Perspektif Teoretik
Ada beberapa argumen yang menjelaskan tentang penyebab korupsi. Saya hanya
akan mengulas dua pendekatan dalam memahami fenomena korupsi-politik, yaitu
perspektif neoliberal dan strukturalis ekonomi-politik.
Mainstream dari kajian korupsi politik pasca-demokratisasi ketiga adalah perspektif
neoliberal yang dimotori oleh beberapa lembaga seperti IMF atau World Bank.
Perspektif ini percaya bahwa korupsi disebabkan oleh lack of public accountability
dalam mengelola urusan-urusan pemerintahan (Tanzi, 1998; Amundsen, 2006;
Amundsen, 2009). Dalam perspektif ini, korupsi didefinisikan sebagai the abuse of
public power for private benet, atau yang lebih moderat: the use of public office
for private gain (Tanzi, 1998; McNab and Kailey, 2007; The World Bank, 1997;
IMF, 1997). Strategi untuk menghadapi korupsi dalam perspektif ini adalah
menyerahkan wewenang-wewenang publik dari negara kepada masyarakat, baik
dengan memperkuat akuntabilitas dan transparansi maupun memperkuat
masyarakat sipil (Umar, 2011; Khan, 1998; The World Bank, 2008). Kata kunci yang
sering dipakai untuk menjelaskan strategi ini adalah Good Governance, penegakan
aparat hukum, atau mekanisme rule of law yang baik (IMF, 1997; Hadiz,
2011;Rinaldi et. al; 2007; Tanzi, 1998).
1
Artikel disampaikan dalam diskusi Anti-Corruption Prospect Index, Dewan Mahasiswa Justicia
Fakultas Hukum UGM, 25 September 2012. Draft pertama, tidak untuk dikutip.
2
Mahasiswa Hubungan Internasional, Fisipol, Universitas Gadjah Mada angkatan 2008. Saat ini aktif
di BEM KM UGM. Bisa dihubungi via email ahmad.rizky.m@mail.ugm.ac.id
3
Salah satu contoh dari korupsi yang terjadi di Indonesia adalah kasus Bupati Buol, pengadaan AlQuran, atau Simulator SIM. Ini baru tahun 2012.
Saya ingin menggunakan pendekatan yang sedikit berbeda dari analisa di atas.
Dalam perspektif struktural yang menggunakan analisa pendekatan ekonomipolitik, korupsi dalam konteks private gain of public expense terjadi karena adanya
negara yang menjadi instrumen, atau bersifat otonom secara relatif dari
kepentingan kelas-kelas dominan (Alavi, 1972; Wright, 1982; Mayer, 1993,
Miliband, 1969; Walsh, 2012; Hadiz dan Robison, 2004). Artinya, korupsi
merupakan ekses dari negara kapitalis yang melakukan akumukasi kapital, baik
untuk kepentingan kelas-dominan maupun untuk kepentingan dirinya-sendiri,
dengan menggunakan struktur pemerintahan secara oligarkis, (Hadiz, 2001; Hadiz
dan Robison, 2004, Aditjondro, 2006). Dengan demikian, kita memahami bahwa
korupsi adalah bentuk kontradiksi-internal dari kapitalisme (Suryajaya, 2012), dan
oleh sebab itu harus dilawan dengan melihat akar masalahnya, yaitu relasi politik
yang kapitalistik. Kata kunci yang kemudian bisa kita gunakan untuk menjelaskan
strategi ini adalah oligarki, negara kapitalis, atau state-captured corruption (Hadiz,
2004; Hadiz, 2005; Rais, 2008; Walsh, 2012, Sullivan, 2010).
Paper ini akan beranjak dari pendekatan kedua. Dalam konteks Anti-Corruption
Prospect Index, perlu ada analisa mengenai penjelasan ekonomi-politik atas tindak
pidana korupsi. Argumennya, korupsi bukan hanya persoalan the abuse of public
power for private benefit saja, yang mana penyelesaiannya mengandaikan adanya
supremasi, tetapi juga harus dilihat dari prakondisi material yang kemudian
memungkinkan korupsi itu terjadi. Artinya, penegakan supremasi hukum saja tidak
cukup untuk melawan korupsi, tetapi juga perlu perlawanan yang lebih luas untuk
memerangi kondisi material yang memungkinkan dan menyebabkan terjadinya
korupsi.
Sullivan, 2002. Corruption is the ugly face of unnished democracy. Unnished because, though
the liberal tradition has often viewed democracy as a set of freedoms from (most recently in the events
of 1989freedom from tyranny and the restriction of individual rights).. Superimposed on a nation
without the proper institutions to enforce them or the proper culture to respect them
Matei, 2009. Introduced by Hellman and Kaufmann (2001), the state capture concept represents
the process through which firms make private payments to public officials to influence the choice
and design of laws, rules and regulations.
Guniev, Sergei dan Konstantin Sonin. Dictators and Oligarchs: A Dynamic Theory
of Contested Property Rights. Paper presented at ISNIE Conference
(http://ssrn.com/abstract=983908).
Hadiz, Vedi R. The State of Corruption: Indonesia dalam Vinay Bhargava dan Emil
Bolongaita. Challenging Corruption in Asia: Case Studies and a Framework for
Action (Washington: The World Bank, 2004).
_________. Dinamika Kekuasaan: Ekonomi Politik Indonesia Pasca Soeharto
(Jakarta: LP3ES, 2005).
Khan, Mushtaq A. The Role of Civil Society and Patron-Client Networks in the
Analysis of Corruption in Corruption and Integrity Improvement Initiatives in
Developing Countries (New Yorkl:UNPD, 1998).
Marx, Karl. The Capital: Critique on Political Economy. Marxist Internet Archive.
http://www.marxists.org/
Matei, Andrea. State Capture versus Administrative Corruption: Comparative
Study for the Public Health Service in Romania. 2007.
Mayer, Andrew. Marx, Lenin, and Corruption of the Working Class. Political
Studies, 1993.
McIntyre, Andrew. Institutions and the Political Economy of Corruption in
Developing Countries. Discussion Paper, Workshop on Corruption (Stanford:
Stanford University Press, 2003).
McNab, Robert dan Kathleen Bailey. Manuscript 2: Defining Corruption.
Miliband, Ralph. The Capitalist State: A Reply to Poulantzas (New Left Review,
1969).
Nadesan, Najia Holmer. Governmentality, Biopower, and Everyday Life. (London:
Routledge, 2008).
Rais, Amien. Agenda-Mendesak Bangsa: Selamatkan Indonesia! (Yogyakarta:
PPSK Press, 2008).
Rinaldi, Taufik et. al. Memerangi Korupsi di Indonesia yang Terdesentralisasi
(Jakarta: Justice for Poor, The World Bank, 2007.
Richard Robison. Indonesia: The Rise of Capital (New York: Equinox, 1986).
__________ dan Vedi Hadiz. Reorganising Power in Indonesia: The Politics of
Oligarchy in an Age of Markets (London: Routledge, 2004)
Sullivan, Stefan. Marx for a Post-Communist Era in Poverty, Corruption, and
Banality (London: Routledge, 2002).
Suryajaya, Martin. Materialisme Dialektis: Kajian Marxisme dan Filsafat
Kontemporer (Yogyakarta: LKiS, 2012).
The World Bank. Helping Countries Combat Corruption: The Role of World Bank
(Poverty Reduction and Economic Management, The World Bank, 1997).
Tanzi, Vito. Corruption Around the World: Causes, Consequences, Scope and
Cures. (IMF Staff Papers, 1998).
Umar, Ahmad Rizky Mardhatillah. Memerangi Korupsi, Memperkuat Partisipasi.
Jawa Pos, 4 April 2011.
Wright, Erik Olin. Reading Guide to Political Power and Social Classes by Nicos
Poulantzas (University of Wisconsin, 1982, revised).