B.
C.
D.
E.
dan kenaikan nilai aktiva. Dengan menggunakan nilai buku niscaya akan mengecilkan
capital gain berupa goodwill tersebut sehingga objek pajak penghasilan Pasal 4 ayat (1)
tidak muncul.
Namun pasal 10 ayat (3) menyatakan bahwa Nilai perolehan atau pengalihan harta yang
dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima
berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. Dengan adanya
pengecualian tersebut maka Menteri Keuangan diberi kewenangan untuk menetapkan
nilai lain selain harga pasar yaitu atas dasar nilai sisa buku (nilai buku). Pengecualian
dalam pasal tersebut diwujudkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
43/PMK.03/2008 Tentang Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Harta Dalam Rangka
Penggabungan, Peleburan, Atau Pemekaran Usaha. Disebutkan dalam tersebut bahwa
Wajib Pajak yang melakukan merger dapat menggunakan nilai buku. Pasal 2 PMK
Nomor 43/PMK.03/2008 menyebutkan bahwa salah satu persyaratan untuk menggunakan
nilai buku harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan
melampirkan alasan dan tujuan melakukan merger.
Direktur Jenderal Pajak yang mendapatkan mandat dari Pasal 2 Nomor 43/PMK.03/2008
tersebut dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ./2008 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pemberian lzin Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta
dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha. Oleh karena itu PT.
Surya Citra Media mengajukan Permohonan Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan
Harta Dalam Rangka Penggabungan Usaha kepada DJP dengan Surat Permohonan
Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Harta Dalam Rangka Penggabungan Usaha
Nomor.DIR/FIN/143/SCM/J103 tanggal 16 Oktober 2013. Surat tersebut diterima pada
tanggal 25 Oktober 2013 Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus dan ditolak oleh Kepala
Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus dengan Surat Keputusan Tergugat Nomor.KEP2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013. Di selang waktu permohonan Wajib pajak
hingga penolakan tersebut wajib pajak dan DJP mengadakan 2 kali surat menyurat yaitu
dan
Pemonitoran
Pelaksanaan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Penggabungan,
Peleburan,
atau
Pemekaran
Usaha
beserta
Peraturan
2.
gugatan ke Badan Peradilan Pajak berdasarkan ketentuan Pasal 23 ayat (2) huruf c UU
KUP.
Mengenai dalil PT. Surya Citra Media selaku Penggugat bahwa DJP menjawab
permohonan Penggugat melewati jangka waktu 30 hari, Tergugat menyatakan bahwa
Tergugat baru menganggap permohonan Penggugat lengkap pada 15 November 2013
sehingga ketika menerbitkan KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 masih
dalam jangka waktu 30 hari.
Dalam hal alasan penolakan yang dinyatakan dalam KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13
Desember 2013 telah mengungkapkan bahwa Penggugat tidak memenuhi ketentuan
formal sebagaiman dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan no. 43
tahun 2008 tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka
Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha karena menurut DJP, PT Indosiar
Karya Media, Tbk tidak memiliki aktiva tetap dan harta yang dialihkan oleh PT Indosiar
Karya Media adalah "Penyertaan saham" PT. lndosiar Karya Media, Tbk pada PT.
Indosiar Visual Mandiri sebesar 99.99% dengan nilai nominal sebesar Rp
752.839.702.516,00. Dengan penjelasan-penjelasan tersebut di atas DJP selaku pihak
Tergugat menyatakan bahwa Keputusan Nomor: KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13
Desember 2013 telah tepat.
Pihak Majelis Pengadilan Pajak
Pengadilan Pajak sebagai satu-satunya badan peradilan pajak di Indonesia menerima
surat gugatan nomor : Dir/004/fin/SCM/J0114 tanggal 10 Januari 2014 atas Surat
Keputusan DJP Nomor : KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 melalui
Sekretariat Pengadilan Pajak pada 10 Januari 2013. Sebelum aspek material penolakan
permohonan PT. Surya Citra Media dibahas, terlebih dahulu Pengadilan Pajak memeriksa
pemenuhan ketentuan formal pengajuan gugatan yaitu:
a.
c.
d.
Mengenai pengajuan gugatan atas Surat Keputusan DJP Nomor : KEP2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 yang menurut pihak Tergugat
bukan merupakan objek gugatan, Majelis Hakim menyatakan bahwa dalam Pasal
1 angka 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara dinyatakan : Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi
tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. bahwa surat yang
diterbitkan oleh Tergugat yaitu surat keputusan nomor KEP-2630/WPJ.07/2013
tanggal 13 Desember 2013, adalah merupakan penetapan secara tertulis, yang
diterbitkan oleh Pejabat yakni Direktur Jenderal Pajak yang mempunyai
kewenangan untuk menerbitkan surat itu, di dasarkan pada Undang-undang yang
berlaku, dengan demikian bersifat konkret, hanya ditujukan kepada Penggugat
(individual), dan bersifat final karena tidak lagi memerlukan persetujuan dari
instansi atasan atau instansi lain, serta mempunyai akibat hukum bagi Penggugat
(badan hukum perdata);
bahwa surat yang diterbitkan oleh Tergugat yaitu surat keputusan nomor KEP2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013, adalah merupakan penetapan
secara tertulis, yang diterbitkan oleh Pejabat yakni Direktur Jenderal Pajak yang
mempunyai kewenangan untuk menerbitkan surat itu, di dasarkan pada Undangundang yang berlaku, dengan demikian bersifat konkret, hanya ditujukan kepada
Penggugat dan bersifat final karena tidak lagi memerlukan persetujuan dari
instansi atasan atau instansi lain, serta mempunyai akibat hukum bagi Penggugat;
bahwa berdasarkan pasal 23 ayat 2 huruf (c) Undang-undang KUP tahun 2007
bahwa gugatan wajib pajak atau penanggung pajak dapat dilakukan terhadap