Organisasi Internasional
I.
Organisasi
internasional
yang
bersangkutan.
Sejak
pertengahan
abad
ke-17,
Perserikatan
Bangsa2
(United
Nations),
Persemakmuran
menanggapi setiap isu atau masalah-masalah global seperti yaitu permasalahan nuklir,
ledakan penduduk, polusi udara, revolusi komunikasi, kemakmuran bersama, dan
kemiskinan global. Untuk itu pula, kita juga membutuhkan solusi global dan pada saat
yang bersamaan, munculah pandangan baru bernama Globalist.
Selain itu, suatu organisasi internasional dibentuk dan didirikan melalui suatu
konferensi internasional yang menghasilkan perjanjian internasional yang merupakan
anggaran dasarnya yang biasa juga disebut piagam, covenant, statuta, atau dengan istilah
yang lebih umum disebut juga dengan konstitusi dari sebuah organisasi internasional.
Atas dasar piagam atau konstitusinya itu ditentukan asas-asas dan tujuan dari organisasi
internasional maupun organ-organ serta mekanisme bekerjanya. Organisasi-organisasi
regional tertentu juga diberi wewenang untuk membuat ketentuan-ketentuan hukum.
Perjanjian-perjanjian yang dihasilkan dalam kerangka organisasi internasional ini dibuat
oleh wakil-wakil negara yang duduk dalam organ-organ organisasi tersebut.
Ada begitu banyak ahli hubungan internasional yang mengemukakan pendapat
mereka mengenai definisi organisasi internasional dan dari berbagai pendapat yang
mereka kemukakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan karena hampir secara
keseluruhan memasukkan unsur keanggotaan, tujuan, dan struktur. Menurut Clive Archer,
organisasi internasional dapat diklasifikasikan berdasarkan keanggotaan, tujuan, aktivitas
dan strukturnya. Organisasi internasional bila dilihat dari keanggotaannya dapat dibagi
lagi sberdasarkan tipe keanggotaan dan jangkauan keanggotaan (extend of membership).
II.
1. Berdasarkan Keanggotaan
Saat ini, tidak hanya aktor negara yang bisa menjadi anggota organisasi internasional,
tetapi aktor-aktor non negara pun bisa menjadi anggota organisasi internasional. Negara
berdaulat tidak mutlak menjadi satu-satunya anggota organisasi internasional karena
lahirnya banyak aktor-aktor lain yang juga berperan. Oleh sebab itu, ada begitu banyak
organisasi internasional yang memberikan manfaat bagi anggotanya sesuai dengan
kepentingan bersama organisasi internasional tersebut. Berikut akan dijabarkan
klasifikasi organisasi internasional berdasarkan perbedaan dalam hal keanggotan:
1) Intergovernmental Organizations (IGOs): Keanggotaannya terdiri atas negaranegara berdaulat, namun bisa juga terdiri atas negara bagian di mana negara
induk negara bagian tersebut mengizinkan negara bagiannya untuk ikut dalam
organisasi internasional. Amerika Serikat dan Rusia adalah negara yang tidak
mengizinkan adanya interstates untuk mengikuti organisasi internasional
sementara Swedia adalah negara yang memperbolehkan Maka ada juga yang
memasukkan interstates ke dalam jenis Intergovernmental Organization
contohnya International Telecommunication Union (ITU), the Universal
Postal Union (UPU), dan lain-lain.
2) Transnational Organizations (TNOs): Suatu organisasi internasional disebut
sebagai bagian dari TNOs adalah saat keanggotannya memiliki aktor non
negara. TNOs dibagi kembali menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Genuine NGOs: TNOs yang keanggotaannya hanya terdiri dari aktor
non negara.
b. Hybrid NGOs: TNOs yang keanggotaannya terdiri dari aktor negara
dan aktor non negara.
c. The
Transgovernmental
Organizations
(TGO):
TNOs
yang
spesifik. Begitu juga dengan aktivitasnya yang pasti berkenaan dengan tujuan organisasi
yang telah diterapkan sebelumnya. Kemudian dikatakan juga bahwa ketika kita
menganalisa tentang tujuan dari organisasi internasional, maka kita juga harus
mempertimbangkan hubungan seperti apa yang mungkin terjadi antar anggota.. Ada tiga
kemungkinan terhada hal ini:
a) Menciptakan suatu bentuk hubungan yang co-operative antar anggota bisa
b)
Organisasi yang semakin tumbuh juga akan mempengaruhi inovesi pada struktur
organisasi internasional. Saat kita berbicara mengenai power anggota dalam klasifikasi
struktur maka ini akan terkait dengan hak suara. Terdapat perbedaan hak suara di setiap
organisasi, ada yang menganut konsep one man one vote (majority voting), ada dengan
konsep hak veto, unanimity voting, dan ada pula dengan konsep siapa yang berkontribusi
banyak maka besar pula hak suaranya (weighted voting). Dengan menganalisa melalui
struktur organisasi sebenarnya akan lebih mudah untuk kita dalam pengklasifikasian.
Karena pada dasarnya setiap organisasi pasti memilih sistem yang berbeda-bedas sesuai
dengan kebutuhan, misalnya untuk organisasi yang beranggota sedikit akan lebih memilih
kosep voting unanimity dibandingkan veto karena mempertimbangakan sedikitnya
anggota atau hal yang menjadi tujuan organisasi tersebut tidak menyangkut hal-hal
sekuritas sehingga veto dinilai tidak terlalu penting dan berbagai alasan lainnya.
Klasifikasi organisasi internasional menurut tujuan dan aktivitasnya berkisar dari
yang bersifat umum hingga yang khusus dan terbagi menurut orientasinya, yaitu, menuju
pada hubungan kerjasama para anggotannya, menurunkan tingkat konflik atau
menghasilkan konfrontasi antar anggota atau yang bukan anggota. Klasifikasi yang
terakhir adalah berdasarkan struktur organisasi internasional. Dengan memperhatikan
strukturnya, maka dapat dilihat bagaimana suatu institusi membedakan antara satu
anggota dengan anggota lainnya, sehingga, dengan demikian, dapat dilihat bagaimana
suatu organisasi internasional dalam memperlakukan anggotannya. Selain itu, struktur
juga dapat melihat tingkat kemandirian institusi dari anggotannya yang berupa
pemerintahan dan melihat keseimbangan antara elemen pemerintahan dan yang bukan
pemerintahan
III.
Organisasi
pasti
berdiri
dengan
tujuan
dan
aktivitas
yang
telah
direncanakannya. Tidak mungkin ada organisasi yang didirikan tanpa tujuan. Karena
dengan begitu berarti aktivitas atau kegiatannya pun tidak terarah, tidak mempunyai
tujuan tertentu, tidak mempunyai hal yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Organisasi
Internasional didirikan pasti dengan suatu tujuan tertentu. Sehingga aktivitasnya pun
mengacu pada tujuan yang ingin mereka capai.
Begitu juga dengan negara sebagai aktor penting dalam sebuah organisasi tersebut.
Ketika sebuah negara melegitimasi sebuah organisasi tertentu, pastilah didorong oleh
alasan, dan oleh Alexander Thompson (2006: 3) dijelaskan bahwa alasan paling besar
yang seringkali mendasari negara untuk melegitimasi sebuah organisasi internasional
adalah untuk meredam biaya informasi. Selanjutnya, ketika negara memberikan
legitimasi pada negara sebagai anggotanya melalui implementasi kebijakan dan
semacamnya, hal tersebut juga didasarkan pada alasan-alasan tertentu.
Ketika organisasi internasional dimanfaatkan untuk menyampaikan informasiinformasi penting, yang dalam prakteknya untuk sebuah negara melakukannya secara
mandiri akan memakan biaya yang cukup besar. Biaya inilah yang berusaha untuk ditutup
oleh negara dengan bergabung dalam organisasi internasional. Sebagai contoh, intervensi
Amerika Serikat di Iraq, yang menimbulkan presepsi negatif oleh orang Iraq terhadap
semua hal yang berhubungan dengan Amerika Serika. Amerika Serikat sudah tidak dapat
meredam opini dan asumsi publik di Irak lagi karena serangan yang dilakukan telah
membentuk persepsi negatif terhadap Amerika Serikat oleh masyarakat Iraq. Dalam hal
ini, Amerika Serikat akan memberikan legitimasi pada organisasi internasional seperti
PBB, untuk memberikan informasi terkait bahwa Amerika Serikat bukan menginginkan
perang melainkan menangkap teroris yang mengancam perdamaian dunia. Pada kasus ini,
organisasi internasional yang berarti PBB disebut sebagai transmisi informasi. Netralitas
PBB dimanfaatkan oleh Amerika Serikat untuk menyebarkan informasi dan pesan untuk
Iraq, sehingga Amerika Serikat dalam hal ini dapat mengurangi beban biaya untuk
mempengaruhi opini dan persepsi publik di Iraq.1
Selain itu, alasan mengapa suatu negara perlu bergabung dengan organisasi
internasional adalah demi memenuhi kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu
negara dalam tata pergaulan internasional, di samping itu juga demi terciptanya
perdamaian dan kesejahteraan hidup yang merupakan dambaan setiap manusia dan
negara di dunia. Setiap negara sudah
kepentingan yang berbeda. Oleh karena itu hal-hal inilah yang mendorong dilakukannya
hubungan dan kerjasama internasional baik itu melalui organisasi maupun kerjasama
intertanasional. Dimana kerjasama antar bangsa di dunia ini didasari atas sikap saling
menghormati dan saling menguntungkan. Kerjasama internasional antara lain juga
bertujuan untuk :
a) Memacu pertumbuhan ekonomi setiap negara.
b) Menciptakan saling pengertian antar bangsa dalam membina dan menegakkan
perdamaian dunia.
c) Menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya.
Namun, apabila negara memutuskan untuk bergabung dalam suatu organisasi
internasional, negara tersebut harus mau untuk membagi kedaulatannya dengan
kedaulatan negara lainnya. Sebelum memutuskan untuk menjadi anggota, negara-negara
ini telah memiliki komitmen untuk mau melakukannya dan tidak memaksakan
kewenangannya atas negara lain. Kalaupun ada perbedaan pendapat atau konflik, hal
tersebut harus diselesaikan dengan jalan negosiasi.
IV.
Alexander Thompson. 2006. Coercion through IOs: The security council and the Logic of Information Transmision
tingkah laku negara-negara. ketiga, organisasi internasional adalah sebagai aktor yang
dapat bertindak sesuai dengan kemauannya, sehingga dapat dilihat apakah organisasi
internasional tersebut otonom atau tidak Fungsi internasional menurut Archer, yaitu
sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
(otonom).
Sejarah & Perkembangan O.I
Gagasan pemikiran organisasi internasional sebenarnya sudah ada sejak zaman
Yunani Kuno, dimana pada saat itu tengah berkembang sistem negara-kota di Yunani
Kuno (Ancient Greece) . Hal ini bisa dibuktikan dari tulisan Thuycides yang menulis
tentang Perang Peloponesia (431-404 SM) antara Sparta dan Athena. Dalam tulisannya
ini, digambarkan hal-hal seperti perundingan, perjanjian, aliansi, dan pola kerja sama,
Perang Dunia II pun dianggap berakhir seiring dengan konferensi di San Fransisco
pada tahun 1945. Konferensi ini kemudian menghasilkan Perjanjian San Fransisco pada
tahun 1945 yang intinya memutuskan untuk didirikannya Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) . PBB pada dasarnya merupakan sebuah organisasi yang bertujuan sama dengan
LBB. Namun, secara struktur organisasi, PBB bersifat lebih mengikat dan lebih
memiliki peranan dalam dunia internasional sebagai sebuah organisasi atau lembaga
internasional. Hal ini dipelajari dari kelemahan LBB sebelumnya.
Seiring dengan struktur organisasi yang jelas dan bersifat lebih mengikat terhadap
negara-negara anggotanya, PBB dianggap sudah memiliki peran tersendiri dalam dunia
internasional. Ini kemudian menjadi latar belakang sehingga organisasi internasional
cukup terlihat dalam interaksi-interaksi internasional. Selain itu, organisasi internasional
pun cukup memiliki peranan internasional. Sehingga, aktor internasional yang
sebelumnya sangat didominasi oleh sistem negara mulai sedikit bergeser dengan
menerima beberapa aktor lain dalam sebuah interaksi internasional seperti organisasi
internasional, organisasi pemerintah dan atau non-pemerintah yang melintasi batas
negara, perusahaan-perusahaan internasional, dan individu.
Salah satu segi yang menonjol dalam perkembangan hubungan antar negara sejak
perang dunia II adalah pesatnya pertumbuhan kerjasama regional. Perkembangan
tersebut sifatnya merata dan tidak terbatas pada negara-negara tertentu, tetapi dapat
disaksikan di seluruh kawasan dunia, baik di negara-negara maju, maupun di negaranegara yang sedang berkembang, di negara-negara barat, maupun di negara-negara
Timur. Hubungan yang makin rapat dan kehidupan bangsa-bangsa yang bergantung satu
sama lain itu menuntut adanya kerjasama antar bangsa dalam suatu sistem kerjasama
regional. Dengan mengadakan pengelompokkan, negara-negara kecil akan lebih
memperkuat posisi tukar dalam menghadapi raksasa-raksasa ekonomi dunia. Atas nama
satu kelompok, suara mereka akan merupakan suatu suara yang lebih berat dan tidak
dapat begitu saja diabaikan. Lewat kerjasama regional mereka dapat memperjuangkan
kepentingan masing-masing dengan harapan mencapai hasil yang diinginkan.