Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI OBAT

KONSELING PASIEN

DOSEN PENGAMPU:
RINI NOVIYANI, S.Si., M.Si., Apt.

OLEH :
KELOMPOK 1
NI WAYAN MILKA LINA

1208505067

I KADEK YUDIASTRA

1208505068

NI KADEK AYU SURYANI

1208505069

NI NYOMAN TRI NUR PERMATA SARI. S

1208505070

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
0

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Konseling Pasien
Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah suatu tanggung jawab

profesi dari apoteker untuk mengoptimalkan terapi dengan cara mencegah dan
memecahkan masalah terkait obat (Drug Related Problems) (Depkes RI, 2006).
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang
mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula
hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, menjadi pelayanan yang
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Depkes
RI, 2004). Di dalam prakteknya, konseling obat melakukan penyampaian dan
penyediaan nasehat-nasehat yang berkaitan dengan obat, yang didalamnya terdapat
implikasi diskusi timbal balik dan tukar menukar opini. Dengan adanya konseling obat
diharapkan pasien mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dalam penggunaan obat
sehingga berdampak pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam proses
penyembuhan penyakitnya (Depkes RI, 2006).
Adapun tujuan umum dilakukannya konseling, yaitu meningkatkan keberhasilan
terapi; memaksimalkan efek terapi; meminimalkan resiko efek samping; meningkatkan
cost effectiveness; dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi. Tujuan
khusus dilakukannya konseling, yaitu : meningkatkan hubungan kepercayaan antara
apoteker dengan pasien; menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan; mencegah atau
meminimalkan Drug Related Problems serta membimbing dan mendidik pasien dalam
menggunakan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu
pengobatan pasien (Depkes RI, 2006).
I.2

Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
1

pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(WHO, 1999). DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan karena
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin
baik absolute maupun relatif. Absolute berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan
relatif berarti jumlahnya lebih rendah dari kebutuhan atau daya kerjanya kurang.
Hormon insulin dibuat dalam Pankreas. Terdapat 2 tipe DM :
1. DM tipe I
DM tipe I atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan karena
kerusakan dari sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, sehingga tidak lagi dapat
memproduksi insulin. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing
(terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM
tipe ini berat badannya normal atau kurus. DM tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda
dan memerlukan insulin seumur hidup (Pribadi, 2006).
2. DM tipe II
DM tipe II atau disebut DM yang tidak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan
insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah
atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glokosa tidak
ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi
hiperglikemia, 75% dari penderita DM tipe II dengan obersitas atau sangat
kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun (Pribadi, 2006).
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM
Tipe I, sel-sel Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat
memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus
mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam
tubuhnya dapat berjalan normal. Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah
membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan
glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah
akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi
sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya (Depkes RI, 2005).
Apoteker, terutama bagi yang bekerja di sektor kefarmasian komunitas, memiliki
peran yang sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Mendampingi,
memberikan konseling dan bekerja sama erat dengan penderita dalam penatalaksanaan
2

diabetes sehari-hari khususnya dalam terapi obat merupakan salah satu tugas profesi
kefarmasian. Membantu penderita menyesuaikan pola diet sebagaimana yang
disarankan ahli gizi, mencegah dan mengendalikan komplikasi yang mungkin timbul,
mencegah dan mengendalikan efek samping obat,

memberikan rekomendasi

penyesuaian rejimen dan dosis obat yang harus dikonsumsi penderita bersama-sama
dengan dokter yang merawat penderita, yang dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai
dengan kondisi penderita, merupakan peran yang sangat sesuai dengan kompetensi dan
tugas seorang apoteker (Depkes RI, 2005).
1.3

Tujuan
Mahasiswa dapat memberikan pelayanan informasi obat kepada tenaga kesehatan,

sesama apoteker, mahasiswa S1/S2, pasien, masyarakat dan pihak lain yang
membutuhkan.

BAB II
3

DESKRIPSI KASUS
2.1. Kasus
Konseling penggunaan insulin pen.
2.2. Pertanyaan
1. Tulislah informasi yang harus anda berikan kepada pasien terkait kasus yang anda
peroleh.
2. Lakukan narasi singkat (reka adegan) konseling sesuai kasus yang anda peroleh.

BAB III
ANALISA DAN PENYELESAIAN
4

Pada kasus ini, pasien yang datang meminta penjelasan mengenai penggunaan
insulin yang diberikan dalam bentuk insulin pen. Informasi yang harus diberikan kepada
pasien mengenai penggunaan insulin pen adalah:
1. Cara penggunaan insulin pen
Meliputi perlakuan setelah insulin pen dikeluarkan dari tempat penyimpanan, cara
pemasangan jarum, cara menghilangkan gelembung udara dalam insulin pen yang
dapat menyebabkan dosis tidak sesuai dengan yang seharusnya, pengaturan dosis
yang dianjurkan, cara penyuntikan hingga setelah penyuntikan.
2. Tempat penyuntikan
Tempat penyuntikan insulin dapat dilakukan pada beberapa bagian tubuh seperti
paha atas dan samping, perut, bokong dan lengan. Tempat penyuntikan ini
disesuaikan dengan anjuran dokter.
3. Cara penyimpanan insulin pen
Meliputi penyimpanan insulin pen sebelum digunakan samasekali dan setelah
digunakan.
4. Aturan pemakaian insulin
Aturan pemakaian insulin disesuaikan dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter.
5. Penggunaan jarum insulin pen
Penggunaan jarum insulin pen dapat digunakan berkali-kali dan harus diganti
apabila jarum yang digunakan telah tumpul. Jarum dapat dibeli terpisah sehingga
pasien tidak perlu khawatir tentang biaya untuk pembelian insulin pen baru
apabila jarumnya tidak bisa digunkan lagi.
6. Terapi Non Farmakologi untuk mengatur pola makan, dimana mengurangi
konsumsi makanan yang mengandung gula tinggi seperti nasi putih diganti
dengan nasi merah, menghindari terjadinya stress serta olah raga yang cukup.
(Goel, et al., 2008).
Percakapan konseling:
APA

: Selamat pagi Bu, selamat datang di Apotek Udayana

PASIEN : Pagi Pak


APA

: Perkenalkan saya Deddy APA dari apotek ini. Dengan Ibu siapa?

PASIEN : Saya Ibu Ratih, ini anak saya Putri


ANAK

: Selamat pagi Pak, saya Ratih

APA

: Selamat pagi Putri, Ibu Ratih, ada yang bisa saya bantu?

PASIEN : Begini Pak, saya ingin menanyakan mengenai tujuan dan cara pengguaan
alat ini (insulin pen)?
5

APA

: Baik Bu, apa sebelumnya Ibu mengetahui tentang alat ini? Atau sudah
pernah menggunakan alat ini?

PASIEN : Belum Pak


APA

: Sebelumnya dari dokter informasi apa saja yang telah diberitahukan


mengenai alat ini?

PASIEN : Oleh dokter saya diberikan informasi mengenai cara pemakaiannya, namun
saya baru pertama kali melihat alat ini. Dokter hanya memberikan
penjelasan mengenai cara penggunaannya sepintas saja Pak, sehingga saya
belum mengerti dengan cara penggunaannya
APA

: Apakah sebelumnya Ibu telah diberitahu oleh dokter mengenai alasan


dokter memilihkan obat ini untuk Ibu?

PASIEN : Sudah Pak, menurut dokter saya menderita Diabetes Melitus tipe 1
APA

: Oh begitu, dek Putri tinggal dengan Ibunya? Satu rumah?

ANAK

: Iya pak, saya satu rumah dengan Ibu saya, bagaimana ya pak?

APA

: Pekerjaan dek Putri apa?

ANAK

: Saya masih kuliah pak

APA

: Oh bagus sekali, jadi bisa ikut memantau ibunya untuk penggunaan insulin
pen-nya, kuliah dimana dek Putri?

ANAK

: Oh iya Pak, saya kuliah di Jurusan Farmasi

APA

: Wah pas sekali, jadi sekalian bisa belajar untuk pelayanan homecare

ANAK

: Iya Pak, Terimakasih

APA

: Ibu Ratih bekerja juga?

PASIEN : Tidak Pak, saya ibu rumah tangga


APA

: Makannya ibu teratur tidak? Suka Berolahraga?

PASIEN : Makannya teratur Pak, pagi, siang dan malam, tetapi untuk berolahraga
baru-baru ini mulai rutin setiap minggu menyempatkan untuk lari pagi
APA

: Oh begitu, tidak berusaha untuk rutin berolahraga setiap hari ibu?

PASIEN : Mudah-mudahan bisa Pak


APA

: Bagus bu, harus lebih displin, semua hal harus dilakukan dengan teratur
dan displin untuk hasil yang lebih baik

APA

: Baik Bu, memang salah satu cara terapi yang dapat diberikan adalah
insulin, dan salah satu alat yang digunakan untuk mempermudah pasien
6

memasukkan insulin ke dalam tubuh adalah dalam bentuk pena ini atau
sering disebut dengan insulin pen. Disini saya akan menjelaskan mengenai
cara penggunaan dari insulin pen, Adek Putri juga coba perhatikan ya,
1. Insulin pen yang Ibu keluarkan dari penyimpanan di lemari es, diamkan
terlebih dahulu selama 1-1 jam.
2. Gulung insulin pen diantara kedua telapak tangan sampai 10 kali.
3. Gerakkan pena insulin keatas dan kebawah sebanyak 10 kali, tujuannya
adalah untuk meratakan dosis.
4. Dibuka penutupnya dan pasang jarumnya.
5. Putar tombol pemilih dosis diujung pena untuk 1 atau 2 unit untuk
mengecek apakah insulin dapat keluar atau tidak.
6. Sebelum digunakan pastikan tidak ada gelembung udara dalam insulin.
Apabila terdapat gelembung udara, ketuk dan tekan tombol untuk
mengeluarkan udara.
7. Setel dosis sesuai anjuran dokter. Jadi disini ibu diberikan dosis untuk
sekali pemakaian adalah 6 IU, jadi pada alat ini diputar hingga jarum
menunjukkan angka 6.
8. Penutup jarum dibuka, oleskan alkohol swap pada bagian tubuh yang
akan disuntik insulin, lalu pegang insulin pen dengan cara digenggam
dan ibu jari berada pada bagian atas insulin pen.
9. Suntikkan ke bagian yang dianjurkan dokter dengan arah tegak lurus atau
pada sudut 90.
10.Tekan sampai tanda 0 dan tahan selama minimal 10 detik.
11.Tarik perlahan dengan posisi tegak lurus.
12.Untuk pemakaian insulin ini dilakukan 3x sehari setiap 8jam sekali,
contohnya apabila ibu menggunakan jam 6pagi, pemakaian selanjutnya
adalah jam 2 siang dan jam 10 malam.
13.Pemakaian insulin digunakan sebelum makan dan sebelum tidur malam.
Apakah Ibu diberitahu oleh dokter, dimana insulin pen ini harus
disuntikkan?
PASIEN : Ya Pak, menurut dokter dibagian lengan saya
APA

: Ya betul Bu, selain itu bisa juga digunakan pada daerah perut dan paha
bagian depan dan samping. Untuk penjelasan mengenai penggunaan insulin
pen ini ada ibu belum mengerti?

ANAK

: Untuk jarumnya itu Pak, apakah jarum yang digunakan sekali pakai
langsung dibuang ya Pak?

APA

: Tidak bu, untuk jarumnya masih dapat digunakan lagi asalkan disimpan
ditempat yang benar dan telah dibersihkan setelah penggunaan. Jarum dapat
diganti apabila sudah tumpul. Ibu dapat membeli jarum saja, sehingga ibu
tidak perlu membeli alat insulin pen yang baru. Begitu juga dengan isi
insulin didalam insulin pen ini, Ibu juga dapat membelinya secara terpisah

PASIEN : Tentang penyimpanan insulin pen ini, sebaiknya disimpan dimana Pak?
APA

: Untuk penyimpananannya sebelum digunakan sebaiknya dalam lemari es,


namun tidak pada bagian freezer, hanya pada bagian bawah freezer saja,
pada suhu 2-80 C. Setelah penggunaan, dapat disimpan dalam ruangan dan
hanya bertahan hingga 6 minggu

PASIEN : Ooh.. begitu ya.... sepertinya saya sudah cukup paham mengenai alat ini
APA

: Mungkin ibu dapat mengulang menjelaskan cara penggunaan insulin pen


ini?

PASIEN : Ya, cara penggunaannya itu


1. Setelah keluarkan dari penyimpanan di lemari es, diamkan terlebih
2.
3.
4.
5.
6.
7.

dahulu selama 1-1 jam.


Gulung insulin pen diantara kedua telapak tangan
Gerakkan pena insulin keatas dan kebawah
Pasang jarum dan buka penutupnya
Putar tombol pemilih dosis diujung pena untuk 1 atau 2 unit.
Sebelum digunakan pastikan tidak ada gelembung udara dalam insulin.
Setel dosis sesuai anjuran dokter. Jadi disini saya diberikan dosis untuk
sekali pemakaian adalah 6 IU, jadi pada alat ini diputar hingga jarum
menunjukkan angka 6.

APA

: Maaf, apabila terdapat gelembung udara, bagaimanakah cara untuk


mengeluarkannya?

PASIEN : Apabila terdapat gelembung udara, ketuk dan tekan tombol untuk
mengeluarkan udara
Selanjutnya,
8. Penutup jarum dibuka, lalu pegang insulin pen dengan cara digenggam
dan ibu jari berada pada bagian atas insulin pen.
9. Suntikkan ke tubuh dengan arah tegak lurus.
10.Tekan sampai tanda 0 dan tahan selama minimal 10 detik.
11.Tarik perlahan dengan posisi tegak lurus.
12.Untuk pemakaian insulin ini dilakukan 3x sehari setiap 8 jam sekali.
Pemakaian insulin digunakan sebelum makan dan sebelum tidur malam..
8

APA

: Ya benar sekali bu, baiklah saya rasa Ibu sudah paham betul cara
penggunaannya. Selain itu juga ibu dapat mengatur pola makan ibu dengan
cara mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula tinggi serta
olah raga yang cukup, Untuk dek Putri sudah jelas juga?

ANAK : Sudah Pak


APA

: Bagus, tolong untuk dipantau terus ibu ya, Mungkin ada yang lain yang bisa
dibantu lagi?

PASIEN : Tidak, terimakasih Pak


APA

: Sama-sama Bu, semoga lekas sembuh, ini leafletnya silahkan dibawa


pulang untuk mengingatkan kalau ada yang lupa, jika ada hal yang ingin
ditanyakan lebih lanjut dapat menghubungi saya kapan saja, ini kartu
nama saya ibu

PASIEN : Terimakasih banyak Pak

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pemberian informasi obat dalam bentuk
komunikasi, informasi dan edukasi (konseling) pada pasien dalam mendukung
penggunaan obat yang rasional. Dalam pemberian informasi, seorang apoteker harus
memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan pembekalan
kesehatan lainnya, sehingga nantinya akan memperbaiki kualitas hidup pasien. Dengan
konseling yang dilakukan oleh apoteker maka dapat menghindari penyalahgunaan atau
penggunaan obat yang salah. Informasi yang diberikan harus bersifat khusus dan lebih
luas daripada sekedar pemberian informasi pemakaian obat.
Konseling adalah komunikasi dua arah antara apoteker dengan pasien untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien dalam hal
penggunaan obat sehingga pasien dapat mengerti dengan benar maksud pemberian obat,
aturan pakainya ataupun hasil terapi yang diharapkan. Dalam proses konseling harus
diperhatikan kondisi pasien, sehingga informasi yang disampaikan memiliki makna
yang berarti. Tahapan konseling pertama yang dilakukan adalah perkenalan. Sebelum
melakukan konseling, apoteker dan pasien wajib memperkenalkan diri. Tahap
selanjutnya adalah penilaian terhadap pasien. Pasien datang ke apotek karena
memerlukan informasi tentang Ratih cara penggunaan insulin pen. Maka perlu dinilai
tentang sejauh mana tingkat pemahaman pasien mengenai terapi yang diperolehnya.
Pasien harus mengetahui mengapa terapi menggunakan insulin pen dan juga
pasien harus sudah mengetahui tujuan dari terapinya. Hal ini dilakukan untuk dapat
10

mengetahui pada tahap mana pasien harus dijelaskan mengenai obatnya. Jika pasien
sudah mengetahui mengapa diberikan terapi insulin pen dan pasien telah mengetahui
tujuan terapinya, maka dengan mudah apoteker akan menjelaskan cara penggunaan
insuliln pen. Tahap ketiga dalam pemberian konseling adalah pemberian informasi
mengenai aturan pakai, cara penggunaan, cara penyimpanan dan lama penggunaan.
Informasi dapat diberikan langsung secara lisan dan didemonstrasikan langsung di
hadapan pasien dengan alat peraga berupa insulin pen dan perlatan tertulis. Selain itu
pasien dapat diberikan tambahan informasi dengan leaflet. Leaflet yang diberikan
berisikan informasi jelas tentang penggunaan insulin pen, cara penyimpanan, waktu
pemakaian, serta informasi lain yang dibutuhkan oleh pasien yangdikemas secara
menarik dan mudah dimengerti.
Pemberian informasi tentang penggunaan insulin pen diawali dari alat insulin pen
yang dikeluarkan dari tempat penyimpanan, kemudian cara pemasangan jarum,
meratakan dosis dengan menggulung gulung insulin pen pada kedua tangan, cara
menghilangkan gelembung udara dalam insulin pen, pengaturan dosis yang telah
diresepkan oleh dokter. Kemudian dijelaskan tentang cara menginjeksikan dan tempat
penyuntikan. Cara menginjeksi dengan insulin pen yaitu tegak lurus membentuk sudut
90 0 dan tempat pengaplikasiannya dapat dilakukan pada beberapa bagian tubuh seperti
lengan tangan atas, pada paha atas dan samping, perut, dan bokong. Tempat
penginjeksian ini disesuaikan dengan anjuran dokter. Informasi yang diberikan juga
berupa cara penyimpanan insulin pen, aturan pemakaian insulin pen, meliputi waktu
penggunaannya dan pemberiannya 30 menit sebelum makan. Tempat penyimpanan
insulin pen yang sama sekali belum digunakan dan setelah digunakan. Informasi
mengenai penggunaan jarum insulin pen juga dapat diberikan, dimana jarum dapat
diganti apabila telah tumpul dan dapat dibeli terpisah sehingga pasien tidak perlu
khawatir tentang biaya untuk pembelian insulin pen baru (Goel, et al., 2008).
Tahapan yang terakhir dalam pemberian konseling adalah feedback yaitu
pengulangan penjelasan informasi oleh pasien. Pasien diminta untuk memberikan
verifikasi kembali mengenai hal-hal yang sudah dijelaskan untuk menyamakan persepsi.
Pemberian konseling dalam hal ini adalah untuk meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap terapi yang diberikan. Dengan mengetahui maksud terapi yang diterimanya,
dan mengetahui hasil yang diharapkan serta mendapat informasi yang tepat mengenai
11

aturan pakai, cara penggunaan, cara penyimpanan dan lama penggunaan, pasien dapat
mencapai hasil terapi yang diinginkan dan terhindar dari penyalahgunaan obat sehingga
penggunaan obat yang rasional dapat terwujud.

BAB V
HASIL TANYA JAWAB
5.1 Pertanyaan
1. Bagaimana caranya mengatasi penggunaan insulin pada pasien yang memiliki
sifat pelupa?
2. Bagaimana efek dari ketidakteraturan pemberian insulin serta pemberiannya tidak
sesuai dengan aturan pakainya?
3. Mengapa setelah pemakaian insulin pen, jarumnya ditutup kembali dengan
penutupnya?
5.2 Jawaban
1. Untuk mengatasi penggunaan insulin pada pasien yang memiliki sifat pelupa
dapat dilakukan dengan cara menggunakan tabel pengingat yang dapat diberikan
oleh apoteker kepada pasien, dimana tabel tersebut berisi jadwal penggunaan
insulin pasien yang nantinya dapat mempermudah pasien dalam mengingat
apakah mereka sudah menggunakan insulin atau belum serta mengetahui jadwal
penggunaan insulinnya sehingga pasien dapat menggunakan insulin secara tepat
waktu. Tabel tersebut harus dibawa setiap saat. Cara ini sedikit merepotkan, akan
tetapi dapat mempermudah pasien dan membantu dalam ketepatan waktu pasien
pada saat menggunakan insulin.
2. Efek yang dapat diimbulkan apabila pasien menggunakan insulin secara tidak
teratur serta tidak sesuai dengan aturan pakainya yaitu kemungkinan akan terjadi

12

hipoglikemi, yang nantinya dapat berakibat buruk pada pasien sehingga pasien
bisa pingsan.
3. Jarum pada insulin pen harus ditutup setelah penggunaannya karena jarum
tersebut harus selalu dalam keadaan steril serta untuk keamanan di mana apabila
jarum tersebut dibuang tanpa tutup nantinya dapat membahayakan orang lain
karena jarum tersebut dapat melukai tubuh.
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian informasi
penggunan insulin pen adalah suatu cara edukasi untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh pasien. Konseling yang diberikan harus lengkap dan terperinci sehingga
pasien dapat memahami dengan baik cara penggunaan insulin pen. Kemudian pasien
juga harus dijelaskan tentang pentingnya terapi diabetes mellitus agar pasien
mengetahui maksud serta tujuan penggunaan insulin pen. Dari semua informasi yang
disampaikan, seorang apoteker harus menanamkan pengertian kepada pasien tentang
terapi yang dijalankan, agar pasien menjadi patuh dan taat melaksanakan terapinya.
Pemberian informasi yang disampaikan dalam bentuk komunikasi, alat peraga dan juga
adanya leaflet yang menjelaskan secara lengkap tentang penggunaan insulin pen.

13

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.

2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/2004,

Tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.
Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Diabetes Melitus. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI. 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Goel,

Monica.,

et

al..

2008.

Insulin

Consumer.

Web:

Diakses

dari

www.rlm.gov/medireplus/diabetes.html.
Pribadi, Unggul. 2006. Kupas Tuntas Diabetes. Jakarta: Majalah Harmoni.
WHO. 1999. Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its
Complications. Report of a WHO ConsultationPart 1: Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus. Geneva: Department of Noncommunicable
Disease Surveillance.

14

LAMPIRAN
Leaflet :

15

Anda mungkin juga menyukai