Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH OLEOKIMIA

Pemicu 1

Disusun oleh :
Yudhi Riswanto ( 120405012)
Ardian Syahputra ( 120405026 )
M. Arif Alhamdi ( 120405036 )

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

KATA PENGANTAR
Puji dansyukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Oleokimia. Tak lupa
shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut pengikutnya sampai akhir
zaman.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
dimasa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan perkembangan
ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.Amin.

Medan, Oktober 2014

Penyusun,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.

Latar Belakang...................................................................................... 1

2.

Perumusan Masalah .............................................................................. 1

3.

Tujuan ................................................................................................... 2

4.

Pokok Pembahasan ............................................................................... 2

BAB II TEORI ............................................................................................................. 3


1.

Pengenalan ............................................................................................ 3

2.

Proses Produksi .................................................................................... 3

BAB II INDUSTRI PENGOLAH FATTY ALKOHOL ........................................... 15


BAB III KESIMPULAN ............................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Fatty acid merupakan suatu dasar utama oleokimia yang memiliki
laju pertumbuhan yang berkelanjutan. Sebagai bahan baku yang utama untuk
surfaktan, pertumbuhan paralel fatty alcohol

meningkatkan kemakmuran

ekonomi dan kemajuanstandar hidup. Fatty alcohol terus meningkat sebagai


bahan baku surfaktan karenasifatnya yang dapat diurai dan dapat diperbaharui
Fatty alcohol (lemak alkohol) adalah alkohol alifatis yang merupakan
turunan dari lemak alam ataupun minyak alam. Fatty alkohol merupakan
bagian dari asam lemak dan fatty

aldehid.

Fatty

alcohol

biasanya

mempunyai atom karbon dalam jumlah genap. Molekul yang kecil digunakan
dalam dunia kosmetik, makanan dan pelarut dalam industri. Molekul yang
lebih besar penting sebagai bahan bakar. Fatty alkohol berkelakuan seperti
nonionic surfaktan. Fatty alkohol dapat digunakan sebagai emulsifier,
emollients, dan thickeners dalam industri kosmetik dan makanan.
Hidrogenasi

adalah

proses

pengolahan

minyak/lemak

ketidak jenuhan minyak/lemak, dimana tujuannya

dengan

adalah membuat

minyak/lemak bersifat lebih plastis, meningkatkan titik cair, minyak tahan


terhadap oksidasi. Syarat untuk proses hidrogenasi harus ada 3 reaktan :
minyak tidak jenuh, katalis dan gas hidrogen
2. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi latar belakang dari pembuatan makalah ini
adalah untuk mempelajari bagaimana proses pembuatan fatty alcohol dengan
bahan baku fatty acid, reaksi yang terjadi, sumber bahan baku yang
menghasilkan fatty acid, industri industri yang memproduksi fatty alcohol
alat alat yang digunakan dan lain-lain.

3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mempelajari dan
mengetahui bagaimana proses pembuatan fatty alcohol dengan bahan baku
fatty acid, reaksi yang terjadi, sumber bahan baku yang menghasilkan fatty
acid, alat alat yang digunakan dalam pembuatan fatty alcohol , industri
industri yang memproduksi fatty alcohol serta mampu untuk merekayasa
proses terjadinya fatty acid

4. Pokok Pembahasan
1. Penjelasan mengenai fatty acid dan fatty alcohol ( Yudi )
2. Sumber-sumber / bahan baku yang menghasilkan fatty acid. ( Ardi )
3. Reaksi pembuatan fatty alcohol. ( Ardi )
4. Proses pembuatan fatty acid menjadi fatty alcohol. ( Yudi )
5. Satuan operasi (peralatan) pembuatan fatty alcohol. ( Arif )
6. Industri yang menghasilkan fatty alcohol. ( Arif )
7. Kelemahan dan kelebihan industry tersebut. ( Arif )
8. Proses baru untuk menanggulangi kelemahan dari proses industry tersebut
serta pembahasan dari segi ekonominya. ( Yudi )

BAB II
TEORI
1. Pengenalan
Fatty acid merupakan suatu dasar utama oleokimia yang memiliki
laju pertumbuhan yang berkelanjutan. Sebagai bahan baku yang utama untuk
surfaktan, pertumbuhan paralel fatty alcohol

meningkatkan kemakmuran

ekonomi dan kemajuanstandar hidup. Fatty alcohol terus meningkat sebagai


bahan baku surfaktan karenasifatnya yang dapat diurai dan dapat diperbaharui
Fatty alcohol (lemak alkohol) adalah alkohol alifatis yang merupakan
turunan dari lemak alam ataupun minyak alam. Fatty alkohol merupakan
bagian dari asam lemak dan fatty

aldehid.

Fatty

alcohol

biasanya

mempunyai atom karbon dalam jumlah genap. Molekul yang kecil dapat
digunakan dalam dunia kosmetik, makanan dan pelarut dalam industri.
Molekul yang lebih besar penting sebagai bahan bakar. Fatty alkohol
berkelakuan seperti nonionic surfaktan. Fatty alkohol dapat digunakan
sebagai emulsifier, emollients, dan thickeners dalam industri kosmetik dan
makanan.

2. Proses Produksi
Fatty alcohol , berdasarkan sumber terbentuknya, terbagi menjadi 2
macam, yaitu :
1.

Fatty alcohol Alami (Natural Fatty Alkohol)


Fatty alcohol alami berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui

yang terdapat di alam. Alkohol jenis ini selalu berada dalam bentuk gabungan
dari pada rantai bebas (senyawa murni). Alkohol gabungan yang penting
adalah gliserol TAG (triasilgliserol) yang mengandung asam lemak yang
memilki panjang rantai karbon C12-C18 yang di pertukarkan ( metil ester
menjadi fatty alcohol ).
Contoh : Lemak, minyak dan lilin dari tumbuhan dan hewan, seril
sesoat dalam lilinerna dan mirisil palmit dalam lilin lebah.

2.

Fatty alcohol Dari Sumber Lainnya


Untuk mendapatkan Fatty alcohol dengan bentuk seperti ini, dapat

menggunakan beberapa metode berikut :


1. Hydrolysis lilin ester menggunakan lemak hewani
2. Proses reduksi sodium mennggunakan lemak dan minyak
3. Proses Ziegler menggunakan ethylene
4. Proses Oxo menggunakan hydrogenation olefin
5. Katalitik hidrogenasi asam lemak dan metil ester dari lemak dan
minyak
6. Hydrogenation langsung lemak dan minyak
Walaupun bukan minyak kelapa yang digunakan, deskripsi tentang
metoda pertama dalam acuan histories; deskripsi tentang metoda kedua dan
metoda keenam juga dimasukkan. Metoda ketiga dan keempat menggunakan
bahan baku yang berasal dari petrokimia. Bagaimanapun, harus diketahui
bahwa kira-kira 50% persediaan fatty alcohol dunia di produksi melalui dua
cara ini.

Hydrolysis lilin ester


Fatty alcohol pertama kali diperoleh dari hidrolisis lilin ester yang

berasal dari binatang, terutama spermaceti dari sperma ikan paus. Karena di
seluruh dunia banyak sekali perburuan terhadap ikan paus, sehingga sumber
ini tidak lagi tersedia.
Lilin spermaceti dipisahkan dengan cara pemanasan menggunakan
NaOH pekat diatas 3000C, lalu alkohol didistilasi dari sabun sodium. Hasil
Sulingan (distilat) mengandung alkohol tak jenuh C16-C20. Untuk mencegah
terjadinya auto-oksidasi, distilat ini dikeraskan dengan hidrogenasi katalitik.
Alkohol yang diperoleh jika minyak sperma hanya mengandung 70 % wax
ester, mencapai yield 35 %, kemudian hasilnya dipisahkan dalam distilasi
vakum dari sabun dan air yang terbentuk. Produk utama terdiri dari : cetyl,
oceyl, dan alcohol arachhidyl.

Proses reduksi sodium


Pada tahun 1909, Beauvault dan Blanc menemukan proses reduksi

sodium untuk memproduksi fatty alcohol

dari kelapa ester. Pabrik fatty

alcohol yang dibentuk pada tahun 1930an menggunakan proses ini.


Sedangkan proses dasarnya relative sederhana, sebenarnya operasi pabrik
banyak menangani produk dan reaktan yang kompleks.
Larutan sodium didispersikan dalam pelarut inert lalu ditambahkan
ester kering dan alkohol dengan hati-hati. Saat reaksinya komplit, oksidanya
dipecah dengan pengadukan dalam air, kemudian alkoholnya dicuci dan
didistilasi.
Penambahan Alkohol R (sebaiknya alkohol sekunder), bertindak
sebagai donor hydrogen. Karena adanya reaksi samping , pemakaian sodium
bias jadi di atas 20 % dari kebutuhan stoikiometri. Reduksi berjalan selektif
tanpa pembuatan hidrokarbon dari isomerisasi atau hidrogenasi ikatan
rangkap.

Proses Ziegler Menggunakan Ethylen


Fatty alcohol dari proses ini mempunyai struktur yang sama dengan

fatty alcohol alami. Proses ini dibagi dalam dua proses yaitu : proses alfol
dan proses Epal :
a)

Proses Alfol
Hidrokarbon digunakan sebagai pelarut. Proses ini melalui lima tahap

yaitu :
1. Hidrogenasi :
2Al(CH2CH3)3+ Al + 1,5 H2 3 HAl(CH2CH3)3
2. Etilasi :
3HAl(CH2CH3)3+ 3 CH2=CH2 3 Al(CH2CH3)3
22/3 dari hasil proses ini di recycle lagi ke proses hidrogenasi
dan sisanya lansung masuk ke reaksi perkembangan
3. Reaksi perkembangan (Growth Reaction)
4. Oksidasi
5. Hidrolisa
b)

Proses Epal
Proses ini mempunyai langkah-langkah yang hampir sama dengan

proses alfol. Fleksibilitas Proses ini lebih besar dibandingkan dengan proses
alfol. Alkohol dan - olefin yang terbentuk biasa dipasarkan. Namun modal

dan biaya yang dibutuhkan juga lebih besar , karena membutuhkan proses
control yang lebih kompleks dan penambahan olefin dan alkohol rantai
bercabang

Proses Oxo menggunakan hydrogenation olefin


Proses oxo (hidroformilasi) terdiri dari reaksi antara olefin dengan

campuran gas H2-CO dan katalis yang cocok.


Reaksi ini ditemukan oleh O.Roelen pada tahun 1938.

Yield - olefin diperkirakan sama dengan jumlah aldehid rantai lurus


dan bercabangnya. Proses oxo dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :

Proses klasik dengan menggunakan katalis HCO(CO)4

Proses Shell berdasarkan kompleks kobalt karbonil phosphine

Proses menggunakan Katalis Rhodium

Langkah- langkah pada proses klasik yaitu reaksi oxo, pemisahan


katalis dan regenerasi, hidrogenasi aldehid dan distilasi alkohol. Antara ketiga
proses tersebut dapat dilihat pada table berikut :

Pada proses shell, alkohol diperoleh lansung karena bagusnya aktifitas


katalis sehingga tahap hidrogenasi aldehid tidak di perlukan lagi, kelemahan
proses ini adalah, adanya olefin yang hilang dari proses.
Sedangkan proses yang menggunakan katalis Rhodium dapat dilakukan
pada P danT yang rendah, karena tingginya aktifitas katalis . Kelemahannya
adalah memerlukan biaya yang tinggi karena mahalnya harga Rhodium.

Hidrogenasi Katalistik dari asam lemak dan metil Ester


Proses ini biasanya digunakan untuk memproduksi fatty alcohol tak

jenuh pada skala besar. Katalis yang digunakan dalam kompleks dari Cu2+
dan Cu3+ Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
RCOOCH3+2 H2 RCH2OH +CH3OH
RCOOH + 2H2 RCH2OH + H2O

(dengan katalis CuCr)

(dengan katalis CuCr)

Hidrogenasi Langsung dari minyak dan Lemak


Suatu proses yang terakhir, yang dikembangkan dan di patenkan oleh

Henkel KGaA, yaitu direct hydrogenation dari minyak alami atau trigliserida.
Proses ini melalui dua tahap reaksi, yaitu :
1). Esterifikasi asam lemak dan fatty alcohol menghasilkan Ester dan Air
2). Hidrogenasi ester menghasilkan dua mol Fatty alcohol
Kedua reaksi ini berlansung simultan pada reaktor yang sama. Reaktor
yang digunakan adalah reaktor bertekanan tinggi yang berguna sebagai
pemanas awal bagi material umpan asam lemak :
Resirkulasi fatty alcohol dan katalis Slurry , dan gas hydrogen yang
diumpankan secara terus menerus. Proses ini berlansung pada kondisi P =
30.000 KPa dan T = 2800C

Reaksi Hidrogenasi
Hidrogenasi metil ester dan asam lemak menjadi fatty alcohol dapat

terjadi melalui reaksi berikut

Hidrogenasi langsung asam lemak tidak digunakan dalam skala industri


besar karena kebutuhan temperature reaksi yang lebih tinggi menghasilkan
yield yang lebih rendah dan karena dapat merusak katalis. Secara
konvensional, asam lemak dikonversi terlebih dahulu menjadi ester sebelum
dihidrogenasi.

Lurgi telah menemukan cara untuk mengatasi masalah ini dengan


esterifikasi bersama asam lemak dengan alcohol dan hidrogenasi ester dalam
reactor yang sama :

Asam lemak dimasukkan ke dalam fatty alcohol bervolume besar yang


sedang berputar. Volume fatty alcohol adalah lebih dari 250 kali volume
asam lemak, sehingga esterifikasi berpengaruh cepat tanpa adanya efek
merusak oleh katalis.
Proses Hidrogenasi Tekanan Tinggi
Metil ester yang telah difraksionasi dapat diubah menjadi fatty alcohol
dengan proses hidrogenasi dengan tekanan tinggi dengan menggunakan
katalis CuCr.
CuCr juga membentuk carbon berikatan ganda yang tidak jenuh
sehingga hanya fatty alcohol jenuh yang terbentuk. Jika diinginkan hasil
berupa fatty alcohol tak jenuh, diperlukan katalis zinc.
Proses hidrogenasi terjadi pada tekanan 25.000-30.000 kPa dan
temperature antara 2500C-3000C di dalam sebuah kolom turbular.
Berdasarkan perlakuan terhadap katalis, proses hidrogenasi dibedakan atas
suspension process dan fixed bed process.
Suspension Process
Katalis dan sejumlah kecil metil ester diumpankan ke dalam reaktor
bersamaan dengan sisa ester. Metil ester dan gas hydrogen dipanaskan secara
terpisah. Katalis CuCr yang direaksikan dengan sejumlah kecil metil ester
dimasukkan bersamaan dengan metilester dan gas hydrogen yang telah
dipanaskan, ke dalam reaktor tubular, konsentrasi katalis dalam system
setidaknya 2 % umpan yang digunakan kira-kira 20 mol gas hydrogen per
mol ester. Gas hydrogen mengakibatkan gelembung yang membantu proses
agitasi reaktan.

Reaksi dijaga pada tekanan 25.000-30.000 kPa dan suhu 2500-3000C.


Selama proses eksotermik berlangsung, suhu reaksi harus dijaga untuk
mengurangi reaksi samping berupa pembentukan hidrokarbon yang tidak
diinginkan. Dari kolom, campuran reaksi didinginkan, memisahkan gas
hydrogen dari campuran alkohol-metanol. Gas hydrogen direcycle, dan
campuran alkoho-metanol dialirkan ke unit methanol stripping, pada tekanan
yang lebih rendah, methanol dipisahkan, di recycle untuk proses esterifikasi.
Fatty alcohol mentah disaring untuk memisahkan katalisnya sebagian besar
katalis di recycle, sehingga terpakai rata-rata 0,5 - 0,7% alkohol yang
dihasilkan.
Alkohol yang disaring kemudian ditreatment dengan soda pekat untuk
membentuk sabun dengan ester yang tidak bereaksi. Alkohol didistilasi untuk
menghilangkan hidrokarbon yang terbentuk. Sabun tertinggal di dasar kolom.

Gambar Hidrogenasi Metil Ester dengan Proses Suspensi


Fixed Bed Process
Reaki terjadi dalam fasa uap dimana umpan organic diuapkan dalam
gas hydrogen berlebih (20-25 mol) melalui pemanas sebelum melewati fixed
catalyst bed. Hidrogenasi berlangsung pada takanan 20.000-30.000 kPa dan
suhu 2000-2500C. campuran reaksi yang meninggalkan reaktor didinginkan

dan dipisahkan menjadi fasa gas dan cair. Fase gas, kebanyakan berupa
kelebihan

hydrogen,

direcycle,

fasa

cair

diexpansi

ke

tangki

untuk menghilangkan methanol dari fatty alcohol .


Pengoperasian kondisi termasuk mudah, oleh karena itulah produksi
fatty alcohol tidak memerlukan proses selanjutnya. Hasil keseluruhannya
adalah 99% dengan hidrokarbon dan ester yang tidak melebihi 1,0%.
Penggunaan katalis diusahakan dibawah 0,3%

Gambar Hidrogenasi Metil Ester dengan Proses Fixed Bed

Perbandingan Fatty alcohol hasil Proses Fixed bed dan Proses Suspensi
Proses fixed bad memerlukan sesuatu untuk menaikkan nilai karena itu
dibutuhkan bejana reaksi yang besar, pompa gas sirkulasi, dan pipa yang tepat
untuk volume yang tinggi dari penggunaan gas hydrogen. Proses suspensi
dilain sisi memerlukan penambahan peralatan untuk pelepasan katalis,
distilasi fatty alcohol mentah dan mengolah lagi methyl ester.
Dalam penggunaan bahan mentah, proses fixed bad memiliki hasil yang
banyak dan penggunaan katalis hanya setengahnya. Fatty alcohol

yang

dihasilkan dari proses fixed bad memiliki kualitas yang tinggi. Meskipun

10

begitu, kualitas dari fatty alcohol yang dihasilkan oleh prosess suspensi bisa
juga ditingkatkan ketingkat yang sama dengan distilasi selanjutnya.
Metoda Lurgi Fatty Acid Hidrogenation
Metoda lurgi dengan proses suspensi, menimbulkan kemungkinan
hidrogenasi secara langsung asam lemak menjadi fatty alcohol yang
mengatasi efek kerugian dari fatty acid on the copper-bearing analysist. Ini
dicapai dengan dua tahap reaksi. Reaksi pertama adalah esterifikasi dari asam
lemak dengan fatty alcohol menghasilkan ester dan air. Reaksi kedua adalah
hidrogenasi ester untuk menghasilkan dua mol alkohol. Kedua reaksi
memiliki silmutaneously di reaktor yang sama. Volume yang besar dari
alcohol lemak di recirculated lebih dari 250 kali umpan asam lemak,
dengan efektif mengurangi umpan, asal saja untuk kondisi yang optimum
untuk laju dan esterifikasi yang kompleks.
Hidrogenasi diletakkan dalam reaktor bertekanan tinggi dimana
material dipanaskan terlebih dahulu- umpan asam lemak, di sirkulasi menjadi
fatty alcohol dengan menggunakan katalis, dan gas hydrogen adalah fed
continuously. Reaksi ini berlansung kira-kira 30.000 kPa dan 2800C. Panas
dari campuran produk yang meninggalkan reaktor didapatkan lagi dengan
recirculating gas hydrogen melalui heat exchanger, setelah produk dipisahkan
melalui sebuah two-stage cooling-expansion system.
Fasa gas (pada dasarnya kelebihan gas hydrogen, sedikit alkohol
mendidih dan reaksi air) dipisahkan dari larutan alkohol didalam separator
panas. Pencampuran ini didinginkan selanjutnya di cold separator, dimana
the low boiling alkohol dan reaksi air dikondensasi dan diseparasi. Gas
hydrogen yang berlebih di recycle ke system.
Larutan alkohol dari hot separator dipompakan ke flash drum dimana
penguraian hydrogen dimulai dan recycled dengan pemisahan hydrogen.
Katalis dipisahkan dan fatty alcohol mentah menggunakan sebuah sentrifugal
separator. Bagian dari katalis diganti dengan katalis baru yang segar untuk
mempertahankan aktivitas dan di recirculasi dengan fatty alcohol . Fase
penyelesaian dan sentrifugal separator adalah melalui a polishing filter
untuk menghilangkan semua sisa dari solid yang didapat.

11

Penghasilan alkohol mentah undergoes distilasi selanjutnya untuk


menghilangkan hidrokarbon dan mungkin mengalami fraksinasi bila
diinginkan.
Secara Umum, Proses Pembuatan Fatty alcohol , dapat di lihat dari
Skema Proses Berikut :

Gambar Pembuatan Fatty Alcohol dari Minyak dan Lemak

12

BAB III
INDUSTRI PENGOLAH FATTY ALKOHOL

1.

PT. Domas Agrointi Prima

Kawasan Industri Kuala Tanjung


Perushaan Oleochemical ( Fatty Acid dan Alcohol Plant)
Pengembangan industri hilir berbasis sawit memberikan nilai tambah yang
sangat besar. Jika diolah menjadi minyak goreng sawit nilai tambahnya mencapai
60%, RBD stearine 90%, fatty acid 300%, fatty alcohol 400%, surfaktan 800% dan
kosmetik 1.200%. (Sumber: Kontan.co.id)
Pengolahan produk dalam segmen usaha Oleokimia Perusahaan Anda saat ini
difokuskan pada fatty acid dan fatty alcohol, serta produk turunan glycerin, palm
olein, palm stearin, dan palm fatty acid distillate (PFAD).

2.

PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN


Merupakan pabrik yang mengolah bahan baku CPKO dan menghasilkan fatty

alkohol sebagai produck utama, serta fatty acid dan gliserin sebagai produck samping
pertama di Indonesia kemudian disusul oleh perusahaan satu groupnya yaitu PT.
Batamas Megah yang berada di pulau batam tahun 1994. Dan kemudian PT. Batamas
Megah berganti menjadi PT. Ecogreen Oleochemicals Batam.
Pada produk fatty alkohol ini digunakan untuk membuat shampo, alat-alat
kosmetik wanita, deterjen, pembersih lantai, industri tekstil dan kertas. Produck fatty

13

acid digunakan sebagai pembuat plastic, minyak pelumas dan industri kertas. Dan
produk gliserin digunakan untuk industri farmasi, food and baverage dan industri
kertas.
3.

PT. Ecogreen Oleochemicals Batam


PT. Ecogreen Oleochemicals Batam didirikan pada tahun 1991 dan

diresmikan pada tanggal 19 Februari 1994 oleh Presiden Soeharto dengan nama PT.
Batamas Megah yang tergabung dalam Divisi Kimia Salim Group. PT.Batamas
Megah berubah nama menjadi PT. Ecogreen Oleochemicals pada tahun 2001.
Mengingat bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan itu adalah
bahan nabati, maka gambar berbentuk daun digunakan sebagai dasar dari logo
tersebut. Bagian yang berbentuk lonjong menggambarkan proses awal berupa bahan
baku dan bentuk yang bulat melambangkan produk akhir. Jika ketiga bentuk tersebut
disatukan dan dipandang dari atas, akan muncul gambar lain di mana terlihat dua
orang duduk berhadapan di meja perundingan. Mereka melambangkan keyakinan
Ecogreen Oleochemicals akan terjalinnya hubungan erat dengan para pelanggan dan
keterbukaan dalam bekerjasama untuk keuntungan kedua pihak. Warna hijau dipilih
untuk menunjukkan pengertian dan kesadaran Ecogreen Oleochemicals terhadap
lingkungan hidup.
PT Ecogreen Oleochemicals Batam memproduksi fatty alcohol dengan
menggunakan dua proses. Proses produksi fatty alcohol melalui jalur methyl ester
dirancang dan dibangun oleh Lurgi GmbH dari Jerman. PT. Ecogreen Oleochemicals
Batam dengan proses Lurgi memproduksi fatty alcohol dengan kapasitas 80000
MT/tahun. Pada tahun 2004, dibangun proses produksi fatty alcohol melalui jalur
fatty acid yang dirancang dan dibangun oleh Davy dari Inggris. Kapasitas produksi
fatty alcohol yang dihasilkan dari proses Davy adalah 24000 MT/tahun. Seluruh
proses dalam PT. Ecogreen Oleochemicals dilengkapi dengan Distributed Control
System (DCS) Centum XL Yokogawa untuk memastikan produk berkualitas tinggi
dan sesuai keinginan konsumen.
Produk yang dihasilkan dari PT Ecogreen Oleochemicals Batam dipasarkan
di Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan Asia. Kantor pemasaran Ecogreen terletak
di Singapura, Jerman, dan Amerika Serikat. Untuk memenuhi standar internasional
dari segi lingkungan hidup, PT Ecogreen Oleochemicals yang berada di Batam telah

14

mendapatkan sertifikat ISO 9002 dari SGS Yarsley International Certification


Services Ltd. Selain itu, dari segi kualitas,PT Ecogreen pada bulan Januari 1998 telah
mendapatkan ISO 14001 dari BVQI.

15

Rekayasa (Teknologi Baru)


Pada rekayasa proses diatas, umpan masuk berupa methanol, dan fatty acid
dengan proses esterifikasi, dimana pada esterifikasi ini digunakan suhu dan tekanan
yang tinggi, pada keluarannya dihasilkan methanol, gliserin, dan fatty acid metil
ester, yang kemudian masuk kedalam stripping, keluaran dari striping pada bagian
atas menghasilkan methanol, dimana pada alur atas yaitu methanol di recycle
kembali keumpan masuk methanol, dan keluaran bagian bawah masuk ke separator
untuk memisahkan antara gliserin dan FAME.
Kemudian FAME yang keluar dari separator masuk ke reaktor sebagai umpan
masuk dalam proses hidrogenasi, dimana pada umpan masuk ke reaktor itu adalah
FAME, gas hidrogen, dan CuCr sebagai katalisnya, pada umpan masuk reaktor
FAME dan hidrogen di panaskan dahulu sebelum masuk ke reaktor, dimana
keguanaan nya adalah untuk menghindari terjadinya kerusakan pada katalis.
Keluaran reaktor itu berupa Fatty alkohol, methanol, hidrogen, dan katalis CuCr yang
kemudian masuk kedalam cooler, keluaran cooler pada bagian atas adalah gas
hidrogen dan pada keluaran samping nya methanol, fatty alkohol, dan katalis CuCr
yang kemudian masuk kedalam striping.
Keluaran stripping pada bagian atas adalah methanol yang kemudian
methanol di recycle ke umpan masuk awal, dan pada produk bawah berupa fatty
alkohol dan katalis CuCr masuk kedalam filter, keluaran filter yaitu CuCr yang di
recycle kembali kedalam umpan masuk pada reaksi hidrogenasi, dan keluaran lain
berupa produk utama yaitu fatty alkohol.

16

17

BAB IV
KESIMPULAN

1.

Kelapa Sawit merupakan bahan baku penghasil fatty acid yang terbesar

2.

Pembuatan alkohol lemak dengan proses Transesterifikasi lebih baik karena


menghasilkan alkohol lemak yang berkualitas tinggi dengan penggunaan
katalis yangtidak begitu banyak (Proses berlansung cepat).

3.

Alkohol lemak dengan proses Hydrolisis , berlansung dengan proses yang


cukup rumit. Sedangkan pada proses Hidrogenasi secara lansung, kebutuhan
temperature reaksi lebih tinggi, menghasilkan yield yang lebih rendah dan
dapat merusak katalis.

4.

Alcohol lemak yang dihasilkan pada proses fixed bed memiliki hasil yang
banyak dan penggunaan katalis hanya setengahnyadan memiliki kualitas yang
tinggi.

18

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Teknologi Oleokimia. http://ocw.usu.ac.id//handout fatty alcohol.pdf.


Chauvel,A. & Levebvre G., Petrochem. Processes , Tech. Ed. 1989.
Hui, Y. H. Baileys Industrial Oil and Fat Products, fifth edition. 1996. New York:
JohnWilley & Sons Inc

19

Anda mungkin juga menyukai