PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pembangunan berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
Sustainable Development pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 pada
Konferensi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan Hidup
Manusia di Stockholm, Swedia. Pada konferensi tersebut, dunia menyadari
sepenuhnya bahwa perkembangan pesat populasi manusia harus bertahan
dalam keterbatasan sumberdaya. Tanpa ada pengelolaan yang baik,
sumberdaya seperti makanan, energi dan air dapat habis, yang pada akhirnya
akan mengarah ke krisis global. Pelaksanaan konferensi ini telah memicu
pembentukan
lembaga-lembaga
perlindungan
lingkungan,
dan
yang
terpenting adalah terlibatnya para politisi, institusi pemerintah dan organisasiorganisasi internasional sebagai kekuatan di belakang pergerakan tersebut.
Selanjutnya, International Union for the Conservation of Natural Resources
(IUCN) menerbitkan Strategi Konservasi Dunia (World Conservation
Strategy/WCS) pada tahun 1980 yang merupakan cikal bakal konsep
pembangunan berkelanjutan.
Pada
tahun
1983,
World
Commission
on
Environment
and
dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain: lingkungan adalah tempat
di mana kita semua hidup; dan pembangunan adalah apa yang kita semua
lakukan dalam upaya untuk memperbaiki nasib kita di dalam tempat tinggal
kita itu.
Konferensi internasional pertama yang mengusung tema pembangunan
berkelanjutan digelar oleh PBB di Rio de Janeiro, Brazil pada Juni 1992
tentang Ekonomi dan Pembangunan/UN Conference on Environment and
Development (UNCED). Secara spesifik, konferensi ini mengadopsi agenda
lingkungan dan pembangunan di abad ke-21 atau yang dikenal dengan nama
Agenda 21. Agenda 21 merupakan sebuah program aksi untuk pembangunan
berkelanjutan
yang
berisi
Deklarasi
Rio
tentang
Lingkungan
dan
Pembangunan. Deklarasi ini secara tegas mengakui hak setiap bangsa untuk
mengejar kemajuan sosial dan ekonomi dan memberi tanggung jawab kepada
negara-negara untuk mengadopsi model pembangunan berkelanjutan.
UNCED untuk pertama kalinya memobilisasi Kelompok-kelompok Utama
(Major Groups) dan melegitimasi partisipasi mereka dalam proses
pembangunan berkelanjutan. Para pemimpin negara di dunia kemudian secara
tegas dan luas mengakui pentingnya perubahan mendasar dalam pola-pola
konsumsi dan produksi dalam upaya pencapaian pembangunan berkelanjutan.
Agenda 21 lebih lanjut menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan
melingkupi integrasi pilar-pilar ekonomi, sosial dan lingkungan. Sepuluh
tahun setelah Deklarasi Rio, the World Summit on Sustainable Development
(WSSD)
diselenggarakan
di
Johannesburg,
Afrika
Selatan
untuk
konferensi
dituangkan
dalam
Johannesburg
Plan
of
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1.
Untuk
mengetahui
sejauh
peran
industi
pertambangan
dalam
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990) bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan
aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya
ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa
kini maupun masa mendatang. Menurut KLH (1990) pembangunan (yang
pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya
berdasarkan tiga kriteria yaitu :
1. Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of
natural resources;
2. Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya;
3. Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun
replaceable resource.
Senada dengan konsep diatas, Sutamihardja (2004), menyatakan
sasaran
pembangunan
berkelanjutan
mencakup
pada
upaya
untuk
mewujudkan terjadinya :
a. Pemerataan
manfaat
hasil-hasil
pembangunan
antar
generasi
dan
pengelolaan
mengejar
sumberdaya
pertumbuhan
alam
ekonomi
semata
demi
untuk
kepentingan
manfaat
pembangunan
ataupun
pengelolaan
kesejahteraan
antargenerasi
(intergeneration
welfare
maximization).
Sutamihardja (2004), dalam konsep pembangunan berkelanjutan,
tabrakan kebijakan yang memungkin dapat terjadi antara kebutuhan menggali
ini
dapat
membahayakan
lingkungan.
Jadi
pembangunan
yakni
mengurangi
laju
deplesi
dengan
cara
hidup
adalah
terlaksananya
pembangunan
berwawasan
(TLN.3215)
sumber
daya
menyatakan
secara
bahwa
bijaksana
penggunaan
berarti
dan
senantiasa
sumber
berkesinambungan.
pembangunan
daya
Ketentuan
berwawasan
untuk
menopang
tersebut
lingkungan
pembangunan
secara
selain
menggunakan
istilah
juga
menggunakan
istilah
pedoman
istilah
sustainable
development
karena
kata
10
Yang
Berwawasan
Lingkungan
Hidup
seperti
pada
tersebut
diatas
menunjukkan
bahwa
pelaksanaan
11
maka
kemampuan
lingkungan
hidup,
harus
dilestarikan.
prinsip
kebersamaan,
efesiensi,
berkeadilan,
berkelanjutan,
12
sumber daya alam, yang perlu mendapat perhatian adalah aspek keberlanjutan
dan berwawasan lingkungan bukan hanya berada dalam dimensi ekonomi
belaka tetapi juga dalam dimensi kehidupan menusia termasuk dimensi sosial
budaya, kesejahteraan sosial pada dasarnya juga harus menonjolkan aspek
keberlanjutan dan berwawasan lingkungan dengan demikian konsep
pembangunan berkelanjutan di Indonesia pada umumnya dan sistem hukum
lingkungan pada khususnya. Walaupun penjabarannya dalam pengaturan
mengenai pengelolaan sumber daya alam masih belum begitu tampak secara
jelas.
2.4. Pengelolaan Sumber Daya Alam
Sampai saat sekarang pengaturan tentang bagaimana pengelolaan
sumber daya alam di Indonesia sudah dilakukan sejak berdirinya Negara
Republik Indonesia. Selain pasal 33 UUD 1945 yang merupakan ketentuan
pokok juga kita mempunyai seperangkat Undang-Undang yang mengatur
tentang hal tersebut Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Ketentuan
Pokok Agraria, Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang ketentuan pokok
Kehutanan, kemudian dicabut dan digantikan dengan Undang-undang No. 41
tahun 1999 tentang Kehutanan. Undang-Undang no. 11 Tahun 1967 tentang
ketentuan pokok Pertambangan yang direncanakan akan diganti dalam waktu
yang segera, Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan, berikut
seperangkat
ketentuan
pelaksanaannya
disamping
peraturan
disusun
sebagai
usaha
bersama
berdasar
atas
asas
13
14
masyarakat yang berada disekitar sumber daya alam itu berada harus lebih
diutamakan dari mereka yang bertempat tinggal jauh dari sumber daya alam
yang dimaksud. Hal ini ditegaskan antara lain dalam pasal 3 ayat (1)
Ketetapan MPR No. XV/MPR/1998 tetang penyelenggaraan Otonomi
Daerah, pengaturan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya yang
berkeadilan serta perimbangan keuangan Pusat dan daerah dilaksanakan
secara
adil
untuk
kemakmuran
masyarakat
daerah
dan
bangsa
kemakmuran
harus
berkesinambungan
atau
berkelanjutan
15
kegiatan
yang
mempunyai
dampak
sosial.
e)
peraturan
Perundang-undangan
yang
berlaku
3.
Ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah. Kemudian dalam pasal 9 ayat (3) pengelolaan lingkungan hidup
wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan ruang, perlindungan sumber
daya alam non hayati, perlindungan sumber daya buatan, konsensus sumber
daya alam hayati dan eksistensinya, cagar budaya, keanekaragaman hayati
dan perubahan iklim. Pengaturan tentang pengelolaan sumber daya alam yang
dikaitkan dengan pembangunan yang berkelanjutan tampak dengan jelas
dalam UndangUndang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Pasal 3 dari
Undang-Undang ini misalnya menentukan: Penyelenggaraan kehutanan
bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan
berkelanjutan: a) Menjamin keberadaan hutan dengan luasnya yang cukup
dan sebaran yang proporsional. b) Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang
meliputi fungsi komunikasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi. Untuk
mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang
dan lestari. c) Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai. d)
Meningkatkan
kemampuan
untuk
mengembangkan
kapasitas
dan
16
alam
untuk
sebesar-besarnya
kemakmuran
rakyat
dengan
17
18
bangsa
atas
sumber
daya
agraria/sumber
daya
alam.
k)
berkaitan
dengan
alasan
dan
pengelolaan
sumber
daya
pengkajian
ulang
terhadap
berbagai
peraturan
19
20
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
pertama
adalah
Bagaimana
menerapkan
konsep
berkelanjutan pada kegiatan pertambangan yang pasti suatu saat akan berhenti
karena sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui? Adalah hal yang sudah
umum diketahui bahwa cadangan, baik mineral dan batubara, betapapun
banyaknya, suatu saat akan habis ditambang mengingat sifatnya yang tidak
dapat diperbaharui (non renewable resources). Bahkan umur proyek yang
tidak lebih dari 10 tahun sering ditemui pada tambang-tambang skala
menengah dan kecil dengan volume cadangan yang sangat terbatas.
Pertanyaan kedua adalah Bagaimana menerapkan konsep berkelanjutan
pada kegiatan yang sifatnya melawan ciri pembangunan berkelanjutan?
Dalam prakteknya, kegiatan pertambangan secara alami berlawanan dengan
apa yang diperjuangkan oleh praktisi pembangunan berkelanjutan: kegiatan
utamanya adalah memindahkan dan mengambil tanpa mengganti, dan
aktivitasnya berdampak besar pada lingkungan setempat, belum lagi dampakdampak yang mungkin ditimbulkan terhadap masyarakat di sekitar tambang
(the guardian, 2012).
Tema berkelanjutan dalam industri pertambangan merupakan turunan
dari konsep pembangunan berkelanjutan yang secara kontemporer terus
dikampanyekan di berbagai sektor. Khusus pada bidang pertambangan,
konsep berkelanjutan memiliki posisi yang unik karena barang tambang
bukanlah sumberdaya yang dapat diperbaharui. Sekali cadangan habis
ditambang, maka selesailah kegiatan pertambangan tersebut. Tidak peduli
betapa menguntungkan ia pada awalnya dan betapa banyak orang yang
menggantungkan hidup darinya, tambang harus tetap ditutup. Sekali berarti,
sesudah itu mati.
21
22
2. Meningkatkan
partisipasi
para
pemangku
kepentingan,
termasuk
positif
yang
ditimbulkan
dari
kegiatan
tersebut
dengan
23
24
(Reducing
Emissions
from
Deforestation
and
Forest
25
berkelanjutan
demi
mencapai
cita-cita
pengelolaan
26
yang
mampu
menginternalisasi
konsep
pertambangan
sumber
daya
alam
dan
lingkungan
hidup
Tap
negara
kita
tentang
masih
belum
terlaksananya
27
penurunan
penguasaan,
kualitas
lingkungan,
pemilikan,
ketimpangan
penggunaan
dan
yang
memperlemah
pelaksanaan
pembangunan
dan
proses
tersebut
telah
dan
akan
semakin
kegagalan
berkelanjutan.
kegagalan
penerapan
Menurut
konsep
pendapatnya
mengimplementasikan
pembangunan
salah
paradigma
satu
sebab
tersebut
yang
dari
adalah,
paradigma tersebut kurang dipahami sebagai memuat prinsipprinsip kerja yang menentukan dan menjiwai seluruh proses
pembangunan. Paradigma ini tidak dipahami sebagai bentuk
prinsip pokok politik pembangunan itu sendiri. Pada akhir cita-cita
yang dituju dan ingin diwujudkan dibalik paradigma tersebut tidak
tercapai. Karena, prinsip politik pembangunan yang seharusnya
menuntut pemerintah dan semua pihak lainnya dalam rancang dan
mengimplementasikan pembangunan tidak dipatuhi dengan kata
lain, paradigma pembangunan
berkelanjutan
harus dipahami
28
Sonny
Keraf
mengapa
paradigma
itu
tidak
jalan,
tersebut
kembali
menegaskan
ideologi
tahun
lalu,
tidak
lain
adalah
sebuah
kompromi
(Keraf,
2002
:167-168).
Sekalipun
pembangunan
berkelanjutan
dalam
pemerintahan
di
negara-
hak-hak
dan
tanggungjawab
untuk
meralat
berbagai
29
tulisanya
Measure
of
Sustainable
Development
hanya
15
%.
Pembangunan
itu
baru
dinilai
harus
berupa
Pembangunan
Berkelanjutan
dan
30
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Keberlanjutan bukanlah merupakan konsep yang sederhana malainkan
komplek, karena dalam operasionalnya banyak hal yang perlu diperhatikan
dan saling berkaitan. Oleh karena itu, setiap aktifitas pertambangan harus
memenuhi harapan sosial (social expectations) dan harus berbagi tanggung
jawab dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan. Hal yang sangat
penting adalah proses ini harus mulai dilakukan sejak masa-masa awal
kegiatan pertambangan, bahkan sejak pembangunan tambang mulai
direncanakan dan oleh sebab itu pemahaman pembangunan berkelanjutan
penting ditingkatkan terutama bagi pengambil kebijakan baik skala makro
maupun mikro guna mencapai tujuan pembangunan.
Untuk memahami konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka
dalam aplikasi atau penerapannya dibutuhkan landasan konsep atau teori yang
dapat dijadikan acuan dalam menuju arah pembangunan, oleh karena itu pada
makalah ini penulis telah mencoba mendalami dan menggambarkan berbagai
konsep dan pertimbangan-pertimbangan aspek keberlanjutan guna membantu
mengidentifikasi dan memformulasikan berbagai strategi, guna menjadi
acuan dalan mencapai tujuan pembangunan, khusus di Indonesia. Dalam
membangun
paradigma
pembangunan
berkelanjutan,
hendaknya
32