Anda di halaman 1dari 30

FAK.TEKNIK JUR.

SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Pengertian Irigasi
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, irigasi tidak saja membicarakan dan
menjelaskan metode-metode dan usaha yang berhubungan dengan pengambilan
air dari bermacam-macam sumber, menampungnya dalam suatu waduk atau
menaikkan elevasi permukaannya, serta menyalurkan serta membagi-bagikannya
ke bidang-bidang tanah Irigasi adalah segala usaha manusia yang berhubungan
dengan perencanaan dan pembuatan sarana untuk menyalurkan serta membagi air
ke bidang-bidang tanah pertanian secara teratur, serta membuang air kelebihan
yang tidak diperlukan lagi.
yang akan diolah, tapi juga mencakup masalah-masalah pengendalian
banjir, sungai dan segala usaha yang berhubungan dengan pemeliharaan dan
pengamanan sungai untuk keperluan pertanian.
I.2. Keadaan-keadaan dimana irigasi diperlukan
Tidak semua daerah yang terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan
memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian
dimana terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-keadaan berikut :
Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman
akan air.
Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang
tahun.
Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
pertanian yang dapat dicapai melalui irigasi serta dinilai layak
dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis, ekonomis maupun sosial.

1
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

I.3. Keuntungan-keuntungan Irigasi


Pada umumnya proyek-proyek irigasi dilaksanakan dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan, meskipun akhir-akhir ini kita banyak mendengar apa
yang dinamakan proyek kemanusiaan yang tidak terlalu memperhitungkan
keuntungan langsung yang dapat dinilai dalam bentuk mata uang. Karena
disamping keuntungan langsung, terdapat juga keuntungan tidak langsung
antara lain :

Membantu pengembangan daerah secara umum.

Meningkatkan daya pengadaan bahan baku.

Penyediaan lapangan kerja terutama pada waktu pelaksanaan proyak


irigasi.

Meningkatkan nilai tanah milik.

Membuka kemungkinan pengusahaan penanaman jenis-jenis tanaman


lainnya yang memberikan hasil cukup besar.

Membuka peningkatan kebudayaan masyarakat.

Pelayaran.

Penyediaan sumber air minum atau air bersih.

I.4. Keburukan-keburukan Irigasi


Disampinng keuntungan-keuntungan yang ditimbulkan, irigasi dapat juga
menimbulkan akibat yang kurang baik pada daerah bersangkutan, yaitu antara
lain :

Iklim menjadi dingin dan lembab, sehingga menimbulkan gangguan


pada daerah yang sebelumnya sudah dingin dan lembab.

Jaringan irigasi yang perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan


kurang baik akan menimbulkan genangan air yang dapat memberikan
kesempatan bagi perkembangbiakan nyamuk yang dapat menjadi
sumber penyakit malaria.

2
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Irigasi secara berlebihan dapat menimbulkan kejenuhan yang terlalu


tinggi pada tanah, yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman.
Ini terjadi terutama pada daerah-daerah yang drainasenya kurang baik.

I.5. Tujuan Irigasi


Tujuan irigasi secara langsung maupun tidak langsung untuk pertanian
adalah sebagai berikut:
Membasahi tanah,
Dengan membasahi tanah dimaksudkan agar :

Tanah menjadi lunak sehingga mudah diolah

Zat-zat makanan dalam tanah yang diperlukan tanaman dapat


larut sehingga mudah diserap oleh akar tanaman.

Mencukupi lengas lapang dari tanah agar tetap dalam prosentase


yang diperlukan tanaman untuk tumbuh terutama pada musim
kering.

Merabuk atau menambah kesuburan tanah


Mengatur suhu tanah
Memberantas hama
Membersihkan tanah
Mempertinggi muka air tanah
Kolmatasi, yaitu peninggian muka tanah dengan mengendapkan
lumpur dari air irigasi sehingga dengan demikian diperoleh suatu
lapisan permukaan tanah yang subur.
I.6. Tingkat-tingkat Jaringan Irigasi
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya
fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan dalam 3 tingkatan, yaitu :
1. Jaringan irigasi sederhana
2. Jaringan irigasi semi teknis
3. Jaringan irigasi teknis

3
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Dalam konteks standarisasi ini, hanya jaringan irigasi teknis saja yang
ditinjau. Bentuk irigasi yang lebih maju ini cocok dipraktikkan disebagian proyek
irigasi di Indonesia.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya 4 unsur fungsional
pokok, yaitu :

Bangunan-bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya,


umumnya dari sungai atau waduk.

Jaringan pembawa atau saluran yang mengalirkan air irigasi ke petakpetak tersier.

Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem


pembuangan kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan kesawahsawah serta kelebihan air ditampung dalam suatu sistem pembuangan
didalam petak tersier.

Sistem pembuangan yang ada diluar daerah irigasi untuk membuang


kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alamiah.

Ad.1. Jaringan Irigasi Sederhana


Didalam proyek-proyek sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur,
air kelebihan akan mengalir ke selokan pembuangan. Para pemakai air tergabung
dalam suatu kelompok sosial yang sama dan tidak diperlukan keterlibatan
pemerintah dalam jaringan organisasi semacam ini.
Persediaan air biasanya melimpah dan kemiringan berkisar antara sedang
sampai curam. Oleh karena itu hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untu
pembagian air. Jaringan irigasi yang masih sederhana ini mudah diorganisir tapi
memiliki kelemahan yang serius.
Pertama-tama ada pemborosan air, dan karena pada umumnya jaringan
irigasi itu terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat
mencapai daerah rendah yang subur.
Kedua terdapat banyak penyadapan yang memerlukan banyak biaya dari
penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.

4
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Karena bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap atau permanen, maka


umurnya mungkin pendek.
Ad. 2. Jaringan Irigasi Semi-Teknis
Dalam kebanyakan hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi
sederhana dengan jaringan irigasi semi-teknis ialah bahwa yang yang belakangan
ini terletak di tepi sungai lengkap dengan pengambilan dan bangunan pengukur
dibagian hilirnya.
Mungkin juga dibangun beberapa bangunan permanen dijaringan saluran.
Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Adalah
mungkin bahwa pengaliran dipakai untuk melayani daerah yang lebih luas
daripada daerah layanan jaringan sederhana. Oleh karena itu biayanya ditanggung
oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya lebih rumit dan jika bangunan
tetapnya berupa pengambilan dari sungai, maka diperlukan lebih banyak
keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum.
Ad. 3. Jaringan irigasi teknis.
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah
pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang. Hal ini berarti bahwa
baik saluran irigasi maupun saluran pembuang bekerja tetap sesuai dengan
fungsinya masing-masing, dari pangkal hingga ujung. Saluran air irigasi
mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke selokan-selokan pembuang yang
alamiah yang kemudian akan membuangnya ke laut.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis.
Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhannya
berkisar antara

50 s/d 100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Petak tersier

menerima air dari suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu
jaringan pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Pembagian air dalam petak
tersier diserahkan kepada petani. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan
air ke sawah. Kelebihan air ditampung dalam suatu jaringan pembuang tersier dan
kuarter yang selanjutnya dialirkan ke saluran pembuang primer.

5
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip diatas adalah cara
pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu merosotnya
persediaan air serta kebutuhan-kebutuhan pertanian.
Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran,
pembagian air irigasi dan pembuangan air secara lebih efisien. Jika petak tersier
hanya memperoleh air pada salah satu tempat saja pada jaringan utama, hal ini
akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit disaluran primer, ekploitasi
yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah dibandingkan dengan apabila
setiap petani diizinkan untuk mengambil sendiri air dari jaringan pembawa.
Kesalahan dalam pengelolaan di petak-petak tersier juga tidak akan
mempengaruhi pembagian air di jaringan utama. Dalam hal ini khusus dibuat
sistem gabungan (fungsi saluran irigasi dan pembuang digabung). Walaupun
jaringan ini memiliki keuntungan-keuntungan tersendiri, kelemahannya juga amat
serius sehingga sistem ini umumnya tidak akan diterapkan. Keuntungan yang
dapat diperoleh dari jaringan ini adalah pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan
biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena saluran pembawa dapat dibuat lebih
pendek dengan kapasitas yang lebih kecil.
Kelemahannya adalah jaringan-jaringan semacam ini sulit diatur dan
dieksploitasi, lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak
merata. Bangunan-bangunan tertentu didalam jaringan tersebut akan memiliki
sifat-sifat seperti bendungan dan relatif mahal.
I.7. Peta Petak
Pada peta irigasi terlebih dahulu dibuat peta petak yang merupakan dasar
untuk menentukan ukuran berbagai pekerjaan yang diperlukan. Dari peta terlihat
seluruh daerah yang akan dialiri, batas dan luasan petak, petak sekunder, tersier
dan saluran pembuang. Lokasi pengambilan air pada irigasi, baik berupa
bangunan bebas maupun bangunan bendung juga terlihat.
Dalam perencanaan jaringan, saluran pembawa harus diletakkan pada
daerah tinggi, dapat merupakan saluran garis tinggi atau saluran garis punggung
sedangkan saluran pembuang berada di lembah-lembah.

6
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Pada pembuatan peta petak digunakan peta mozaik sebagai peta situasi
dan peta garis tinggi (contur) dengan skala 1 : 5000 dimana lukisan garis tinggi
atau trances yang berinterval 0,5 m.
Setelah peta tersebut dipelajari dengan seksama dan telah mendapatkan
kesan serta informasi kemiringan lapangan, maka dapat diambil ketentuan tanah
tinggi yang akan dialiri, dan tempat pengambilan di sungai. Bila bangunan
pengambilan di sungai merupakan bangunan bebas (free intake) maka perlu
dicarikan tempat dimana aliran sungai tidak berpindah. Sedangkan apabila
bangunan pengambilan dilengkapi dengan bendung, maka harus dicari lokasi yang
agak lurus lalu tentukan ketinggian saluran induk di hilir bangunan pengambilan.
I.8. Saluran
Pada jaringan irigasi, saluran pembawa dapat dibagi :
Saluran Induk (primer)
Adalah saluran yang dimulai dari pintu pemasukan atau pengambilan
bebas sampai ke bangunan bagi.
Saluran sekunder
Adalah saluran yang mengairi satu atau lebih petak tersier dan
menerima air dari saluran induk atau saluran tersier sebelumnya.
Saluran tersier
Adalah saluran yang mengairi satu petak tersier dan menerima air dari
saluran sekunder. Luas petak tersier 50 - 150 ha.
Saluran kuarter
Adalah saluran yang mengairi satu petak sawah dan menerima air dari
saluran tersier. Luas petak kuarter 8 - 15 ha.
Saluran pembuang
Adalah saluran yang dipakai untuk membuang air yang telah dipakai
pada petak-petak petani dan mengaliri daerah garis tinggi atau tegak
lurus diatasnya dan terletak pada daerah rendah atau lembah-lembah.

7
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

I.9. Bangunan-bangunan yang ada


Pada jaringan irigasi juga terdapat beberapa bangunan, yang terdiri atas :
Bangunan bagi
Adalah bangunan yang membagi air dari saluran induk maupun
sekunder sesuai jumlah air yang dibutuhkan dalam setiap petak
sekunder.
Bangunan bagi sadap
Adalah bangunan yang membagi air dari saluran-saluran sekunder dan
saluran induk, dimana terdapat bangunan sadap untuk satu atau lebih
petak tersier.
Bangunan sadap
Adalah bangunan yang membagi air dari saluran sekunder ke saluran
tersier sesuai jumlah air yang dibutuhkan.
I.10. Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Perencanaan
Saluran kuarter :
-

Petak kuarter mendapat air dari box tersier melalui saluran kuarter
dengan syarat

Panjang saluran kuarter 500 m

Panjang antara saluran kuarter ke saluran pembuang 350 m

Petak tersier harus mandapat air hanya dari satu bangunan sadap ke
saluran induk maupun sekunder.

Petak tersier
-

Harus sedapat mungkin kelihatan bebas dan jarak sawah yang


terjauh dari bangunan sadap 3 km, agar dapat memudahkan dalam
pembagian air.

Luas petak tersier tergantung dari bentuk lapangan yang berkisar


50 150 ha.

Batas-batas petak tersier sedapat mungkin nyata kelihatan,


misalnya ditentukan menurut :

8
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Jalan raya / jalan desa

Saluran induk / saluran sekunder

Saluran pembawa / saluran pembuang

Batas kabupaten / kecamatan / desa

I.11. Perhitungan Luas Petak


Untuk menhitung luas petak dengan tepat, biasanya digunakan alat
plannimeter. Namun cara pendekatan, petak sawah dapat dibagi atas bentuk
segitiga, trapesium, empat persegi panjang dan sebagainya, kemudian dikali skala
pada peta, maka luas sesungguhnya dapat diperoleh.
I.12. Pemberian Nama Pada Peta Irigasi
Sistem Supply
Saluran-saluran dan bangunan bangunan dalam suatu jaringan irigasi
diberi nama, dan pemberian nama tersebut dengan prinsip bahwa nama-nama
harus logis sederhana tapi mampu memberikan gambaran cukup jelas mengenai
daerah irigasi yang bersangkutan. Nama harus cukup pendek dan memberikan
petunjuk terhadap letak bangunan, saluran pemberi, saluran drainase maupun
petak-petak sawah dalam suatu daerah irigasi.
Pemberian nama perlu memperhatikan kemungkinan adanya tambahan
bangunan-bangunan dikemudian hari, sehingga dengan adanya bangunanbangunan baru tersebut sistem pemberian nama yang telah dilaksanakan tidak
perlu diubah. Salah satu contoh pemberian nama adalah sebagai berikut :
-

Saluran primer
Diberi nama menurut nama sungai tempat mengambil air, tetapi juga diberi
nama dengan cara lain misalnya menurut nama daerah yang dilayani. Misalnya
suatu saluran primer mengambil air dari sungai Undi dan melayani daerah
Tangga, saluran dapat diberi nama saluran Undi, juga dapat diberi nama
saluran Tangga.

9
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Saluran Sekunder
Diberi nama desa yang dekat saluran permulaan. Misalnya saluran sekunder
Iring, berarti saluran sekunder tersebut permulaannya dekat desa Iring.

Suatu saluran dibagi menjadi bagian-bagian atau ruas-ruas. Misal suatu


ruas mempunyai nama Rs2 berarti ruas itu terletak antara Bs1 dengan Bs2

Bangunan pembagi diberi nama seperti pemberian nama pada suatu ruas,
tapi huruf R yang yang artinya ruas, diganti dengan huruf B yang berarti
Bangunan. Dalam hal ini bangunan pembagi. Misalnya Bs1 berarti
bangunan pembagi pada akhir ruas Rs1.

Nama bangunan-bangunan antara bangunan pembagi diberi nama sesuai


nama bangunan pembagi disebelah hilirnya, kemudian ditambah huruf
kecil berturut-turut dari hulu ke arah hilir. Misalnya : Bs1a ; Bs1b ; Bs1c ;
dan seterusnya.

Saluran tersier
Diberi nama menurut bangunan bagi dimana saluran tersier itu menerima air,
dan huruf B yang berarti bangunan dihilangkan dan diberi tambahan indikasi
yang memperjelas posisi saluran. Misal untuk menunjuk arah kanan diberi
indikasi (ka), tengah (ta), kiri (ki). Sebagai contoh adalah saluran tersier S2ka
(arah aliran pada saluran tersier itu menerima air dari Bs2 dan arah aliran pada
saluran tersier itu ke sebelah sisi kanan saluran besar pada Bs2.

Nama suatu unit tersier, misalnya :


S1ki
90

120

artinya adalah :
unit tersier ini dilayani saluran tersier S1ki
luas unit tersier adalah 90 ha.
kebutuhan air pada saat rendaman penuh 120 ltr/dt

10
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Sistem Drainase
Salah satu pemberian nama adalah :
Saluran drainase diberi tanda dengan huruf besar dan pemberian nama dimulai
dari hilir ke hulu berturut-turut. Misalnya saluran A, B, C, D, dan
seterusnya. Bagian-bagian yang diberi nama dengan huruf besar dibatasi
oleh pertemuan-pertemuan antara dua saluran drainase, kecuali pada bagian
awal dan akhir, batasnya adalah ujung saluran dan pertemuan antara dua
saluran tersebut diatas.
Saluran drainase juga dibagi menjadi ruas-ruas, misalnya saluran

drainase C

dibagi menjadi 4 ruas, maka nama ruas-ruas tersebut adalah :

C1,

C2, C3, C4.


Simbol yang memberi tanda bangunan pada saluran drainase adalah huruf b
(kecil) dan urutan nama bangunan dimulai dari hilir ke hulu. Misalnya,
3bB2, ini berarti bangunan ke-3 pada saluran B ruas ke-2.
I.13. Rumus-rumus yang digunakan
I.13.1. Kapasitas saluran
Berdasarkan luas petak yang akan dialiri, maka kapasitas saluran dapat
dihitung dengan rumus :

Dimana :

c . NFR . L
e

= debit air (m/dt)

= koefisien lengkung kapasitas tegal/rotasi


= 1 untuk 1 < 10.000 ha

= luas daerah yang akan dialiri (ha)

= efisiensi (0,8 untuk saluran tersier dan 0,9 untuk


saluran primer dan sekunder)

NFR = kebutuhan air normal/netto untuk tanaman padi

11
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

= 1,2 1,5 l/dt/ha


= 1 mm/hr = 1/8,64 1/dt/hr
I.13.2. Kemiringan Saluran
Dapat dipakai rumus strickler :

k .R

A
P

P b 2.h. 1 m 2 h n 2 1 m 2

A b.h m.h 2 h 2 n m

Dimana :
I

= Kemiringan saluran arah memanjang

= koefisien strikler

= kecepatan pengaliran

= jari jari hidrolis

= keliling basah

= luas penampang saluran (m (pangkat dua))

= lebar alas saluran

= tinggi saluran (m)

m = kemiringan talud
I.13.3. Dimensi Saluran
Dari buku Petunjuk Perencanaan Irigasi Tabel 4.2, Hal 125
didapat karakteristik saluran yang akan dipakai, yaitu nilai :
-

Koefisien kekerasan Srtickler (k)

Kemiringan talud (m)

Perbandingan lebar dasar/kedalaman air (n)

12
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Untuk menghitung h dan b digunakan cara coba-coba :


1) Andaikan kedalaman air h = ho
2) Hitung kecepatan yang sesuai (Vo)
ho ( n m) 2 / 3

Vo = k

x I 1/ 2

n 2 1 ( m) 2

3) Hitung luas penampang basah yang diperlukan (Ao)


Ao = Q

Vo

4) Hitung kedalaman air yang baru (h1) :


h1

Ao
nm

5) Bandingkan ho dengan h1
Jika h1 - ho < 0,005, maka h1 = h rencana
Jika h1 ho > 0,005, maka ambillah h1 sebagai kedalaman air
andaian baru dan hitunglah kembali prosedur tersebut sampai h1
ho < 0,005.
Setelah nilai h didapat, maka didapat parameter-parameter sebagai
berikut :
1) Luas penampang basah (A)
A = h2 (n +m)
2) Keliling basah (P)
P=

h (n 2 1 m 2 )

3) Jari jari Hidrolis (R)


R = A/P
4) Lebar dasar saluran (b)
b=nxh

13
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

5) Tinggi jagaan (W)


W = 0,25 h + 0,30
6) Lebar atas saluran (T)
T = b + 2.m.ht
Ht = h + W
7) Kemiringan permukaan saluran (I)

V
I
2/3
k .R

Tabel 1.1 Koefisien kekasaran


Q (m/dt)

0.15 0.30

1.0

35

0.30 0.50

1.0

1.0 1.2

35

0.50 0.75

1.0

1.2 1.3

35

0.75 1.00

1.0

1.3 1.5

35

1.00 1.50

1.5

1.5 1.8

40

1.50 3.00

1.5

1.8 2.3

40

3.00 4.50

1.5

2.3 2.7

40

4.50 5.00

1.5

2.7 2.9

40

5.00 6.00

1.5

2.9 3.1

42.5

6.00 7.50

1.5

3.1 3.5

42.5

7.50 9.00

1.5

3.5 3.7

42.5

9.00 10.00

1.5

3.7 3.9

42.5

1.00 11.00

2.0

3.9 4.2

4.5

11.00 15.00

2.0

4.2 4.9

4.5

15.00 25.00

2.0

4.9 6.5

4.5

25.00 40.00

2.0

6.5 9.6

4.5

Sumber : KP.04

14
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

I.13.4. Kapasitas Saluran Pembuang


Q 1,62 . Dm . A . 0,92

l / dt .

Dimana :
Q

= debit saluran pembuang rencana (l/dt)

Dm = modolus pembuang (l/dt .ha)


A

= luas (ha)

Tinggi Muka Air


Tinggi muka air yang diperlukan dalam jaringan utama didasarkan pada tinggi
muka air

yang diperlukan oleh sawah yang akan diairi. Prosedurnya adalah

menghitung tinggi muka air yang diperlukan dibangunan sadap yang mengairi
petak tersier. Ketinggian ini ditambah lagi dengan kehilangan tinggi energi
bangunan sadap tersier lantaran variasi tinggi muka air akibat eksploitasi jaringan
utama pada ketinggian muka air partial.
P = A+ a + c + d + e + f + g + H + Z
Dimana :
P

= muka air disaluran sekunder

= elevasi tertinggi di sawah

= lapisan air sawah

= kehilangan tinggi evergi di saluran kuarter ke sawah

= kehilngan energi di box kuarter

= kehilangan energi selama pengaliran di saluran irigasi

= kehilangan tinggi energi di box bagi tersier

= kehilangan tinggi energi di gorong-gorong

= Kehilagan tinggi energi dibangunan bagi sadap tersier

= variasi tinggi muka air

= kehilangan energi dibangunan tersier yang lain

I.14. Tata Warna Peta Jaringan Irigasi

15
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Warna-warna standart digunakan untuk menunjukkan berbagai tampakan


irigasi pada peta. Warna-warna yang dipakai adalah :

Biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk jaringan pembawa yang
ada, dan garis putus-putus untuk jaringan yang sedang direncanakan.

Merah untuk sungai dan jaringan pembuang, garis penuh untuk


jaringan yang sudah ada, garis putus-putus untuk jaringan yang sedang
direncanakan.

Cokelat untuk jaringan jalan.

Kuning untuk daerah yang tidak dialiri, misalnya untuk dataran tinggi
atau rawa-rawa.

Hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan, desa dan kampung.

Merah untuk jalan rel kereta api.

Hitam untuk warna bayangan batas-batas petak sekunder, petak


tersier, akan diarsir dengan warna yang lebih muda dari warna yang
sama.

I.15. Langkah-langkah Perencanaan Jaringan Irigasi.


1. Membuat garis contour pada petak yang telah disediakan
2. Merencanakan peta petak jaringan irigasi pada peta yang telah dilengkapi
notasi ketinggiannya
3. Merencanakan jaringan irigasi lengkap dengan nomenklaturnya
4. Menghitung debit air yang dibutuhkan
5. Menghitung dimensi saluran :
Saluran pembawa :

Saluran primer

Saluran sekunder

Saluran tersier

Saluran pembuang

Saluaran pembuang sekunder

Saluran pembuang tersier

16
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

6. Menghitung tinggi muka air (elevasi) pada bangunan-bangunan sadap


7. Menggambar profil memanjang dan profil melintang dari saluran irigasi
8. Menyempurnakan peta perencanaan jaringan irigasi dengan pemberian
warna sesuai dengan kriteria perencanaan jaringan irigasi.

17
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

BAB II
BANGUNAN PENGUKUR DEBIT
DAN BANGUNAN PENGATUR TINGGI MUKA AIR

II.1. BANGUNAN PENGUKUR DEBIT


Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur pada
hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier.
Berbagai macam bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk maksud ini,
namun demikian untuk menyederhanakan pengelolaan jaringan irigasi, maka
hanya beberapa jenis bangunan saja yang dapat dipergunakan pada daerah irigasi.
Rekomendasi penggunaan bangunan tertentu didasarkan pada beberapa
faktor penting, antara lain :
Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit.
Bangunan yang kokoh, sederhana dan ekonomis.
Rumus debit sederhana dan teliti.
Eksploitasi dan pembacaan papan duga mudah.
Pemeliharaan sederhana dan mudah.
Cocok dengan kondisi setempat dan dapat diterima oleh para petani
II.1.1. ALAT UKUR AMBANG LEBAR
Alat ukur ambang lebar dianjurkan sebab bangunannya kokoh dan mudah
dibuat. Karena bisa mempunyai berbagai bentuk Mercu, bangunan ini mudah
disesuaikan dengan type saluran apa saja. Hubungan tunggal antara muka air hulu
dan debit mempermudah pembacaan debit secara langsung dari papan duga, tanpa
memerlukan tabel debit.
a.

Perencanaan Hydrolis
Perencanaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian segi empat

adalah :

18
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Q Ca . Cv . 2 . bc . h1
3

1, 50

m 3 / dt.

Dimana :
Q

= Debit.

Ca

= Koefisien debit.
Ca adalah : 0,93 0,10 H1/L, untuk 0,1 H1/L = 1,0.
H1 adalah tinggi energi hulu.
L adalah panjang mercu.

Cv

= Koefisien kecepatan datang.

= Percepatan gravitasi.

bc

= Lebar mercu.

h1

= Kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur.


Kedalaman debit untuk alat ukur ambang lebar bentuk
trappesium adalah :

g Ca . bc . Ycc mc 2 . 2 . g . h1 Yc 0,5
bc = Lebar mercu pada bagian pengontrol.
m = Kemiringan samping pada bagian pengontrol.
b. Karakteristik Alat Ukur Ambang Lebar

Asal saja kehilangan energi pada alat ukur cukup untuk menciptakan
aliran kritis, tabel debit dapat dihitung dengan kesalahan kurang dari
20%.

Kehilangan tinggi energi untuk memperoleh aliran moduler (yaitu


hubungan khusus antara tinggi energi hulu dengan mercu sebagai debit)
lebih rendah jika dibandingkan dengan kehilangan tinggi energi untuk
semua jenis bangunan yang lain.

Sudah ada teori hydrolika untuk menghitung kehilangan tinggi energi


yang diperlukan ini, untuk kombinasi alat ukur dan saluran apa saja.

Karena peralihan penyempitannya yang bertahap, alat ukur ini


mempunyai masalah sedikit saja dengan benda-benda terhanyut.

19
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Pembacaan debit dilapangan mudah, khususnya jika papan duga diberi


satuan debit (misalnya; m3/dt).

Pengamatan lapangan dari laboratorium menunjukkan bahwa alat ukur


ini mengangkut sedimen, bahkan disalurkan dengan aliran subkritis.

Asalkan mercu datar searah dengan aliran, maka tebal debit pada dimensi
purna laksana demikian juga memungkinkan bagi alat ukur untuk
diperbaiki kembali, bila perlu.

Bangunan kuat, tidak rusak.

Dibawah kondisi hydrolik dan batas yang serupa, inilah yang paling
ekonomis dari semua jenis bangunan lain untuk pengukuran debit secara
tepat.

Kelebihan yang dimiliki alat ukur ambang lebar, yaitu :

Bentuk hydrolis luwes dan sederhana

Konstruksinya kuat, sederhana dan murah

Benda-banda hanyut bisa dilewatkan dengan mudah

Eksploitasi mudah.

Kelemahan-kelemahan yang dimiliki alat ukur ambang lebar:

c.

Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur

Agar pengukuran teliti bangunan tidak boleh tenggelam.


Penggunaan Alat Ukur Ambang Lebar
Alat ukur ambang lebar dan flum leher panjang adalah bangunan-

bangunan pengukur debit yang dipakai pada saluran dimana kehilangan tinggi
energi merupakan hal pokok yang menjadi bahan pertimbangan. Bangunan ini
biasanya ditempatkan diawal saluran primer, pada titik cabang saluran besar dan
tempat tidur pintu sorong pada titik masuk tersier.
II.1.2. ALAT UKUR ROMIJN

20
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Pintu romijn adalah alat ukur ambang lebar yang biasa digerakkan untuk
mengatur dan mengukur debit didalam jaringan saluran irigasi. Agar dapat
bergerak, mercunya dibuat dari plat baja dan dipasang diatas pintu sorong. Pintu
ini dihubungkan dengan alat penggerak.
A.II.1.2. Type-Type Alat Ukur Romijn
Sejak pengenalan pada tahun 1952, pintu Romijn telah dibuat dengan tiga
bentuk yaitu :
1. Bentuk mercu datar dan lingkaran dengan gabungan untuk peralihan
penyempit hulu.
2. Bentuk mercu miring keatas 1:25 dan lingkaran tunggal sebagai pengalihan
penyempitan.
3. Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan.
Ad.1. Mercu Horisontal dan Lingkaran Gabungan
Dipandang dari segi hidrolis, ini merupakan perencanaan yang baik.
Tetapi pembuatan lingkaran gabungan sulit, padahal tanpa lingkaran-lingkaran
itu pengarahan air diatas mercu pintu bisa saja dilakukan tanpa pemisahan aliran.
Ad.2. Mercu dengan Kemiringan 1:25 dan Lingkaran Tunggal
Mercu dengan kemiringan 1:25 dan lingkaran tunggal Vlugter(1941)
menganjurkan penggunaan pintu Romijn dengan kemiringan pintu 1:25. Hasil
penyelidikan model hidrolis di laboratorium yang mendasari rekomendasinnya
itu tidak dapat diproduksi kembali. Tetepi didalam program riset terakhir
mengenai mercu kemiringan 1:25, kekurangan-kekurangan mercu ini menjadi
jelas, kekurangan-kekurangan tersebut antara lain :
Bagian pengontrol tidak berada diatas mercu, melainkan di tepi tajam
hilirnya, dimana garis-garis aliran benar-benar melengkung. Kerusakan
pada tepi ini menimbulkan perubahan pada debit alat ukur.
Karena garis-garis aliran ini, batas moduler menjadi 0,25 bukan 0,67
seperti anggapan umumnya, pada aliran tenggelam h2 : h1 = 0,67

21
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

pengurangan pada aliran berkisar dari 3% untuk aliran rendah sampai


10% untuk aliran tinggi (rencana). Karena mercu berkemiringan 1:25 juga
lebih rumit pembuatannya dibandingkan dengan mercu datar, maka mercu
pada kemiringan itu tidak dianjurkan.
Ad.3. Mercu Horisontal dan Lingkaran Tunggal
Ini adalah kombinasi yang bagus antara dimensi hidrolis yang benar
dengan perencanaan konstruksi. Jika dilaksanakan pintu romjin, maka sangat
dianjurkan untuk menggunakan mercu ini.
a.

Perencanaan Hidrolis
Dilihat dari segi hidrolis, pintu Romijn dengan mercu horisontal dan
peralihan penyempitan lingkaran tunggal adalah serupa dengan alat ukur
ambang lebar yang telah dibicarakan. Persamaan tinggi debitnya adalah
sebagai berikut :

Qd Cd . Cv . 2 . g . bc . h1
3

1, 50

Dimana :
Qd = debit (m/dt)
Cd = koefisien debit
Cd adalah 0,93 + 0,1/L untuk H1/L = 1,0
H1 adalah tinggi energi hulu (m)
L adalah panjang mercu (m)
Cv = koefisien kecepatan datang
g

= percepatan grafitasi (m/dt)

bc = lebar mercu (m)


h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangun ukur (m)
b. Papan Duga
Untuk pengukuran debit jarak sederhana, ada tiga papan duga yang
harus dipasang, yaitu :

22
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Papan duga muka air disalurkan


Skala centimeter yang dipasang pada kerangka bangunan
Skala liter yang ikut bergerak pada meja pintu Romijn skala
centimeter dan liter dipasang pada posisi sedemikian rupa sehingga
pada waktu bagian atas meja berada pada ketinggian yang sama
dengan muka air disalurkan (dan oleh karena itu debit diatas meja,
nol), titik pada skala liter memberikan pada

bacaan skala

centimeter yang sesuai dengan bacaan muka air pada papan duga
disalurkan.
c. Karakteristik Alat Ukur Romijn

Alat ukur romijn dibuat dengan mercu datar dengan peralihan


penyempitan sesuai dengan gambar terlampir, tabel debitnya sudah ada
dengan kesalahan kurang dari 3%.

Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu bangunan.

Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler adalah


dibawah 33% dari tinggi energi hulu dengan mercu sebagai acuannya
yang relatif kecil.

Karena alat ukur romijn dapat disebut berambang lebar maka sudah
ada teori hidrolika untuk merencanakan bangunan tersebut.

Alat ukur romijn dengan pintu dibawah bisa dieksploitasi oleh orang
yang tidak berwewenang, yaitu melewatkan air yang lebih banyak dari
yang diizinkan dengan cara mengangkat pintu bawah lebih tinggi.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh alat ukur :

Bangunan itu bisa mengukur dan mengatur sekaligus.

Dapat membilas endapan sedimen halus.

Kehilangan tinggi energi lebih kecil.

Ketelitian baik.

Eksploitasi mudah.

23
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Kekurangan kekurangan alat ukur romijn:

Pembuatannya rumit dan mahal.

Bangunan itu membutuhkan muka air yang tinggi pada saluran

Biaya pemeliharaan bangunan itu lebih mahal.

Bangunan itu dapat disalah gunakan dengan cara membuka pintu


bawah.

Bangunan itu peka terhadap fluktuasi muka air saluran pengarahan.

II.1.3. Alat Ukur Crump De Gruyter


Alat ukur ini menggunakan prinsip hidrolika aliran yang melalui
bukaan pada bawah pintu, Bagian bawah pintu dibuat dengan sistem bulat
sedemikian rupa sehingga mengurangi hambatan pada aliran.
a. Perencanaan Hidrolis
Rumus debit untuk alat crump de gruyter :
Q

= Cd . bw . 2g ( h1-w )

Dimana :
Q

= debit (m^3/dt)

Cd = Koefisien debit
b

= lebar bukaan(m)

= bukaan pintu

= percepatan gravirasi (m/dt^2)

(m)

h1 = tinggi air diatas ambang

(m)

b. Kelebihan-kelebihan alat ukur Crump de gruyter :


Bangunan ini dapat mengukur dan mengukur sekaligus.
Bangunan ini tidak mempuyai masalah dengan sedimentasi.
Eksloitasi mudah, pengukuran teliti.
Bangunan kuat.
c. Kelemahan kelemahan alat ukur Crump de Gruyter:

24
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Pembuatan rumit dan mahal.

Biaya pemeliharaan mahal.

Kehilangan tinggi energi besar.

Bangunan ini mempunyai masalah dengan benda.

d. Penggunaan alat ukur Crump de Gruyter


Alat ukur crump de gryter dapat dipakai dengan berhasil jika
keadaan muka air disalurkan selalu mengalami fluktuasi atau jika oriffice
harus bekerja pada keadaan muka air rendah disalurkan. Alat ukur ini
mempunyai kehilangan tinggi energi yang lebih besar dari pada alat ukur
romijn.

Bila

tersedia

kehilangan

tinggi

energi

yang

memadai,

pemeliharaannya tidak sulit dibandingkan dengan bangunan-bangunan


lainnya yang serupa.
II.2. BANGUNAN PENGATUR TINGGI MUKA AIR
Banyak jaringan saluran irigsi dieksploitasi sedemikian rupa sehingga
muka air disalurkan primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas-batas
tertentu oleh bangunan pengatur yang dapat. Dalam keadaan eksploitasi
demikian, muka air dalam hubungannya dengan bangunan sadap tersier tetap
konstan.
II.2.1. PINTU SCOT BALIK
Dilihat dari segi konstrksi, pintu scot balk merupakan peralatan yang
sederhana. balok-balok profil segi empat itu diletakkan tegak lurus terhadap
potongan segi empat saluran. Balok-balok tersebut disangga didalam
sponneng yang lebih lebar 0,03m-0,05m dari tebal balok-balok itu sendiri.
a.

Perencanaan Hidrolis
Aliran pada skot balk dapat diperkirakan dengan menggunakan
persamaan tinggi debit berikut :

25
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Q Cd . Cv . 2 . g . b . h1
3

1, 50

Dimana :
Q

= debit (m^3/dt)

Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
g

= percepatan gravitasi (m/dt^2)

= lebar normal (m)

h1 = kedalaman air diatas skot balk (m)


b. Kelebihan-Kelebihan Pintu Scot Balk

Konkruksi ini sederhana dan kuat.

Biaya palaksanaan kecil

c. Kelemahan-Kelemahan Yang Dimiliki Pintu Scot Balk

Pemasangan dan pemindahan balok memerlukan sediktnya dua orang


dan hanya menghabiskan waktu.

tinggi muka air dapat diatur selangkah demi selangkan saja, setiap
langkah sama dengan tinggi sebuah balok.

Ada kemunkinan dicuri orang.

Scot balk biasanya dioperasikan oleh orang yang tidak berwewenang.

Karakteristik tinggi debit aliran pada balok belum diketahui secara


pasti.

II.2.2. PINTU SORONG


a. Perencanaan Hidrolis
Rumus debit yang dapat dipakai untuk pintu sorong adalah :
Q

= K . a . b . 2g . h1

= debit (m^3/dt)

= faktor aliran tenggelam koefisien debit

Dimana :

26
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

= bukaan pintu (m)

= percepatan gravitasi (m/dt^2)

= lebar pintu (m)

h1 = kedalaman air didepan pintu di atas ambang (m)

b. Kelebihan-kelebihan Pintu Sorong

Tinggi muka air hulu dapat dikontrol dengan tepat.

Pintu bilas kuat dan sederhana.

Sedimen yang diangkut oleh aliran hulu dapat melewati bilas.

c. Kelemahan-kelemahan Pintu Sorong

Kebanyakan benda-benda hanyut bisa tersangkut dipintu.

Kecepatan aliran dan muka air hulu dapat dikontrol dengan baik jika
aliran moduler.

II.2.3. PENGGUNAAN BANGUNAN PENGATUR MUKA AIR


Pintu scot balk dan pintu sorong adalah bangunan-bangunan yang
cocok untuk mengatur tinggi muka air disaluran. Pintu harganya mahal tapi
bisa lebih ekonomis

karena keteletian berfungsinya bangunan ini.

Kelebihan lain adalah bahwa pintu lebih mudah dieksploitasi, mengontrol


muka air lebih baik dan dapat dikunci di tempat agar stelannya tidak dirubah
oleh orang orang yang tidak berwewenang. Kelebihan utama yang dimiliki
oleh pintu sorong pintu ini kurang peka terhadap perubahan-perubahan
tinggi muka air dan jika dipakai bersama-sama dengan bangunan-bangunan
pelimpah, bangunan ini memiliki kepekaan yang sama terhadap perubahan
muka air, jika dikondisikan demikian, bangunan ini sering memerlukan
penyesuaian, sebagai bangunan pengatur, tipe bangunan ini dianjurkan
pemakaiannya dan eksploitasinya mudah, walaupun punya kelemahankelemahan seperti yang disebutkan tadi. Bangunan pengontrol ini
dibutuhkan ditempat-tempat dimana tinggi muka air saluran dipengaruhi

27
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

oleh bangunan terjun atau got miring, bangunan pengontrol, misalnya mercu
tetap atau celah trapesium, akan mencegah naik turunnya tinggi muka air
disalurkan untuk berbagai besar debit. Bangunan pengontrol tidak
memberikan kemungkinan untuk mengatur muka air lepas dari debit.
Penggunaan celah trapesium lebih disukai apabilah pintu sadap tidak akan
dikombinasi dengan pintu pengontrol, Jika bangunan sadap akan
dikombinasi dengan pengontrol, maka bangunan pengatur tetap lebih
disukai, karena dinding vertikal bangunan ini dapat dengan mudah
dikombinasi dengan pintu sadap.
II.3. BANGUNAN BAGI DAN SADAP
II.3.1. Bangunan Bagi
Apabila air irgasi dibagi dari saluran primer, skunder, maka akan
dibuat bangunan bagi. bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan
teliti mengukur dan mangatur muka air yang mengalir ke berbagai saluran.
Salah satu dari pintu-pintu bangunan bagi berfungsi sebagai bangunan
pengatur muka air, sedangkan pintu-pintu sadap lainnya hanya mengukur
debit. Adalah biasa untuk memasang pintu pengatur disalurkan terbesar dan
membuat alat-alat pengukur dan pengatur di bangunan-bangunan sadap
yang lebih kecil.
II.3.2. Bangunan Pengatur
Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran ditempattempat dimana terletak bangunan sadap dan bagi. Khususnya di saluransaluran yang kelihatan tinggi energinya harus kecil, bangunan pengatur
harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan
sewaktu terjadi debit rencana. Misalnya pintu sorong harus dapat diangkat
sepenuhnya dari dalam air selama terjadi debit rencana, kehilangan energi
harus kecil pada pintu scot balk jika semua balok dipindahkan. Disaluransaluran sekunder dimana kehilangan tinggi energi tidak merupakan

28
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

hambatan, bangunan pengatur dapat dirancang tanpa menggunakan


pertimbangan-pertimbangan di atas.
II.3.3. Bangunan Sadap
a.

Bangunan Sadap Sekunder


Bangunan sadap sekunder akan memberikan air kesaluran sekunder

dan oleh sebab itu melayani lebih dari satu petak tersier.
Kapasitas bangunan-bangunan sadap ini lebih dari 0,20 cm/dt. Ada tiga type
bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder, yaitu :

Alat ukur Romijn

Alat ukur Crump de Gruyter

Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar.


Type mana yang akan dipilih berdasarkan pada ukuran saluran sekunder

yang akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diizinkan.
Kehilangan tinggi energi, untuk kehilangan tinggi energi kecil alat ukur
besar, pintu sorong harus dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni
alat ukur ambang lebar. Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang
memadai, maka alat ukur Crump de Gruyter merupakan bangunan yang
bagus. Bangunan dapat dirancang dengan pintu tunggal atau banyak pintu
debit sampai sebesar 0,9 m kubik/dt setiap pintu.
b.

Bangunan Sadap Tersier


Bangunan sadap tersier akan memberi air pada petak-petak tersier.

Kapasitas bangunan sadap ini berkisar antara 50 L/dt sampai dengan 250
L/dt. Untuk bangunan sadap yang paling cocok adalah alat ukur Romijn,
jika muka air hulu diatur dengan bangunan pengatur dan jika kehilangan
tinggi energi tidak menjadi masalah. Bila kehilangan energi tidak menjadi
masalah dan muka air banyak mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih alat
ukur Crump de Cruyter.
Disaluran irigasi yang harus tetap memberikan air selama debit sangat
rendah, alat ukur Crump de Gruyter lebih cocok karena elevasi
pengambilannya lebih rendah dari pada pengambilan pintu romijn.

29
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAK.TEKNIK JUR.SIPIL EKSTENSI UNHAS


SANTOSO./D111 99 767 -1

SARWO

Sebagai saluran umum, pemakaian beberapa type bangunan sadap tersier


sekaligus disuatu daerah irigasi tidak disarankan penggunaannya, satu type
bangunan akan lebih mempermudah eksploitasi.

30
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Anda mungkin juga menyukai