DISUSUN OLEH :
FITRI WIDIYA HADIATI
10612032
2014
BAB I
PENDAHULUAN
dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan flour dari semen
silikat dan kemampuan untuk melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen
polikarboksilat. Semen ionomer kaca ialah bahan restorasi yang paling akhir
berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Sifat utama semen
ionomer kaca adalah kemampuan utama untuk melekat pada email dan dentin
tanpa ada penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat
biokompatibilitas dengan jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan flour yang
berfungsi sebagai antimikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan
sedikit, koefesien ekspansi termal sama dengan struktur gigi (Noort, 2003).
Meskipun semen restorasi digunakan untuk restorasi sementara maupun jangka
panjang, juga diperlukan untuk aplikasi lain misalnya sebelum penempatan
restorasi, pulpa dapat terganggu atau terluka oleh berbagai sebab, misalnya karies
atau preparasi kavitas. Untuk melindungi pulpa terhadap trauma lebih lanjut,
seringkali ditempatkan alas penahan panas di bawah tambalan logam,dan bahanbahan penutup pulpa serta pelapik kavitas pada permaukaan kavitas. Semen
ionomer kaca diindikasikan untuk kavitas kelas III dan kelas V yang tidak terlalu
membutukan estetik yang tinggi (Annusavice, 2004).
Ada dua sifat utama Semen Ionomer Kaca yang menjadikan bahan ini diterima
sebagai salah satu bahan kedokteran gigi yaitu karena kemampuannya melekat
pada enamel dan dentin dank arena kemampuannya dalam melepaskan fluoride.
Salah satu karakteristik dari Semen Ionomer Kaca adalah kemampuannya untuk
berikatan secara kimiawi dengan jaringan mineralisasi melalui mekanisme
pertukaran ion. Mekanisme perlekatan dengan struktur gigi terjadi oleh karena
adanya peristiwa difusi dan absorbs yang dimulai ketika bahan berkontak dengan
jaringan gigi. Beberapa penelitian telah membuktikan sifat antikariogenik Semen
Ionomer Kaca dalam melawan kariogenik. Penelitian yang dilakukan oleh Forss
membuktikan bahwa ternyata tidak hanya fluoride yang dilepas tetapi juga
aluminium, sodium, kalsium dan strontium (Batubara, 2011)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.3 Tujuan
Diharapkan dengan adanya makalah ini mahasiswa IIK Kediri khususnya
Fakultas Kedokteran Gigi dapat memahami tentang Semen Ionomer Kaca dan
diharapkan mampu mengaplikasikannya dengan baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Semen ionomer kaca melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang
cukup lama sehingga dapat menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya
karies sekunder. Kemampuan dalam melepaskan ion fluor terhadap compressive
strength dari bahan restorasi Semen ionomer kaca, mengakibatkan korelasi negatif
antara pelepasan ion fluoride dengan compressive strength. Bahan material yang
memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang lebih tinggi, secara umum mempunyai
kekuatan yang lebih rendah dari material yang memiliki tingkat pelepasan ion
fluoride yang rendah (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate and
polyacrylic acid ). Reaksi yang terbentuk dari Semen ionomer kaca adalah reaksi
antara alumina silikat kaca dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai
liquid. Selain sebagai bahan restorasi, Semen ionomer kaca dapat
digunakansebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior dan
posterior, pelapiskavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada resin komposit,
serta sebagai semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran partikel gelas
Semen ionomer kaca bervariasi, yaitu sekitar 50 m sebagai bahan restorasi dan
sekitar 20 m sebagai bahan luting (Robert, 2002).
aluminium (Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnya karies
sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan
(Anusavice, 2003).
3)
Tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam
restorasi dari groove (Power, 2008).
b. Sifat Mekanis
1)
2)
3)
4)
Frakture toughness : beban yang kuat dapat terjadi fraktur (Power, 2008).
c. Sifat Kimia
semen ionomer kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan
ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari
semen ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya
dengan dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi.
Semen ionomer kaca tahan terhadap suasana asam, oleh karena adanya ikatan
silang diantara rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena adanya
polyanion dengan berat molekul yang tinggi ( Anusavice, 2004).
2.4 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca
2.4.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Bahan Pengisi
a. Semen Ionomer Kaca Konvensional
Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis
dari prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa semen
ionomer kaca modifikasi resin dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan
peningkatan kekuatan perlekatan memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa
penelitian berpendapat bahwa versi capsulated lebih menguntungkan karena
menambah reaksi asam basa antara gugus fungsi asam dengan matrix dan partikel
kaca silicate. Reaksi asam basa yang di induce memungkinkan pelepasan
floridakarena tidak adanya air dalam formulasi, pengadukan semen tidak selfadhesiveseperti semen ionomer kaca konvensional dan hibrid. Sehingga dentinbondingagent yang terpisah di perlukan untuk kompomer yang digunakan sebagai
bahan restorasi (Gladwin, 2009).
Akhir-akhir ini, beberapa bahan dengan 2 komponen, yang terdiri dari
bubuk dan cairan atu yang terdiri dari 2 pasta telah dipasarkan sebagai kompomer
untuk penerapan luting(luting application). Bubuknya memiliki komposisi srontium
aluminum fluorosilicate, metalik oksida, inisitor dengan aktivasi kimia atau cahaya.
Cairanya terdiri dari monomer asam karboksilat atau methacrylate yang bisa
berpolimerisasi, monomer multifungsional acrylate, dan air. Sedangkan yang
berbentuk pasta memilki bahan yang sama disesuaikan dengan bubuk dan
cairan.Karena adanya air di dalam cairan , maka bahan ini bersifat self-adhesive
danreaksi asam basa dimulai pada saat pengadukan (Lippincot, 2007).
Kekuatan ikat dari kompomer terhadap struktur gigi memiliki rentang
yangsama dengan semen ionomer kaca karena penggunaan dentin-bonding agent.
Meskipun kompomer satu pasta terutama di terapkan untuk restorasi pada area
dengan tegangan rendah, data klinis saat ini dibatasi mengingat penggunaan
kompomer untuk restorasi kavitas kelas 3 dan 5 sebagai alternative ionomer kaca
atau komposit resin (Lippincot, 2007).
d. Semen Ionomer Kaca yang diperkuat dengan Metal
Semen glass ionomer kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan
gayamastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan
penggunaan dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan
keramik. Ada 2 metode modifikasi yang telah dilakukan, metode I adalah
mencampur bubuk logam campur amalgam yang berpartikel sferis dengan bubuk
glass ionomer tipe II. Semen ini disebut gabungan logam campur perak. Metode II
adalah mencampur bubuk kaca dengan partikel perak dengan menggunakan
pemenasanyang tinggi. Semen ini disebut sebagai cermet. Mikrograf skening
electron dari bubuk cermet menunjukan partikel-partikel bubuk perak melekat ke
permukaan dari partikel-partikel bubuk semen. Jumlah dari fluoride yang dilepaskan
dari kedua sistem modifikasi logam ini cukup besar. Namun, fluoride yang
dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada yang dilepaskan dari semen
ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian partikel kaca, yang mengandung
fluoride telah dilapisi logam. Pada awalnya semen gabungan melepas lebih banyak
fluoride daripada semen tipe II. Tetapi besarnya pelepasan ini menurun dengan
berjalannya waktu. Karena partikel-partikel logam pengisi tidak terikat pada matriks
semen, sehingga permukaan antar semen menjadi berjalan untuk pertukaran
cairan. Ini sangatmeningkatkan daerah permukaan yang tersedia untuk pelepasan
fluoride (Anusavice, 2004).
Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi antikariesnya, semen-semen dengan modifikasi logam ini telah dianjurkan untuk
penggunaan yang terbatas sebagai alternative dari amalgam atau komposit untuk
restorasi gigi posterior. Meskipun demikian, bahan-bahan ini masihdiklasifikasikan
sebagai bahan yang rapuh. Karena alas an inilah penggunaan bahan tersebut
umumnya terbatas pada restorasi konservatif dan umumnya kelas I (Lippincot,
2007).
Semen-semen ini mengeras dengan cepat sehingga dapat menerima
tindakan penyelesaian dalam waktu yang relative singkat. Bersamaan dengan
potensi adhesi dan daya tahannya terhadap karies, sifat-sifat menjadikan semen
tersebut digunakan untuk membangun badan inti untuk gigi yang akan diperbaiki
dengan mahkota cor penuh. Namun, karena rendahnya kekuatan terhadap fraktur
dan sifatnya yang rapuh, sebaiknya dilakukan pendekatan yang konservatif. Bahan
ini sebaiknya tidak digunakan jika bagian yang akan menggunakan semen adalah
lebih besar 40% dari keseluruhan. Untuk kasus seperti ini sebaiknya digunakan
pasak atau retensi bentuk lainnya (Gladwin, 2009).
2.4.2 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Kegunaannya
a. Type I Luting cements
SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota,
jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara
kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki
translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan tinggi. SIK yang
diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida serta berkurangnya
sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya
kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit
atau onlay (Craig, 2004).
b. Type II Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan,
SIK juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi
servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat
gigi yang terlalu keras (Craig, 2004).
c. Type III Liners and Bases
Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan
komposit sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan
cepat untuk kemudian menjadi reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air
pada matriks SIK dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran mikroskopis yang
nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel (Anusavice, 2009).
d. Type IV Fissure Sealants
Potensi antikariogenik
2)
Translusen
3)
Biokompatibel
4)
5)
6)
Kekurangan :
1)
2)
3)
4)
5)
Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara
tambalan dengan gigi asli (Craig, 2004)
2.6 Indikasi dan kontraindikasi
2)
3)
4)
5)
Restorasi lesi karies kl. III lebih diutamakan yang pembukaannya arah lingual
6)
Kontraindikasi :
1)
2)
3)
4)
Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan faktor
estetika (Craig, 2004).
Outline Form
Resistance Form
Retention Form
Removal of caries
Convinience Form
Cavity toilet
Pada kasus tertentu pada karies, yang mengakibatakn kerusakan hingga mengenai
pulpa, sebaiknya langkah pertama hingga ke lima di letakkan pada langkah ke dua.
Apabila terjadi keadaan seperti ini, sangat penting untuk meletakan base yang
sesuai takaran ke dalam kavitas yang sudah di preparasi preparasi.
1. Outline form
Yaitu garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di permukaan gigi.
Untuk kelas III mengambil jaringan karies yang disertai pembuatan dovetail dengan
cara mengambil sedikit jaringan sehat sekitarnya. Untuk kelas V sendiri mengambil
jaringan karies disertai pengambilan sedikit jaringan sehat biasanya berbentuk
seperti ginjal.
2. Resistance form adalah bentuk dan penempatan dinding kavitas pada kedudukan
yang tepat sehingga rstorasi dan jaringan gigi yang masih sehat dan berfungsi
sebagai tempat penahan dapat bekerja sama dalam menahan tekanan tanpa
menimbulkan fraktur.
3. Retention form adalah bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap
pergeseran atau hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat. Kebutuhan
retensi berhubungan dengan jenis material restorasi yang digunakan, prinsip dari
retention form bermacam-macam tergantung dari bahan material yang digunakan.
Restorasi Glass Ionomer Cement (GIC) melekat di dalam gigi oleh ikatan kimiawi
yang timbul antara material dan gigi yang dikondisikan.
4. Removal of caries merupakan Pembuangan jaringan karies dentin dan debrisdebris pada dinding kavitas . Karies tidak boleh ditinggalkan didalam kavitas. Sebeb
jika terjadi kebocoran bakteri yang tinggal didalam kavitas akan terjadi aktif dan
dapat menimbulkan gejala sakit dan masalah endodontik
5. Finishing of the enamel wall merupakan Suatu tindakan yang dilakukan untuk
membentuk dinding enamel margin yang halus dan rata agar mendapatkan kontak
marginal serta adaptasi tumpatan yang baik. Penghalusan dinding dan dasar
kavitas menggunakan fine finishing bur sampai halus dan rata. Pada kunjungan
berikutnya penghalusan akhir bisa dilakukan dengan menggunakan bur batu putih
(white stone), bur tungsten carbide dan karet abrasif dengan kecepatan rendah.
6. Convenience form dilakukan dengan cara membentuk kavitas sedemikian rupa
untuk mempermudah pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan tumpatan ke
\dalam kavitas. Convenience form dapat diperoleh dengan cara :
7. Toilet of the cavity merupakan tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas
yang bertujuan untuk membersihkan kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan
dengan air hangat, menggunakan cleanser cavity atau aquadest.
ionkalsium yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam
polianionik yang bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada fase
hidrogel ini mobilitas rantai polimer berkurang sehingga menyebabkan
terbentuknya gelasi awal matriks ionomer. Selama fase hidrogel
berlangsung,permukaan SIK harus dilindungi dari lingkungan yang lembab dan
kering karena ion kalsium yang bereaksi dengan rantai poliasam polianionik mudah
larutdalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka ikatan silang ionik yang mudah
laruttersebut akan melemahkan SIK secara keseluruhan dan terjadi penurunan
derajat translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika (Craig, 2004).
Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki bentuk yang keras dan opak.
Opaksitastersebut disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi
antarafiller kaca dan matriks. Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan
akanmenghilang selama reaksi pengerasan akhir terjadi. Fase terakhir adalah gel
poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai pengerasan akhir, dapat berlanjut
selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi mature ketika ion-ion
aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca lebih lambat, terikat ke dalam
campuran semen membantu membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan
semen menjadi lebih kaku (Anusavice, 2009).
Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi,
disebabkan indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca hampir sama
dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya penyebaran cahaya dan
opaksitas. Jika SIK masih terlihat opak, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa
gel poligaram tidak terbentuk disebabkan karena adanya kontaminasi air. SIK yang
telah mengeras secara sempurna terdiri atas tiga komponen, yaitukaca pengisi, gel
silika, dan matriks poliasam (Anusavice, 2009).
Untuk mendapat akses ke dentin yang terkena karies. Jika gigi tetengga masih
ada maka dilakukan dengan bur tungsten carbide atau bur intan dengan kecepatan
tinggi melalui ridge tepi emaildan aspek palatal
Gambar 2.5 Sebuah kelas V rongga di tengah gigi seri atas kanan.
Gambar 2.6 Penyusunan rongga ini diprakarsai oleh scribing alur circumferentially
ke kedalaman lesi membusukkan gigi atau tulang menggunakan GW-1 tetapi
karbida.
Saliva Ejector
Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang
tertumpuk didalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari
diletakkan didasar mulut.
Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak nyaman karena diletakkan terus
menerus didasar mulut, di bawah tekanan negatif yang konstan dapat menarik
jaringan lunak dan menimbulkan lesi jaringan lunak.
Gulungan Kapas atau Cotton Roll Digunakan kedokteran gigi memiliki beberpa
ukuran panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll nomor
2 dengan panjang inchi dan diameter inchi. Cotton roll dapat menyerap saliva
cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek pada rongga mulut.
Biasanya cotton roll harus sering diganti karena akan sering terbashi oleh saliva.
Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan aliran
saliva (Roberson dkk, 2002)
c.
Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber dam.
Lembaran karet inidengangigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada lembaran itu
memberikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigi yang perlu dirawat.
Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk prosedur operatif.
Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator karet dan klem.
Tahap preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3 mm
dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 450Gigi dengan karies
dibersihkan dengan diamond fissure bur atau excavator, kemudin dibuat bevel
seperti di atas.
Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk
kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini tidak
didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin dipertahankan
mengingat sampai saat ini tak satupun warna bahan restorasi yang sama persis
dengan warna gigi. Akses dari palatal memang lebih menyusahkan operator namun
akses dari labial jarang sekali dilakukan karena akan menghasilkan estetika yang
tidak begitu baik. Akses langsung bisa dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada.
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau outlinef
orm.Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan kariesnya yang
mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin yang sebenarnya tidak
terserang karies tetapi kelihatannya sudah lemah harus dihilangkan.
Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau extension for
prevention. Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatanbevel tidak perlu
dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari
kontakdengan gigi tetap pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah
menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk
retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah kecil
atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat di dnding
gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada
restorasi plastiskommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi
mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu dilakukan
pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin karies yang tersisa
sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya adalah pembersihan
kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan aquade ststeril dan
kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari berbagai aspek
sebelum dilakukan penumpatan.
2.
Rasio powder dan liquid yang dianjurkan oleh pabrik. Dilakukan pada paper pad,
Powder & Liquid terpisah. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian, I bagian dicampur
sampai konsistensi milky, sisanya di mixing dan dilakukan wkt total 45-60 detik (tgt
pabrik)
a.
Mixing
dicampur dengan cepat dengan cara melipat. Pengadukan harus selesai dalam
waktu 40 detik.
Konsistensi adonan :
Terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat masih basah & dapat
melekat ke struktur gigi
b.
Adukan semen segera ditempatkan dengan alat plastis filling dan syringe
insulin ke dalam kavitas gigi
c.
untuk mengurangi resiko rusaknya permukaan atau warna restorasi menjadi
agak kurang
d. Prosedur pasca restorasi
Tambalan harus dilapisi lagi dengan bahan pelindung karena tepi semen yang
terbuka akibat baru dirapikan masih peka terhadap lingkungan Oleh karena itu,
restorasi GIC dilindungi dengan lapisan varnish atau resin.
b.
c.
Aseton 14%
d.
Keterangan: Walaupun komposisi, manipulasi, dan rasio bubuk serta cairan pada SIK
telah diperhitungkan dengan cermat, namun bahan tambal SIK ini tetap rentan
terhadap absorpsi dan desikasi terhadap air pada tahap awal setelah dilakukan
pengadukan, sehingga diperlukan aplikasi pelindung SIK yang kedap air seperti
varnis dan bonding agent pada 5 menit pertama setelah manipulasi SIK. Dengan
aplikasi pelindung SIK ini maka penurunan sifat fisik, seperti kekerasan dapat
dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
Baum, 1997. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed. 3. Jakarta : EGC.
Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials Properties
and Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.
Gladwin, Marcia A, Bagby, Michael D. 2009. Clinical Aspects of Dental Materials 3rd
Edition.
Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th
edition. Missouri : Mosby.
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2015 (4)
2014 (2)
November (2)