BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Energi
Menurut Kadir (1945) dalam Manalu (2010: 1) energi adalah
kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Ringkasnya energi adalah kapasitas
atau kemampuan melaksanakan kerja. Berdasarkan pengertian di atas energi
merupakan sumber daya yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai
proses kegiatan. Yang termasuk energi bisa berupa bahan bakar, listrik, energi
mekanik serta panas. Sedangkan sumber energi merupakan sebagian dari
sumber daya alam yang meliputi minyak dan gas bumi, batu bara, air, panas
bumi, gambut, biomassa dan sebagainya, baik secara langsung atau tidak
langsung dapat dimanfaatkan sebagai energi.
Sumber energi dari bumi dapat dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu
energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak terbarukan (nonrenewable). Energi tidak terbarukan (non-renewable) merupakan suatu energi
yang tidak dapat diperbaharui kembali jika ketersedianya telah habis. Contoh
seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam. Sedangkan energi yang
terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi
yang secara alamiah. Energi ini tersedia cukup melimpah dan tidak akan
pernah habis serta dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik dan benar.
Mengingat sebagian besar sumber energi utama yang digunakan rakyat
Indonesia berasal dari bahan bakar fosil yang berupa minyak bumi yang terus
menipis ketersedianya, tentu hal ini merupakan salah satu masalah krusial
yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Oleh karena itu, pemerintah
10
3. Industri dan Perkotaan: sisa hasil produk olahan yang tak terpakai,
endapan kotoran, limbah makanan, limbah kertas, dan guntingan kain.
4. Biologi: kotoran binatang, limbah biologi, dan sebagainya.
Berikut ini merupakan tabel sifat biomassa yang umumnya terdapat pada
biomassa.
Tabel 2.1 Sifat Biomassa
No
Sifat
Biomassa
Kadar volatile
Rendah
Kadar Abu
Nilai Kalor
Sumber: Jamilatun (2011)
Pada umumnya semua biomassa memiliki sifat yang berada pada tabel di
atas, namun untuk mendapatkan biomassa dengan kualitas yang baik maka harus
memperhatikan sifat-sifat seperti kadar abu yang harus seminimal mungkin.
Biomassa dengan kualitas yang bagus adalah biomassa dengan kadar karbon
terikat yang tinggi.
11
matter) yang terkandung pada biomassa. Hasil atau produk pada proses
pirolisis ini biasanya dalam bentuk cair, gas dan juga padat. Produk
pirolisis yang padat ini berupa arang yang kemudian disebut juga dengan
karbonisasi.
2. Teknologi konversi termal biomassa proses pembakaran langsung
Merupakan suatu proses yang dilakukan secara langsung pada
suatu pembakaran. Cara ini sangatlah mudah dibandingkan dengan proses
yang lainnya. Cara pengarangan seperti ini sangatlah lazim ditemui
dikalangan masyarakat. Hampir setiap daerah di pedesaan menggunakan
cara seperti ini untuk bahan bakarnya sehari-hari. Sedangkan didunia
industri pembakaran seperti ini digunakan untuk produksi listrik seperti di
pabrik kelapa sawit dan gula yang memanfaatkan limbahnya sebagai
bahan bakar alternatif.
3. Teknologi konversi termal biomassa gasifikasi
Teknologi konversi termal biomassa
menggunakan
proses
tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan
bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya).
12
13
tersebut juga melimpah. Berikut ini akan disajikan informasi beberapa limbah
pada tanaman jagaung jagung.
1. Jenis-Jenis Limbah Tanaman Jagung
Tebon jagung adalah seluruh tanaman jagung termasuk batang,
daun dan buah jagung muda yang umumnya dipanen pada umur tanaman
45- 65 hari (Soeharsono dan Sudaryanto, 2006) dalam Umiyasih dan
Wina (2008). Kebanyakan para petani dan masyarakat memanfaatkan
limbah tanaman jagung ini sebagai pakan ternak. Tebon jagung yang
digunakan dalam pakan ternak ini adalah tebon jagung yang masih
berwarna hijau atau masih muda. Sedangkan tebon jagung yang sudah tua
kebanyakan oleh para petani dan masyarakat hanya dibakar atau dibiarkan
sampai membusuk.
Jerami jagung/brangkasan adalah bagian batang dan daun jagung
yang telah dibiarkan mengering di ladang dan dipanen ketika tongkol
jagung dipetik. Jerami jagung seperti ini banyak diperoleh waktu panen
sudah selesai atau pascapanen. Kebanyakan jerami jagung yang dibiarkan
sampai mengering ini tidak dimanfaat kembali oleh para petani dan
masyarakat.
Kulit buah jagung/klobot jagung adalah kulit luar buah jagung
yang biasanya dibuang. Kemudian tongkol jagung/janggel adalah limbah
yang diperoleh ketika biji jagung dirontokkan dari buahnya. Maka
diperoleh jagung pipilan sebagai produk utamanya dan sisa buah yang
disebut tongkol atau janggel (Rohaeniet al.,2006) dalam Umiyasih dan
Wina (2008).
2. Kandungan limbah batang jagung
14
15
16
tempat
17
Karakteristik
Standart Mutu
Jepang
Inggris
Amerika
SNI
68
34
57
8 10
16
10
Kerapatan (g/cm)
1,0 1,2
0,46 0,84
1,0 1,2
0,5 0,6
60
12,7
62
50
5870
4000 6500
5600
4
5
Kuat Tekan
(Kg/cm)
18
19
bahan organik. Tetes tebu berwujud cairan kental dan berwarna coklat
tua yang diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula. Molase atau tetes
tebu ini masih mengandung sukrosa yang tinggi berkisar antara 4855%. Penambahan sukrosa yang tinggi ini berfungsi sebagai sumber
karbon. Salah satu karakteristik pembakaran pada bahan bakar padat
adalah kandungan karbonya. Sehingga Molase atau tetes tebu dengan
yang masih mengandung sukrosa didalamnya ini sangat berpotensi
untuk digunakan sebagai bahan perekat dalam pembuatan biobriket.
Pada penelitian ini juga menggunakan perekat dari tetes tebu, sehingga
berdasarkan teori diatas maka akan menghasilkan biobriket dengan
kualitas yang baik apabila menggunakan tetes tebu sebagai perekat
biobriket.
Perekat tetes tebu ini selain bertujuan untuk mengurangi kadar
air yang ada juga berfungsi untuk membentuk struktur yang padat atau
mengikat dua substrat yang akan direkatkan. Susunan dalam briket
dapat lebih baik, teratur, dan padat dengan adanya bahan perekat,
sehingga dalam proses pengempaan keteguhan tekan dan briket arang
akan semakin lebih baik. Tetes tebu juga mempunyai zat terbang
(volatile matter) yang lebih tinggi dari pati sehingga memungkinkan
biobriket mudah terbakar dan menyala. (Ismayana A. dan Moh. Rizal
A, 2011).
Penelitian ini, menggunakan bahan perekat yang berasal dari
tetes tebu (molase) yang dapat menghasilkan nilai kekuatan tekan yang
20
lebih tinggi pada briket dari pada dengan menggunakan perekat dari
pati sehingga dapat meningkatkan nilai kalor yang ada didalam briket.
G. Pembuatan Biobriket
Ada lima tahapan pembuatan biobriket dari limbah batang jagung dan
menggunakan tetes tebu sebagai perekatnya yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan
Langkah pertama ialah melakukan persiapan bahan baku. Bahan
baku pembuatan biobriket yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu
batang jagung. Bahan baku harus dikeringkan terlebih dahulu. Proses
pengeringan bahan baku dapat dilakukan secara langsung dibawah terik
matahari.
Menurut Yudanto (2005), pada pembuatan briket dari serbuk
gergaji, meyebutkan bahwa dalam penggunaan serbuk gergaji berwarna
coklat dan mempunyai kadar air 0,1% yang dikeringkan dibawah sinar
matahari, jika bahan baku yang sudah kering, maka dapat langsung
dilakukan proses pengarangan.
Dari keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahan baku
yang masih basah atau memiliki kandungan air maka bahan baku perlu
dilakukan pengeringan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar air yang
terdapat dalam bahan baku tersebut.
2. Pengarangan (Karbonisasi)
Proses pembakaran dikatakan
sempurna
jika
hasil
akhir
21
22
telah dibakar. Akibat dari pembakaran ini udara yang berasal disekitar
bara api yang dihasilkan akan menjadi panas dan terjadinya pemuaian
ke seluruh ruangan pembakaran. Panas yang ditimbulkan akan
dihembuskan oleh sebuah kipas atau blower yang bertekanan tinggi ke
dalam seluruh ruangan. Bahan baku yang ada dalam ruangan akan
mendapatkan panas dan kemudian akan menjadi arang.
d. Pengarangan Tertutup (di dalam drum)
Metode pengarangan tertutup dilakukan di dalam ruangan
tertutup atau dalam hal ini di dalam drum. Metode ini dilakukan dalam
ruangan tertutup sehingga kadar oksigenya akan dibatasi. Dengan
membatasi kadar oksigen yang ada, maka akan didapatkan arang dan
meminimalisir kadar abu yang mungkin terjadi. Model pengarangan
dengan melubangi sebagian drum untuk tempat memasukkan bahan
baku kemudian ditutup kembali, hal ini menjadikan
proses
pirolisa,
23
3. Penghalusan Arang
Tahap penghalusan arang merupakan tahapan menjadikan bahan
baku yang sudah diarangkan menjadi halus atau menjadi partikel-partikel
kecil. Penghalusan arang ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat atau
mesin
penggiling/penghalus
yang
dilengkapi
ayakan.
Mesin
menggunakan
mesin
penggilingan
tepung,
dan
juga
bisa
24
25
Nilai kalor dapat meningkat dengan adanya kandungan karbon yang tinggi
pada bahan. Pengujian terhadap nilai kalor bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana nilai panas pembakaran yang dihasilkan oleh briket.
Pengujian nilai kalor dapat dilakukan dengan menggunakan alat kalori
meter bom atau Oxygen Bomb Calorimeter yaitu suatu alat yang
digunakan untuk menentukan panas yang dibebaskan oleh suatu bahan
bakar dan oksigen pada volume tetap. Penentuan nilai kalor dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Q = m. c. T
Keterangan :
Q
m
c
T
2. Kadar Air
Kadar air briket adalah perbandingan berat air yang terkandung
dalam briket dengan berat kering briket tersebut setelah dioven. Peralatan
yang digunakan dalam pengujian ini antara lain oven, cawan kedap udara,
timbangan dan desikator (Kardianto, 2009).
Sumangat dan Broto (2009:21) menyebutkan bahwa kadar air
briket diharapkan serendah mungkin agar nilai kalornya tinggi dan mudah
26
KA =
x 100 %
Keterangan :
KA = Kadar Air (%)
X1 = Berat contoh mula-mula (gram)
X2 = Berat contoh setelah dikeringkan pada suhu 104 0C - 110 0C (gram)
3. Kadar Abu
Abu merupakan bagian yang tersisa dari proses pembakaran yang
sudah tidak memiliki unsur karbon lagi. Unsur utama abu adalah silika dan
pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin
tinggi kadar abu maka semakin rendah kualitas briket karena kandungan
abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor briket (Sumangat dan Broto,
2009:22).
Kadar abu yang tinggi pada bahan (biomassa) akan memiliki
dampak negatif pada proses pembakaran. Kadar abu akan dapat
27
Kadar Abu =
x 100 %
Keterangan :
Kb = Kadar Abu (%)
4. Kuat Tekan
Kuat tekan merupakan suatu kemampuan biobriket untuk menahan
gaya tekan yang diberikan yang dapat mengakibatkan biobriket tersebut
pecah dan hancur.
Menurut Hendra dan Darmawan (2000), semakin besar nilai kuat
tekan berarti daya tahan atau kekompakan biobriket semakin baik. Kondisi
tersebut sangat menguntungkan di dalam pengemasan maupun distribusi
atau pengangkutan dari biobriket tersebut. Menurut Wijayanti (2009:29)
kuat tekan atau keteguhan tekan biobriket dapat dihitung dengan
persamaan:
Kt =
Keterangan :
Kt = Keteguhan tekan/kuat tekan (kg/cm)
P = Beban penekanan (kg)
L = Luas permukaan (cm)
5. Kerapatan atau (Densitas)
28
Keterangan :
= kerapatan biobriket (g/cm3)
m = massa biobriket (g)
v = volume biobriket (cm3)
6. Nyala Api
Nyala api merupakan salah satu pengujian yang harus diperhatikan
untuk mengetahui kualitas dari pembakaran briket tersebut. Nyala api
briket diperhatikan dari mulai briket tersebut dinyalakan dengan
api/dibakar sampai briket habis menjadi abu. Briket dengan nyala api yang
paling lama merupakan briket dengan kualitas nyala api yang bagus. Alat
yang dipakai untuk menghitung kualitas nyala api pada briket adalah
stopwatch. Menurut Santosa dan Anugrah (2010) perhitunga nyala api
berkaitan dengan laju pembakaran pada briket tersebut. Laju pembakaran
29
briket merupakan kecepatan briket habis sampai menjadi abu dengan berat
tertentu.
I. Sifat Briket yang Bermutu Baik
Menurut Sukandarrumidi (2009:41), pada umumnya briket batu bara
dianggap baik apabila :
1. Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran.
2. Mempunyai kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah/hancur apabila
diangkat, diangkut dan dipindahkan.
3. Mempunyai suhu pembakaran tetap (350C) dalam waktu lama (8-10 jam).
4. Setelah pembakaran, sisanya masih mempunyai kakuatan tertentu
sehingga mudah untuk dikeluarkan dari tungku masak.
5. Gas hasil pembakaran tidak mengadung gas karbon monoksida yang
cukup tinggi.
J. Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini
antara lain adalah sebagai berikut :
Menurut Pria Kardianto, 2009. Dalam penelitianya yang berjudul
Pengaruh Variasi Jumlah Campuran Perekat terhadap Karakteristik Arang
Briket Batang Jagung menyimpulkan bahwa perekat berpengaruh baik
terhadap : stability, shatter index, durability, kadar abu dan berat jenis.
Semakin banyak campuran perekat, maka semakin baik stability, shatter
index, durability, kadar abu dan berat jenisnya. Namun faktor campuran
perekat berpengaruh kurang baik terhadap nilai kalor, kadar air, volatile
matter, dan fixed carbon. Dilihat dari pengujian nilai kalor dan kadar air,
arang briket campuran 6% adalah yang terbaik yaitu dengan nilai kalor
5146,53 kalori/gram dan kadar air 6,746%.
30
31
Nama Peneliti
dan Substansi
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Akhir
Pria Kardianto
(Universitas
Negeri
Semarang)
Pengaruh
Variasi
Jumlah Campuran
Perekat
terhadap
Karakteristik Arang
Briket
Batang
Jagung
Karbonasi,
pembebanan
kompaksi
9
ton
dengan
penahanan
selama 1 menit dan
suhu cetakan 100 0C.
Efisiensi konsentrasi
perekat
tepung
tapioka
terhadap
nilai
kalor
pembakaran
pada
biobriket
batang
jagung (zea mays)
karbonasi,
penghancuran dengan
blender, pengayakaan
dengan menggunakan
ukuran 20 mesh,
perekat
tepung
tapioka
32
Candra
Aris
Setyawan
(Universitas
Negeri
Surabaya)
Pengaruh
Variasi
Campuran Batang
Pohon Jagung Dan
Perekat Tetes Tebu
Dalam Pembuatan
Briket
Sebagai
Bahan
Bakar
Alternatif
Karbonasi,
pengayakan dengan
ayakan 10 mesh,
perekat tetes tebu,
pencetakkan briket
dengan
penekanan
200 bar, pengovenan
2 jam pada suhu
100 0C