Anda di halaman 1dari 5

Nama : Teguh Prayogo Sudarmanto

NPM : 0706291432
Bahan Sumber : Light, Donald W. “Globalizing Restricted and Segmented Markets: Challenges to Theory
and Values in Economic Sociology”. Dalam The ANNALS of the American Academy of
Political and Social Science 2007 vol. 610. (Diunduh dari
http://ann.sagepub.com/cgi/content/abstract/610/1/232, hlm. 232).
Tugas Review I Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional II
“Mindset of Rule, Mindset of Work”
A. Summary Bahan Sumber
Adam Smith (1791/1896) mengatakan bahwa ekonomi pasar akan membawa kemakmuran karena terdapat
kompetisi terbuka dimana setiap individu dipaksa untuk berusaha sekuat-kuatnya mencapai keuntungan
maksimum yang dapat diraihnya. Pernyataan ini kemudian dikritisi oleh Robert K. Merton (1936) karena
melihat kenyataan yang jauh dari ‘impian’ seperti hadirnya kesenjangan yang lebih besar (Robert Wade (2004))
dalam membandingkan Gross Domestic Product (GDP) antara negara kaya dan miskin antara tahun 1980an dan
1990an semenjak sistem ini mulai mengglobal. Untuk menganalisis keganjilan ini, Merton menggunakan sistem
analisis tujuan-cara-hasil dimana hasil diharapkan mampu merefleksikan tujuan awal. Merton melihat
bagaimana sistem ini berkembang di masyarakat dan kemudian menyimpulkan adanya penyimpangan aturan
main dalam menjalankan sistem ini. Kompetisi yang terjadi tidak terjadi sebagaimana mestinya karena mereka
seolah dibutakan matanya untuk terus mengejar kemakmuran yang diimpikan. Akibatnya, banyak pihak yang
keluar jalur dan mengambil jalan pintas sehingga menyebabkan kompetisi yang hadir bersifat jahat dan
merusak. Tentunya, ini akan menimbulkan efek yang lebih jauh dengan menghadirkan akibat yang tidak diatasi
karena masing-masing pihak terus asyik berebut dan berkompetisi yang pada akhirnya menimbulkan keganjilan
yang dimaksud. Analisis Merton ini kemudian dikembangkan oleh Alejandro Portes (2000) dengan lebih
menyelami permasalahan. Portes menemukan adanya tujuan-tujuan tersembunyi yang akan menyebabkan
kompetisi jahat bila mendapatkan back-up dari peraturan. Portes kemudian menganalisisnya lebih lanjut dengan
membagi masyarakat kebeberapa level untuk melihat pada level mana proses penyimpangan ini biasanya
terjadi.
Kritisi yang dimaksudkan oleh Merton dan Portes tentu saja bukan untuk menyudutkan sistem ekonomi pasar
dan menyatakan bahwa sistem tersebut tidak layak pakai. Kritisi ini dimaksudkan untuk melihat bahwa
kegagalan pasar bukan disebabkan oleh sistem itu sendiri karena keterbukaan dan kejelasan yang melekat di
dalamnya tidak dilaksanakan dengan baik. Perilaku individu yang menyimpang dari aturan mainlah yang
cenderung menyimpangkan hasil dari tujuan awal. Hal lebih lanjut yang perlu dikhawatirkan adalah
keberlangsungan sistem yang rusak dan menyimpang ini dalam sistem perdagangan internasional. Untuk
mendekatkan masalah ini dengan contoh nyata, Light mengemukakan permasalahan perdagangan obat-obatan di
kawasan Amerika Tengah yang berproses menuju tercipta pasar yang sebenarnya, perdagangan bebas

1
internasional (Central America Free Trade Area / CAFTA). CAFTA menjadi contoh yang tepat dalam
mengemukakan tantangan terhadap penciptaan pasar (versi Smith) internasional pada pasar-pasar yang semula
bersifat terbatas dan tersegmentasi. Dapat dilihat dalam CAFTA, ada negara Amerika Serikat (AS) yang
memiliki pasar obat generik yang mahal, sedangkan pasar di luar AS di kawasan ini sebagai contoh Brasil
dengan pasar obat generik yang sangat murah. Tentunya ada sesuatu hal di benak para pengambil kebijakan
ketika berpikir untuk membuka pasar mereka dan menciptakan pasar internasional dengan negara lain. Dalam
CAFTA disebutkan bahwa harga obat generik harus setinggi harga obat generik di AS karena AS tidak mau
merugi. Namun, apakah akibatnya jika negara-negara di luar AS menerapkan peraturan ini? Brasil yang berhasil
menurunkan kasus HIV-AIDS di negaranya karena murahnya harga obat tentunya akan terkena imbas buruknya
dengan menjadi semakin meningkatnya kasus HIV-AIDS di negaranya karena obat generik menjadi mahal.
Tentunya peraturan ini amat kontras dengan tujuan awal terciptanya pasar yang mendatangkan kemakmuran
baik bagi produsen maupun konsumen. Ini berarti tujuan awal pasar tidak sama dengan hasil yang tercipta.
Dengan menggunakan analisis Merton, Light kemudian mengemukakan ternyata cara yang dilakukan dalam
merumuskan butir-butir perjanjian CAFTA banyak mendapatkan penyimpangan dari AS dengan menetapkan
harga standar (yang sangat tinggi) yang tidak mencerminkan harga pasar. Keterbukaan tidak bermain di dalam
pasar yang dicitakan dalam CAFTA. Proses politiklah, termasuk lobi dari perusahaan raksasa AS yang menjadi
aktor dibalik lahirnya kebijakan ini. Bagaimana keadaan yang mencerminkan keadaan pasar dapat tercipta?
Apalagi dalam mengglobalisasikan cita-cita keadaan pasar yang sebenarnya di dalam pasar terbatas dan
tersegmentasi secara negatif ini? Tantangan akan menjadi semakin berat mengingat AS adalah negara
superpower yang tidak mudah begitu saja mau menanggalkan titel superpower-nya. Dapat disimpulkan dalam
contoh permasalahan yang dikemukakan light, adalah tidak mudah untuk mewujudkan tujuan dari pasar karena
sebetulnya dunia tidak menaati peraturan pasar itu sendiri atau bahkan bermain di luar pasar dan menganggap
itu sebagai sebuah pasar.
B. Summary Bahan Kritisi
Banyak sekali cerita yang terangkum dalam buku yang melukiskan bahwa globalisasi yang sekarang sedang
bekerja adalah bukan globalisasi yang sebenarnya, atau mungkin dapat dikatakan globalisasi yang ada tidak
bekerja sebagaimana mestinya. Lihat saja tulisan dari Joseph T. Stiglitz seperti dalam bukunya yang berjudul
Making Globalization Works. Stiglitz mengatakan sebagai contoh dalam bab global reserve system,1 dunia
seolah masih terhambat proses globalisasi dalam sistem keuangannya oleh regulasi yang sebetulnya diciptakan
oleh salah satu pemainnya, negara. Sistem moneter internasional yang semula dirancang dengan menggunakan
sistem emas kemudian berubah menjadi sistem mata uang yang bertumpu pada ketidakstabilan fluktuasi mata
uang menciptakan suatu kompetisi yang bersifat merusak mengingat setiap negara memiliki mata uangnya
sendiri beserta warga negaranya yang dapat memanfaatkan fluktuasi ini sebagai lahan untuk mencari

2
keuntungan. Perkembangan teknologi informasi pun seolah turut menjadi bencana bagi usaha menciptakan
kemakmuran global.2 Dapat dibayangkan betapa rentannya proses globalisasi untuk tidak bekerja sebagaimana
mestinya karena justru semakin besar dalam menciptakan gap yang dapat dengan sedemikian cepat berpindah-
pindah dan dapat memiskinkan suatu negara bahkan dalam waktu sehari! 3 Persaingan dan kompetisi yang
berjalan adalah kompetisi yang merusak dan menjatuhkan. Untuk itulah kemudian Stiglitz menyarankan agar
dunia kembali kepada sistem bancor yang dicitakan John F. Keynes pada perumusan sistem moneter
internasional setelah hancurnya dunia paska Perang Dunia II untuk membuat globalisasi bekerja.
Tidak hanya Stiglitz, M. Amien Rais dalam bukunya yang mencontohkan Indonesia sebagai salah satu
‘budak’ globalisasi ala neokolonialisme karena terlalu mudahnya bersahabat dengan pasar (market friendly)
yang seolah lupa bahwa pasar tidak mempunyai nurani seperti dalam kegiatan pasar keuangan baru-baru ini
yang begitu cepat mengambrukkan pasar keuangan global.4 Namun perlu diluruskan di sini, penulis
mencantumkan contoh dari Rais bukan untuk mencela sistem ekonomi pasar karena Rais pada akhirnya lebih
menyalahkan bentuk imperialisme terutama dari negara seperti AS seperti dalam kutipan pemikiran Henry
Veltmeyer yang masih terdapat di dalam bukunya5 dimana Presiden Truman memberikan Overseas
Development Assistance (ODA) di tahun 1948 dengan tujuan untuk menggunakan ekonomi sebagai alat yang
membentengi penyebaran paham komunisme di Eropa pada saat itu. Bentuk imperialisme inilah yang menurut
penulis dipaparkan Rais sebagai penyebab utama mengapa dia sangat menentang globalisasi. Lebih lanjut
mengenai pasar, pernyataan Rais mengenai ketidaknuranian pasar dapat dijelaskan melalui pemaparan George
Soros dalam bukunya mengenai bagaimana memprediksi pasar. Harga pasar ternyata tidaklah mencerminkan
keadaan kelangkaan sesungguhnya karena banyak sekali dipenuhi oleh spekulasi semata yang menimbulkan
pertanyaan di benak Soros mengenai kapan pasar dapat mengalami apa yang dikatakan sebagai perfect
competition.6 Perlu ditelusuri pula bahwa secara historis manusia memiliki keinginan untuk menuju ke
kehidupan yang lebih baik. Semenjak ditemukannya mesin uap yang menyebabkan Revolusi Industri di Inggris,
paham mengejar keuntungan menjadi lebih besar karena semakin besarnya harapan yang ditimbulkan akibat
adanya mesin uap tersebut. Dalam bukunya Marthin Griffiths dan Terry O’Challaghan dikatakan bahwa
semenjak itulah terjadi perubahan besar dalam tatanan organisasi di Eropa Barat yang beralih dari sistem
feodalisme ke sistem kapitalisme yang kemudian berujung pada hadirnya sistem sosialisme. 7 Griffiths dan
Challaghan sendiri mengatakan bahwa kapitalisme cenderung menghasilkan ketidakstabilan dan ketidaksamaan
dalam tingkatan global8 yang mungkin dapat menjawab pertanyaan Soros mengenai mengapa pasar sulit sekali
menemui perfect competition.
C. Pendapat Penulis
Apa yang sedang dibahas dalam review ini adalah sebuah pembelajaran untuk memahami apa yang terjadi
dengan proses globalisasi terutama jika dikaitkan dengan unit yang diamati, pasar. Pasar sengaja diciptakan

3
untuk membawakan kemakmuran yang benar-benar berasal dari individu. Individu-individu dipaksa untuk
berkompetisi memperebutkan kemakmuran yang jumlahnya langka di dunia yang kemudian akan tercermin dari
hadirnya harga pasar. Dapat penulis katakan, pasar juga diciptakan untuk merefleksikan kemampuan bumi ini
untuk terus menyediakan barang-barang kebutuhan bagi manusia. Penulis amat setuju dengan pendapatnya
Adam Smith mengenai cita-cita pembentukan pasar sempurna karena dua tujuan utama pasar diciptakan
memang menurut penulis adalah seperti demikian. Pasar secara tidak langsung merupakan efek dari suatu
kebutuhan akan pengorganisasian masyarakat yang lebih baik. Tanpa pasar, masyarakat akan dibawa ke tatanan
kompetisi anarkhi yang benar-benar jahat yang menyebabkan sulitnya mencapai kemakmuran. Begitu
sebaliknya, dengan pasar sempurna, masyarakat akan dibawa ke sebuah tatanan yang benar-benar teratur
sehingga kemakmuran dapat diraih seutuhnya. Dua pernyataan ini ternyata amat kontras!
Sungguh unik. Itulah yang penulis rasakan ketika penulis menyadari bahwa dua pernyataan kontras di atas
ternyata keseluruhannya merupakan bagian dari mindset manusia, nature berpikir manusia. Itulah sebabnya,
penulis setuju dengan pendapat penulis-penulis sebelumnya yang berusaha menjawab tantangan bagaimana
menciptakan globalisasi yang baik dengan sistem ekonomi pasar, dengan memberikan solusi seperti Light yang
mengemukakan bagaimana merekonstruksi bagaimana pasar dapat disegmentasi dan diintegrasi secara positif
dengan membuat semacam mekanisme aturan bersama yang mengarah pada aturan normatif pasar sempurna
Smith dengan berprinsipkan keterbukaan informasi, atau seperti Stiglitz dengan membuat aturan yang lebih
mengarah ke aturan normatif seperti penciptaan bancor, atau dengan lebih mendalami alasan-alasan di balik
pernyataan Rais yang mengemukakan bahwa pasar tidak punya nurani sehingga dengan mendalaminya
diharapkan penulis dapat memahami seluk beluk pasar dalam keadaan riil dan bagaimana bentuk pasar yang
diidealkan. Globalisasi adalah sebuah proses panjang yang tentunya jawaban akan tantangan adalah kita sendiri
yang akan menjalaninya. Penulis menyarankan, berpeganglah pada prinsip yang mendekati keadaan normatif,
maka sesuatu akan cenderung berjalan sesuai jalur.
D. Kesimpulan
Pasar adalah sebuah unit yang merefleksikan pengorganisasian masyarakat dalam bidang ekonomi. Di dalam
pasar setiap orang dipaksa untuk berkompetisi. Pasar yang dikelola dengan cara yang tepat akan memberi hasil
yang selaras dengan tujuan. Namun nature manusia berpedoman pada dua hal yang berbeda. Pasar mendapatkan
tantangan besar dalam menciptakan tujuannya karena cara menciptakannya ditentukan oleh dua hal tersebut.
Globalisasi seolah membuka peluang untuk mengarahkan pasar ke arah normatif karena diharapkan semakin
membuka pasar. Namun yang terjadi adalah globalisasi yang tidak bekerja sebagaimana mestinya. Globalisasi
bukanlah sebuah proses yang singkat. Membuatnya untuk bekerja juga bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah.
Terus berproses untuk mengejar cita-cita normatif dengan cara yang tepat adalah sebuah solusi yang tepat dalam
menjawab tantangan. Salah satunya adalah dengan menciptakan regulasi yang mengarah ke penciptaan tersebut.

4
1
Joseph E. Stiglitz, Making Globalization Work, (New York: W.W. Norton & Company, 2006), hlm. 245-268.
2
Untuk keterangan lebih lanjut dapat membaca Robert O. Koohare dan Joseph S. Nye, Jr., “Power and Interdependence in
the Information Age”, dalam Charles W. Kegley, Jr. dan Eugene R. Wittkopf, The Global Agenda: Issues and Perspectives,
6th ed., (New York: Mc. Graw-Hill, 2005), hlm. 27-28.
3
Untuk mengetahui contoh dari proses pemiskinan ini dapat dibaca di Tempo, ed., “The Perfect Storm”, dalam Majalah
Tempo Edisi Bahasa Inggris, tanggal 14-20 Oktober 2008, hlm. 9.
4
Mohammad Amien Rais, Agenda Mendesak Bangsa: Selamatkan Indonesia!, (Jogjakarta: Penerbit PPSK Press, 2008),
hlm. 20-21.
5
Ibid., hlm. 24.
6
George Soros, the New Paradigm for Financial Markets: the Credit Crisis of 2008 and What it Means , (New York:
PublicAffairs, 2008), hlm. vii-viii.
7
Marthin Griffiths dan Terry O’Challaghan, International Relations: the Key Concept, (New York: Routledge, 2002), hlm.
25.
8
Ibid., 28.

Anda mungkin juga menyukai