Anda di halaman 1dari 3

Pengurusan Jenazah

A. Kewajiban terhadap Jenazah


Hidup di dunia adalah sementara karena semua manusia akan menuju alam
akhirat. Untuk menuju ke alam akhirat hanya melalui satu pintu, yaitu
kematian. Kematian atau mati berasal dari bahasa Arab, yaitu maut yang artinya
tenang, reda, terputus, atau meninggalkan kehidupan. Mati bias diartikan
berpisahnya jiwa dari jasad. Mati dalam terminologi Islam ialah lawan dari
hidup. Allah berfirman dalam surah Al-Imran ayat 185.

185. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Orang yang sudah mati, jasadnya disebut mayat atau jenazah (dalam bahasa
Arab jenazah atau jinazah). Mengurus jenazah merupakan bagian dari adab
islam yang tentunya Nabi saw. kepada umatnya.

B.

1.
a.
b.
c.

Untuk mempersiapkan kematian, manusia harus banyak berbuat amal saleh.


Pada hari akhir nanti, setiap amal perbuatan manusia akan mendapat balasan
yang setimpal dari Allah swt. Adapun kewajiban muslim terhadap saudara yang
meninggal dunia ada empat macam, yaitu memandikan, mengafani,
mensalatkan, dan menguburkan. Para fuqaha sepakat bahwa hokum
memandikan, mengafani, mensalatkan, dan menguburkan jenazah adalah fardhu
kifayah.
Memandikan Jenazah
Memandikan adalah kewajiban pertama yang harus dilakukan terhadap jenazah
terhadap sebagai upaya menyucikan jenazah. Dalam memandikan jenazah, yang
difardhukan adalah menyiramkan air keseluruh tubuhnya satu kali. Adapun
mengulangnya secara ganjil adalah sunah.
Berikut beberapa hal yang berkenaan dengan memandikan jenazah.
Syarat jenazah yang dimandikan, yaitu sebagai berikut :
Beragama islam (muslim).
Bukan bayi premature.
Ada tubuhnya meskipun sedikit.

d. Bukan mati syahid dalam menegakkan agama Allah swt.


2. Syarat orang yang memandikan jenazah, yaitu sebagai berikut :
a. Mayat laki-laki dewasa dimandikan oleh laki-laki dan mayat perempuan dewasa
oleh perempuan, kecuali muhrim atau suami istri.
b. Sebaiknya yang memandikan adalah keluarga yang terdekat.
c. Jika muhrimnya tidak ada, hendaknya dimandikan oleh orang mengerti dan
dapat dipercaya.
d. Yang memandikan menjaga kerahasiaan mayat dan tidak boleh menceritakan
cacatnya.
3. Cara memandikan jenazah, yaitu sebagai berikut :
Dasar yang digunakan oleh ulama dalam berijtihad tentang cara-cara
memandikan jenazah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Atiah, ia
berkata : Rasulullah saw. datang kepada kami ketika putrinya meninggal dunia.
Nabi saw. bersabda, Mandikanlah ia tiga kali atau lima kali (siraman), atau
lebih dari itu jika kalian pandang perlu, dengan air dan bidara. Hendaklah
siraman terakhir dengan air kapur barus atau sejenis itu. Apabila kalian sudah
selesai memandikannya.
Kami memberitahunya, lalu memberikan kain kepadanya, kemudian Nabi saw.
bersabda, kenakan kain itu kepadanya. (H.R. al-Jamaah).
C. Mengafani Jenazah
Mengafani merupakan kewajiban yang kedua setelah jenazah dimandikan.
Hukumnya adalah fardhu kifayah. Kain yang digunakan untuk mengafani
jenazah sebaiknya kain kafan yang berwarna putih.
1. Ketentuan Mengafani
Mengafani jenazah menggunakan kain kafan yang berwarna putih. Apabila
tidak dijumpai kain putih, boleh dengan kain apa saja, dengan tikar, atau daun
lebar. Kain kafan yang digunakan sekurang-kurangnya menutupi seluruh jasad
jenazah.
2. Cara Mengafani Jenazah
Berikut cara-cara mengafani jenazah.
a. Mengafani jenazah sekurang-kurangnya dengan selembar kain kafan yang dapat
menutup seluruh tubuh jenazah. Disunahkan bagi laki-laki dengan
menggunakan tiga lembar kain kafan dan bagi wanita dengan lima lembar kain
kafan.
b. Bentangkan kain kafan yang dapat menutup seluruh tubuh jenazah, kemudian
diatas kain kafan tersebut ditaburi kapur barus yang sudah dihaluskan.
c. Bentangkan juga kain kafan yang dapat menutup tubuh dari bahu hingga tumit
di atas kain kafan pertama, kemudian taburkan kapur barus yang sudah
dihaluskan.
d. Di atas kapur barus yang sudah dihaluskan diberi kapas, kemudian letakkan
jenazah dan tutuplah lubang jenazah dan persendian dengan kapas.

e. Aturlah tubuh jenazah dengan baik dan letakkan tangannya diatas dada dengan
posisi tangan kanan di atas tangan kiri. Kemudian, tutupkan kain kafan sehingga
menutupi seluruh tubuh jenazah dan ikatlah dengan kain. Sebaiknya
menggunakan lima ikatan, yaitu diujung kepala, bahu, pinggang, lutut, dan
ujung kaki. Posisi ikatan ada di sebelah kiri atas.
D. Mensalatkan Jenazah
Mensalatkan jenazah juga hukumnya fardhu kifayah. Apabila jenazahnya tidak
ada disebut salat ghaib. Mensalatkan merupakan kewajiban yang ketiga setelah
jenazah dimandikan dan dikafani.
1. Syarat Sah Salat Jenazah
Syarat Sah Salat Jenazah, yaitu sebagai berikut.
a. Syarat salat fardhu sama dengan syarat salat jenazah.
b. Mayat terlebih dahulu dimandikan dan dikafani.
c. Mayat diletakkan di arah kiblat.
2. Rukun Salat Jenazah.
Rukun salat jenazah, yaitu sebagai berikut.
a. Niat.
b. Takbir empat kali.
c. Membaca surah al-Fatihah.
d. Membaca salawat nabi.
e. Membaca doa.
f. Berdiri jika mampu.
g. Mengucap salam.
E. Menguburkan Jenazah
Menguburkan merupakan kewajiban yang terakhir setelah jenazah dimandikan,
dikafani, dan disalatkan. Dalam menguburkan jenazah hendaknya dibuat
terlebih dahulu lubang kubur dalam membuat lubang kubur hendaknya
diperhatikan kedalaman lubang kubur, yaitu kira-kira setinggi dada orang
dewasa atau sampai tidak tercium bau busuk dan tidak dapat dikorek atau digali
binatang buas.
Cara menguburkan jenazah, yaitu sebagai berikut.
1. Masukkan jenazah kedalam lubang kubur sambil membaca basmallah.
2. Letakkan jenazah di lubang lahat dengan menghadap kiblat, muka dan kakinya
usahakan menyentuh tanah.
3. Letakkan bantal tanah pada tubuh jenazah agar tetap menghadap kiblat.
Kemudian, tutup dengan kayu atau papan, baru ditimbun dengan tanah dan
buatlah tanah tersebut lebih tinggi dari permukaan tanah dan diatasnya disimpan
batu.

Anda mungkin juga menyukai