Anda di halaman 1dari 4

1.

1 Pendahuluan
Emulsi adalah sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan
dalam sistem dispersi dimana fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan
merata dalam fase cairan lainnya, umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi
(emulgator). Fase cairan terdispersi disebut fase dalam, sedangkan fase cairan
pembawanya disebut fase luar (Anonim, 1978).
1.1.1 Jenis Emulsi
Berdasarkan jenisnya, emulsi dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Emulsi jenis m/a
Emulsi yang terbentuk jika fase dalam berupa minyak dan fase luarnya air,
disebut emulsi minyak dalam air (m/a).
2. Emulsi jenis a/m
Emulsi yang terbentuk jika fase dalamnya air dan fase luar berupa minyak,
disebut emulsi air dalam minyak (a/m) (Anonim, 1978).
Menentukan jenis emulsi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Metode konduktivitas listrik
Aliran listrik dihantarkan oleh emulsi m/a karena adanya zat-zat ionik
dalam air.
2. Metode fluoresensi
Minyak dapat berfluoresensi di bawah sinar UV, emulsi m/a menunjukkan
pola titik-titik, sedangkan emulsi a/m berfluoresensi seluruhnya (Lachman
et al., 1994).
3. Metode pewarnaan
Jenis emulsi ditentukan dengan penambahan zat warna tertentu, dilihat di
bawah mikroskop. Misalnya, bila emulsi ditambah larutan sudan III (larut
dalam minyak) terjadi warna merah maka jenis emulsi adalah a/m,
sedangkan bila ditambah larutan metilen blue (larut dalam air) terjadi
warna biru maka tipe emulsi adalah m/a.
4. Metode pengenceran fase
Bila ditetesi dengan air emulsi segera dapat diencerkan, maka jenis emulsi
adalah emulsi m/a, sedangkan bila tidak, jenis emulsi adalah emulsi a/m.
Hal ini dapat juga dilihat di bawah mikroskop (Anief, 1999).

Pemberian lemak-lemak atau minyak-minyak secara peroral, baik sebagai


obat yang diberikan tersendiri atau sebagai pembawa untuk obat-obat yang larut
dalam minyak dapat diformulasikan sebagai emulsi minyak dalam air (m/a).
Emulsi untuk pemberian intravena dapat dalam bentuk m/a, sedangkan
untuk pemberian intramuskular dapat diformulasikan dalam bentuk a/m jika obat
yang larut air dibutuhkan untuk depot terapi. Untuk penggunaan luar dapat
digunakan tipe m/a atau a/m (Aulton, 1988).
Tujuan emulsi adalah untuk membuat suatu sediaan yang stabil dan rata
dari dua cairan yang tidak dapat bercampur, untuk pemberian obat yang
mempunyai rasa lebih enak, serta memudahkan absorpsi obat (Ansel, 1989).

1.2 TUJUAN
Praktikum ini di laksanakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh emulgator terhadap kestabilan emulsi.
1.3 Bahan dan Alat

Bahan :
- Minyak kelapa
- Gliserol
- Natrium karbonat 0,5% (sebagai pereaksi)
- Larutan albumin encer (sebagai pereaksi)
Alat :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes

1.4 Cara kerja


Dimasukkan air masing-masing 2ml ke dalam tabung reaksi yang bersih,
kemudian ditambahkan 2 tetes bahan percobaan, dikocok kuat-kuat (1-2 menit),
didiamkan sebentar, diamati apa yang terlihat. Selanjutnya pada tabung pertama
ditambahkan 2ml larutan albumin encer dan pada tabung yang lain ditambahkan
1ml larutan Natrium karbonat 0,5% dan dikocok lagi. Diperhatikan pengaruh
albumin dan Natrium karbonat terhadap kestabilan emulsi.
1.5 Hasil dan Pembahasan

1.5.1 Hasil
No
1

Bahan
Air+Minyak kelapa

Hasil
Tidak tercampur

Emulgator
Larutan

Hasil Emulsi
Emulsi tidak
stabil
Emulsi

tidak
tidak

Air+Minyak kelapa

Tidak tercampur

albumin encer
Natrium

Air+Gliserol

Tidak tercampur

karbonat 0,5% stabil


Larutan
Emulsi

Air+Gliserol

Tidak tercampur

albumin encer
Natrium

stabil
Emulsi stabil

karbonat 0,5%

1.5.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kita menguji bagaimana pencampuran air dengan
minyak/kelapa serta mengetahui bagaimana pencampuran kedua fase berbeda itu
jika ditambahkan emulgator sebagai pembentuk emulsi. Hasil yang didapat dalam
perobaan kali ini yaitu yang pertama pencampuran air dengan minyak hasilnya
kedua fase tersebut tidak dapat menyatu atau tercampur menjadi satu melainkan
memisahkan diri satu sama lain. Hal yang sama juga terjadi pada pencampuran air
dengn gliserol yaitu keduany memisahka diri satu dengan lainnya dan tidak dapat
tercampur atau menyatu. Setelah dilakukan langkah pertama pencampuran antara
minyak/lipid dengan air yang menghasilkan hasil yang sama yaitu tidak dapat
tercampur tersebut, kami melakukan penambahan emulgator/pereksi kedalam 2
jenis bahan percobaan yaitu minyak kelapa dan gliserol. Pereaksi yang pertama
pada campuran air dengan minyak kelapa yang ditambahkan adalah larutan
albumin encer dan yang kedua natrium karbonat yang menghasilkan emulsi yang
sama yaitu emulsi yang tidak stabil, keduanya hanya tercampur dalam beberapa
saat namun setelah itu memisah dengan sendirinya hal ini menunjukkan bahwa
larutan albumin dan natrium karbonat tidak mempengaruhi emulsi antara air
dengan minyak.
Pada campuran air dan gliserol juga dilakukan langkah kedua yaitu dengan
penambahan pereaksi/emulgator dengan pereaksi yang pertama pada campuran air

dengan minyak kelapa yang ditambahkan adalah larutan albumin encer dan yang
kedua natrium karbonat yang menghasilkan emulsi yang berbeda yaitu pada
campuran air+gliserol+larutan albumin encer tetap menghasilkan emulsi yang
tidak stabil dan hasil berbeda diperoleh pada penambahan pereaksi natrium
karbonat yang menghasilkan campuran emulsi yang stabil.

1.6 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukannya percobaan ini
yatitu minyak kelapa dan air tidak dapat tercampur sempurna dan tidak dapat
membentuk emulsi yang stabil sebelum atau sesudah ditambahkan larutan
albumin dan natrium karbonat sebagai pereaksi atau emulgator. Sedangkan
gliserol dapat tercampur dengan bantuan pereaksi natrium karbonat dan tidak
dapat tercampur dengan air walaupun sudah ditambahkan pereaksi larutan
albumin dalam camuran air dan gliserol.
DAFTAR PUSTAKA
Febrina, Ellin.dkk. 2007.FORMULASI SEDIAAN EMULSI BUAH MERAH
(PANDANUS CONOIDEUS LAM.)
SEBAGAI PRODUK ANTIOKSIDAN ALAMI. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/10/formulasi_sediaan_emulsi_buah_merah.pdf

Anda mungkin juga menyukai