Anda di halaman 1dari 5

Agar Buah Hati Tak Lagi Takut Hantu

Penulis: Ummu Rumman


Muraja’ah: Ust. Aris Munandar

“Ummi, Ahmad pingin ke kamar mandi. Anterin ya Mi…”

Ummu Ahmad (bukan nama sebenarnya) kaget ketika suatu malam Ahmad, anaknya
yang sudah berumur 10 tahun tiba-tiba minta diantarkan ke kamar mandi.

“Ahmad anak shalih… kok tumben minta diantar ke kamar mandi? Biasanya berani
sendiri.”

“Ahmad takut ketemu hantu Mi…” kata Ahmad dengan wajah ketakutan.

Kisah ini mungkin sangat sering kita jumpai. Tak hanya anak kecil, bahkan banyak orang
dewasa yang mengaku takut terhadap hantu. Masih banyaknya budaya dan kepercayaan
terhadap hal-hal mistis yang bertentangan dengan syariat, ditambah lagi maraknya cerita
maupun film-film misteri di tengah masyarakat semakin memperparah kerusakan dan
mengikis keimanan.

Rasa takut anak kepada hantu, bagaimanapun harus mendapat perhatian khusus dari
orang tua. Karena bila ketakutan sang anak tetap terpelihara, tak hanya membentuk
mental penakut pada diri anak tetapi juga dapat mengurangi kesempurnaan tauhid yang
sangat kita harapkan terbentuk pada diri sang anak.

Sekilas tentang Rasa Rakut (Khauf)

Sangat penting bagi orang tua untuk bisa melatih anak mengatur rasa takutnya. Bukan
hanya sekedar agar anak menjadi pemberani, tetapi lebih karena rasa takut adalah bagian
dari ibadah. Rasa takut adalah bagian dari rukun yang harus ada dalam ibadah, di
samping rasa cinta dan harap.

Macam-macam takut

Ulama telah membagi rasa takut menjadi beberapa bagian, yaitu:


1. Takut ibadah atau disebut juga takut sirri (takut terhadap sesuatu yang ghaib).
Takut ibadah dibagi menjadi dua macam:

a. Takut kepada Allah, yaitu takut yang diiringi dengan merendahkan diri, pengagungan,
dan ketundukan diri kepada Allah. Takut semacam inilah yang akan mendatangkan
ketaqwaan dan ketaatan sepenuhnya kepada Allah. Oleh karena itu, rasa takut seperti ini
hanya boleh ditujukan kepada Allah semata karena merupakan salah satu konsekuensi
keimanan.
Allah berfirman, yang artinya, “Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran 175)

b. Takut kepada selain Allah, yaitu takut kepada selain Allah dalam hal sesuatu yang
ditakuti itu sebenarnya tidak dapat melakukannya dan hanya Allah-lah yang dapat
melakukannya. Takut semacam ini banyak terjadi pada berhala, takut pada orang mati,
takutnya para penyembah kubur kepada walinya, dll. Rasa takut ini merupakan syirik
akbar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari keIslaman.

2. Takut yang haram, yaitu takut kepada selain Allah, yang bukan ibadah tetapi
menyebabkan ia melakukan keharaman atau meninggalkan kewajiban. Takut semacam
ini dapat mengurangi ketauhidan seseorang.

3. Takut thobi’i (normal). Yaitu takut pada hal-hal yang bisa mencelakakan kita (dengan
izin dan kekuatan dari Allah). Misalnya, takut pada binatang buas, api, dll. Takut
semacam ini wajar ada pada diri manusia dan dibolehkan selama tidak melampaui batas.

4. Takut wahm (khayalan), yaitu takut pada sesuatu yang sebabnya tidak jelas. Misalnya,
takut pada hantu. Takut semacam ini tercela.

Seorang anak yang masih dalam fase pertumbuhan dan sedang mengalami masa belajar,
ia mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan kadang disertai pula daya imajinasi yang
tinggi. Oleh karena itu, ketika ia mendengar cerita tentang berbagai macam hantu entah
dari berbagai media massa, atau dari orang-orang di sekitarnya, hal tersebut bisa
menimbulkan rasa takut yang berlebihan. Apalagi bila sang anak pernah mengalami
trauma karena ditakut-takuti temannya atau karena pernah mengalami gangguan jin.

Rasa takut kepada hantu atau setan, bisa mengantarkan kepada syirik akbar. Jika sampai
membawa pada peribadatan kepada selain Allah. Bentuknya bermacam-macam, ada yang
memberi sesajian agar tidak diganggu, membaca berbagai mantera, datang kepada dukun
untuk meminta jimat, dan sebagainya.

Pada anak, mungkin tak sampai separah itu. Namun tak jarang kita dapati, karena rasa
takut kepada hantu atau semacamnya, anak menjadi takut keluar kamar untuk mengambil
wudhu pada pagi hari. Sang anak menjadi menunda-nunda waktu shalat Subuhnya. Ini
hanyalah salah satu contoh. Tetapi sekali lagi, hal ini dapat mengurangi kesempurnaan
tauhid sang anak.

Ketakutan anak bisa diperparah jika orangtuanya pun tidak paham syariat sehingga demi
mengatasi rasa takut anaknya sehingga membawa anak pada kesyirikan. Misalkan
menggantungkan jimat pada anak sehingga sang anak terus bergantung pada jimat
tersebut hingga ia dewasa.

Cara Mengatasi Rasa Takut Anak kepada Hantu


Bagi orang tua sangat penting mengetahui bagaimanakah cara mengatasi ketakutan anak
dengan cara yang sesuai syariat. Antara lain:

1. Tanamkanlah pada anak tauhid dan aqidah yang benar.


Cobalah cari tahu apa yang sebenarnya ditakutkan oleh sang anak pada saat keadaannya
tenang. Rangsanglah anak dengan beberapa pertanyaan. “Adik takut hantu ya?
Memangnya hantu itu apa sih?”
Jika sang anak menjawab bahwa hantu adalah pocong, genderuwo, nyi loro kidul,
kuntilanak, atau semacamnya, jelaskan bahwa hantu-hantu semacam itu tidak ada sama
sekali sehingga tidak perlu ditakutkan. Jika yang ditakutkan anak adalah orang mati,
maka jelaskanlah bahwa orang mati takkan bisa memberi manfaat maupun bahaya bagi
orang yang masih hidup.

Adapun jika sang anak telah mengerti bahwa yang dimaksud orang-orang dengan hantu
adalah penjelmaan dari setan atau jin yang hendak mengganggu manusia, maka orangtua
haruslah menjelaskan kepada anak bahwa tidak ada kekuatan yang paling kuat kecuali
kekuatan Allah. Seluruh makhluk, termasuk jin dan setan di bawah pengaturan Allah.
Ajarkan pada anak meskipun seluruh jin dan manusia ingin mencelakakannya, akan tetapi
Allah tidak menakdirkannya, maka ia takkan celaka. Begitu pula sebaliknya.

Sungguh indah contoh yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika
beliau menasehati Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang ketika itu masih kecil.Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata,

“Pada suatu hari saya pernah membonceng di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, lalu beliau bersabda, “Wahai anak muda, sesungguhnya akan kuajarkan
kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Ia juga akan menjagamu. Jagalah
Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya ada di hadapanmu. Apabila engkau meminta
sesuatu, mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada
Allah. Ketahuilah, andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan
manfaat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali
sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan andaikan saja mereka bersatu untuk
menimpakan bahaya terhadapmu, mereka tidak akan bisa memberikan bahaya itu
terhadapmu kecuali sesuatu yang Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan
lembar catatan telah kering.” (HR. Tirmidzi)

Jelaskan pada anak pada hal apakah ia harus takut (yaitu takut kepada Allah), pada hal-
hal apakah ia boleh takut tetapi tidak berlebihan dan hal-hal apa yang ia tidak boleh takut
sama sekali. Hendaklah orang tua mengenalkan kepada anak-anaknya kepada Allah,
nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Karena dengan pengenalan kepada Allah, seorang anak
akan mengetahui keagungan Allah, keMahaKayaanNya, kekuasaan-Nya. Yang harus
orang tua ingat, mengajarkan rasa takut kepada Allah juga harus disertai pengajaran rasa
cinta dan harap kepada Allah. Sehingga hal ini menjadikan anak ikhlas dan giat dalam
beramal serta tidak mudah putus asa.
2. Ajarkan wirid dan doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ada banyak wirid dan doa yang bisa diajarkan pada anak. Misalnya, wirid pagi dan sore,
doa sehari-hari seperti doa masuk WC, doa singgah di suatu tempat, doa hendak tidur, dll.
Pilihlah bacaan wirid dan doa sesuai kapasitas kemampuan anak.

Tak hanya sekedar menghafal, tapi juga pahamkan mereka arti dari doa tersebut sehingga
mereka mengamalkan doa-doa tersebut dengan penuh keyakinan akan manfaat doa bagi
dirinya. Ajarkan pada anak bahwa doa dan wirid adalah senjata dan perisai bagi kaum
mukmin. Karena itu, bila rasa takut menyerang, yang terbaik dilakukan adalah meminta
perlindungan dan pertolongan Allah, Rabb seluruh makhluk. Sesekali ingatkan atau
tanyakan pada anak arti dari doa tersebut. Sekaligus untuk mengetahui apakah sang anak
sudah mengamalkan doa-doa tersebut ataukah belum.

3. Jauhkanlah anak dari hal-hal yang mendatangkan rasa takut kepada hantu.
Misalnya cerita misteri, patung dan lukisan makhluk bernyawa, dll. Cerita misteri atau
berbau mistis kadang lebih menarik bagi anak karena imajinasi mereka yang tinggi dan
masih belum terkontrol baik. Oleh karena itu, kenalkanlah anak dengan kisah-kisah para
Nabi, sahabat-sahabat Rasulullah, maupun kisah shahih lain yang dapat mengajarkan
anak keimanan, keberanian dan akhlaq yang baik. Jangan hanya sekedar menyediakannya
buku/majalah, meskipun ini juga hal yang penting. Sesekali ceritakanlah langsung dengan
lisan anda agar hikmah dan nilai kisah lebih mengena di hati anak. Ini juga akan lebih
mendekatkan orang tua dengan sang buah hati.

4. Ajarkan pula pada anak untuk tidak menakut-nakuti temannya meski hanya bermaksud
untuk bercanda. Pahamkan pada anak untuk bercanda dengan baik.

5. Bila orang tua ternyata adalah seorang penakut, berusahalah untuk tidak menampakkan
hal tersebut di depan sang anak. Sebagaimana kita tidak ingin anak menjadi penakut,
maka latihlah diri sendiri untuk tetap tenang dan menghilangkan sifat penakut dari diri
kita.

Jika suatu ketika sifat penakut kita diketahui oleh sang anak, tak ada salahnya melibatkan
anak dalam usaha menghilangkan sifat penakut kita. “Astagfirullah, tadi Ummi kok
menjerit ya pas lampu mati? Menurut adik, Ummi harusnya gimana? Iya adik benar,
harusnya tetap tenang dan minta perlindungan sama Allah. Lain kali kalau Ummi
menjerit lagi, adik ingatin Ummi ya….” Hal ini juga akan mengajarkan pada anak
bagaimana seharusnya ia bersikap ketika ada orang lain atau temannya yang ketakutan.
Jangan pula menakut-nakuti anak dengan ancaman yang tak berdasar atau bertentangan
dengan syariat. Misalnya, “Jangan main dekat sungai ya! Nanti diculik genderuwo
penunggu sungai lho” Hal ini sering tanpa sadar dilakukan oleh para orang tua. Maka
wahai para pendidik, bekalilah diri dengan ilmu syar’i dalam mendidik anak-anak kita.

6. Berdoalah untuk kebaikan anak


Hal yang sering luput dari orang tua adalah berdoa untuk anak-anaknya. Padahal doa
merupakan salah satu pokok yang harus dipegang teguh orang tua. Doa orang tua bagi
kebaikan anaknya adalah salah satu jenis doa yang dijanjikan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam akan dikabulkan oleh Allah (HR. Baihaqi). Termasuk di antaranya,
hendaknya orang tua mendoakan agar anak dilindungi dari gangguan setan.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Adalah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memintakan perlindungan untuk Hasan dan Husain dengan
mengucapkan,

“Aku memohon perlindungan untukmu berdua dengan kalimat Allah yang sempurna dari
setiap setan dan binatang berbisa, dan juga dari setiap mata yang jahat.” Selanjutnya
beliau bersabda “Adalah bapak kalian (yaitu Ibrahim) dahulu juga memohonkan
perlindungan untuk kedua puteranya, Ismail dan Ishaq, dengan kalimat seperti ini.” (HR.
Bukhari)

Inilah sebagian cara yang semoga bisa mengatasi rasa takut anak terhadap hantu. Orang
tua hendaknya bersabar dalam membantu anak mengatasi rasa takutnya dengan tetap
memprioritaskan pendidikan aqidah dan tauhid pada anak. Semoga kelak anak tumbuh
menjadi sosok muslim-muslimah yang beraqidah lurus, beramal shalih dan mempunyai
ketawakkalan tinggi kepada Allah. Wallahu Ta’ala a’lam. (Ummu Rumman)

Anda mungkin juga menyukai