Anda di halaman 1dari 47

LAPKAS HIV

Pembimbing : Dr. Jhon E.


Ginting

PENDAHULUAN
Latar belakang
HIV atau Human Immunodeficiency Virus,
merupakan virus yang menyerang dan
melemahkan sistem imun manusia dan dapat
menyebabkan penyakit AIDS yaitu Acquired
Immunodeficiency Syndrome.
HIV menyerang salah satu jenis dari sel
leukosit ( sel darah putih ) yang bertugas
dalam melawan infeksi terutama limfosit
yang memiliki CD4.
Sedangkan pada orang dengan sistem imun
yang terganggu (HIV) nilai CD4 semakin lama
akan semakin menurun.

WHO Juli 2013


35 juta
orang

hidup dengan HIV pada


akhir tahun 2013

3.2 juta

angka pasien HIV Pada


anak-anak

kasus
1.9 juta baru

KEMENTERIAN KESEHATAN
RI

Tujuan penulisan laporan kasus ini di tulis


adalah :
Untuk memahami tinjaun pustaka tentang
Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Untuk mengintergrasikan ilmu kedokteran
yang telah didapat terhadap kasus
Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Untuk mengetahui gambaran, perjalanan
dan penatalaksanaan pada pasien Human
Immunodeficiency Virus (HIV).

Faktor Resiko
Seks bebas tanpa pengaman
Memiliki infeksi menular seksual seperti
sifilis, herpes, klamidia, gonore, dan
vaginosis bakteri;
Berbagi jarum yang terkontaminasi,
jarum suntik dan peralatan suntik dan
obat solusi lain ketika menyuntikkan
obat
Transfusi darah, prosedur medis yang
melibatkan pemotongan yang tidak
steril atau tindik

Transmisi
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia iaitu
darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.
Transmisi perinatal daripada ibu yang terinfeksi sama ada
melalui plasenta, melalui kelahiran atau melalui air susu ibu
(ASI).
Kontak seksual dengan penderita Sexually Transmitted
Disease ( STD) terutama yang mempunyai ulserasi seperti
sifilis, chancroid dan herpes atau HIV tanpa proteksi diri
seperti pemakaian kondom.
Hubungan seksual yang bergantian (multiple partners)
Oral seks yang tidak diproteksi juga bisa menyebabkan
resiko transmisi HIV tetapi lebih rendah berbanding anal
atau vaginal seks.
Transfusi darah atau menerima organ atau jaringan yang
terkontaminasi oleh HIV
Penggunaan jarum suntik (pengguna narkoba) yang
berulangan

FASE

KLINIS

serokonversi akut

target awal dari HIV adalah sel Langerhans yang


akan berfusi dengan sel limfosit CD4+ dan
menyebar ke jaringan yang lebih dalam.
viremia dapat dilihat 4-11 hari setelah virus
masuk melewati mukosa.
infeksi akan terjadi dan proviral reservoir akan
terbentuk. Reservoir terdiri dari sel yang
terinfeksi terutama makrofag dan melepaskan
virus. Sebagian dari virus yang dilepaskan akan
kembali ke reservoir, dan sebagian lagi akan
menghasilakan lebih banyak infeksi aktif.
jumlah viral load meningkat dan CD4+ menurun.
Dengan terbentuknya anti-HIV antibodies dan
response dari CD8 T cell, jumlah viral load
menurun dan CD4+ akan kembali normal.
dapat terjadi selama beberapa minggu hingga
beberapa bulan.
Gejala yang terlihat pada fase ini adalah demam,
flu, limfadenopati dan ruam

FASE

KLINIS

asimtomatik tidak akan menunjukkan gejala pada fase ini selama


beberapa tahun atau dekade
Walaupun replikasi virus tetap terjadi, respons imun
melawan virus masih efektif
Pada fase ini viral load berada dalam kadar yang tetap,
namun kadar CD4+ terus menurun.
AIDS

Ia terjadi apabila sistem imun cukup terganggu


sehingga infeksi oportunistustik terjadi.
, jumlah sel CD4+ berada dibawah 200/L, walaupun
bisa saja pasien dengan infeksi oportunistik jumlah sel
CD4+ nya masih diatas 200/L dan ada juga pasien
dengan jumlah sel CD4+ dibawah 200/L tetapi terlihat
sehat

Penderita HIV yang tidak mendapat terapi


ARV pada akhirnya sistem immunnya akan
menjadi semakin lemah sehingga dari fase
clinical latency menjadi fase AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome).
Seorang penderita HIV didiagnosa dengan
AIDS apabila memenuhi setidaknya 2
gejala mayor dan 1 gejala minor (tanpa
ada alasan immunosupresi lain).

Gejala Mayor:
Berat badan menurun
lebih dari 10% dalam 1
bulan
Diare kronis yang
berlangsung lebih dari 1
bulan
Demam berkepanjangan
lebih dari 1 bulan
Penurunan kesadaran dan
gangguan neurologis
Demensia/ HIV
ensefalopati

Gejala Minor:
Batuk menetap lebih
dari 1 bulan
Dermatitis
generalisata
Adanya herpes
zostermultisegmental
dan herpes zoster
berulang
Kandidias
orofaringeal
Herpes simpleks
kronis progresif
Limfadenopati
generalisata
Infeksi jamur
berulang pada alat

DIAGNOSIS
WHO menentukan diagnosis HIV dan
AIDS berdasarkan gejala klinis dan
jenis tes pemeriksaan. Gejala klinis
HIV dan AIDS menurut tahapan dari
WHO dibagi dalam 4 stadium

Stadium 1

Stadium II

Stadium III

Stadium IV

Pemeriksaan laboratorium
i)

Pemeriksaan dasar :
FBC (full blood count)
Pem. Fungsi hati
Pem. Fungsi ginjal : ureum dan kreatinin
Analisa urin
Pem. Feses lengkap

Pemeriksaan penunjang :
A. Tes antibodi terhadap HIV (ELISA, Rapid Test, Western
Blot)
Tes antibodi terhadap HIV digunakan sebagai test skrining,
meliputi enzyme immunoassays atau enzymelinked immunosorbent
assay (ELISA) dan tes serologi cepat (rapid test). Tes Western blot
digunakan untuk memperkuat hasil reaktif dari tes skrining.
Tes menggunakan bahan whole blood.
Antibodi dihasilkan setelah seorang terinfeksi HIV lebih kurang 212 minggu.
Window periode (tahap jendela), dimana pada saat ini antibodi
belum terdeteksi.
Pada tahap window periode kemungkinan bisa dilakukan
pemeriksaan antigen ataupun pemeriksaan viral load.

Pemeriksaan ELISA/EIA
Sejenis tes penyaring.
Pada metode ini yang dideteksi adalah antibodi
terhadap HIV.
Bila tes ini dilakukan pada masa jendela, maka
hasilnya akan negatif karena antibodi terhadap HIV
masih belum terbentuk.
Pemeriksaan darah tidak hanya dilakukan sekali,
tetapi dilakukan dengan menggunakan 3 metode
pemeriksaan (ELISA atau EIA) yang berbeda, dengan
tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda.
Bila hasil ELISA atau EIA positif, perlu dilakukan
pemeriksaan konfirmasi dengan metode Western
Blot

Western Blot (Tes Konfirmasi)


Uji Western blot menemukan keberadaan
antibodi yang melawan protein HIV spesifik
(struktural dan enzimatik).
Digunakan untuk konfirmasi hasil reaktif ELISA
atau hasil serologi rapid tes sebagai hasil yang
benar-benar positif.
Hasil negatif Western blot menunjukkan bahwa
hasil positif ELISA atau rapid tes dinyatakan sebagai
hasil positif palsu, dan pasien tidak mempunyai
antibodi HIV. Hasil Western blot positif menunjukkan
keberadaan antibodi HIV pada individu tersebut

Pemeriksaan penunjang
B. Tes Viral Load
Viral load HIV adalah jumlah partikel virus HIV yang
ditemukan dalam setiap mililiter darah. Semakin
banyak jumlah partikel virus HIV di dalam darah,
semakin cepat sel-sel CD4 dihancurkan dan semakin
cepat pasien menuju ke arah AIDS. Viral load (VL)
menunjukkan tingginya replikasi HIV dan kecepatan
penghancuran CD4 dan tinggi rendahnya VL
menunjukkan cepat-lambatnya perjalanan penyakit
dan kematian
Viral load HIV dapat diukur dengan PCR. Metode PCR
menyediakan suatu mekanisme untuk mendeteksi
target organisme dengan konsentrasi yang sangat kecil
dengan spesifisitas yang tinggi dan dibuat tiruannya
berlipat ganda sehingga ada tidaknya virus dan bakteri
spesifik serta mutasi materi genetik dapat dideteksi

Pemeriksaan Viral Load bila


dikombinasi dengan pemeriksaan
jumlah CD4+ dan dipantau dari
waktu ke waktu memungkinkan halhal sebagai berikut 12:
Mengetahui bagaimana tubuh
memerangi HIV
Memperkirakan resiko kearah AIDS
Mengetahui efektifitas dari terapi

Komplikasi
System

Direct effect of HIV infection

Neuropsychiatric

HIV-associated

neurocognitive

Common complications
disorders,neuropathy, Primary central nervous system lymphoma

radiculopathy, myelopathy

Chronic psychiatric disorders

Head and neck

HIV-associated retinopathy

Gingivitis, dental and salivary gland disease

Cardiovascular

HIV-associated cardiomyopathy

Cardiovascular disease, endocarditis

Gastrointestinal

Renal/genitourinary

HIV-associated pulmonary hypertension

Chronic obstructive pulmonary disease,lung cancer

Emphysema*

(including Kaposi sarcoma and lymphoma)

HIV-induced enteropathy

Viral hepatitis, lymphoma, Kaposi sarcoma,HPV-

Nonalcoholic fatty liver disease*

related malignancies

HIV-associated nephropathy

Chronic kidney disease not caused by HIVassociated nephropathy,

Endocrine

Impaired lipid and glucose metabolism

Atherosclerosis
Pulmonary

HIV-associated wasting

Lipodystrophy
Hypogonadism,* premature ovarian failure
Musculoskeletal

Myopathy, myositis

Hematologic or oncologic Anemia of chronic disease

Osteopenia, osteoporosis, osteonecrosis


Lymphoma, multiple myeloma

Coagulation disorders*
Dermatologic

Eosinophilic folliculitis*

Papulosquamous disorders (e.g., eczema, seborrheic


dermatitis, psoriasis); molluscum contagiosum;

Penatalaksanaan
11 Prinsip terapi untuk HIV oleh The National Institutes of
Health
1. Replikasi aktif HIV mengakibatkan kerusakan sistem kekebalan
tubuh dan pengembangan menjadi AIDS dalam 98% pasien. Untuk
orang dewasa di negara industri, dibutuhkan sekitar 10 tahun untuk
AIDS berkembang setelah infeksi awal tanpa adanya terapi. Pada
sekitar 20% dari orang, penyakit akan berkembang pesat, dengan
perkembangan AIDS dalam waktu 5 tahun dari infeksi.
2. Tingkat HIV RNA (viral load) menunjukkan besarnya replikasi HIV
dan risiko pengembangan penyakit. Viral load dapat meningkat
dengan penyakit akut dan setelah imunisasi, sehingga pengujian HIV
RNA harus ditunda selama 1 bulan dalam situasi seperti ini. Sebelum
memulai terapi, dua spesimen harus diperoleh untuk HIV RNA dalam
1 sampai 2 minggu untuk memberikan data dasar. Disarankan bahwa
viral load diukur lagi 4 sampai 8 minggu setelah inisiasi atau
perubahan terapi. Pengukuran jumlah CD4 sangat penting untuk
menentukan status sistem kekebalan tubuh. Kerentanan terhadap
infeksi oportunistik berkorelasi dengan Jumlah sel CD4, dan

3. dan jumlah CD4-sel dibawah 350 tanpa memandang gejala klinis


atau penyakit stadium 3 dan 4, tanpa memandang jumlah CD4.
4. Tujuan dari terapi kombinasi adalah untuk menekan RNA HIV (viral
load) ke level di bawah deteksi oleh tes yang paling sensitif.
Resistensi obat mungkin akan hadir ketika viral load HIV berada pada
atau di atas 5.000 eksemplar.
5. Cara yang paling efektif untuk mencapai penekanan replikasi HIV
berkelanjutan adalah dengan menggunakan kombinasi obat
antiretroviral. Monoterapi dikaitkan dengan berisiko tinggi bagi
munculnya resistensi virus kepada agen dan potensi pengembangan
resistansi silang terhadap kelas obat. Sebagai contoh, penekanan.
Replikasi HIV paling baik dilakukan dengan menggunakan dua NRTI
dalam kombinasi dengan PI. Sebuah rejimen kombinasi alternatif
untuk pasien ART-naif adalah dua NRTI dikombinasikan dengan
NNRTI, seperti nevirapine.
6. Obat antiretroviral harus diresepkan sesuai dengan jadwal yang
direkomendasikan dan dosis. Penurunan dosis obat harus dihindari
untuk mencegah perkembangan resistensi obat. Juga, terapi
kombinasi harus dimulai secara bersamaan; obat tidak boleh

7. etika obat antiretroviral berubah, resistensi silang antara


obat dalam kelas harus dipertimbangkan. Ketika rejimen yang
gagal berubah, penting tidak pernah untuk mengubah obat
tunggal. Karena jumlah obat terbatas dan resistansi silang
terjadi umumnya, adalah penting untuk tidak meninggalkan
obat sebelum waktunya. Bila diperlukan untuk mengubah
terapi dengan alasan seperti toksisitas obat atau intoleransi,
maka salah satu obat dapat digantikan untuk lain sementara
yang lain komponen rejimen dilanjutkan.
8. Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk terapi
antiretroviral. Perempuan telah menerima terapi antiretroviral
harus terus terapi jika mereka menjadi hamil. Untuk pasien
yang sedang hamil dan harus memulai ARV, dianjurkan bahwa
terapi ditunda sampai 14 minggu kehamilan. AZT memiliki
terbukti mengurangi penularan HIV perinatal dan harus
ditawarkan kepada semua wanita hamil terlepas dari viral load
mereka
9. Prinsip yang sama ART berlaku untuk anak-anak dan bayi,
meskipun formulasi obat tertentu dan data farmakokinetik

10. Orang dengan infeksi HIV primer akut harus diberikan ART.
Beberapa ahli merekomendasikan bahwa dengan "memukul
HIV keras dan awal" dengan terapi kombinasi, viral load HIV
akan berkurang dan sistem kekebalan tubuh diawetkan,
dengan rendah set point HIV. Ia telah mengemukakan bahwa
pengurangan dari set point virus dikaitkan dengan lebih
menguntungkan klinis berikutnya. Tidak ada bukti bahwa
memulai terapi pada pasien dengan akut serokonversi akan
menyebabkan pemberantasan virus. Dengan tidak adanya
perawatan, viral load menurun kurang dari 1 log per bulan,
dan set point virus adalah mencapai sekitar 4 bulan. Dengan
terapi tiga jenis obat standar, beban HIV menurun sekitar 1
log per minggu.
11. Semua yang terinfeksi HIV, bahkan mereka dengan viral
load tidak terdeteksi, harus dipertimbangkan menular dan
harus diberi konseling tentang cara untuk menghindari
transmisi ini Virus.

LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
Tanggal masuk : 21/7/ 2014
ANAMNESE PRIBADI
Nama : Bastanta
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin: Lelaki
Status Perkahwinan
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Security Guard
Alamat : Dusun II Desa Namo Rindang

ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama
: Mencret
Telaah
: Hal ini telah dialami os 1 bulan ini. Frekuensi
BAB 4-5x/ hari, isi cairan lebih banyak dari ampas, lendir (-),
volume 1/4 aqua gelas, mencret diawali dengan perut
mules. Riwayat BAB hitam, darah tidak dijumpai. Mual
muntah dijumpai sudah 2 minggu, isi muntah
makanan/minuman, frekuensi muntah 3/4x/ hari. Riwayat
muntah darah disangkal. Os mengeluhkan nafsu makan
menurun dalam 3 bulan terakhir ini, disertai penuruna berat
badan sebanyak 15 kg. Riwayat demam berpanjangan
ditemukan dalam 3 bulan terakhir, hilang timbul, demam
tidak terlalu tinggi dan turun dengan obat penurun panas. Os
juga mengeluhkan nyeri ulu hati 1 minggu, terasa seperti
menghisap. Riwayat batuk berdahak (-), batuk berdarah (-),
sesak nafas (-). Riwayat penyakit lain disangkal. Riwayat
melakukan hubungan seksual (+), riwayat bergantian
pasangan (+). Riwayat penggunaan jarum suntik dan narkoba
disangkal, namun terlihat bekas jarum suntikan di tangan
kanan os. Os merupakan peminum alcohol 20 tahun ini.
RPT : Tiada
RPO : Pehatrium F, ARV (tidak jelas)

ANAMNESE ORGAN
Jantung : sesak nafas (-)
Angina pectoris (-)
Edema (-)
Palpitasi (-)

Sal. Pernapasan : batuk (-)


Dahak (-)
Asma bronchitis (-)

Sal. Pencernaan : nafsu makan ( kurang)


Keluhan menelan (-)
Keluhan perut (-)
Penurunan BB( 15kg/3bulan)
Keluhan defekasi (-)

Sal. Urogenital : sakit b.a.k (-)


Mengandung batu (-)
b.a.k tersendat (-)
keadaan urin ( kuning jernih)

Sendi dan tulang : sakit pinggang (-)


Kel.persendian (-)
Keterbatasan gerak (-)

Endokrin : Haus/polidipsi (-)


Poliuri (-)
Polifagi (-)
Gugup (-)
Perobahan suara (-)

Saraf pusat : sakit kepala (-)


Hoyong (-)

Darah & p.darah : pucat (+)


Ptechiae (-)
Perdarahan (-)
Purpura (-)

Sirkulasi perifer :
claudication intermitten (-)

ANAMNESA FAMILI : keluhan yang sama tidak


ditemukan dalam keluarga os.
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
KEADAAN UMUM

Sensorium
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperature

: CM
: 110/70 mmHg
: 100x/i
: 24x/i
: 36,7

Pancaran wajah : lemas


Sikap paksa
:Reflex fisiologis: +
Reflex patologis: -

KEPALA :
Konjungtiva palpebral pucat (+), icterus (-), pupil
(isokor), reflex cahaya direk (+)/ indirek (+),
kesan normal
Telinga/hidung/mulut: DBN

LEHER
Sturma (tidak membesar)
Posisi trakea: medial
TVJ: R-2 cm H2O

TORAK DEPAN
Inspeksi : simetris
Palpasi : sf kanan = kiri, kesan normal
Perkusi : sonor dikeduan lapangan paru
Auskultasi : sp= vesikuler St= (-)

ABDOMEN
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel, H/L/R ttb
Perkusi : timpani
Auskultasi : hyperperistaltik usus

ANGGOTA GERA KATAS: tidak ada kelainan

ANGGOTA GERAK BAWAH: udem (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RUTIN

DARAH
Hb : 8grm
Lekosit : 3.67/mm
Trombosit : 77/mm
Eritrosit : 2.9/mm
Ht : 25.30 %
Hitung jenis :
Netrofil- 80.60
Limfosit- 11.20
Monosit- 6.00
Eosinophil- 1.10
Basophil- 1.10

KEMIH
Warna : kuning jernih
Reduksi : Protein : Bilirubin : Urobilinogen : +

TINJA
Tidak dalam pemeriksaan

ANAMNESE KU
: diare
Telaah
: sudah 1 bulan, frekuensi 4-5x/ hari, cairan>ampas, lendir (-), volume aqua gelas,
diawali dengan perut mules. Mual (+), muntah (+) 2 minggu, isi makan/minuman, frekuensi 3-4x/hari.
Nafsu makan (kurang), BB ( kurang 15 kg/ 3bulan). Febris berpanjangan dalam 3 bulan terakhir,
hilang timbul, turun dengan obat penurun panas. Nyeri Epigastrium (+), 1 minggu.
STATUS
PASIEN

Keadaan umum : sedang


Keadaan penyakit : sedang
Keadaan gizi
: kurang

PEMERIKSA KEPALA :
AN FISIK
Konjungtiva palpebral pucat (+), icterus (-), pupil (isokor), reflex cahaya direk (+)/ indirek (+), kesan
normal
Telinga/hidung/mulut: DBN
LEHER
Sturma (tidak membesar)
Posisi trakea: medial
TVJ: R-2 cm H2O
TORAK DEPAN
Inspeksi : simetris
Palpasi : sf kanan = kiri, kesan normal
Perkusi : sonor dikeduan lapangan paru
Auskultasi : sp= vesikuler, St= (-)
ABDOMEN
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel, H/L/R ttb
Perkusi : timpani
Auskultasi : hyperperistaltik usus
ANGGOTA GERAK BAWAH: udem (-)

LABORATORIUM RUTIN

DIAGNOSA BANDING

Darah
Kemih
Tinja

: anemia, trombositopenia, leukopenia


: dbn
: tdp

diare kronis ec colitis dd diare kronis non infectious


dd diare kronis ec malnutrisi
HIV stadium III
Oral candidiasis dd leukoplakia
dd glositis
4. Dyspepsia tipe like ulcer dd gastritis
dd ulkus peptikum
5. Pansitopenia ec viral infection dd aplastic anemia
dd PNH
1 .

1 .

2 .

DIAGNOSA SEMENTARA
PENATALAKSANAAN

diare kronis ec colitis + HIV std III + oral candidioasis + dyspepsia tipe like ulcer +
pansitopenia ec viral infection
Aktivitas
: tirah baring
Diet
: Diet MB II
Tindakan suportif : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/i
Medikamentosa : Drips Aminofluid 1 fls/hari
Drip fluconazole 1 fls/hari
Inj Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Inj Metoclopramid 1 amp/ 8 jam
Clotrimazole 2x960mg/hari
Sucralfat 3x1 tab
Newdiatab 2x/ mencret

Rencana Peranjajakan Diagnostik


Darah lengkap, urinalisa, feses rutin
Immunophenotyping (CD4) kuantitatif
LFT, RFT, HbSAG, anti HCV
Foto thorax, USG abdomen
Konsul PTI, posyansus
BTA 3x, kultur sputum

Follow up Pasien
TANGGAL S
O
21/7
Mual muntah, Sens: CM
mencret (-)
TD: 110/70 mmHg
HR: 102x/i
RR: 24x/i
Temp:37,6
Pem. Kepala:
-konj. Palpebral anemis (+)
Thorax: normal
Abdomen: normal
Hasil lab:
-hemoglobin 8.90 g %
-leukosit 3.67/mm
-trombosit 77/mm
- elektrolit (Natrium) 121 mEq/L

A
-HIV std. III
-Dispepsia tipe like ulcer
Dd dismotilitas

P
RENCANA
-bed rest
-konsul PTI
-diet MB
-cek
LFT
lengkap,
IVFD NaCL 0,9 % 30 gtt/i
elektrolit
-drip aminofluid 1 fls/hari
-cek darah lengkap, RFT
-Omeprazol 1x20mg/hari
saff
-drip fluconazole 4 fls/hari
-cotamixazole 2x960 mg/hari
-Inj Ranitidin 1 amp/ 12jam

22/7

-HIV std. III


-Dispepsia tipe like ulcer
Dd dismotilitas
-oral candidiasis

-bed rest
-diet MBTKTP
-follow up divisi GEH
-IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/I (hasil: anjuran USG
selang seling dengan D 5% abdomen)
20gtt/i
-drip aminofluid 1 fls/hari
-drip fluconazole 4 fls/hari
-cotamixazole 2x960 mg/hari
-Inj Ranitidin 1 amp/ 12jam
-Inj metoclopramide 1 amp/
8jam

Mual muntah

Sens: CM
TD: 110/80 mmHg
HR: 100x/i
RR: 28x/i
Temp: 37,9
Pem.mulut: bercak keputihan
Hasil lab: -CD4 19%
-CD4 Absolut 80 Cell/uL
-hati (LDH) 656 U/L
-HBsAg (-)
-Anti HCV (-)

23/7

Mual muntah

Sens: CM
TD: 110/80 mmHg
HR: 102x/i
RR: 28x/i
Temp: 37,4
Pem. Mulut: bercak keputihan

-HIV std. III


-Dispepsia tipe like ulcer
Dd dismotilitas
-oral candidiasis

-bed rest
-Subtinsi Natrium = 121
-diet MBTKTP
-Menunggu RO Thorax PA
-IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/I -konsul Gizi untuk extra
selang seling dengan D putih telur
5% 20gtt/i
-drip aminofluid 1 fls/hari
-drip fluconazole 4 fls/hari
-cotamixazole
2x960
mg/hari
-Inj Ranitidin 1 amp/
12jam
-Inj metoclopramide 1
amp/ 8jam
-sukralfat 2x500mg/hari
-vit B complex 3x1
-vit C 1x500mg

24/7

Mual, lemas

Sens: CM
TD: 110/80 mmHg
HR: 100x/i
RR: 28x/i
Temp: 37,1
Pem.mata: anemis (-)
Pem.abdomen:
Supel, nyeri tekan(+), peristaltic (+)

-HIV std. III


-Dispepsia tipe like ulcer
Dd dismotilitas
-oral candidiasis
-Hiponatremia
-Pansitopenia ec viral infection

-bed rest
-jawaban
thorax
PA:
-diet MBTKTP
jantung paru dalam batas
-IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/I normal
selang seling dengan D -Jawaban USG abdomen:
5% 20gtt/i
asites
non
sirotik
-drip aminofluid 1 fls/hari (minimal)
-drip fluconazole 4 fls/hari -menunggu
jawaban
-substitusi Na -> NaCl 3 % konsul gizi
1 fls 20 gtt/i
-menunggu jawaban HOM
-cotamixazole
2x960
mg/hari
-Inj Ranitidin 1 amp/
12jam
-Inj metoclopramide 1
amp/ 8jam
-sukralfat 2x500mg/hari
-vit B complex 3x1
-vit C 1x500mg

25/7

Mual
(-), Sens: CM
lemas (-)
TD: 110/80 mmHg
HR: 92x/i
RR: 24x/i
Temp: 36,6
Pem.mata: anemis (-)
Pem.abdomen:
peristaltic (+)

-HIV std. III


-bed rest
-Dispepsia tipe like ulcer -diet MBTKTP
Dd dismotilitas
-IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/I
-Pansitopenia ec viral selang seling dengan D 5%
infection
20gtt/i
-oral candidiasis
-drip aminofluid 1 fls/hari
-Hiponatremia
-drip fluconazole 4 fls/hari
-cotamixazole
2x960
mg/hari
-Inj Ranitidin 1 amp/ 12jam
-Inj metoclopramide 1 amp/
8jam
-sukralfat 2x500mg/hari
-vit B complex 3x1
-vit C 1x500mg
PBJ
Berobat ke Posyansus

PENUTUP
Masalah pada bapak Bastanta
adalah diare yang dialami dalam 1
bulan ini sehingga menyebabkan
penurunan berat badan akibat dari
penyakit HIV stadium III yang
dialaminya.

Anda mungkin juga menyukai