tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
media
dikongritkan sehingga siswa dapat memahami dan menerima pesan yang terdapat
dalam materi khusnya mata pelajaran sejarah.
Menurut Sumaatmadja dalam Laely Armiyati (2011:17) media berasal
dari bahasa Latin merupakan bentuk jamak dari medium, yang berarti
perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Secara
harfiah media diartikan sebagai pelantara atau pengantar pesan dari
pengirim penerima pesan., mengemukakan media pengajaran secara
keseluruhan adalah segala benda, dan alat yang digunakan untuk
membantu pelaksanaan pembelajaran. Seperti : slide, epidiaskup,
proyektor, peta, globe, grafik, diagram, potret, gambar, maket, diorama,
film, tape recorder, vide tape recorder, radio dll, termasuk media
pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar sejarah. Untuk
memperjelas pemahaman siswa terhadap materi sejarah yang sedang
dipelajari, sebaiknya alat-alat tersebut dapat digunakan guru dan siswa.
Media sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran guru.
Guru tidak cukup memiliki pengetahuan tentang media tetapi dituntut untul
terampil memilih, menggunakan serta mengusahakan memilih media yang tepat,
kalau memungkinkan guru memiliki kemampuan untuk merancang dan membuat
media sendiri. Memilih dan menggunakan media, perlu memperhatikan aspek
tujuan, materi, metode dan evaluasi.
Pengguanaan media bukan semata-mata melaksanakan salah satu
komponen pengajaran, tetapi dengan media benar-benar berguna untuk
memudahkan penguasaan siswa dalam belajar. Upaya untuk mencapai tujuan
pembelajaran
sejarah,
sangat
terkait
dengan
kemampuan
guru
dalam
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
10
2.2 Peta
Peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar
pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol
sebagai penjelas. Dengan menggunakan peta, kita dapat mengetahui segala hal
yang berada di permukaan bumi, seperti letak suatu wilayah, jarak antarkota,
lokasi pegunungan, sungai, danau, lahan persawahan, jalan raya, bandara, dan
sebagainya. Ketampakan yang digambar pada peta dapat dibagi menjadi dua yaitu
ketampakan alami dan ketampakan buatan manusia (budaya).
Untuk mendapatkan ikhtisar suatu daerah tidak mungkin tanpa
menggunakan peta, suatu peta menempatkan suatu data geospasial, misalnya, data
fenomena atau objek berikut lokasinya di permukaan bumi, dan saling hubungan
antara satu fenomena atau objek dengan lainnya secara benar. Suatu peta dapat di
anggap suatu sistem informasi geospasial yang memberi jawaban atas banyak
pertanyaan mengenai daerah yang di gamarkan: jarak antara titik titik, posisi
titik titik yang menyangkut satu sama lain, ukuran suatu daerah dan proses
persebarannya. Jawaban dapat di peroleh secara langsung dari peta setiap saat
pada waktu kapanpun, tanpa membutuhkan keyboard atau membuka beberapa file.
Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi
lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan
keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.
Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal
2005), dengan menggunakan peta, kita dapat mengetahui segala hal yang
berada di permukaan bumi, seperti letak suatu wilayah, jarak antarkota,
lokasi pegunungan, sungai, danau, lahan persawahan, jalan raya, bandara,
dan sebagainya. Ketampakan yang digambar pada peta dapat dibagi
11
12
peta
Memperlihatkan
bentuk-bentuk
pemanfaatan
atau
13
14
e) Simbol
batang,
digunakan
untuk
menyatakan
suatu
harga/dibandingkan dengan harga/nilai lainnya. Contoh: simbol
batang.
f) Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah)
dalam bentuk prosentase. Contoh: simbol lingkaran.
g) Simbol bola, digunakan untuk menyatakan isi (volume), makin besar
simbol bola menunjukkan isi (volume) makin besar dan sebaliknya
makin kecil simbol bola berarti isi (volume) makin kecil. Contoh:
simbol bola
h) Warna Peta. Warna peta digunakan untuk membedakan kenampakan
atau objek di permukaan bumi, memberi kualitas atau kuantitas simbol
di peta, dan untuk keperluan estetika peta. Warna simbol ada 5 yaitu
hijau, kuning, coklat, biru muda dan biru tua.
Menurut (www.geografibumi.blogspot.com/2009/09/pengertian peta.html.
Di akses pada tanggal 16 februari 2013) peta berdasarkan isi data yang disajikan,
yakni peta yang menggambarkan kenampakan bumi, baik fenomena alam atau
budaya.
Menurut (www.geografibumi.blogspot.com/2009/09/pengertian peta.html.
Di akses pada tanggal 16 februari 2013) peta umum dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu: Pertama .Peta topografi yaitu peta yang
menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Pengg
ambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk
garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan
tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama. Kedua .Peta
chorografi yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian
permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang.
Contoh peta chorografi adalah atlas. Ketiga . Peta dunia yaitu peta umum
yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.
Keempat . Peta Turunan (Derived Map) yaitu peta yang dibuat berdasarkan
pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei
langsung ke lapangan. Kelima . Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari
survei langsung di lapangan. Keenam .Peta Berdasarkan Skala.
15
16
Informasi dasar, yaitu unsur-unsur pada peta dasar yang perlu atau tidak
perlu disajikan sebagai latar peta tematik (berhubungan dengan
generalisasi). Pertama. Informasi pokok, yaitu informasi yang berkaitan
dengan tema peta. Apakah hutan perlu diklasifikasi atau distratifikasi.
Apakah batas fungsi hutan atau batas administrasi perlu dicantumkan.
Kedua. Informasi penunjang, yaitu informasi yang diharapkan dapat
melengkapi informasi pokok dan ada relevansinya untuk dicantumkan
dalam peta. Informasi apa saja yang perlu dicantumkan pada peta tematik
sulit dirinci.
Hal ini sangat tergantung kepada tema peta, tersedianya data dan
karakteristik serta relevansinya. Apabila unsur-unsur dan informasinya terlalu
banyak, maka petanya akan menjadi ruwet dan sukar dibaca; sedangkan kalau
informasinya terlalu sedikit, peta menjadi kurang informatif.
Menurut Bakosurtanal (2005) fungsi peta adalah menyajikan suatu
informasi tentang suatu obyek kepada pembaca peta. Agar informasinya
mudah diterima dan cepat dipahami, maka cara penyampaiannya harus
jelas, dengan bahasa sederhana. Bahasa peta adalah simbol-simbol (titik,
garis dan luasan/areal, kualitatif/kuantitatif, warna, notasi, arsir) yang
merupakan sistim komunikasi antara pembuat peta dengan pembaca peta.
Pokok permasalahannya adalah bagaimana membuat simbol-simbol dan
menempatkan kedalam ruang peta sehingga pembaca peta dapat
membacanya dengan mudah dan menafsirkan artinya dengan benar.
Peta adalah untuk dilihat pada jarak pandang tertentu, yang kemudian
dipelajari dan dikaji isinya. Apabila pembaca peta tidak memahaminya maka peta
akan kehilangan arti dan fungsinya. Oleh karena itu, simbol harus dibuat dengan
jelas dan tegas, dan antara satu dengan simbol yang lain harus dapat dibedakan
dengan mudah. Perbedaan simbol-simbol dapat berupa: bentuk, ukuran (besar,
lebar), ketebalan, kerapatan, warna dan gradasinya.
17
atau
pembelajaran
ialah
kurikulum
dalam
kenyataan
18
Perencanaan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, langkah awal yang
kompetensi
dasar,
materi
pokok/pembelajaran,
kegiatan
19
20
struktur keilmuan;
f.
21
pernyataan
dalam
kegiatan
pembelajaran
minimal
22
pencapaian
kompetensi
dasar
peserta
didik
dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes
dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,
penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan
bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
23
24
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber
belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi
pokok/pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran,
dan
indikator
pencapaian
kompetensi.
2.4 Pembelajaran Sejarah
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan zaman teori
dan praktik pendidikan. Beberapa ahli berpendapat sesuai dengan aliran atau teori
pendidikan yang dianutnya. Kurikulum pola baru yang memberikan penjelasan
bahwa kurikulum tidak terbatas hanya pada mata pelajaran saja, tetapi meliputi
segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti bangunan
sekolah, alat-alat pembelajaran, perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata usaha,
halaman sekolah dan lainlain. Kurikulum mencakup maksud, tujuan, isi proses,
sumber daya, dan sarana-sarana evaluasi bagi semua pengalaman belajar yang
direncanakan bagi para pembelajar baik di dalam maupun di luar sekolah dan
masyarakat melalui pengajaran di kelas dan program-program terkait.
Menurut S.K.Kochar, (2008: 69) Pendidikan merupakan suatu proses
pemanusiaan manusia muda atau membantu proses humanisasi. Artinya,
pendidikan harus membantu seseorang secara tekun dan mau bertindak
sebagai manusia dan tidak sekedar instingtif untuk mempengaruhi sikap
dan segala perbuatan seseorang sungguh sungguh bersifat manusiawi,
berbudaya dan bernilai tinggi. Nilai merupakan hakekat suatu hal yang
menyebabkan hal tersebut dikejar oleh manusia.
25
26
27
28
struktur kurikulum, standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) setiap
mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar
dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.
2.5 Pemanfaatan Peta Dalam Pembelajaran Sejarah
Dewasa ini siswa dan bahkan guru sangat banyak yang tidak memahami
dan mnguasai teknik pemanfaatan peta dalam pembelajaran sejarah. Ketika
seorang siswa disuruh kedepan kelas mnunjukkan letak suatu kota atau daerah
pada peta mereka sangat kesulitan dan bahkan tidak tahu sama sekali. Hal ini
terjadi karena minimnya minimnya pengetahuan mereka tentang peta. Bahkan
guru sejarah pernah penulis uji dalam diklat untuk menunjukkan letak sebuah kota
dalam peta,mereka tidak mampu. Apakah penyebabnya ?, tak lain adalah karena
mereka jarang menggunakan media peta dalam pembelajaran sejarah,padahal
pembelajaran sejarah tanpa mnggunakan Peta, Atlas atau Globe hasilnya tidak
akan maksimal.
Informasi
yang
merupakan
hasil
suatu
pengolahan
data
dapat
dipresentasikan dalam bentuk lisan, tulis, dan visual. Peta yang banyak dikenal
oleh masyarakat merupakan salah satu bentuk perjanjian visual dari suatu
informasi kebumian. Budaya peta pada masyarakat Indonesia relatif ketinggalan
dibandingkan Negara lain, walaupun peta sudah dikenal di Indonesia sejak
periode abad ke empat belas dan lima belas. Atlas yang merupakan sekumpulan
peta tersusun menjadi satu kesatuan dan memberikan infomasi kebumian,
keberadaannya di Indonesia sudah cukup lama.
29
Digunakanya peta, atlas dan globe dalam proses belajar mengajar sejarah
dapat menimbulkan peningkatan dan pemahaman siswa dalam domain kognitif
terutama berkenaan dengan pengetahuan, pengertian, dan penerapan
Menurut Taksonomi Bloom (2001:123) peta, atlas dan globe dalam proses
belajar mengajar sejarah antara lain : 1) Peta memudahkan indentifikasi
tentang letak lokasi, penyebaran, dan orientasi. 2) Peta memudahkan
pemahaman konsep-konsep yang bertalian dengan unsur-unsur
lingkungan, dan dapat memperbaiki, mengubah, dan memperkaya persepsi
individual tentang lingkungan keruangan.
Berdasarkan pengamatan selama ini terhadap peserta didik tenyata
motivasi peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah untuk mempelajari
peta, atlas, dan globe serta memanfaatkan informasi kebumian yang bernilai tinggi
dirasakan belum optimal. Kenyataan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain : 1) Masih kurangnya perhatian peserta didik pada ilmu kebumian.2)
Penyajian peta pada Atlas yang kurang informative, interaktif dan komunikatif.3)
Desain dan isi Atlas yang ada relatif sama dengan produk 10- 20 tahun yang
lalu.4) Masih dianggap sebagai suatu buku yang perlu dihafal dan belum dianggap
sebagai salah satu media komunikasi.
Kurangnya minat peserta didik untuk mendalami dan memahami atlas
mempunyai akibat secara tidak langsung dengan minat
masyarakat untuk
mengerti dan mempelajari peta ,atlas dan globe sebagai sumber imformasi
kebumian. Berkaitan dengan hal diatas guru sebagai fasilitator pembelajaran guru
di tuntut untuk meningkatkan konpetensinya serta memiliki wawasan yang luas
dan senantiasa memperbaharui pengetahuan untuk memanfaatkan alternatif
pilihan sumber-sumber belajar yang berguna bagi proses pembelajaran siswa
30
31
Media Peta
Pemanfaatan Media
Peta
Guru
Siswa