Divisio:
Angiospermae,
Kelas:
Spermatophyta
Dicotyledonae
(tumbuhan
(biji
berbiji),
berkeping
Subdivisio:
dua),
Ordo:
enzim amilase. Dekstrin dari hasil reaksi hidrolisis parsial dapat diuji secara
kualitatif dengan uji iodin yang akan menghasilkan warna merah kecoklatan,
sedangkan pati dengan uji iodin menghasilkan warna biru (Zusfahair, 2012).
Hidrolisat pati dapat dihasilkan dari proses hidrolisis pati
dengan kimiawi maupun enzimatis. Nilai gula pereduksi (DE)
Hidrolisat
pati
bervariasi.
Hidrolisat
pati
dibuat
dengan
kelarutannya
yang
tinggi
di
dalam
air
yang
akan
Untuk menguji pati dapat dilakukan uji Molish dan uji iod. Uji Molish
dilakukan dengan cara larutan pati ditambahkan pereaksi Molish dan dikocok
merata serta ditambahkan H2SO4 pekat, sehingga akan dihasilkan dua lapisan
cairan dalam tabung reaksi dimana larutan sampel akan berada di lapisan atas.
Uji molish positif terhadap karbohidrat dengan adanya Cincin berwarna merah
ungu pada batas kedua cairan. Sedangkan untuk uji iod dilakukan dengan cara
sampel pati dimasukkan kedalam papan uji, ditambahkan satu tetes lautan iod
encer dan dicampur secara merata. Uji iod positif terhadap pati dengan
munculnya warna biru (Widianingsih, 2012).
Pati yang berikatan dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru,
sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan
oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat
molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan spiral
merenggang, molekul-molekul iodin terlepas sehingga warna biru hilang. Dari
percobaan-percobaan didapat bahwa pati akan merefleksikan warna biru bila
berupa polimer glukosa yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekulmolekul amilosa. Bila polimernya kurang dari dua puluh seperti amilopektin,
maka akan dapat dihasilkan warna merah (Winarno, 1991).
bergabung contohnya
Sukrosa dan laktosa dengan rumus kimia C12H22O11. Untuk karbohidrat dapat
dilakukan beberapa uji misalnya Uji yodium, uji Barfoed, uji Salwinoff, uji
Benedict, Cobaltous test chlorida, uji hidrazina fenil dll. Dengan uji iodium
karbohidrat akan berwarna biru bila sampelnya positif (Shah, 2013).
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat
mereduksi karena adanya gugus aldehida atau keton bebas, sifat ini digunakan
untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Pereaksi
Fehling: dengan larutan glukosa 1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan
berwarna merah bata, sedangkan untuk larutan yang lebih encer misalnya
larutan glukosa 0,1%, endapan berwarna hijau kekuningan. Pereaksi Benedict:
pereaksi ini berupa larutan yang lebih peka daripada pereaksi fehling dengan
kandungan kuprisulfat, natriumkarbonat dan natriumsitrat. Glukosa dapat
mereduksi ion Cu++ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang
kemudian
senyawa. Pereaksi molisch terdiri atas larutan a naftol dalam alkohol. Apabila
pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa misalnya,kemudian secara hatihati ditambahkan asam sulfat pekat akan terbentuk 2 lapisan cair. Pada batas
anatara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural dengan a naftol. Hasil negative merupakan suatu
bukti bahwa tidak ada karbohidrat (Poedjiadi,1994).
Pada karbohidrat ada berbagai jenis uji kualitatif yang dapat
digunakan. Uji Molisch digunakan untuk mendeteksi karbohidrat, uji Fehlings
dan Benedict untuk pengujian gula pereduksi, uji Barfoed untuk pengujian
monosakarida, uji Bials orcinol dan uji Aniline untuk pengujian gula pentosa,
uji Seliwanoff dan uji Tollens Phloroglucinol serta uji kobalt klorida untuk
pengujian gula Heksosa. Sedangkan pada protein ada uji Biuret, uji Millions,
Xanthoprotic, uji protein mengandung sulphur, serta uji Precipitation
(Varghese, 2012).
Monosakarida segera mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi
seperti ferisianida, hydrogen peroksida, atau ion kupri (Cu2 +). Pada reaksi
seperti ini, gula gula dioksidasi pada gugus karbonil, dan senyawa pegoksidasi
menjadi tereduksi. Glukosa dan gula-gula yang mampu mereduksi senyawa
pengoksidasi disebut gula perduksi. Sifat ini berguna dalam analisa gula.
Dengan mengukur jumlah dari senyawa pengoksidasi yang tereduksi oleh
suatu larutan gula tertentu, dapat dilakukan pendugaan konsentrasi gula
(Lehninger,1982)
Terdapat berbagai jenis uji untuk karbohidrat seperti uji molish,
fehling, benedict, barfoed, bial orcinol, aniline asetat, phloroglucinol,
seliwanoff, tollen phloroglucinol untuk galaktosa, dan kobalt-klorida.
Sedangkan uji pada gum adalah uji fehling dan benedict. Pada protein terdapat
uji Biuret, Millions, Xanthoprotic, protein mengandung sulphur, serta
Precipitation. Masih terdapat banyak uji lainnya yang dapat dilakukan untuk
mengetahui berbagi kandungan bahan pangan (Sajid, 2012).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
b. Penjepit
c. Pipet ukur
d. Gelas ukur
e. Lempeng atau cawan porselen
f. Corong Buchner
g. Stopwatch
h. Timbangan
i. Penangas air/waterbath/inkubator
j. pH meter
k. Blender
l. Alat parut
m. Pisau
n. Kain saring
2. Bahan
a. Ubi kayu
b. Alkohol 95%
c. HCL pekat
d. H2SO4 pekat
e. Na2CO3 1M
f. Aquades
g. Pereaksi Fehling
h. Pereaksi Benedict
i. Pereaksi Seliwanoff
j. Pereaksi Molisch
k. Pereaksi Pikrat
l. Larutan ragi roti 20% dan ragi roti 5%
m. Larutan Iodine 0,01 M
n. Larutan NaOH 8N
o. Larutan glukosa 1%
p. Larutan fruktosa 1%
q. Larutan Sukrosa 10%
r. Larutan Suspensi Ragi Roti 5%
s. Larutan pati 1%
t. Hidrolisat pati
3. Cara Kerja
a. Isolasi Pati Umbi/Biji-bijian
Ubi kayu 100 gram dikupas dan ditimbang
Dicuci, diparut, dan dimasukkan dalam blender
200 ml aquades dimasukkan kemudian diblender selama 30
detik, proses tersebut dilakukan beberapa kali
Residu disaring dengan kain saring dan larutan yang keruh
ditampung dalam gelas ukur 500 ml
200 ml aquades ditambahkan, dikocok kemudian partikel yang
tidak larut dibiarkan mengendap dan larutan jernih didekantasi
Pada larutan yang keruh dan endapannya ditambahkan 100 ml
alkohol 95%
Disaring dengan kertas saring
pati yang diperoleh dikeringkan dengan cara diratakan pada
kertas saring pada suhu kamar
Ditimbang hasil pati yang didapatkan
b. Hidrolisis Pati
25 ml larutan pati (dibuat dari amilum tahap pertama) disediakan
dalam gelas beker
Ditambahkan 10 tetes HCl pekat dan didihkan
Setelah 2 atau 5 menit, larutan diambil dan dilakukan uji Iod
Larutan tersebut diambil 1 tetes, diteteskan pada lempeng
porselin/test plate
Ditambahkan 1 tetes larutan 0,01N
Dilakukan juga pada menit ke 10 dan 15
Diambil 1 ml larutan pati dari tabung reaksi pada menit ke 5
Dilakukan juga pada menit ke 10 dan 15
Ditambahkan 5 ml pereaksi Fehling pada masing-masing tabung
reaksi
Diamati derajat reduksi yang terjadi dan dibandingkan dengan
uji iod
c. Uji Molisch
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Molisch kedalam tabung-tabung
reaksi yang berisi 2 ml larutan glukosa 1%, fruktosa 1%,
hidrolisat pati dan larutan pati 1%
Ditambahkan asam sulfat pekat 5 ml secara perlahan melalui
dinding tabung reaksi
Diamati perubahan yang terjadi
d. Uji Pikrat
Dicampurkan 2 ml larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, hidrolisat
pati dan larutan pati 1% masing-masing dengan 1 ml asam
pikrat jenuh dan 0,5 ml Na2CO3 1M
Bahan
Uji
Waktu
(min)
9,10,11
5
10
15
12,13,14
5
10
15
Iod
5
10
15
15,16
17,18
25 ml
larutan
pati 1%
9,10,11
12,13,14
Fehling
15,16
17,18
5
10
15
5
10
15
5
10
15
5
10
15
5
10
15
Perubahan Warna
Awal
Akhir
Biru tua
Bening
Orange
Bening
Putih
Bening
Kekuningan
Bening Biru kehitaman
Bening
Coklat
Bening
Kuning
Biru Tua
Bening
Ungu
Bening
Merah
Bening
Kecoklatan
Bening
Ungu Tua
Bening
Ungu Muda
Bening
Coklat
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Ket
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
kinetik partikel akan semakin besar sehingga gerak partikel akan semakin
cepat maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif akan semakin
mengingkat, dan reaksi hidrolisis akan berjalan lebih sempurna. Juga semakin
lama pemanasa, maka semakin banyak pati yang terhidrolisis menjadi
monosakarida, yakni glukosa.
Pada hasil praktikum uji iod, terjadi perubahan warna larutan pati 1%
dari bening menjadi semakin kuning kecoklatan seiring dengan lamanya
pemanasan. Menurut Winarno (2004) Bila dekstrin dengan polimer 6,7, dan 8
membentuk warna coklat. Sehingga hasil dari percobaan, larutan pati 1%
menunjukkan adanya pati yang polimernya 6 sampai 8.
Uji Fehlings untuk pengujian gula pereduksi (Varghese, 2012). Tujuan
dari uji Fehling adalah mengetahui adanya gula reduksi. Hasil yang didapat
dari uji Fehling adalah larutan pati yang sebelumnya berwarna bening menjadi
biru. Menurut Poedjiati dan Supriyanti (2005), hasil yang didapat dari uji
fehling adalah adanya endapan berwarna merah bata yang merupakan ion Cu ++
yang direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
sebagai Cu2O.
2 Cu+ + 2 OH -
Cu2O
H2O
Endapan
Dari percobaan yang telah dilakukan, semua sampel yang diuji
berubah warna dari bening menjadi biru muda, dan hal ini telah sesuai
dengan teori yang ada, dan membuktikan bahwa semua sampel memiliki gula
reduksi.
Sampel
9,10,11
Glukosa 1%
12,13,14
Fruktosa 1%
15,16
Larutan pati
1%
17,18
Hidrolisa pati
Perubahan Warna
Awal
Akhir
Ungu kehitaman
Bening
merah bata
coklat bening
Ungu kehitaman
Bening
bening
Coklat kemerahan
Bening
coklat bening
Bening
Bening
merah bata
ungu kehitaman
Keterangan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Ada endapan
Tidak ada
endapan
Cincin
berwarna
merah
ungu
pada
batas
kedua
cairan
ungu pada larutan, dengan pembentukan cincin ungu paling banyak diantara
sampel yang lain. Pada sampel ketiga, yaitu larutan pati 1% menunjukkan
adanya perubahan warna yang semula putih menjadi terbentuk cincin
berwarna coklat kemerahan dan sedikit keunguan didalamnya, namun cincin
ungu nya paling sedikit dibandingkan dengan sampel yang lain. Sedangkan
pada sampel yang keempat, yaitu hidrolisat pati menunjukkan adanya
perubahan warna yan semula putih keruh menjadi terbentuk cincin ungu di
dalamnya, cincin yang terbentuk banyak, namun tidak sebanyak sampel
fruktosa. Hal ini disebabkan karena fruktosa yang mempunyai rantai pentose
mengalami dehidrasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sampel
glukosa, larutan pati 1% dan hidrolisat pati, sehingga menghasilkan cincin
ungu yang banyak.
Tabel 2.3 Uji Pikrat
Perubahan warna
Awal
Akhir
Kelompok
Sampel
9,10,11
Glukosa 1%
Merah oranye
Coklat muda
12,13,14
Fruktosa 1%
Merah oranye
Coklat muda
15,16
Larutan pati 1%
17,18
Hidrolisa pati
Keterangan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Sampel
9,10,11
Glukosa 1%
12,13,14
Fruktosa 1%
15,16
17,18
Larutan pati
1%
Hidrolisa pati
Perubahan warna
Awal
Akhir
Jingga
Kuning
Kecoklatan
Merah gelap
Kuning
pekat
Coklat teh
Kuning
(bening)
Kuning
Oranye
Keterangan
Sedikit endapan
Sedikit endapan
Tidak ada
endapan
Sedikit endapan
bening
kecoklatan
keruh
dengan
rendemen
88,36%.
Sehingga
hidrolisat
pati
tidak
terbentuk orange pudar, tetapi sampel hidrolisat pati memberikan hasil positif
untuk uji Seliwanoff. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kandungan
fruktosa dalam larutan fruktosa 1% > hidrolisat pati.
Tabel 2.5 Hasil uji Benedict pada Peragian
Kelompok
Perubahan Warna
Awal
Akhir
9,10,11
Biru
Biru muda
terang
Biru keruh
12,13,14
Biru
Biru muda
terang
Biru keruh
15,16
Biru
Biru muda
terang
Biru keruh
17,18
Biru
Biru muda
terang
Biru keruh
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan
Ada endapan putih
Ada endapan putih
Ada endapan putih
Ada endapan putih
Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya reaksi peragian pada
sampel hidrolisat pati dan larutan pati 1%. Peragian atau fermentasi adalah
proses dimana mikroorganisme memecah monosakarida dan asam amino
untuk memperoleh energi untuk metabolisme mereka sendiri. Menurut Potter
(1998), gula (glukosa) difermentasi oleh ragi, seperti Saccharomyces
cerevisiae dan Saccharomyces ellipsoideus sehingga produk hasil reaksinya
adalah etil alkohol dan karbon dioksida, sesuai dengan keseluruhan reaksi
berikut:
C6H12O6
2C2H5OH + 2CO2(g).
yeast
Pada umumnya kapang memanfaatkan glukosa dan pati sebagai sumber karbon
dalam pembentukan etanol dan biomassa (Naiola, 2008).
Menurut Weiner (2010), uji Benedict digunakan untuk menentukan
apakah larutan mengandung gula bebas gugus aldehida atau keton. Gila ini
disebut gula pereduksi yang dapat bereaksi dengan zat pengoksidasi ringan
seperti Cu2+ dalam larutah Fehling, untuk mengasilkan Cu2O padat (endapan)
berwarna merah- orange. Reaksinya sebagai berikut:
Cu2+ + Gula pereduksi
Kadar gula reduksi yang tinggi dalam suatu bahan pangan ditandai dengan
rasanya yang manis (Rohmahningsih, 2008). Jadi semakin tinggi kadar gula
reduksi dalam bahan pangan, maka tingkat kemanisan dalam bahan pangan
juga akan tinggi.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Acara II Isolasi Amilum dari Ubi Kayu dan
Hidrolisisnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Hidrolisis dengan uji Fehling ditandai dengan berubahnya sampel menjadi
warna biru yang menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi dalam
sampel. Sehingga sampel 25 ml larutan pati 1% positif mengandung
adanya karbohidrat pereduksi.
2.
3.
7.
8.
9.
DAFTAR PUSTAKA
Chawla, Ranjana. 2003. Practical Clinical Biochemistry: Methods and Interpretations. Jaype
Brothers Publishers. New Delhi.
Gayathri, B., dkk. 2012. A Case of Alkaptonuria. International Journal of Biochemistry And
Biotechnology. ISSN: 2169-3048. Vol. 1. No. 7.