Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN
Dasar titrasi asam-basa adalah reaksinnetralisasi, yaitu reaksi antara ion H + (H3O)+
dari asam dengan ion OH- dari basa yang akan membentuk air. Sebagai contoh reaksi
antara NaOH dengan HCl:
Asam:

HCl

H+ + Cl

H+ + H2O

H3O+

---------------------------------------------------

Basa:

HCl + H2O

H3O+ + Cl-

NaOH

Na+ + OH-

H3O+ + Cl

NaOH

Na+ + OH-

H3O+ + OH-

Asam + Basa: HCl + H2O

H2O

--------------------------------------------------HCl + NaOH

Na+ + Cl- + H2O

Asidimetri adalah titrasi larutan basa dengan larutan baku asam. Alkalimetri
adalah titrasi larutan asam dengan larutan baku basa.
Indikator asam basa
Indikator asam-basa pada umumnya adalah senyawa organic yang bersifat asam
atau basa lemah dan dalam larutan mengalami ionisasi sebagai berikut:
HIn

H+ + In-

(bentuk asam)

(bentuk basa)

Bila hanya salah satu bentuk-bentuk itu yang berwarna tertentu disebut indicator
satu warna, misalnya timoolftalein (tak berwarna-biru), fenolftalein (tak berwarnamerah), bila kedua bentuk itu mempunyai warna yang berbeda disebut indicator dua
warna, misalnya metal orange (merah-orange), metal merah (merah-kuning) dan banyak
lainnya. Pada titrasi asam basa indicator yang dipilih harus dapat berubah warna tepat
pada saat titik ekivalen tercapai.
Bobot ekivalen
Bobot ekivalen untuk reaksi netralisasi didefinisikan sebagai berikut: satu
ekivalen asam/basa adalah banyaknya asam/basa yang dapat melepaskan satu mol H +
atau OH-.
Misalnya:

1. HCL
H+ + Cl1 ek. HCl = 1 mol
2H+ + 2SO422. H2SO4
1 ek. H2SO4 = mol

3. NaOH
Na+ + OH1 ek. NaOH = 1 mol
II.

III.

TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip reaksi netralisasi
2. Mahasiswa mampu melakukan analisis indicator secara titrasi asidi alkalimetri
TINJAUAN PUSTAKA
Asidi alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi hidrogen yang berasal
dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton
( asam ) dengan penerima proton ( basa ).
H+ + OH- H2O

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawasenyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan asam, sebaliknya alakalimetri
adalah

penetapan

kadar-kadar

senyawa-senyawa

yang

bersifat

asam

dengan

menggunakan larutan basa. Untuk menetapkan titik akhir proses netralisasi ini digunakan
indikator. Menurut W.Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam
bentuk asam atau basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna
yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu kebentuk yang lainnya
pada konsentrasi H+ tertentu dan pH tertentu. Jalannya proses titrasi netralisasi dapat
diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting ialah
perubahan pH pada saat dan disekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat
dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.Larutan asam bila
direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat
basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat
berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat
netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut
dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus
ekuivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekuivalen reaksi. Titik
ekuivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat bereaksi habis dengan jumlah
mol basa. Untuk menentukan titik ekuivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan
indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan
dalam menentukan titik ekuivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil
reaksi.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam
atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asambasa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu
dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi
menyangkut titrasi asam-basa maka disebut titrasi asidi-alkalimetri.Asidi dan alkalimetri
ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam
lemah ( basa bebas ) dengan suatu asam standar ( asidimetri ), dan titrasi asam yang
terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah ( asam bebas ) dengan suatu

basa standar ( alkalimetri ). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk
membentuk air merupakan akibat reaksi reaksi tersebut.
Prinsip Dasar Titrasi
Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam-basa.
Reaksi ini menghasilkan larutan yang pHnya lebih netral. Secara umum metode titrimetri
didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut
aA + tT Produk
dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T, untuk
menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan
( larutan standar ) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat ekuivalen mol titran sama
dengan mol analitnya begitu pula mol ekuivalennya juga berlaku sama, dengan demikian
secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan kedua. Asam lemah dan basa
lemah ini umunya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang
mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang
ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga
indikator tidak mempengaruhi pH larutan, dengan demikian jumlah titran yang
diperlukan untuk terjadi perubahan warna seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga
tetes larutan indikator 0,1 % (b/v) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes (0,1 mL)
indikator ( 0,1 % dengan berat formula 100) adalah sama dengan 0,01 ml larutan titran
dengan konsentrasi 0,1 M.
Indikator asam-basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak
terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolpthalein
(pp) seperti diatas dalam keadaan tidak terionisasi ( dalam larutan asam ) tidak akan
berwarna dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi (dalam larutan
basa).
Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda-beda dan akibatnya
mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. Fenolphtalein tergolong asam

yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak
berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan
memberikan warna terang karena anionya.
Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic dimana didalam suatu
larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna
kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan
mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari
ion-ionnya.
Mengingat kembali bahwa perhitungan kualitas zat dalam titrasi didasarkan pada
jumlah zat pereaksi yang tepat saling menghabiskan dengan zat tersebut. Sehingga
berlaku : jumlah ekivalen analat = jumlah ekivalen pereaksi atau ( V x N ) analat = ( V x
N ) pereaksi. Maka jumlah pereaksi harus diketahui dengan teliti sekali, sebagai berat
gram ataupun sebagai larutan dengan konsentrasi dan volume. Larutan yang diketahui
dengan tepat konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi diusebut larutan standar/larutan
baku, seperti dijelaskan diatas.
Telah dikemukakan, bahwa larutan NaOH dipakai untuk titrasi asam, tetapi NaOH
tidak dapat diperoleh dalam keadaan sangat murni. Oleh karena itu, konsentrasi tepatnya
tidak dapat dihitung dari beratnya NaOH yang ditimbang dan volume larutan yang dibuat
walaupun kedua-duanya dilakukan secara cermat. Larutan NaOH ini harus distandarisasi
atau dibakukan terlebih dahulu yakni ditentukan konsentrasinya yang setepatnya atau
sebenarnya. Cara ini mudah untuk standarisasi atau pembakuan ialah dengan cara titrasi,
misalnya larutan NaOH itu dipakai sebagai titran untuk menitrasi suatu larutan standar.
IV.

METODELOGI
4.1
Bahan-bahan
Larutan baku Asam Oksalat
Larutan NaOH
Indikator Fenolftalein
Cuka jenis Diksi
Akuades
Kertas putih

4.2

4.3

Tissue
Alat-alat
Buret/Biuret
Pipet Volume
Gelas Beker
Enlemeyer
Corong
Bola hisap
Cara Kerja
a. Pembakuan larutan NaOH
1. Pipet 10 ml larutan baku asam oksalat dengan pipet volume yang
kering dan bersih, kemudian dimasukkan larutan ke dalam indicator
2. Ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein
3. Titrasi larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tak
berwarna menjadi merah muda
4. Dicatat volume NaOH yang digunakan
5. Ulangi pekerjaan sekali lagi
6. Dihitung normalitas rata-rata NaOH sampai empat angka di belakang
koma.
b. Menentukan kadar sampel
1. Pipet 10 ml larutan cuka jenis diksi dengan pipet volume yang kering
dan bersih, kemudian dimasukkan larutan ke dalam Enlemeyer
2. Ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein
3. Titrasi larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tak
berwarna menjadi merah muda
4. Dicatat volume NaOH yang digunakan
5. Ulangi pekerjaan sekali lagi
6. Dihitung kadar rata-rata sampel sampai dua angka di belakang koma
dalam satuan gram/100 ml (% b/v)

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1
Hasil
1. Data penentuan normalitas larutan baku sekunder NaOH
Percobaan

Volume H2C2O4.2H2O

Volume NaOH

10 mL

10,3 mL

II

10 mL

10,1 mL

2. Data penentuan kadar sampel (asam asetat)

5.2

Percobaan

Volume CH3COOH

Volume NaOH

10 mL

17 mL

II

10 mL

17,1 mL

Pembahasan
a. Menentukan Normalitas
Normalitas Percobaan I :
V1 N1 = V2 N2
10ml x 0,1 N = 10,3ml x N2
N2 =

1
10,3

N2 = 0,097N

Normalitas Percobaan II :
V1 N1 = V2 N2
10ml x 0,1 N = 10,1ml x N2
1
N2 = 10,1
N2 = 0,099N

Rata-rata Normalitas Percobaan I & II :


0,097 N +0,99 N
N ratarata=
2
N ratarata=0,098 N

b. Menentukan Kadar Sampel


Percobaan I :

%Sampel=FP

1
Volume NaOH N NaOH BM Cuka

100
Valensi Cuka Volume Cuka
1000

1 17 ml 0,098 N 60
%Sampel=25

100
1 10 ml
1000
%Sampel = 25 1,7 0,00588 100%
%Sampel = 0,2499 100%
%Sampel = 24,99 %

%Sampel=FP

Percobaan II :

1
Volume NaOH N NaOH BM Cuka

100
Valensi Cuka Volume Cuka
1000

1 17,1 ml 0,098 N 60
%Sampel=25

100
1 10 ml
1000
%Sampel = 25 1,71 0,00588 100%
%Sampel = 0,25137 100%
%Sampel = 25,137 %

Sampel ratarata=

Rata-rata %Sampel:

24,99 + 25,137
2

Sampel ratarata=25,06
Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Reaksi dasar dalam
titrasi asam-basa adalah netralisasi atau penetralan, yaitu reaksi asam dan basa,
yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti berikut :

H+ + OH- H2O
Pada praktikum kali ini, praktikan membuat larutan standar dan
menentukan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan. Titik akhir titrasi ialah
titik dimana setelah penambahan setetes demi setetes larutan ke larutan lain, tepat
berubah warna ketika diaduk/digoyang-goyangkan.
NaOH merupakan larutan baku sekunder sehingga peru distandarisasi
dengan asam oksalat dihidrat yang merupakan larutan baku primer. Ini
dikarenakan NaOH bersifat higroskopis dan tidak stabil. Syarat senyawa dapat
dijadikan standar primer : kemurnian 100%, bersifat stabil pada suhu kamar dan
suhu pemanasan karena biasanya standar primer dipanaskan dahuu sebelum
ditimbang, tersedia di mana-mana, memiliki berat molekul (Mr) yang tinggi, hal
ini untuk menghindari kesalahan relative pada saat menimbang.
Perlu diperhatikan, saat meneteskan PP, larutan yang telah diteteskan
harus segera dititrasikan, karena jika terlalu lama didiamkan, maka larutan itu
akan terkontaminasi dengan udara, warna yang semula oink ketika dteteskan PP
akan menjadi pudar. Asam oksalat dihidrat dan asam asetat dalam cuka
perdagangan perlu diencerkan dahulu agar titrannya tidak terlalu banyak dan tidak
terlalu pekat.
Reaksi dalam pembuatan larutan standar :
H2C2O4.2H2O(S) + 2NaOH(aq)

Na2C2O4 (aq) + 4H2O(l)

Reaksi dalam penentuan kadar asam cuka :


CH3COOH (aq) + NaOH(aq)

NaCH3COOH (aq) + H2O(l)

Percobaan 1 merupakan asidimetri, menggunakan larutan baku asam


untuk menentukan jumlah basa yang ada. Percobaan 2 merupakan alkalimetri,
menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada.
Bila kita mengukur berapa ml larutan asam bertitar tertentu yang
diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang kadar atau titernya belum
diketahui, maka pekerjaan itu disebut asidimetri. Peniteran sebaliknya, asam
dengan basa yang titernya diketahui disebut alkalimetri.
Dalam titrasi sampel direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga jumlah
kedua zat tersebut ekivalen. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk padat, maka

beratnya harus diketahui dengan tepat. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk
larutan, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat. Larutan
yang diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan standar. Larutan
standar dibagi menjadi dua yaitu, larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang kadarnya dapat diketahui
secara langsung dari hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O7 dan Na2B4O7.
Syarat-syarat larutan standar primer adalah :
1. Sangat murni atau mudah dimurnikan
2. Stabil dalam keadaan biasa, setidak-tidaknya selama ditimbang
3. Sedapat mungkin mempunyai berat ekivalen tinggi untuk mengurangi
kesalahan penimbangan
4. Dalam titrasi akan bereaksi menurut syarat-syarat reaksi titrasi
5. Mempunyai rumus molekul yang pasti
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya ditentukan
dengan cara pembakuan. Contohnya NaOH dan HCl.
Pelaksanaan penentuan kadar zat dengan jalan titrasi yaitu, larutan peniter
diteteskan sedikit demi sedikit kedalam larutan contoh sampai tercapai titik akhir
titrasi yaitu, titik dimana indikator tepat berubah warna. Hendaknya diusahakan
agar titik akhir ini sedekat mungkin pada titik ekivalen yaitu, titik dimana titran
dan titrat tepat saling menghabiskan, tidak ada kelebihan yang satu maupun yang
lain.
Dalam penentuan titik akhir titrasi digunakan indikator yaitu, senyawaan
yang digunakan sebagai penunjuk visiual pada saat tercapainya titik setara titrasi
antara dua larutan tertentu. Dalam asidi-alkalimetri indikator yang digunakan
adalah indikator pH yaitu zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Sebenarnya telah terjadi reaksi antara indikator dan asam

atau basa yang bersangkutan. Beberapa penunjuk yang biasa digunakan untuk
titrasi asam-basa:

Penunjuk
Sindur Metil
( SM )
Merah Metil ( MM )
Lakmus
(L)
Merah netral ( MN )
Phenolphthalein ( PP )
Thymolphthalein ( TP )

Warna Larutan
Asam
Merah
Merah
Merah
Merah
Tak berwarna
Tak berwarna

Basa
Sindur
Kuning
Biru
Kuning
Merah lembayung
Biru

Trayek pH
3,1 - 4,4
4,2 - 6,2
5,0 - 8,0
6,8 - 8,0
8,2 - 10,0
9,3 - 10,5

Pada percobaan titrasi antara NaOH dan CH 3COOH yaitu titrasi asam
lemah dengan basa kuat digunakan indikator PP. Dikarenakan trayek pH indikator
PP mencakup pH titik ekivalen antara asam lemah dengan basa kuat. Jadi ketika
indikator tepat berubah warna atau titik akhir titrasi telah tercapai, ini berarti
jumlah titrat telah ekivalen dengan jumlah titran. Oleh karena itu, indikator PP
sangat tepat digunakan untuk penunjuk titrasi asam lemah dengan basa kuat.
Pada peniteran asidimetri pada percobaan yang dilakukan adalah
penetapan kenormalan NaOH dengan menggunakan asam oksalat sebagai larutan
standar primer yang berfungsi sebagai titran. Indikator yang digunakan adalah
indikator PP. Indikator PP ditambahkan 2 tetes pada larutan NaOH 10 ml,
menyebabkab warna larutan NaOH berwarna merah lembayung. Perubahan warna
menjadi merah lembayung dikarenakan indikator bereaksi dengan basa (NaOH).
Setelah ditambah indikator, lalu titrat dititrasi dengan titran hingga mencapai titik
akhir ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi tidak berwarna. Hal ini
dikarenakan penambahan [H+] sehingga [OH-] berkurang dan keseimbangan
bergeser ke kiri, perubahan ini menjadi HIn hingga titik akhir warna tidak terlihat.
Pengerjaan titrasi dilakukan secara duplo untuk lebih meyakinkan bahwa titik
akhir sudah tercapai dan hasil dari dua kali titrasi hendaknya jangan berbeda lebih
dari 0,05 ml. Setelah didapat titik akhir pada volume asam oksalat 10 ml dan 10
ml, maka dapat dihitung kenormalan NaOH standar yang dapat digunakan untuk

menetapkan kadar asam yang akan ditetapkan kadarnya. Dari perhitungan


didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,0098 N.
Pada peniteran alkalimetri pada percobaan ini yang akan ditetapkan
kadarnya adalah asam cuka perdagangan. Sebanyak 10 ml asam cuka diencerkan
didalam labu ukur hingga 100 ml. Dari 100 ml larutan asam cuka yang telah
diencerkan dipipet 10 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator PP. Larutan asam
cuka yang ditambahkan indikator PP tidak mengalami perubahan warna. Lalu
asam cuka dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi. Pada saat titik
akhir telah tercapai warna larutan berubah menjadi merah lembayung dikarenakan
penambahan [OH-], menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke
kanan, perubahan HIn menjadi In-. Sehingga warna larutan berubah menjadi
merah lembayung yang disebut warna basa indikator. Setelah didapat titik akhir
pada volume NaOH 17 ml dan 17,1 ml, maka dapat dihitung kadar CH3COOH
perdagangan. Dari perhitungan didapatkan kadar rata-rata CH 3COOH sebesar
25,06 % (di wadah cuka tertulis 25%).
Pada saat melakukan titrasi banyak kemungkinan faktor kesalahan yang terjadi
diantaranya :

Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus


bersih dan kering agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa

yang tertinggal pada alat-alat yang digunakan.


Kelebihan titran sehingga volume titik akhir melebihi yang

seharusnya.
Kesalahan praktikan pada pembacaan miniskus buret.
Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indicator
Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan NaOH, seperti pada saat

penimbangan.
Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi

Dalam kehidupan sehari-hari asidi alkalimetri memiliki peranan penting.


Misalnya dalam bidang kesehatan basa (Mg(OH) 2) digunakan sebagai antasida
untuk menetralkan asam lambung (HCl). Dalam bidang farmasi asidi alkalimetri
digunakan untuk menentukan gugus obat sulfat.

No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Nama
Asam pikurat
Biru Timol
2,6-Dintrofenol
Kuning metil
Jingga metil
Hijau bromkresol
Merah metil
Lakmus
Purpus bromkresol
Biru bromtimol
Merah fenol
p- - Naftolflatein
Purpus kresol
Fenolftalein
Timolftalein
Kuning alizarin R
1,3,5- Trinitrobenzen

Warna
Asam
tidak berwarna
merah
tidak berwarna
merah
merah
kuning
merah
merah
kuning
kuning
kuning
kuning
kuning
tidak berwarna
tidak berwarna
kuning
tidak berwarna

Basa
kuning
kuning
kuning
kuning
jingga
biru
kuning
biru
purpur
biru
merah
biru
biru
merah
biru
violet
jingga

Trayek pH
0,1 - 0,8
1,2 - 2,8
2,0 - 4,0
2,9 - 4,0
3,1 - 4,4
3,8 - 5,4
4,2 - 6,3
4,5 - 8,3
5,2 - 6,8
6,0 - 7,6
6,4 - 8,0
7,0 - 9,0
7,4 - 9,6
8,2 - 10,0
9,3 - 10,5
10,1 - 12,0
12,0 - 14,0

Pada peniteran asam dan basa, setiap basa yang diteteskan bereaksi
dengan asam dan peniteran dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan
jumlah mol OH-. Pada saat ini larutan bersifat netral, atau [H+] = [OH-] = 107.
Pada peniteran asam lemah-basa kuat. pH nya pada titik ekivalen > 7
karena kebasaan konjugat asam lemah CH3COO-. Indikator yang tepat untuk titik
akhir titrasi ini salah satunya adalah fenolftalein yang memiliki trayek pH 8,2
10,00.

VI.

KESIMPULAN
1. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk mentitrasi larutan oksalat pada dua kali
pengulangan percobaan adalah 10,3 ml dan 10,1 ml yang menghasilkan rata-rata
Normalitas dengan menggunakan rumus titrasi adalah 0,098 N.
2. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk mentitrasi larutan asam asetat pada dua kali
pengulangan percobaan adalah 17 ml dan 17,1 ml yang menghasilkan rata-rata persen
sampel dengan menggunakan rumus % sampel adalah 25,06%.
3. Warna merah muda adalah warna yang muncul sebagai penanda bahwa larutan
oksalat dan larutan asam asetat telah mencapai titik ekuivalen.

DAFTAR PUSTAKA
Harjadi,W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia : Jakarta
Keenan,W. Kleinfelter. 1980. Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia : Jakarta
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas Press :
Jogjakarta
Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT. Kalman
Media Pustaka : Jakarta

LAMPIRAN
Gambar 1.
Biuret

Gambar 2.
Proses Titrasi

Gambar 3.
Larutan Asam Oksalat (sebelum titrasi)

Gambar 4.
Larutan Asam Oksalat (setelah titrasi)

Gambar 5.
Larutan Asam Cuka (sebelum titrasi)

Gambar 6.
Larutan Asam Cuka (setelah titrasi)

Anda mungkin juga menyukai