aliran zat didalam valve, sehingga
tekanan menurun drastis dan menyebabkan turbulensi di dalam valve itu
sendiri. Dengan demikian, Globe Valve tidak disarankan diinstal pada sistem
yang menghindari penurunan tekanan, dan sistem yang menghindari tahanan
pada aliran.

2.2.3 Angle Valve


Sama seperti globe valve, angle valve juga digunakan pada situasi
dimana pengaturan besar kecil aliran diperlukan (throttling). Namun angle
valve di buat dengan sudut 90, hal ini untuk mengurangi pemakaian elbow 90
dan fitting tambahan.

2.2.4 Ball Valve


Ball Valve adalah alternatif murah dari jenis valve-valve yang lain. Ball
valve menggunakan bola logam yang tengahnya ada lubang tembus, diapit oleh
dudukan valve untuk mengontrol aliran. Sering dipakai pada proses
hydrocarbon, ball valve mampu mengatur besar kecil aliran gas dan uap
terutama untuk tekanan rendah. Valve ini dapat dengan cepat ditutup dan
cukup kedap untuk menahan fluida/ zat cair. Ball valve tidak menggunakan
handwheel, tetapi menggunakan ankle untuk membuka atau menutup valve
dengan sudut 90. Disainnya yang simpel, meminimalkan turunnya tekanan
pada saat valve dibuka penuh.

2.2.5 Butterfly Valve


Butterfly Valve memiliki bentuk yang unik jika dibandingkan dengan
valve-valve yang lain. Butterfly menggunakan plat bundar atau wafer yang
dioperasikan dengan ankel untuk posisi membuka penuh atau menutup penuh
dengan sudut 90. Wafer ini tetap berada ditengah aliran, dan dihubungkan ke
ankel melalui shaft. Saat valve dalam keadaan tertutup, wafer tersebut tegak
lurus dengan arah aliran, sehingga aliran terbendung, dan saat valve terbuka
wafer sejajar/ segaris dengan aliran, sehingga zat dapat mengalir melalui valve.
Butterfly valve memiliki turbulensi dan penurunan tekanan (pressure
drop) yang minimal. Valve ini bagus untuk pengoperasian on-off ataupun
throttling, dan bagus untuk mengontrol aliran zat cair atau gas dalam jumlah
yang besar. Namun demikian valve ini biasanya tidak memiliki kekedapan
yang bagus, dan harus digunakan pada situasi/ sistem yang memiliki tekanan
rendah (low-pressure).

2.4.6 Relief Valve


Relief valve memiliki fungsi yang sangat berbeda dari valve-valve yang
lain. Valve ini didesain khusus untuk melepas tekanan berlebih yang ada di
equipment dan sistem perpipaan. Untuk mencegah kerusakan pada equipment,
dan lebih penting lagi cedera pada pekerja, relief valve dapat melepas kenaikan
tekanan sebelum menjadi lebih ekstrim. Relief valve menggunakan pegas baja
yang secara otomatis akan terbuka jika tekanan mencapai level yang tidak
aman. Level tekanan pada valve ini bisa diatur, sehingga bisa ditentukan pada
level tekanan berapa valve ini akan terbuka. Ketika tekanan kembali normal,
relief valve secara otomatis akan tertutup kembali.

2.2.6 Check Valve


Check Valve memiliki perbedaan yang signifikan dari Gate Valve dan
Globe Valve. Valve ini di desain untuk mencegah aliran balik. Ada beberapa
jenis check valve, tapi ada 2 jenis yang paling umum yaitu Swing Check dan
Lift Check. Swing Check Valve biasanya dipasangkan dengan Gate Valve,
sedangkan Lift Check Valve oleh beberapa pabrikan digunakan untuk
menggantikan fungsi Ball Valve sebagai Ball Check Valve. Check Valve tidak
menggunakan handel untuk mengatur aliran, tapi menggunakan gravitasi dan
tekanan dari aliran fluida itu sendiri. Karena fungsinya yang dapat mencegah
aliran balik (backflow) Check Valve sering digunakan sebagai pengaman dari
sebuah equipment dalam sistem perpipaan.
Beberapa rule of thumb yang penting dalam penyusunan aliran pipa,
antara lain:
1. Pipa-pipa harus sejajar dengan belokan-belokan tegak lurus pipa-pipa
disusun sedemikian sehingga dapat dibuka bila perlu untuk mengganti
pipa yang rusakatau membersihkannya.
2. Dalam sistem aliran gravitasi, pipa harus dibuat lebih besar daripada
seharusnyadan belokan dirancang sesedikit mungkin. Pengotoran
saluran sangatmengganggu bila aliran berlangsung dengan gravitasi
saja, karena tinggi tekanfluida tidak dapat ditambah untuk
meningkatkan laju aliran saat pipa mengecilkarena fouling.
3. Kebocoran valve harus selalu diperhitungkan. Valve harus dipasang
vertikaldengan batangnya ke atas. Valve harus mudah dicapai, dan
didukung tanpamengalami regangan, dan diberi allowance untuk
menampung ekspansi termal pipa di sebelahnya.

2.3 Pompa
Pompa adalah alat untuk memindahkan zat cair. Istilsh pompa (pump), kipas
(fan), blower (penghembus) dan kompressortidaklah mempunyai arti yang tepat.
Misalnya pompa angin (air pump) dan pompa vakum (vacuum pump) adalah mesin-
msin untuk memampatkan gas. Namun demikian, pompa adalah alat untuk
memindahkan zat cair, sedangkan kipas, blower atau kompressor berfungsi untuk
menambahkan energi pada gas. Kipas membuang gas (biasanya udara) dalam volume
besar ke ruang terbuka atau talang besar, biasanya berupa mesin putar kecepatan
rendah dan tekanan yang dibangkitkannya hanyalah beberapa inchi air saja.
Setiap pompa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda tergantung pabrik
yang membuatnya. Pompa dapat digolongkan menjadi 2 golongan :
1. Positive Displacement Pump (PDP)
a. Reciprocating pump
b. Rotary pump
2. Variable Head Capacity Pump (VHCP)
a. Pompa sentrifugal
b. Pompa turbin
Perbedaan kedua golongan pompa itu antara lain :
1. Pada VHCP, kapasitas dan head terbentuk karena adanya putaran kipas
2. Pada PDP, kapasitas dan head terbentuk karena adanya gerakan perpindahan
3. Pada PDP, tidak memerlukan priming, sedangkan pada VHCP sangat diperlukan
priming.

1. Priming
Priming atau pemula (pemancing) adalah cara yang dilakukan di pompa
VHCP agar dapat terjadi aliran. Cara-cara priming :
1. Dengan jalan pengisian : secara langsung atau secara tak langsung
2. Dengan cara vakum : pengaliran berlangsung karena adanya vakum.
Keadaan vakum ini diciptakan dengan melakukan penyedotan atau
menggunakan jet ejektor.
2. Head
Head merupakan besaran energi yang terdapat di dalam persamaan
neraca energi dari sistem aliran fluida, yaitu persamaan Bernoulli. Satuan dari
setiap head adalah energi per satuan berat fluida, misalnya ft-lb/lb atau cm-
gr/gr. Secara umum satuan yang biasa dipakai adalah satuan panjang dari
kolom fluida, ft atau cm.
Di dalam sistem aliran fluida terdapat dua macam head, yaitu :
1. Static Head : energi yang diakibatkan adanya perbedaan tinggi antara
permukaan liquid dengan pusat pompa (Z). Berdasarkan perbedaan dengan
posisi pompa, maka static head dibedakan atas : static head dan static
discharge head.
2. Dynamic Head ; terdiri dari :
Tekanan pada discharge yang diinginkan
Velocity discharge yang diinginkan
Hf pada sistem (friksi)
Dynamic Head adalah energi yang diakibatkan oleh adanya sifat air
fluida, seperti velocity head, pressure head, dan friction head (energi yang
diakibatkan oleh adanya kecepatan air fluida atau tekanan fluida atau energi
yang hilang karena adanya friksi dari fluida).
Net Positive Suction Head (NPSH)
Definisi dari NPSH adalah selisih tekanan pada pompa inlet dengan
tekanan uap likuid, yang dinyatakan dalam ft dari likuid. Ada dua harga NPSH
yang dikenal, yaitu : NPSH available (NPSHav) yaitu NPSH yang dibentuk
karena sitem pengaliran fluida., dan NPSH required (NPSHreq) yaiutu NPSH
yang tentukan oleh pabrik pembuatnya.
Dimana :
PB = tekanan pada pompa inlet
PB, = tekana upa dari liquid
Harga NPSHav harus lebih besar dari NPSHreq. Bila hal ini terjadi
kebalikannya, maka akan terjadi pemutusan aliran ( aliran tidak ada ). Bila P B>
PB, maka harga NPSHav positif.
Pada keadaan ini akan terjadi aliran. Bila PB> PB maka harga NPSHav
akan negatif sehingga cairan pada pompa casing akan menguap. Bila terjadi
penguapan akan terjadi : pemutusan aliran atau kerusakan pada bagian pompa.
Besarnya PB dan PB tergantung dari jenis dan rancangan pompa.
3. WHP dan BHP
WHP adalah likuid horse power, merupakan tenaga yang dibawa oleh
fluida keluar dari suatu pompa, yang satuanya HP (horse power). Sedangkan
BHP (brake horse power) adalah tenaga yang digunakan untuk mengerakan
pompa, yang berasal dari steam atau power.
4. Kavitasi
Kavitasi adalah kondisi dari pompa dimana terjadi lokal pressure drop
sehingga ruangan pompa menjadi terisi oleh uap air. Kavitasi ini terjadi karena
harga NPSH = 0. Hal ini terjadi karena :
1. Static suction lift bertambah (Zb>>)
2. Fraksi antara permukaan fluida yang akan dipompakan dengan pomnpa inlet
(Hfs>>)
3. Menurunnya tekanan atau karena ketingggian (Pa>>)
4. Naiknya temperatur dari pompa likuid (Pv>>)
5. Terjadinya penurunan tekanan absolut dari sistem fluida itu sendiri,
misalnya: pemompaan dari vessel yang vakum.
Tanda-tanda kavitasi :
1. Adanya noise dan vibrasi dari pompa.
2. Terjadi penurunan kurva dari head capcity dan efisiensi sehingga
karakteristik pompa akan lebih rendah dari semula (yang akan merugikan
operasi).
3. Terjadinya lobang-lobang pada impeller, karena adanya uap air.
4. Korosi terhadap logam pompa, yang akan merusak pompa tersebut.

2.3.1 Positive Displacement Pump ( PDP )


2.3.1.1 Reciprocating Pump
Reciprocating Pump adalah suatu jenis dari PDP yang menggunakan aksi
displacement. Pompa ini digunakan untuk :
a) Proses yang memerlukan head yang tinggi.
b) Kapasitas fluida yang rendah.
c) Liquid yang kental (viskos) dan slurries (seperti lumpur)
d) Liquid yang mudah menguap (high volatile)
Macam-macam tpe dari reciprocating pump antara lain adalah : pompa
plugner dan pompa diafragma.Material yang digunakan untuk konstruksi
reciprocating pump adalah material yang di standarisasi oleh SHI (Standard of
the Hydraulic Institute), yaitu :
1. Bronze Fitted (BF)
2. Fully Bronze (FBF)
3. Acid Recisting (AR)
4. All Bronze (AB)
5. All Iron (AI)
6. Standard
Bagian-bagian dari reciprocating pump :
Silinder, ada dua macam, yaitu : liquid silinder dan steam silinder
Packing, yang materialnya terdiri dari : asbestos, grafit, karet, gabus, kulit,
fiber atau metalic ring (untuk tekanan tinggi)
Kerangan : disc valve, wing valve, ball valve
Air Chamber : berisi suatu medium elastis agar aliran menjadi smooth
Kapasitas dari reciprocating pump dibedakan atas kapasitas teoritis dan
kapasitas aktual, dimana kapasitas teoritis tersebut tergantung pada
perpindahan dari likuid pistonnya. Kapasitas teoristis pompa ini tidak pernah
tercapai karena adanya slip, yang dapat disebabkan oleh :
Tidak sempurnanya packing, kebocoran pada kerangan
Rusaknya kerangan sehingga tidak menutup sempurna pada saat piston
bergerak kembali.
1. Pompa Torak
Pompa torak merupakan pompa yang banyak digunakan dalam kelompok
pompa desak gerak bolak-balik. Menurut cara kerjanya pompa torak dapat
dikelompokkan dalam kerja tunggal dan kerja ganda. Sedangkan menurut
jumlah silinder yang digunakan, dapat dikelompokkan dalam pompa torak
sinder tunggal dan pompa torak silinder banyak.
a. Cara kerja
Untuk pompa torak kerja tunggal dan silinder tunggal, aliran cairan
terjadi sebagai berikut. Bila batang torak dan torak bergerak ke atas, zat
cair akan terisap oleh katup isap di sebelah bawah dan pada saat yang
sama cairan yang ada disebelah atas torak akan terkempakan ke luar. Jika
torak bergerak ke bawah katup isap akan tertutup dan katup kempa
terbuka sehingga cairan tertekan ke atas torak melalui katup kempa.
Dengan gerakan ini maka akan terjadi kerja isap dan kerja kempa secara
bergantian. Aliran cairan yang dihasilkan terputus-putus.
Cara kerja pompa torak kerja ganda pada prinsipnya sama dengan
cara kerja pompa torak kerja tunggal, tetapi pada pompa torak kerja
ganda terdapat dua katup isap dan dua katup kempa yang masing-masing
bekerja secara bergantian. Sehingga pada saat yang sama terjadi kerja
isap dan kerja kempa. Karena itu aliran zat cair menjadi relatif lebih
teratur. Untuk memperoleh kecepatan aliran zat cair yang lebih konstan
dapat digunakan pompa torak kerja ganda dengan silinder banyak.
b. Kegunaan
Pompa torak cocok digunakan untuk pekerjaan pemompaan dengan
daya isap (suction head) yang tinggi disamping itu pompa torak dapat
digunakan untuk memompa udara dalam kapasitas yang besar.
c. Pompa Plunyer (Plunger Pump)
a. Cara kerja
Prinsip kerja pompa plunyer sama dengan prinsip kerja pompa
torak, tetapi torak diganti dengan plunyer.
b. Kegunaan
Pompa plunyer pada umumnya digunakan untuk aliran volum
(kapasitas) yang kecil tetapi tekanan yang dapat dicapai lebih tinggi dari
pada yang dapat dicapai dengan pompa torak. Pompa plunyer banyak
digunakan untuk pompa bahan bakar motor diesel.

3. Pompa Membran
a. Cara kerja
Pada pompa ini, pembesaran dan pengecilan ruang dalam rumah
pompa disebabkan oleh membran yang kenyal. Seperti halnya pompa
torak, pompa membran dapat digunakan sebagai kerja tunggal dan kerja
ganda, dan juga memberikan aliran cairan yang terputus-putus.
b. Kegunaan
Pompa membran sering digunakan untuk memompa air kotor (pompa
kepala kucing) dan dapat digunakan untuk pompa bahan bakar.
Rotary Pump
Rotary Pump adalah suatu jenis dari PDP yang melakukan aksi
rotasi. Fluida di trap dalam suatu expanding chamber di dekat inlet, lalu
digerakkan ke outlet dan ditekan ke luar discharge line. Ciri dari pompa
jenis ini adalah :
Tidak mempunyai check valve
Tidak terjadi kebocoran atau aliran balik
Cocok untuk fluida kental (minyak pelumas atau lilin)
Tekanan dischargenya sampai 3000 psia atau lebih.
Macam-macam tipe dari rotary pump :
1. Lobe Pump : seperti gear pump, tapi giginya lebih sedikit
2. Gear Pump : tipe external dan internal gear pump
3. Screw Pump : one screw dan double screw pump
4. Vane Pump : sliding vane and bucke vanet pump
5. Sliding vane : untuk liquid sedikit volatil, dan untuk operasi vakum
6. Bucket vane : untuk non-volatil, sebanyak 1500 gpm fluida pada
500 psia

4. Pompa Lobe (Lobe Pump)


a. Cara kerja
Cara kerja pompa lobe pada prinsipnya sama dengan cara kerja
pompa roda gigi dengan penggigian luar. Pompa jenis ini ada yang
mempunyai dua rotor lobe atau tiga rotor lobe.
b. Kegunaan
Pompa lobe dapat digunakan untuk memompa cairan yang kental
(viskositasnya tinggi) dan mengandung padatan. Pemilihan dua rotor lobe
atau tiga rotor lobe didasarkan atas ukuran padatan yang terkandung
dalam cairan, kekentalan cairan, dan kontinyuitas aliran. Dua rotor lobe
cocok digunakan untuk cairan kental, ukuran padatan yang relatif kasar
dengan kontinyuitas kecepatan aliran yang tidak halus.

5. Pompa Roda Gigi (Gear Pump)


a. Cara kerja
Ketika roda gigi berputar, terjadi penurunan tekanan pada rumah
pompa sehingga cairan mengalir dan mengisi rongga gigi. Cairan yang
terperangkap dalam rongga gigi terbawa berputar kemudian dikempakan
dalam saluran pengeluaran, karena pada bagian ini terjadi pengecilan
rongga gigi
b. Kegunaan
Saran umum untuk penggunaan gear pumps yaitu: Untuk mencegah
terjadinya kemacetan dan aus saat pompa digunakan maka zat cair yang
dipompa tidak boleh mengandung padatan dan tidak bersifat korosif.
Pompa dengan penggigian luar banyak digunakan untuk memompa
minyak pelumas atau cairan lain yang mempunyai sifat pelumasan yang
baik. Pompa dengan penggigian dalam dapat digunakan untuk memompa
zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas) tinggi, seperti tetes,
sirop, dan cat.
6. Pompa Ulir (Screw Pump)
a. Cara kerja
Oleh gerak putar poros ulir zat cair mengalir dalam arah aksial.
Pompa jenis ini hanya dapat digunakan untuk tekanan pada saluran
kempa lebih rendah dari tekanan pada saluran isap dan bila zat cair yang
dipompa mempunyai kekentalan tinggi. Pada keadaan kering pompa ini
tidak dapat mengisap sendiri, sehingga sebelum digunakan pompa ini
harus terisi cairan yang akan dipompa (dipancing).
b. Kegunaan
Sama halnya dengan pompa roda gigi, pompa ulir ini cocok untuk
memompa zat cair yang bersih dan mempunyai sifat pelumasan yang
baik.
Secara umum pompa rotary mempunyai kecepatan aliran volum
yang konstan asal kecepatan putarannya dapat dipertahankan tetap.
Selain itu alirannya lebih teratur (tidak terlalu pulsatif). Hal ini sangat
berbeda dengan pompa reprocating (bandingkanlah setelah pembahasan
pompa reprocating). Pompa rotary cocok untuk operasi pada kisaran
tekanan sedang dan untuk kisaran kapasitas dari kecil sampai sedang
(lihat gambar pemilihan jenis pompa berdasarkan karakteristiknya).

7. Pompa Dinding (Sliding-Vane Pump)


a. Cara kerja
Pompa berporos tunggal yang di dalam rumah pompa berisi sebuah
rotor berbentuk silinder yang mempunyai alur-alur lurus pada
kelilingnya. ke dalam alur-alur ini dimasukkan sudu-sudu lurus yang
menempel pada dinding dalam rumah pompa dan dapat berputar secara
radial dengan mudah. Rotor ini dipasang asimetri dalam rumah pompa.
Ketika rotor berputar tekanan dalam rumah pompa turun sehingga terjadi
kerja isap dan pada saluran pemasukkan terjadi pembesaran ruang
kosong, sehingga cairan dapat mengalir dari sumber dan mengisi rongga
kosong dalam rumah pompa. Pada tempat pengeluaran terjadi pengecilan
ruang kosong sehingga pada tempat ini terjadi kerja kempa. Dengan cara
ini secara berturut-turut terjadi kerja isap dan kerja kempa.
b. Kegunaan
Pompa dinding vane dapat digunakan sebagai pompa vakum.

3.3.2 Variable Head Capacity Pump (VHCP)


2.3.2.1 Centrifugal Pump
Centrifugal Pump : Energi mekanis dari pompa sentrifugal naik karena
adanya aksi sentrifugal (VHCP). Fluida masuk melalui bagian suction yang
dihubungkan secara konsentris dengan suatu poros yang mempunyai elemen
berputar secara cepat (berupa impeller) dengan baling-baling radial.
a. Klasifikasi pompa sentrifugal adalah sebagai berikut :
o Ditinjau dari desain impellernya : volute pump, disfusser pump,
propeller pump, turbine pump
o Ditinjau dari shape impellernya : close, semi-open, open, mixed flow,
axial flow
o Ditinjau dari jumlah suctionnya : side suction dan double suction
o Ditinjau dari jumlah stagenya : single dan multi stage
o Ditinjau dari drivernya : direct motor, gear motor, belt driver, steam
turbin, gasoline motor, diesel, water turbine, direct gas engine
b. Bermacam kehilangan (losses) pada pompa sentrifugal : Mechanical
losses (berasal dari geseran antara impeller, dll), leakage losses (karena
kebocoran pada ujung ataupun suction impeller), recirculation losses
(akibat kecepatan fluida), hydraulic losses (akibat friksi atau geseran
likuid).
c. Keuntungan pompa sentrifugal dibanding reciprocating : konstruksinya
sederhana dan murah, fluida yang keluar mempunyai tekanan yang
seragam, dapat dihubungkan langsung dengan motor kendali, discharge
line nya dapat ditutup sebagian tanpa merusak pompa, dapat menangani
likuid yang mengandung solid banyak, ongkos perawatannya lebih
rendah dibanding reciprocating, dan dapat dibuat dari bahan yang tahan
korosi.
d. Keuntungan reciprocating pump dibanding pompa sentrifugal : Head
yang tinggi, first cost lebih rendah, tidak terjadi air binding, operasinya
lebih fleksibel, efisiensi operasi tetap, dapat menghandel fluida kental
e. Susunan seri dan paralel pompa : untuk keadaan tertentu sering
digunakan susunan seri dan paralel dari berbagai pompa. Pompa susunan
seri digunakan untuk memperoleh head yang tinggi, yaitu bila untuk
sejumlah kenaikan head tidak bisa dicapai oleh satu pompa saja.
Kecepatan alirannya sama dengan pompa tunggal. Pompa susunan
paralel digunakan untuk memperoleh kapasitas yang tinggi, yaitu apabila
sejumlah kapasitas itu tidak bisa dicapai satu pompa saja, tetapi head
yang dihasilkan susunan paralel sama seperti pada pompa tunggal.

2.3.2.2 Turbine Pump


Turbine pump adalah salah satu jenis dari VHCP dengan menggunak aksi
sentrifugal. Pompa jenis ini digunakan untuk keperluan yang tidak terus
menerus dan untuk flushing (penyemprotan), misalnya pada pemadam
kebakaran.
Kelebihan pompa turbin adalah baik digunakan untuk flushing dengan
kapasitas operasi sekitar 1 - 20 gpm. Sedangkan kekurangannya adalah tidak
cocok untuk operasi yang terus-menerus; cairan yang dipompakan harus jernih,
karena kalau tidak jernih akan merusak blade; cairan yang digunakan tidak
boleh korosif; dan temperatur cairan tidak boleh > 350 oF.
BAB III
PENUTUP

Fluida dapat dialirkan dalam pipa atau tabung yang berpenampang bundar dan
dijual dipasaran dengan berbagai ukuran, tebal dinding, dan bahan konstruksi. Pada
umumnya pipa berdinding tebal, berdiameter relatif besar, dan tersedia dalam
panjang antara 20-40 ft. Sedangkan tabung berdinding tipis dan biasa tersedia dalam
bentuk gulungan yang panjangnya sampai beberapa ratus kaki. Ujung pipa logam
biasanya berulir. Dinding pipa umumnya kesat, sedangkan dinding tabung licin.
Potongan-potongan pipa disambung dengan menggunakan ulir (screw), flens
(flange), atau las (weld), sedangkan tabung disambung dengan sambungan kompresi
(compression fitting), flare fitting, atau sambungan solder (soldered fitting). Tabung
biasanya dibuat dengan teknik ekstrusi atau cold drawn, sedangkan pipa logam
biasanya dibuat dengan teknik las, cor (casting), dan piercing.
Sistem instalasi pipa biasanya terdiri dari banyak sekali valve dengan ukuran dan
bentuk yang beragam. Beberapa jenis valve sangat cocok untuk membuka dan
menutup penuh aliran, ada valve yang cocok untuk mengurangi tekanan dan laju
aliran fluida, ada pula valve yang berfungsi mengatur agar aliran fluida terjadi pada
satu arah saja. Dua jenis valve yang paling dikenal adalah gate valve dan globe
valve.
Pemindahan fluida melalui pipa, peralatan, atau udara terbuka dilakukan dengan
pompa, kipas, blower, dan kompresor. Alat-alat tersebut berfungsi meningkatkan
energi mekanik fluida. Tambahan energi itu lalu digunakan untuk meningkatkan
kecepatan, tekanan, atau elevasi fluida. Metoda yang umum untuk penambahan
energi tersebut adalah dengan positive displacement dan aksi sentrifugal yang
diberikan dengan gaya dari luar.
DAFTAR PUSTAKA

Aster'sblog. 2014. Operasi Teknik Kimia. Blog. Pembelajaran Kimia


Jaksen M. Amin .dkk. 2012. Peralatan Industri Proses I. Politeknik Negeri
Sriwijaya: Palembang
McCabe, Warren. L. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid ke-2. Erlangga: Jakarta
Tanjung, Catur Akbar., Dkk. 2013. Peralatan Industri Proses Transportasi Fluida
Cair. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang
Wahyudi, Wanda. 2012. Alat Alat Industri Kimia. Namikazeblogspot.com
http://id.m.wikibooks.org/wiki/Moda_Transportasi/Transportasi_pipa#section_3

Anda mungkin juga menyukai