Anda di halaman 1dari 9

Dasar-Dasar Mountaineering

Mountaineering berasal dari kata mountain yang berarti gunung. Mountaineering


adalah kegiatan mendaki gunung yang terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu :
1.

Hill Walking. Merupakan perjalanan pendakian bukit-bukit yang landai, tidak


mempergunakan peralatan dan teknis pendakian

2.

Scrambling. Merupakan pendakian pada tebing batu yang tidak terlalu terjal.
tangan hanya digunakan sebagai keseimbangan

3.

Climbing. Merupakan pendakian


pendakian. bentuk climbing adalah :

yang

membutuhkan

penguasaan

Rock climbing, yaitu pendakian pada tebing batu

Snow ice climbing, yaitu merupakan pendakian pada es dan salju

teknik

MENGAPA MENDAKI GUNUNG????


Bagi orang awam, kegiatan petualangan seperti mendaki gunung selalu mengundang
pertanyaan klise mau apa sih kesana???. Pertanyaan sederhana tapi sering membuat
bingung yang ditanya atau bahkan mengundang rasa kesal. George F. Mallory, seorang
pendaki Inggris menjawab pertanyaan tersebut because it is there. Mallory bersama
rekannya menghilang di everest tahun 1924. Soe hook Gie (Mapala UI) menulis dalam
puisi Aku Cinta Pangarango; karena aku mencintai kebenaran hidup. Dia tewas tercekik
gas beracun di puncak Mahameru tanggal 16 Desember 1969.
Motivasi mendaki gunung memang bermacam-macam. Manusia mempunyai kebutuhan
psikologis, kebutuhan akan pengalaman baru, dan kebutuhan untuk diakui oleh manusia
lainnya. Rasa ingin tahu adalah yang mendasari dan menjadi jiwa setiap manusia.
TEKNIK MENDAKI GUNUNG
Mendaki gunung pada dasarnya adalah olah raga berjalan. karenanya penguasaan teknik
berjalan yang benar wajib diketahui terlebih dahulu.
berjalan di gunung tentu saja tak sama dengan berjalan di trotoar. Di gunung anda harus
berjalan dengan beban di punggung, melintasi lembah, mendaki tebing, menuruni
lereng-lereng, atau meniti punggungan-punggungan yang tipis. Dengan medan seperti
itu ditambah dengan beban yang harus dibawa maka keseimbangan dalam berjalan di
gunung adalah mutlak.
Seperti juga pejalan kaki yang lain, anda harus berjalan dalam satu irama yang tetap,
dengan kata lain, tidak kaku seperti robot. Tidak ubah bagai seorang penari, berjalan di
gunung pun punya seni tersendiri. Kalau seorang penari mempunyai kenikmatan
tersendiri dalam melakukan gerakan-gerakannya, maka seorang pendaki yang berjalan
dalam irama tertentu juga harus dapat merasakannya sebagai suatu kesenangan
tersendiri pula.
Ada beberapa patokan yang harus diperhatikan dalam berjalan tentu saja melangkah,
inilah hal pertama yang harus diperhatikan. Berjalanlah dengan langkah-langkah kecil,

jangan memaksakan kaki untuk mlangkah terlalu lebar. Langkah-langkah yang terlalu
lebar menyebabkan berat badan seringkali ditunjang oleh satu kaki saja karenanya
keseimbangan badan pun gampang goyah. Dengan langkah-langkah yang kecil, berat
badan dapat ditunjang secara mantap oleh kedua kaki. Perlu di ingat bahwa kaki bukan
hanya untuk menahan berat badan, tetapi telah ditambah dengan berat barang yang
ada dalam ransel. Dengan langkah-langkah kecil, gerakan nafas teratur, dan ini
merupakan cara yang tepat untuk menghemat tenaga.
Bagi pendaki yang berpengalaman, berjalan dua atau tiga jam tanpa istirahat merupakan
hal yang biasa. Tentu dibutuhkan kekuatan dan stamina yang cuma dapat diperoleh
melalui latihan dan pengalaman yang tidak sedikit. Akan tetapi, sebagai ukuran minimal
boleh dikatakan bahwa berjalan satu jam dengan istirahat sepuluh menit adalah normal.
Ketika istirahat, duduklah dengan kaki yang melonjor lurus sedikit di atas badan untuk
mengembalikan darah supya mengalir normal, karena ketika badan berjaln seluruh darah
telah berpusat di kaki. Teguklah minuman secukupnya dan makanlah beberapa makanan
kecil. Usahakan agar tidak beristirahat di tempat berangin karena udara dingin dapat
mengerutkan otot yang sedang beristirahat, dapat menyebabkan terjadi kram pada otot.
Pilihlah lokasi istirahat yang baik. Secara psikologis lebih menguntungkan apabila anda
memilih lokasi di bagian yang tinggi. Dari tempat ini akan tampak pemandangan yang
indah, nikmatilah untuk mengurangi perasaab lelah setelah lama berjalan. Makan dan
minum secukupnya untuk mengembalikan tenaga, kalau perlu di masak dulu agar
hangat dan segar. Ada baiknya memakan sedikit garam untuk menghindarkn kram
karena banyak keringat yang mengucur memungkinkan hilangnya garam dari tibuh.
Membawa buah segar seperti apel, pir, anggur juga sangat membantu untuk
mengembalikan tenaga. karena mengandung banyak air dan vitamin maka
mengkonsumsi buah segar juga sangat membantu.
Ketika anda berjalan perhatikan betul medan yang dihadapi. Kalau melewati medan yang
penuh kerikil dan batu-batui tajam, harap berhati-hati karena kaki mudah tergelincir jika
ceroboh. Tidak berbeda apabila anda harus melintasi medan yang berbatu besar dan
bulat seperti bebatuan pada sungai misalnya, anda harus melintasinya dengan
melompat dari satu batu ke batu yang lain, yaitu dengan gerak sedemikian rupa
cepatnya sehingga batu yang diinjak belum lagi sempat bergulir tetapi anda sudah
melompat ke batu yang lain.
Cara di atas tentu saja berbahaya kalau kondisi anda sudah lelah. Cara lain yang lebih
aman adalah dengan menaiki satu persatu batu tersebut, perlahan-lahan dengan
memeriksa terlebih dahulu batu yang akan di injak, agar tak gampang bergulir nantinya.
Cara mana sebaiknya yang akan dipakai, itu tergantung dari pengalaman dan tingkat
kelelahan anda.
Medan yang berumput dan terjal seringkali membahayakan, terlebih ketika basah karena
hujan atau embun. Pendaki yang tidak berhati-hati akan mudah tergelincir, terutama jika
memakai sepatu yang tidak sesuai. Demikian pula dengan medan becek, berlumpur, licin
dan berbahaya.
Jangan percaya pada pohon-pohon kecil di pinggir tebing. Pohon-pohon ini seringkali
tidak cukup kuat untuk menahan bobot manusia, sehungga mudah terabut. Btangbatang pohon itu banyak yang lapuk, lalu patah ketika anda menekalnya dan menahan
badan di situ. Kalau tidak yakin betul, hanya guakan pohon-pohon itu sebagai
keseimbangan saja.
Mendaki di lereng gunung dengan tanah berpasir lebih sulit daripada di atas tanah keras.
Setiap kali menjejak, tanah berpasir bisa melorot ke bawah. Anda kadang-kadang perlu
menyepakkan kaki ke dalam tanah pasir itu agar tidak melorot. Orang kedua dan
seterusnya dapat mengikuti bekas jejak orang pertama supaya tidak mudah lelah, karena
tanah berpasir bekas jejak menjadi lebih keras.

Berjalan di atas punggung dari sebuah tebing yang tipis dengan jurang menganga di
sebelah kiri dan kanan merupaka kondisi kritis yang membutuhkan teknik tersendiri
untuk mengulanginya. Angin kenang yang sering meniup akan menggoyahkan
keseimbangan badan. Jangan melakukan gerakan-gerakan yang tiba-tiba dan
membahayakan. Misalnya melempar batu atau mengayunkan tangan keras-keras.
Berjalanlah dengan tenang dan penuh konsentrasi, tetapi tetap dalam irama yang teratur
dan tidak kaku.

KLASIFIKASI PENDAKIAN
Klasifikasi pendakian berdasarkan pada tingkat kesulitan medan yang dihadapi
(menurut sierra club):
Kelas 1 - Berjalan tegak tanpa memerlukan perlengkapan yang khusus (walking).
Kelas 2 - Medan agak sulit, sehingga perlengkapan kaki yang memadai dan
penggunaan tangan pembantu keseimbangan sangat diperlukan (scrambling)
Kelas 3 - Medan semakin sulit sehingga dibutuhkan tekhnik pemanjatan tertentu,
namun tali pengaman belum dibutuhkan (climbing).
Kelas 4 - Kesulitan bertambah tali pengaman piton untuk dibutuhkan (exposed
climbing)
Kelas 5 - Rute yang dialui sulit, namun peralatan (tali,sling, piton,dll) masih
berfungsi sebagai pengaman (difficult free climbing).
Kelas 6 - Tebing tidak lagi memberikan pegangan, celah, rongga atau daya geser
yang diperlukan untuk memanjat. Pendakian sepenuhnya bergantung pada
peralatan (aided climbing).
PERLENGKAPAN DASAR
1. Ransel

Ringan

Kuat

Sesuai dengan kebutuhan dan keadaan medan

Nyaman dipakai dan praktis.


2. Sepatu

Melindungi tapak kaki sampai mata kaki,

kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri,

lunak dan nyaman bagian dalamnya,

keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu,

bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku,

terdapat lubang ventilasi.


3. Kaos kaki

menyerap keringat,

menghindari lecet pada kaki

menjaga agar telapak kaki tetap dapat terventilasi.

Menjaga agar kaki tetap hangat.

4. Celana Lapangan

Kuat, lembut, ringan, praktis

Tidak mengganggu pergerakan kaki

Terbuat dari bahan yang menyerap keringat

Praktis dan mudah kering

5. Baju lapangan

Berlengan panjang, melindungi tubuh dari sengatan matahari, gesekan dari dahan

Melindungi tubuh dari kondisi sekitar

Kuat, ringan, tidak mengganggu pergerakan

Terbuat dari bahan yang menyerap keringat

Praktis, mudah kering


6. Topi lapangan

Melindungi kepala dari kemungkinan cedera

Melindungi kepala dari curahan hujan, terutama kepala bagian belakang

kuat dan tidak mudah robek.


7. Sarung tangan

Sebaiknya terbuat dari kulit

Tidak kaku dan tidak menghalangi pergerakan.

8. Ikat pinggang

Terbuat dari bahan yang kuat, dengan kepala yang tidak terlalu besar

Kegunaan ikat pinggang selain menjaga agar celana tidak melorot juga untuk
meletakan alat-alat yang perlu cepat dijangkau, seperti pisau pinggang, tempat air
minum, dll.
9. Lampu senter

Pilih yang water proof dan dilapisi karet

Selalu membawa bola lampu dan battery cadangan.


10. Peluit / whistle
11. Pisau
12. Perlengkapan tidur

Satu set pakaian tidur, kaos kaki untuk tidur.

Sleeping bag

Matras

Tenda/ ponco/ plastic untuk bivoac

Jaket
13. Perlengkapan masak dan makan

Alat masak lapangan (nesting, trangia, dll.)

Alat Bantu makan (Sendok, piring, dll)

Alat pembuat api (paraffin, spirtus, dll)


PERALATAN TAMBAHAN
Walaupun tidak terlalu penting, tetapi ada baiknya di bawa untuk menambah
kenyamanan dalam perjalanan.

Gaiter

Balaclava/ Skibu

Kaca mata

Bandana

Slayer
HUTAN
Jika kita membayangkan hutan itu seperti kebun binatang yang didalamnya banyak
binatang buas yang hampir tidak pernah kita lihat dengan pepohonan yang
menjulang tinggi disertai suasana yang seram dan udara yang lembab dan jarang
orang menapakinya, maka itu adalah hutan yang masih murni dalam keadaan
aslinya, yang pada masa sekarang sudah sangat sulit kita temukan. Rata-rata setiap

hutan telah ditambah dan dijamah manusia. Menurut vegetasi yang terdapat
didalamnya hutan dibagi menjadi 13 macam, yaitu:
1. HUTAN MANGROVE
Sering pula disebut hutan bakau, istilah bakau dipakai untuk mengacukan bahwa
hutan bakau tersebut hanyalah terdiri dari pohon bakau saja. Bila kita menjelajahi
hutan tersebut yang perlu kita perhatikan adalah adanya pasang surut air laut,
sedangkan untuk minum dapat dipakai air tawar.
2. HUTAN RAWA AIR TAWAR
Hutan ini terletak dibelakang hutan mangrove. Pohon-pohon yang terdapat
biasanya tinggi-tinggi, bahan makanan biasanya diperoleh dari pohon sagu atau
pohon pandan. Keanekaragaman flora di daerah ini sangat banyak ragamnya.
3. HUTAN TERNAK AIR TAWAR
Vegetasi ternak air tawar didomonasi oleh rumput kupai, biasanya terdapat di
danau-danau sekitar sungai Mahakam, kaltim.
4. HUTAN TEPI SUNGAI
Hutan ini sering disebut Riparian forest, terdapat disepanjang besar termasuk
vegetasi rawa musiman, daerah ini merupakan daerah transisi dengan hutan air
tawar.
5. HUTAN SAGU
Sagu adalah tumbuhan yang menyebar luas dihutan rawa air tawar.
6. HUTAN RAWA GAMBUT
Hutan ini ditandai dengan dengan jenis flora yang terbatas, praktis jarang
didapatkan tumbuhan yang bisa dimakan. Air di daerah seperti ini juga tidak dapat
diminum.
7. HUTAN VEGETASI PANTAI PASIR DAN KARANG
Pada daerah ini untuk mendapatkan makanan sangat sulit, karena hanya terdiri dari
komunitas tumbuhan pendek, seperti rumput dan tumbuhan menjalar.
8. HUTAN HUJAN PAMAH DITEROCARPACEAE
Hanya terdiri dari pepohonan yang lebat dan tinggi yang dapat mencapai 45 meter
sampai 60 meter, sangat mengganggu jarak pandang kita bila kita menyeruak pada
daerah hutan ini.
9. HUTAN KERANGAS (HEAT FOREST)
Hutan ini terdapat pada kawasan hutan hujan pada ketinggian 0-800 meter.
Terdapat terutama didaerah Kalimantan dan Sumatra. Hutan ini sangat sensitif,
bila terjadi kerusakan sangatlah sulit kembali seperti sedia kala.
10. HUTAN PEGUNUNGAN BAWAH (LOWER MOUNTAIN FOREST)

Terdapat pada ketinggian 1000-2500 meter, biasanya ditandai dengan pohon-pohon


yang semakin rendah dan berdiameter semakin kecil dengan bertambahnya
ketinggian, pada ketinggian diatas 1500 meter banyak kita jumpai berbagai jenis
lumut dan anggrek epifit.
11. HUTAN PEGUNUNGAN ATAS (UPPER MOUNTAIN FOREST)
Hutan ini terdapat pada ketinggian sampai batas 3300 meter. Jenis pohon yang
paling sering ditemui adalah jenis conifer, teruta jenis pinus marcussi, paku pohon
dan pandanus sp. Merupakan tumbuhan yang dapat digunakann dalam keadaan
survival.
12. HUTAN SUBBALPIN BAWAH (LOWER SUBBALPINE FOREST)
Kisaran ketinggiannya adalah 2400-3800 meter, yang secara esensial merupakan
hutan yang beriklim sedang. Ciri khas hutan ini adalah lapisan lumut-lumut tebal
pada cabang pohon di atas tanah.
13. HUTAN SUBBALPIN ATAS (SUBBALPINE UPPER FOREST) Untuk di
Indonesia hanya terdapat di Papua, terletak pada elevasi sekitar 3800-4200 meter,
mudah terdapat salju dan tidak terdapat apa-apa kecuali tumbuhan perdu.

Penyeberangan Basah
Ada beberapa teknik/tips dalam melakukan penyeberangan disungai :
Carilah Jembatan

Jika jembatan tidak ada jangan berharap ada yang mau buatkan jadi
carilah daerah aliran sungai tak beriak, deras dan dalam biasanya
semakin ke hulu aliran sungai seperti itu ada
Jika kalian menyeberangi sungai dan ada tali, ada yang tau berenang ada
juga tidak maka itu yang tau berenang menyeberang kesebelah dengan
diikat tali lalu tali tali itu di tambatkan sudah itu nyebrang mako
Pada saat menyeberang sungai kalian bisa membawa tongkat untuk
menjaga keseimbangan dan juga berguna untuk mengukur kedalaman air
Ingatlah jika menyeberang sungai jangan pernah membelakangi arah arus
air hadapilah walau itu deras karena kalian akan jauh lebih kokoh dan
lintasan jalur yang kalian lalui ada baiknya diagonal begitupun jika kalian
menyeberang secara tim.

PERSIAPAN DALAM SEBUAH PERJALANAN

Dapat berpikir secara logis.


Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama
pendakian, dimana cara berpikir seperti ini lebih banyak
mempertimbangkan faktor safety atau keselamatannya.
Memiliki pengetahuan dan keterampilan.
1. Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik
pendakian
2. pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan
sebagainya.
Dapat mengkoordinir tubuh kita.
1. koordinasi antara otak dengan anggota tubuh.
2. Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan di
3. Otak dan apa yang sanggup dilakukan oleh tubuh.
4. Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri.
5. Ketenangan dalam melakukan tindakan .
koordinasi antar anggota tubuh.

Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam membuat
gerakangerakan atau langkah- langkah ketika berjalan atau diam

kondisi fisik yang memadai.


Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga
yang cukup berat . Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian /
pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mempunyai kondisi
fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah berlatih.

Berdoa

Anda mungkin juga menyukai