Anda di halaman 1dari 6

12.

ENDURANCE TRIAL
Endurance trial adalah pengujian ketahanan kapal yang dioperasikan secara kontinyu
selama 6 jam. Endurance trial ini bertujuan untuk menguji keandalan performa main engine
dengan cara mengoperasikan kapal secara kontinyu pada keadaan Service Continous
Rating. Selain itu, endurance trial juga bertujuan untuk mengukur power, RPM, konsumsi
bahan bakar, dan daya tahan dari main engine.
Pelaksanaan dari Endurance trial ini dilakukan sekurang-kurangnya 6 jam secara terus
menerus pada keadaan Service Continous Rating (85% MCR). Selama endurance trial
berlangsung, konsumsi bahan bakar dari main engine juga harus diukur. Berikut merupakan
beberapa hal yang perlu untuk diukur dan dicatat saat proses endurance trial berlangsung,
diantaranya adalah:
- Konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh kapal selama proses endurand etrial
-

berlangsung.
Putaran poros propeller ketika mesin digerakkan pada kondisi SCR.
RPM dari Main engine.
Power dari main engine yang digunakan.
Sedangkan di bawah ini adalah data-data lain yang perlu dicatat, dan berhubungan
dengan performa main engine yaitu :
Cooling temperature ( keluar & masuk ) dan flow rate.
Suhu dari LO.
Tekanan dari LO.
Suhu udara buang.
Udara dan suhu lingkungan di daerah kamar mesin.

13. NOISE AND LOCAL VIBRATION TEST


a. NOISE TEST
Noise test adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui kebisingan tiap ruang dan
untuk mengetahui kemampuan isolasinya. Tingkat kebisingan perlu untuk dicatat dan
disampaikan pada owner kapal dan orang-orang lain yang terlibat di dalamnya.
Selama pelaksanaan sea trial, pengukuran tingkat kebisingan dilakukan pada semua
ruangan akomodasi, wheelhouse dan ruang mesin. Pengukuran dilakukan di dek pada
tengah ruangan. Pengukuran dilakukan pada ruanga-ruangan seperti di bawah ini :
1. Ruang mesin yang mana pengukuran harus dilakukan pada empat (4) posisi yang
mewakili setiap tingkat dek pada ruang mesin ke dek atas.
2. Ruang pompa yang mana pengukuran harus dilakukan pada empat (4) posisi yang
mewakili setiap tingkat dek pada ruang pompa.
3. Ruang navigasi yang mana pengukuran harus dilakukan pada semua peralatan
bantu seperti radar, echo sounder, window wiper, clear view screen, dll.
4. Ruang akomodasi yang mana dilakukan di tengah-tengah ruangan seperti kabin,
rumah sakit, kantor, mess room dan ruang rekreasi.
5. Ruang layanan seperti ruang jasa seperti dapur, pantry, dan laundry.
Ada beberapa ketentuan dalam pelaksanaan noise tes ini dimana noise tes dilakukan
pada kondisi sebagai berikut :

1. Mesin penggerak utama harus diooperasikan pada kondisi Normal Continouus Rating.
2. Mesin bantu, peralatan navigasi dan sebagainya, dioperasikan sepanjang proses
pengukuran berlangsung dengan ketentuan dioperasikan pada kondisi normal saat
pelaksanaan sea trial.
3. Ventilasi mekanis dan peralatan pendingin udara dioperasikan pada keadaan normal
sesuai dengan kondisi awal.
4. Semua pintu dan jendela dari ruangan ditutup.
5. Ruangan dilengkapi dengan peralatan seperlunya.
6. Ketinggian dari air dibawah lunas kapal
7. Kondisi cuaca seperti angin dan hujan sebisa mungkin tidak mengganggu jalannya
proses pengukuran.
Sedangkan untuk ketentuan prosedur-prosedur dalam pelaksanaan noise tes ini
adalah sebagai berikut :
1. Selama pengukuran tingkat kebisingan, hanya yang bersangkutan pada operasi
kapal dan pengukuran kebisingan yang diizinkan untuk hadir di ruang pengukuran.
2. Sound level meter harus dikalibrasi dengan kalibrator sebelum dan sesudah
pengukuran. Baterai juga harus diperiksa setiap periode penggunaan.
3. Pembacaan sound pressure level pada skala desibel menggunakan A weighting
filter: dB (A).
4. Meter diatur pada slow response dan pembacaan dibuat hanya untuk desibel yang
terdekat. Pengukuran waktu yang diizinkan minimal 5 detik. Jika meter berfluktuasi
pada kisaran tidak lebih dari 5 dB (A) maksimum ke minimum, perkiraan tingkat
dilakukan dengan penglihatan rata-rata.
5. Pada posisi kebisingan yang tinggi, tempat pemeriksaan dilakukan dengan
meteran yang diatur untuk respon "cepat" jika dianggap perlu, untuk menjamin
keamanan dari orang yang melakukan pengukuran.
b. VIBRATION LOCAL TEST
Vibration local tes adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat getaran
dan karakteristik dinamik kapal. Prosedur pelaksanan dari vibration local test ini adalah
sebagai berikut :
a. Mengukur percepatan dan frekuensi getaran pada arah transversal dan vertikal
pada titik-titik prioritas A, B, dan C, yang diukur pada setiap RPM

Main Engine.

Tujuannya adalah untuk menemukan Resonansi Frekuensi Point.


b. Mengukur percepatan dan frekuensi getaran pada arah transversal dan vertikal
pada titik-titik akomodasi dan ruang mesin. Pengukuran harus dilakukan pada NCR.
c. Kecepatan getaran harus diukur dengan Vibration meter portabel. Pengukuran
harus dilakukan tidak dengan cara simultan tapi satu per satu.
13. FIRE FIGHTING
Berikut adalah beberapa regulasi dari BKI class yang mengatur tentang fire fighting
baik pada kapal penumpang maupun pada kapal barang, diantaranya adalah :
1. FIRE MAIN HYDRANT :

1. Hydrant on deck semestinya diletakkan didekat ruang yang sering diakses. (BKI 2009
Vol 3 Section 12 E 2.4.2)
2. Sekurang-kurangnya 20% dari fire hose dan nozzle disertakan dalam pelaksanaan test
fire main system. (BKI 2009 Vol 1 Section 3 1.14)
3. Fire main pump didesain mampu untuk bekerja pada tekanan minimum 10 bar. (BKI
2009 Vol. 3 Section 12 E 2.3.3)
Berikut adalah tabel tekanan nozzle pada kapal barang maupun kapal penumpang,
yaitu :

2. PORTABLE FIRE EXTINGUISHER


1. Portable fire extinguisher perlu dilakukan inspeksi secara rutin sesuai dengan
ketentuan dari perusahaan pembuat dan perlu dilakukan pemeriksaan/perbaikan
dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun (BKI 2009 Vol 1 Section 3 1.14)
2. Semua portable fire extinguisher hrus dilakukan tes hidrolis sesuai dengan instruksi
dari pabrik pembuat dengan jangka waktu tidak lebih dari 10 tahun. (BKI 2009 Vol 1
Section 3 1.14)
3. Berat total dari portable fire extinguisher tidak perlu lebih dari 20 kg. (BKI 2009 Vol.
3 Section 12 F 1.3)
4. Penggunaan dari portable fire extinguisher harus disesuiakan dengan kelas
kebakaran yang telah ditentukan pada tabel di bawah ini :

5. CO2 fire extinguisher tidak dipergunakan pada ruang akomodasi dan water fire
extinguisher tidak dipergunakan pada ruang mesin. (BKI 2009 Vol. 3 Section 12 F
1.1)
3. EMERGENCY FIRE PUMP
1. Kapal dengan gross tonnage lebih dari 2000, emergency fire pumpnya harus
mampu menyalurkan sekurang-kurangnya 40% total kapasitas dari fire main
pumps. (BKI 2009 Vol. 3 Section 12 E 1.4.1)
2. Emergency fire pumps harus mampu menyuplai air ke semua bagian kapal melalui
2 hydrant sekaligus. (BKI 2009 Vol. 3 Section 12 E 1.4.2)
3. Berikut adalah ketentuan jumlah dan kapasitas minimum dari fire pump pada kapal
barang dan penumpang :

14. LIFE SAVING EQUIPMENT TEST


Life saving equipment test adalah pengujian peralatan keselamatan pada kapal seperti
life boat, life raft, lifebuoy, peralatan navigasi, dsb. Tes yang dilakukan selama sea trial ini
bertujuan untuk memastikan peralatan keselamatan apakah dapat dioperasikan dengan
baik, sehingga layak digunakan.
Berikut merupakan beberapa peralatan life saving equipment yang perlu diuji apakah
berfungsi dengan baik atau tidak, yaitu :
Life boat :
- Life boat harus mampu diisi sesuai dengan kapasitas orang yang ada pada kapal
- Menurunkan davits dalam kondisi bermuatan
- Melepaskan life boat dari davits
- Menyalakan mesin life boat
- Manuvering tes pada life boat (dengan melakukan belokan-belokan maupun zig zag)

Life rafts:

- Memeriksa unit pelepasan hidrolis dan mengecheck masa berlaku dari life raft
tersebut
- Melaunching lift raft untuk keperluan simulasi.

Life buoys:

- Memeriksa jumlah dari lifebuoy yang ada apakah sudah sesuai dengan kebutuhan
yang sudah ditentukan sebelumnya.

EPIRB and SART equipment:


Memeriksa masa berlaku

Memeriksa baterai yang digunakan.

Memeriksa sinyal transmisi pada peralatan navigasi.

Anda mungkin juga menyukai