Bahan Tomi 1
Bahan Tomi 1
Yo ayo belajar
Soekartawi (1988) mengatakan bhwa jika benar teknologi baru yang ditawarkan akan
memberikan keuntungan yang relative lebih besar, dari nilai yang dihasilkan oleh teknologi
lama, maka kecepatan adopsi innovasi akan berjalan lebih cepat. Untuk menemukn innovasi
kriteri seperti ini dapat dilakukan dengan cara; bandingkan teknologi interoduksi dengan
teknologi yang sudah ada, kemudian identifikasi teknologi dengan biaya rendah atau teknologi
yang produksinya tinggi.
3. Inovasi harus memiliki kompatibilitas atau keselarasan.
Beberapa pakar berbeda dalam memaknai kompatibilitas innovasi (teknologi), dimana:
a. Bila teknologi merupakan kelanjutan dari teknologi lama yang telah dilaksanakan, maka
kecepatan proses adopsi innovasi akan berjlan lebih cepat.
b. Teknologi harus sesuai dengan penggunaannya.
c. Kompatibilitas disini dimaksud mempunyai keterkaitan dengan sosilal budya, kepercayaan dan
gagasan yang dikenalkan sebelumnya dan keperluan yang dirasakan oleh adopter.
4. Inovasi harus mendayagunakan sumber daya yang sudah ada.
Maksudnya disini adalah ketika adopter menggunakan inovasi tersebut, maka sumberdaya yang
ada disekitar mereka mendukung penggunaan inovasi tersebut. Misalnya ketika adanya
penyuluhan kesekolah-sekolah di daerah-daerah mengenai penggunaan internet, maka disekolah
tersebut harus memiliki setdaknya computer dan jaringan listrik agar inovasi mengenai
penggunaan internet tersebut dapat terlaksana.
5. Inovasi tersebut terjangkau oleh financial, sederhana, tidak rumit dan mudah diperagakan.
Jadi, semakin mudah teknologi tersebut di praktekkan, maka semakin cepat pula proses adopsi
inovasi yang dilakukan.
6. Inovasi harus mudah untuk diamati. Jika inovasi tersebut mudah diamati maka banayak
adopter yang mampu menggunakannya dengan meniru tata pelaksanaannya tanpa bertanya
kepada para ahlinya. Dengan demikian akan terjadi proses difusi, sehingga jumlah adopter akan
meningkat.
Adopsi inovasi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psycomotor) pada diri
seseorang sejak ia mengenal inovasi (rogers and Shoemaker, 1971).
Proses adopsi inovasi merupakan proses kejiwaan/mental yang terjadi pada saat menghadapi
suatu inovasi, dimana terjadi proses penerapan suatu ide baru sejak diketahui atau didengar
sampai diterapkannya ide baru tersebut
Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat bahwa proses adopsi didahului oleh pengenalan suatu
inovasi (introduksi) kepada masyarakat, selanjutnya terjadi proses mental untuk menerima atau
menolak inovasi tersebut. Jika hasil dari proses mental tersebut adalah keputusan untuk
menerima suatu inovasi maka terjadilah adopsi.
Proses adopsi melalui beberapa tahapan yaitu kesadaran (awareness), perhatian (interest),
penaksiran (evaluation), percobaan (trial), adopsi dan konfirmasi (Mundy, 2000). Untuk
mempermudahnya dapat kita lihat dari skema dibawah ini:
introduksi
difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis
keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication
channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change
agents).
Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil
keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan
bagaimana suatu inovasi berfungsi.
2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya)
membentuk sikap baik atau tidak baik .
3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan
lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah
inovasi.
4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan
lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah
dibuat sebelumnya.
Dari sumber lain Tahapan-tahapan Adopsi Inofasi dijabarkan sebagai berikut:
Awareness/kesadaran: sasaran mulai tau dan sadar tentang inovasi yang ditawarkan oleh
penyuluh
Interest/tumbuhnya minat: keinginan untuk mengatahui lebih jauh sesuatu yang berkaitan
dengan inovasi yang ditawarkan
Evaluation/evaluasi: penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yeng telah diketahui
informasinya secara lebih lengkap
Trial/mencoba: melakukan percobaan dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya
Adoption/adopsi: menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan
uji coba yang telah dilakukan dan diamatinya sendiri
C. KATEGORI ADOPTER
Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi)
sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu
pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi,
yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat
pada gambar 2.
Untuk lebih memperjelas, dapat diformulasikan suatu gambar proses introduksi, adopsi, difusi
inovasi yang berasal dari sumbernya. Hal ini dapat kita lihat dari gambar 2 dibawah ini;
1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang,
berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan
inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi
3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh
pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi.
Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.
5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya:
tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya terbatas.
3. Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau produk
tersebut dikemas dan disalurkan.
4. Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk dimaksud.
D.PERANAN PENYULUH DALAM PROSES DIFUSI INOVASI
Penyuluh menurut Everett M. Rogers adalah seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga
penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi (penemuan) (Ninik Sri Rejeki dan Anita
Herawati, 1999:21).Dalam proses penyebaran inovasi pada masyarakat, penyuluh berfungsi
sebagai pemrakarsa yang tugas utamanya membawa gagasan-gagasan baru.
Perana penyuluh dalam proses difusi inovasi adalah Menumbuhkan kebutuhan untuk berubah,
Membangun hubungan untuk perubahan, memberikan informasi yang mereka perlukan , dan
Diagnosa dan penjelasan masalah yang dihadapi oleh masyarakat
Bebrapa alasan yang mnyebabkan pentingnya ada penyuluhan:
1. Penyuluhan sebagai proses penyebaran invormasi.
2. Penyuluhan sebagai proses penerangan. Maksudnya adalah bahwa seorang penyuluh
merupakan orang yang memberikan pencerahan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat yang
tidak tahu sebisa mungkin dibuat tahu terhadap pesan yang disampaikan.
3. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku.
4. Penyuluhan sebagai proses pendidikan.
5. Penyuluhan sebagai proses rekayasa social.
Petugas penyuluh mempunyai korelasi yang sangat kuat terhadap keberhasilan suatu program.
Menurut Bunch(2001), rancangan terbaik didunia pun tidak akan menjadi program yang berhasil
kalau petugasnya tidak berkemampuan dan kemauan untuk menjadikannya berhasil. Menurut
Wahyuni (2000) pemberdayaan berarti memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat
agar menggali potensi yang ada untuk ditingkatkan kualitasnya.
Setelah motivasi tepat guna diperoleh, metode penyuluhan yang efektif di ketahui, selanjutnya
adalah memilih agen penyuluh yang baik pula. Dengan kata lain, produk atau inovasi yang akan
disampaikan bermutu, cara penyampaiannya bermutu dan orang yang menyampaikannya juga
bermutu.
Agen penyuluh merupakan individu atau institusi yang mempunyai tugas pokok memberikan
pendidikan informal kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi
terbaru, dengan maksud agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
KEPUSTAKAAN
Abdul Rachman ,dkk.Komunikasi Inovasi. Unri pers .Pekanbaru, 2009
Junaeidi, Fajar, Komunikasi Massa pengantar Teoritis, Santusta: Yogyakarta, 2007.
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2007.
Artikel : Akhmad Musyafak dan Tatang M. Ibrahim, Starategi Percepatan Adopsi dan Difusi
Inovasi.