Anda di halaman 1dari 8

Pembahasan Sengketa:

Pihak Wajib Pajak/ Penggugat


Merger adalah suatu hal biasa dalam dunia bisnis. kecenderungan Perseroan
melakukan merger antara lain demi meningkatkan efisiensi dan peningkatan
kemampuan menghasilkan laba, mengembangkan usaha, meningkatkan daya saing
perusahaan/lebih kompetitif.
Langkah pelaksanaan merger sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah:
A.

Memenuhi syarat-syarat penggabungan

B.

Menyusun rancangan penggabungan

C.

Penggabungan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

D.

Pembuatan akta penggabungan

E.

Pengumuman hasil penggabungan

dalam pembuatan akta penggabungan ini perusahaan melaporkan besarnya tambahan


modal saham dari pihak yang mengalihkan kepada pihak yang menerima pengalihan
harta.
Pengalihan harta dengan merger memungkinkan proses yang lebih sederhana dan lebih
murah karena dapat memilih antara penggunaan nilai wajar dan nilai buku. Dalam hal ini
penggunaan nilai buku akan lebih memungkinkan bagi perusahaan agar dapat
menghilangkan goodwill yang timbul akibat transaksi merger. Prinsip penggunaan nilai
pasar adalah adanya sejumlah kas atau harga pasar aktiva lain yang dikeluarkan untuk
membeli suatu perusahaan sudah termasuk didalamnya biaya goodwill, selisih antara
biaya perolehan dengan harga pasar. Sedangkan, pada nilai buku aktiva bersih hasil
merger langsung dibukukan sesuai nilai bukunya, sehingga tidak terdapat biaya goodwill

dan kenaikan nilai aktiva. Dengan menggunakan nilai buku niscaya akan mengecilkan
capital gain berupa goodwill tersebut sehingga objek pajak penghasilan Pasal 4 ayat (1)
tidak muncul.
Namun pasal 10 ayat (3) menyatakan bahwa Nilai perolehan atau pengalihan harta yang
dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima
berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. Dengan adanya
pengecualian tersebut maka Menteri Keuangan diberi kewenangan untuk menetapkan
nilai lain selain harga pasar yaitu atas dasar nilai sisa buku (nilai buku). Pengecualian
dalam pasal tersebut diwujudkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
43/PMK.03/2008 Tentang Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Harta Dalam Rangka
Penggabungan, Peleburan, Atau Pemekaran Usaha. Disebutkan dalam tersebut bahwa
Wajib Pajak yang melakukan merger dapat menggunakan nilai buku. Pasal 2 PMK
Nomor 43/PMK.03/2008 menyebutkan bahwa salah satu persyaratan untuk menggunakan
nilai buku harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan
melampirkan alasan dan tujuan melakukan merger.
Direktur Jenderal Pajak yang mendapatkan mandat dari Pasal 2 Nomor 43/PMK.03/2008
tersebut dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ./2008 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pemberian lzin Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta
dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha. Oleh karena itu PT.
Surya Citra Media mengajukan Permohonan Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan
Harta Dalam Rangka Penggabungan Usaha kepada DJP dengan Surat Permohonan
Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Harta Dalam Rangka Penggabungan Usaha
Nomor.DIR/FIN/143/SCM/J103 tanggal 16 Oktober 2013. Surat tersebut diterima pada
tanggal 25 Oktober 2013 Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus dan ditolak oleh Kepala
Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus dengan Surat Keputusan Tergugat Nomor.KEP2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013. Di selang waktu permohonan Wajib pajak
hingga penolakan tersebut wajib pajak dan DJP mengadakan 2 kali surat menyurat yaitu

surat Nomor : S-452/WPJ.07/BD.04/2013 tanggal 8 November 2013 tentang Permintaan


Penjelasan dan Kelengkapan Data oleh Kanwil DKP Jakarta Khusus dan dijawab oleh
Wajib Pajak pada 15 November 2013.
Walaupun dijawab dengan pelengkapan data pada 15 November 2013, Wajib Pajak tetap
berpendapat permohonannya pada kesempatan pertama telah berstatus lengkap karena
surat permintaan kelengkapan data oleh DJP telah melebihi jangka waktu 3 hari dalam
menentukan sebuah permohonan telah lengkap atau belum lengkap, peraturan tersebut
tertuang dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-45/PJ/2008 tentang
Penyampaian

dan

Pemonitoran

Pelaksanaan

Peraturan

Menteri

Keuangan

No.43/PMK.03/2008 tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam


Rangka

Penggabungan,

Peleburan,

atau

Pemekaran

Usaha

beserta

Peraturan

Pelaksanaannya menetapkan bahwa Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak


menerbitkan surat permintaan kelengkapan permohonan paling lama 3 (tiga) hari sejak
diterimanya permohonan yang belum lengkap. Bahwa penggunaan kalimat Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan surat permintaan kelengkapan
paling lama 3 (tiga) hari sejak diterimanya permohonan yang belum lengkap
menunjukkan bahwa setelah 3 hari sejak diterimanya permohonan maka hak DJP untuk
menyatakan permohonan tidak lengkap telah gugur.
Wajib Pajak yang masih tidak puas dengan penolakan DJP mengajukan gugatan atas
Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 ke
Pengadilan Pajak berdasarkan Pasal 23 ayat (2) UU KUP. Adapun alasan gugatan yang
dikemukakan oleh PT Surya Citra Media selaku Penggugat pada intinya mengungkapkan:
1.

Jangka waktu pemberian jawaban atas permohonan Penggugat dalam Surat


Permohonan Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Harta Dalam Rangka
Penggabungan Usaha Nomor.DIR/FIN/143/SCM/J103 tanggal 16 Oktober 2013
yang melebihi 30 hari.

2.

Bahwa Penggugat merasa telah memenuhi seluruh persyaratan yang disebutkan


dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 43/PMK.03/2008 tentang Penggunaan
Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau
Pemekaran Usaha sehingga seharusnya permohonan Penggugat diterima oleh
DJP.

Pihak Direktur Jenderal Pajak


Kanwil DJP Jakarta Khusus menerima permohonan Surat Permohonan Penggunaan Nilai
Buku
Atas
Pengalihan
Harta
Dalam
Rangka
Penggabungan
Usaha
Nomor.DIR/FIN/143/SCM/J103 tanggal 16 Oktober 2013 pada 25 Oktober 2013. Setelah
melaksanakan pemeriksaan kelengkapan permohonan data, Kanwil DKP Jakarta Khusus
menyatakan bahwa permohonan tersebut belum lengkap sehingga menerbitkan Nomor :
S-452/WPJ.07/BD.04/2013 tanggal 8 November 2013 tentang Permintaan Penjelasan dan
Kelengkapan Data yang dijawab oleh PT. Surya Citra Media pada 15 November 2013.
Selanjutnya DJP menyatakan permohonan telah lengkap dan menjawab dengan KEP2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 yang menyatakan menolak permohonan
Wajib Pajak karena tidak memenuhi persyaratan formal yang diatur dalam pasal 4 ayat
(2) Peraturan Menteri Keuangan no. 43 tahun 2008 tentang Penggunaan Nilai Buku atas
Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha yang
menyatakan:
1. Wajib Pajak yang menerima pengalihan harta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 mencatat nilai perolehan harta tersebut sesuai dengan nilai sisa buku
sebagaimana tercantum dalam pembukuan pihak atau pihak-pihak yang
mengalihkan;
2. Penyusutan atas harta yang diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan masa manfaat yang tersisa sebagaimana tercantum dalam
pembukuan pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan;
Selanjutnya DJP digugat oleh PT. Surya Citra Media di Pengadilan Pajak, dalam
pembelaannya di Pengadilan Pajak, DJP selaku pihak Tergugat menyatakan bahwa
menurut Tergugat Surat Keputusan tersebut bukan merupakan objek yang dapat diajukan

gugatan ke Badan Peradilan Pajak berdasarkan ketentuan Pasal 23 ayat (2) huruf c UU
KUP.
Mengenai dalil PT. Surya Citra Media selaku Penggugat bahwa DJP menjawab
permohonan Penggugat melewati jangka waktu 30 hari, Tergugat menyatakan bahwa
Tergugat baru menganggap permohonan Penggugat lengkap pada 15 November 2013
sehingga ketika menerbitkan KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 masih
dalam jangka waktu 30 hari.
Dalam hal alasan penolakan yang dinyatakan dalam KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13
Desember 2013 telah mengungkapkan bahwa Penggugat tidak memenuhi ketentuan
formal sebagaiman dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan no. 43
tahun 2008 tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka
Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha karena menurut DJP, PT Indosiar
Karya Media, Tbk tidak memiliki aktiva tetap dan harta yang dialihkan oleh PT Indosiar
Karya Media adalah "Penyertaan saham" PT. lndosiar Karya Media, Tbk pada PT.
Indosiar Visual Mandiri sebesar 99.99% dengan nilai nominal sebesar Rp
752.839.702.516,00. Dengan penjelasan-penjelasan tersebut di atas DJP selaku pihak
Tergugat menyatakan bahwa Keputusan Nomor: KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13
Desember 2013 telah tepat.
Pihak Majelis Pengadilan Pajak
Pengadilan Pajak sebagai satu-satunya badan peradilan pajak di Indonesia menerima
surat gugatan nomor : Dir/004/fin/SCM/J0114 tanggal 10 Januari 2014 atas Surat
Keputusan DJP Nomor : KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 melalui
Sekretariat Pengadilan Pajak pada 10 Januari 2013. Sebelum aspek material penolakan
permohonan PT. Surya Citra Media dibahas, terlebih dahulu Pengadilan Pajak memeriksa
pemenuhan ketentuan formal pengajuan gugatan yaitu:
a.

Surat Gugatan Nomor: Dir/004/fin/SCM/J0114 tanggal 10 Januari 2014,


ditandatangani oleh Sutanto Hartono, jabatan: Direktur Utama dan dibuat dalam

bahasa Indonesia sehingga memenuhi ketentuan Pasal 40 ayat (1) UU Pengadilan


Pajak.
b.

Surat Keputusan Tergugat atas permohonan Penggugat diterbitkan pada tanggal


13 Desember 2013 sedangkan Surat Gugatan yang disertai alasan gugatan
diterima oleh Sekretariat Pengadilan Pajak pada 10 Januari 2014 sehingga
memenuhi ketentuan 40 ayat (2) dan Pasal 41 ayat (1) UU Pengadilan Pajak.

c.

Surat Gugatan ditandatangani oleh pihak yang berhak menandatangani sehingga


memenuhi ketentuan Pasal 41 ayat (1) UU Pengadilan Pajak

d.

Mengenai pengajuan gugatan atas Surat Keputusan DJP Nomor : KEP2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 yang menurut pihak Tergugat
bukan merupakan objek gugatan, Majelis Hakim menyatakan bahwa dalam Pasal
1 angka 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara dinyatakan : Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi
tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. bahwa surat yang
diterbitkan oleh Tergugat yaitu surat keputusan nomor KEP-2630/WPJ.07/2013
tanggal 13 Desember 2013, adalah merupakan penetapan secara tertulis, yang
diterbitkan oleh Pejabat yakni Direktur Jenderal Pajak yang mempunyai
kewenangan untuk menerbitkan surat itu, di dasarkan pada Undang-undang yang
berlaku, dengan demikian bersifat konkret, hanya ditujukan kepada Penggugat
(individual), dan bersifat final karena tidak lagi memerlukan persetujuan dari
instansi atasan atau instansi lain, serta mempunyai akibat hukum bagi Penggugat
(badan hukum perdata);
bahwa surat yang diterbitkan oleh Tergugat yaitu surat keputusan nomor KEP2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013, adalah merupakan penetapan
secara tertulis, yang diterbitkan oleh Pejabat yakni Direktur Jenderal Pajak yang
mempunyai kewenangan untuk menerbitkan surat itu, di dasarkan pada Undangundang yang berlaku, dengan demikian bersifat konkret, hanya ditujukan kepada
Penggugat dan bersifat final karena tidak lagi memerlukan persetujuan dari
instansi atasan atau instansi lain, serta mempunyai akibat hukum bagi Penggugat;
bahwa berdasarkan pasal 23 ayat 2 huruf (c) Undang-undang KUP tahun 2007
bahwa gugatan wajib pajak atau penanggung pajak dapat dilakukan terhadap

Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanakan keputusan perpajakan selain


yang ditetapkan dalam pasal 25 ayat (1) dan pasal 26;
bahwa oleh karena itu menurut Majelis surat keputusan nomor KEP2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 tersebut adalah merupakan
keputusan yang dapat digugat sehingga memenuhi ketentuan Pasal 40 ayat (6) UU
Pengadilan Pajak.
Setelah melakukan pemeriksaan formal pengajuan gugatan, Majelis memeriksa dalil dari
masing-masing pihak.
1. Mengenai Jangka Waktu Penerbitan Keputusan Tergugat
bahwa jangka waktu persetujuan atas permohonan penggunaan nilai buku atas pengalihan
harta dalam rangka penggabungan usaha telah diatur secara jelas dalam Pasal 3 ayat (5)
Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-28/PJ./2008 Tahun 2008, yaitu satu bulan
sejak permohonan diterima secara lengkap. Bagi kedua pihak frasa sejak permohonan
diterima secara lengkap memiliki penafsiran yang berbeda. Bagi Penggugat permohonan
telah lengkap sejak 25 Oktober 2013 saat surat diterima atau dapat juga ditafsirkan
dipastikan lengkap setelah 3 hari setelah surat diterima tidak terdapat permintaan
kelengkapan data dari pihak DJP yaitu 28 Oktober 2013. Sedangkan menurut Tergugat
surat diterima secara lengkap adalah saat Penggugat memenuhi permintaan kelengkapan
surat permohonan pada 15 November 2013. Akibat dari perbedaan penafsiran tersebut
terdapat perhitungan jangka waktu yang berbeda saat menghitung jangka waktu 30 hari
sejak surat diterima secara lengkap. Bagi Penggugat batas tersebut adalah 13 November
2013 atau 16 November 2013 bila dihitung dari batas jangka waktu DJP menyatakan
surat permohonan belum lengkap. Bagi Tergugat batas jangka waktu tersebut adalah
14 Desember 2013.
Majelis menjelaskan bahwa penegasan tentang saat permohonan diterima secara lengkap
yang memang merupakan panduan bagi internal DJP dalam rangka memberikan
kepastian hukum bagi para wajib pajak. Bahwa surat edaran tersebut beralasan karena
guna memberikan pelayanan dan kepastian hukum kepada Wajib Pajak sudah selayaknya
ditentukan kapan saat kelengkapan tersebut dimulai.
bahwa telah terjadi kesalahan yang dilakukan oleh tergugat karena setelah 14 hari sejak
permohonan yang diajukan oleh Penggugat, Tergugat baru meminta kelengkapan yang
seharusnya 3 hari sejak diterima permohonan oleh Tergugat, hal ini mengakibatkan surat
permohonan diproses melebihi jangka waktu yang semestinya tidak sesuai dengan yang
diatur dalam Pasal 3 ayat (5) Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-28/PJ./2008
Tahun 2008.

2. Mengenai Alasan Penolakan Permohonan


Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013
mengungkapkan bahwa tidak memenuhi persyaratan formal adalah karena tidak
memenuhi ketentuan seperti yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri
Keuangan no. 43 tahun 2008 tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta
dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha. Pemahaman Tergugat
tersebut ternyata tidak di amini oleh Majelis Hakim.
Majelis Hakim berpendapat bahwa yang menjadi persyaratan formal adalah hal-hal yang
tertuang dan diatur dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No, 43 Tahun 2008 yang
menyatakan bahwa:
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan
alasan dan tujuan melakukan merger dan pemekaran usaha;
b. melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang terkait; dan
c. memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose test);
bahwa terjadinya penerbitan surat keputusan tergugat yang melebihi jangka waktu
seharusnya dan kekeliruan penerapan peraturan karena kesalahan penafsiran mengenai
persyaratan formal dalam menjawab permohonan Penggugat memberikan keyakinan
yang cukup berdasarkan pertimbangan hukum bagi Majelis Hakim untuk membatalkan
Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013.

Anda mungkin juga menyukai