Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan kritis
sehingga memerlukan dukungan serta pengarahan yang positif
dari keluarganya yang tampak pada pola asuh yang diterapkan
orang tua sehingga menjadi anak baik. Keluarga yang terdiri dari
ayah dan ibu serta anak-anak merupakan lingkungan awal remaja
dalam proses pencarian jati diri sehingga menjadi hubungan
keluarga memiliki peran penting dalam menentukan sikap dan
prilaku anak.Orang tua adalah komponen keluarga yang di
dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari
sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga kecil. Kedudukan dan fungsi suatu keluarga
dalam kehidupan manusia sangatlah penting.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset


Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan
penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun.
Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta,

Bandung dan Surabaya.Hasil penelitian tersebut mengungkapkan


bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan
seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama.
Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan
prilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan
seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa
direncanakan.Hasil penelitian juga memaparkan para remaja
tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif
mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan
melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua
(5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman
lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman
sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini,
karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.

Mendidik

anak

dengan

baik

dan

benar

berarti

menumbuhkembangkan totalitas potensi anak secara wajar.


Potensi jasmaniah anak diupayakan pertumbuhannya secara wajar
melalui

pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan

jasmani,

seperti

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sedangkan


potensi rohaniah anak diupayakan pengembangannya secara wajar
melalui usaha pembinaan intelektual, perasaan dan budi pekerti.

Upaya- upaya tersebut dapat terwujud apabila di dukung dengan


pola pengasuhan orang tua yang tepat. Sekolah dirancang untuk
melaksanakan pembimbingan dalam sebagian perkembangan
hidup manusia. Sekolah melanjutkan proses sosialisasi yang telah
dilaksanakan sebelumnya yaitu dalam keluarga dan lingkungan
sekitar rumah tangga, dan menyiapkan anak untuk memasuki
tahapan hidup selanjutnya.
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pergaulan bebasdi
kalangan remaja merupakan suatu permasalahan yang menarik
untuk dikaji lebih lanjut. Hal inilah yang membuat penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenaiPengaruh Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Pergaulan Bebas Pada Remaja Di Kelurahan
JatiwarnaRt 01 Rw 09 Tahun 2014.

1.2 Rumusan masalah


Adakah Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pergaulan
Bebas Pada Remaja Di Kelurahan Jatiwarna?

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1

1.3.2

Tujuan umum
Mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap pergaulan
bebas pada remaja di kelurahan Jatiwarna 01 rw 09 tahun 2014
Tujuan khusus
1.3.1 Mengetahui pengaruh pola asuh orang tua tentang
pergaulan bebas terhadap anakya yang remaja di
kelurahan Jatiwarna rt 01 rw 09 tahun 2014

1.4 Manfaat Penelitian


3

1.4.1

Untuk Akademik
Bagi pengembangan IPTEK dan Almamater Sebagai sumber
refrensi dan bahan bacaan di perpustakaan di instansipendidikan,
terutama tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap pergaulan

1.4.2

bebas pada remaja di kelurahan Jatiwarnart 01 rw 09 tahun 2014


Untuk Institusi Terkait
Bagi instasi tempat penelitianini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bidang atau tenaga kesehatan dalam memberikan
penjelasan tentang pentingnya pola asuh orang tua terhadap

1.4.3

pergaulan bebas remaja.


Untuk Masyarakat
Bagi masyarakat untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan
masyarakat mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap
pergaulan bebas pada remaja di kelurahan Jatiwarnart 01 rw 09

tahun 2014
1.4.4 Bagi peneliti
untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang
hubunganfaktor predisposisi dengan pengaruh pola asuh orang tua
terhadap pergaulan bebas pada remaja di kelurahan Jatiwarna RT
01 RW 09 tahun 2014 dan sebagai penerapan ilmu yang telah
didapatkan dipendidikan

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian pola asuh
Menurut Stewart dan Koch (1983: 178) mengatakan bahwa pola
asuh pada orang tua ada tiga macam yaitu pola asuh Otoriter, pola
asuh demokratis dan pola asuh permisif. Pola asuh yang diberikan
orang tua kepada anak- anaknya tidak hanya berpengaruh pada
perilaku si anak melainkan akan berpengaruh pula pada prestasi
belajarnya. Menurut W.J.S Purwadarrninto ( 1987: 767 )

menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai


sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu
terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan. Bila berbicara
tentang prestasi belajar maka tidak jauh hubungannya dengan
lingkungan sekolah. Sekolah adalah sebuah konsep yang
mempunyai makna ganda (Adiwikarto, 1988: 81). Pertama,
sekolah berarti suatu bangunan atau lingkungan fisik dengan
segala

perlengkapannya

yang

merupakan

tempat

untuk

menyelenggarakan proses pendidikan tertentu bagi kelompok


manusia tertentu. Kedua, sekolah berarti suatu kegiatan atau
proses

belajar

mengajar. Lingkungan

sekolah

merupakan

lingkugan kedua yang juga berpengaruh dalam menentukan


prestasi belajar pada remaja.

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada
anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola
perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan
positif.

Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang bermacam-macam,


salahsatunya adalah mendidik anak. Menurut (Edwards, 2006),

menyatakanbahwa Pola asuh merupakan interaksi anak dan


orang tua mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta
melindungi anak untuk mencapaikedewasaan sesuai dengan
norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan


orangtua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan
pengasuhan

anakadalah

bagian

penting

dan

mendasar,

menyiapkan anak untuk menjadimasyarakat yang baik. Terlihat


bahwa pengasuhan anak menunjuk kepadapendidikan umum yang
diterapkan. Pengasuhan terhadap anak berupasuatu proses
interaksi

antara

orang

tua

dengan

anak.

Interaksi

tersebutmencakup perawatan seperti dari mencukupi kebutuhan


makan,mendorong

keberhasilan

dan

melindungi,

maupun

mensosialisasi yaitumengajarkan tingkah laku umum yang


diterima oleh masyarakat. Pendampingan orang tua diwujudkan
melalui pendidikan cara-cara orang tua dalam mendidik anaknya.
Cara orang tua mendidik anak nya disebut sebagai pola
pengasuhan. Interaksi anak dengan orang tua, anakcenderung
menggunakan cara-cara tertentu yang dianggap paling baikbagi
anak. Disinilah letaknya terjadi beberapa perbedaan dalam pola
asuh.

Disatu sisi orang tua harus bisa menetukan pola asuh yang tepat
dalammempertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi lain
sebagai orangtua juga mempunyai keinginan dan harapan untuk
membentuk anak menjadi seseorang yang dicita-citakan yang
tentunya

lebih

Rachmadiana,2004).

baik

dari

orang

tuanya

(Jas

dan

Setiap upaya yang dilakuakan dalam

mendidik anak, mutlak didahului oleh tampilnya sikap orang tua


dalam mengasuh anak meliputi:
2.1.1 Perilaku yang patut dicontoh
Artinya setiap perilaku tidak sekedar perilaku yang bersifat
mekanik,tetapi harus didasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya
akandijadikan lahan peniru dan identifikasi bagi anak-anaknya.
2.1.2 Kesadaran diri
Ini juga harus ditularkan pada anak-anak dengan mendororng
merekaagar perilaku kesehariannya taat kepada nilai-nilai moral.
Oleh sebabitu orang tua senantiasa membantu mereka agar mampu
melakukanobservasi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara
verbal maupunnon verbal tentang perilaku.

2.1.3 Komunikasi
Komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anakanaknya, terutama yang berhubungan dengan upaya membantu
mereka untuk memecahkan permasalahanya.

2.2 Tipe- tipe pola asuh


2.2.1 Pola asuh permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek
terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak
diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak
kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan
sebagainya.

Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini


diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan,
kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan
mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi
materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan
berkembang menjadi apa.

Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini


nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian,
merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan
sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang
menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil
maupun sudah dewasa.
2.2.2 Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat
pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat
berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya
tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan
marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang
diinginkan oleh orang tuanya.

Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak


dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta
menghormati orang-tua yang telah membesarkannya. Anak yang
besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak
bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih
dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan
lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu

10

otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan


orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam
menjalani hidup.

2.2.3 Pola asuh otoritatif


Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang
memberi

kebebasan

pada

anak

untuk

berkreasi

dan

mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak


dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua.
Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk
diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya. Anak yang
diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria,
menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada
orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah
stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan
masyarakat dan lain-lain.

2.3 Pengaruh pola asuh buruk bagi pergaulan anak


2.3.1 Terlalu memanjakan anak

11

Benar-benar mencintainya. Namun bila terlalu memanjakan


ternyata menimbulkan efek negative bagi sang anak. Anak yang
memiliki orang tua seperti ini biasanya kurang bisa tegar dalam
menghadapi segala masalah. Hal ini dikarenakan sang anak
lebih sering menggantungkan segala sesuatunya pada orang tua.
Bila kebiasaan orang ini terlalu dibiarkan, maka anak akan
mengalami masalah dalam pergaulan. Misalnya pada saat
dirinya sedang ada masalah dengan temannya. Dia akan
cenderung takut untuk memecahkan masalah dengan cara yang
dewasa.
2.3.2 Terlalu menguasai anak
Orang tua yang otoriter biasanya kurang mau mendengarkan
saat anaknya mengajak ngobrol, apalgi meminta sesuatu. Orang
tua seperti ini biasanya lebih suka mengatur sang anak dan
selalu merasa benar, sehingga dia menginginkan sang anak
hanya menuruti apa yang menjadi keinginannya saja. Anak
yang dididik oleh orang tua seperti ini biasanya cenderung suka
memberontak di luar rumah, namun di dalam rumah dia selalu
terlihat menuruti apa yang menjadi keinginan orang tuanya.
2.3.3 Terlalu protektif

12

Sebagai orang tua, tentu orang tua harus melindungi anaknya.


Hal ini juga sangat penting untuk menunjukkan orang rasa
sayang orang tua kepada anak. Misalnya pada saat anak sakit,
maka orang tua selalu berusaha ada bersama sang anak. Namun
bila terlalu melindungi ternyata tidak baik juga lho buat
perkembangan kepribadian sang anak. Anak yang terlalu
dilindungi oleh orang tua, misalnya terlalu membatasi
pergaulan, terlalu membatasi tempat bermain anak, dll, biasanya
anak menjadi kurang percaya diri atau minder. Karena terlalu
banyak dibatasi dalam bergaul, maka sang anak menjadi
cenderung menutup diri dari pergaulan.
2.3.4 Terlalu kekerasan
Pada jaman dahulu, banyak orang tua yang mendidik anaknya
dengan kekerasan. Misalnya dengan cara membentak dan
menghukum secara fisik. Bila ada orang tua yang dibiarkan
untuk menghukum atau mendidik anaknya seperti ini, biasanya
sang anak cenderung akan menyukai cara kekerasan dalam
menyelesaikan masalah dan sulit untuk mengontrol emosi.

2.3.5 Terlalu sibuk

13

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, orang tua tentu harus


bekerja. Bahkan tidak jarang seorang anak yang memiliki ayah
dan ibu yang berkarir. Namun bila orang tua terlalu sibuk, dan
biasanya sibuk dalam bekerja, juga bisa membawa dampak
negative juga bagi sang anak. Anak yang memiliki orang tua
seperti ini biasanya cenderung haus kasih sayang. Karena
kurang mendapatkan kasih sayang, sang anak biasanya
cenderung mudah percaya dengan orang lain dan apalgi bila
sudah percaya sekali dengan orang tersebut. Biasanya anak
seperti ini lebih berbahaya saat usianya mulai menginjak remaja.
2.3.6 Terlalu memberikan kebebasan
Memberikan kebebasan kepada anak dalam mendidik anak
kadang perlu juga. Karena pola asuh ini bisa memacu anak untuk
lebih berkreasi. Namun bila orang tua terlalu cuek dan kurang
memperhatikan

pergaulan

sang

anak,

tentu

juga

akan

memeberikan efek yang tidak baik juga bagi sang anak. Hal ini
biasa diatasi dengan cara meningkatkan komunikasi, memberikan
waktu luang kepada anak, mencurahkan kasih sayang lewat
perhatian-perhatian kecil kepada anak, memberikan pujian
kepada anak, mengerti kapan anda harus marah (dan tau tujuan
kita marah), seberapa besar ketegasan yang diberikan kepada
anak, dan masih banyak hal lain yang bisa kita berikan kepada

14

anak untuk menjadikan buah hati kita bertumbuh menjadi pribadi


yang mandiri, penuh cinta, bersuka cita, dan kebaikan-kebaikan
yang lain, agar buah hati kita pun memiliki ketrampilan
bersosialisasi yang baik, cerdas dalam bergaul, dan tidak
terjerumus dalam pergaulan yang negatif.

2.4Remaja
Istiah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adoscere
(kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti
tumbuh menjadidewasa atau dalam perkembangan menuju dewasa
(Hurlock, 2004). Masaremaja adalah masa peralihan dari usia
kanak-kanak ke usia dewasa. Batasanusia tidak ditentukan secara
jelas, tapi kira-kira berawal dari usia 12 sampaiakhir usia belasan
saat pertumbuhan fisik hampir lengkap. Buku pediatricpada
umumnya mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur
10-18tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak
laki-laki. WHOmendefinisikan remaja bila anak mencapai umur
10-19

tahun

(Nancy,2002).Pada

masa

tersebut

seperti

pertumbuhan yang pesat termasuk fungsireproduksi sehingga


mempengaruhi

terjadinya

perubahan-perubahanperkembangan

fisik, mental maupun peran sosial.

15

2,4,1 Menurut Santrock (2003), ciri-ciri umum pertumbuhan fisikal remaja


yaitu :
2.4.1.1 Empat Kurva Tumbuh Kembang
Kurva tumbuh kembang meliputi kurva perkembangan umum
(pertumbuhan aspek tulang dan otot), kuva reproduktif, kurva otak
dan kepala, dan kurva kelenjar limfoid. Kebanyakan komponen
pertumbuhan tulang dan otot, seperti tinggi dan berat badan,
tumbuh mengikuti kurva umum, seperti halnya organ hati dan
ginjal. Kurva pertumbuhan ini berubah secara bertahap pada
awalnya lalu menanjak dramatis sekitar usia

12 tahunan, itu

disebut sebagai lonjakan pertumbuhan ramaja. Tahap prapubertas


dari perkembangan organ reprodutif

seolah-olah

tidak aktif,

tetapi untuk tahap remaja kurvanya tampak lebih tajam dibanding


dengan kurva tinggi dan berat badan.

Kelenjar dan hormone yang mengontrol pertumbuhan tulang dan


otot tidak sama dengan kelenjar dan hormon yang mengatur
fungsi reproduksi. Perkembangan system tulang dan otot, bersama
dengan kebanyakan organ lain, dikendalikan oleh kelenjar
pituitari dan tiroid. Dilain pihak, pertumbuhan organ reproduktif
diatur oleh hormon seks (androgen dan estrogen) yang

16

menunjukkan peningkatan kegiatan yang tajam pada awal masa


remaja.

Kurva pertumbuhan yang ketiga menggambarkan

perkembangan tengkorak kepala, mata, dan telinga yang lebih


cepat matang dibandingkan dengan tubuh yang lain. Dan bagian
atas kepala seperti mata dan otak tumbuh labih cepat dari pada
bagian bawahnya, seperti rahang.

Otak tidak tumbuh secara mulus dan sinambung, seperti halnya


ada lonjakan pertumbuhan pada tinggi, berat badan, dan
pertumbuhan seksual yang menandai pubertas, maka pertumbuhan
otak pun mengalami lonjakan. Lonjakan pertumbuhan otak terjadi
antara usia 2 dan 4, 6 dan 8, 10 dan 12, 14 dan 16 tahun. Selama
masa lonjakan tersebut, otak diyakini bertambah besar ukurannya
sebanyak 5 10%. Karena pembentukan sel 13 otak sebenarnya
sudah selesai saat bayi lahir. Lonjakan pertumbuhan tersebut
bukan karena terbentuknya sel baru, tetapi karena pertumbuhan
yang terjadi dalam sel yang sudah terbentuk sebelumnya (Epstein,
1974; Toepfer, 1979).
2.4.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurva Tumbuh Kembang
Ada empat mekanisme yang diketahui berpengaruh terhadap kurva
pertumbuhan, yaitu: faktor mencari sasaran atau penstabilan diri,

17

kecepatan kematangan, pengaturan umpan balik, dan masa tubuh


(Damon, 1977).

Faktor mencari sasaran atau penstabilan diri

dalam keadaan terhambat penyakit atau nutrisi yang buruk,


pertumbuhan individu sering kali dapat kembali mencapai
seharusnya, setelah kondisi negatife tersebut diatasi. Kekuatan
pengaturan kembali kekondisi, semua ini diperkirakan memiliki
dasar genetik.

Kecepatan kematangan yang berbeda diketahui terjadi pada


bagianbagian tubuh yang berbeda. Misalnya, kepala selalu lebih
cepat berkembang dari pada badan, dan badan selalu lebih cepat
matang dari pada anggota badan. Pengaturan berdasarkan umpan
balik. Misalnya, sekresi kelenjar pituitari mempengaruhi berbagai
kelenjar lain, seperti kelenjar tiroid dan kelenjar seksual. Sekresi
kelenjar pituitari disesuaikan dengan tingkat hormon pada kelenjar
lainnya. Saat sekresi kelenjar lainnya mencapai kadar yang tepat
atau mamadai, kelenjar pituitari mengatur keluarannya agar tetap
berada dalam keseimbangan yang sudah tercapai (Revelle, 1970;
Frisch, 1991).

2.5 Pengertian Pergaulan Bebas

18

Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas adalah salah satu bentuk
perilaku menyimpang, yang mana bebas yang dimaksud adalah
melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah
pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun
dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya
rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah
keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan
teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya
potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa.

Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk


manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam
kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar
manusia

dibina

melalui

suatu

pergaulan

(interpersonal

relationship).

Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus


dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam
pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu
melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas,
tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya,

19

serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau


pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan
norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan
ekses-ekses seperti saat ini.
2.5.1 Penyebab Maraknya Pergaulan Bebas Remaja Indonesia
Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas. Penyebab
tiap remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari
penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam
hal keyakinan/agama dan ketidakstabilan emosi remaja. Hal
tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali, seperti
pergaulan bebas & penggunaan narkoba yang berujung kepada
penyakit seperti HIV & AIDS ataupun kematian. Berikut ini di
antara penyebab maraknya pergaulan bebas di Indonesia:

2.5.1.1 Sikap mental yang tidak sehat


Sikap mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa
bangga terhadap pergaulan yang sebenarnya merupakan pergaulan
yang tidak sepantasnya, tetapi mereka tidak memahami karena
daya pemahaman yang lemah. Dimana ketidakstabilan emosi yang
dipacu

dengan

penganiayaan

emosi

seperti

pembentukan

kepribadian yang tidak sewajarnya dikarenakan tindakan keluarga


20

ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh, menghukum,


mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan mengajarkan yang
salah tanpa dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang
nantinya akan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan
hidup yang mereka biasa jalani sehingga pelarian dari hal tersebut
adalah hal berdampak negatif, contohnya dengan adanya
pergaulan bebas.
2.5.1.2 Pelampiasan rasa kecewa
Yaitu ketika seorang remaja mengalami tekanan dikarenakan
kekecewaannya terhadap orang tua yang bersifat otoriter ataupun
terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan tekanan terus
menerus(baik dari segi prestasi untuk remaja yang sering gagal
maupun dikarenakan peraturan yang terlalu mengikat), lingkungan
masyarakat yang memberikan masalah dalam sosialisasi, sehingga
menjadikan remaja sangat labil dalam mengatur emosi, dan
mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekelilingnya, terutama
pergaulan bebas dikarenakan rasa tidak nyaman dalam lingkungan
hidupnya.
2.5.1.3 Kegagalan remaja menyerap norma hal ini disebabkan karena
norma-norma yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang
sebenarnya adalah westernisasi.

21

2.5.2 Ciri-Ciri Pergaulan Bebas :


a. Penghamburan harta untuk memenuhi keinginan sex bebasnya
b. Upaya mendapatkan harta dan uang dengan menghalalkan
segalacara termasuk dari jalan yang haram dan keji
c. Menimbulkan perilaku munafik dalam masyarakat
d. Rasa ingin tahu yang besar
e. Rasa ingin mencoba dan merasakan
f. Terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan
pergaulan dan tanggung jawab yang dihadapi.
g. Banyak mengalami tekanan mental dan emosi.
h. Terjerat dalam pesta hura-hura ganja, putau, ekstasi, dan pil-pil

2.5.3 Dampak dari pergaulan bebas


Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya dugem
(dunia gemerlap). Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di
dalamnya marak sekali pemakaian narkoba. Ini identik sekali
dengan adanya seks bebas. Yang akhirnya berujung kepada

22

HIV/AIDS. Dan pastinya setelah terkena virus ini kehidupan


remaja akan menjadi sangat timpang dari segala segi.
2.5.4 Solusi Untuk Menyelesaikan Masalah Pergaulan Bebas
Kita semua mengetahui peningkatan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan YME, penyaluran minat dan bakat secara positif
merupakan hal-hal yang dapat membuat setiap orang mampu
mencapai kesuksesan hidup nantinya. Tetapi walaupun kata-kata
tersebut sering didengungkan tetap saja masih banyak remaja
yang melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Selain
daripada solusi di atas masih banyak solusi lainnya. Solusi-solusi
tersebut adalah sebagai berikut:
2.5.4.1 Memperbaiki cara pandang dengan mencoba bersikap optimis
danhidup dalam kenyataanDengan maksud, sebaiknya remaja
dididik dari kecil agar tidak memiliki angan-angan yang tidak
sesuai

dengan

kemampuannya

sehingga

apabila

remaja

mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya


dengan positif.
2.5.4.2 Menjaga keseimbangan pola hidup.
Yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola waktu,
emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya

23

mengatur waktu dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu


luang dengan kegiatan positf
2.5.4.3 Jujur pada diri sendiri.
Yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang
terbaik untuk diri masing-masing. Sehingga pergaulan bebas
tersebut dapat dihindari. Jadi dengan ini remaja tidak menganiaya
emosi dan diri mereka sendiri.
2.5.4.4 Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga
terbina hubungan baik dengan masyarakat untuk memberikan
batas diri terhadap kegiatan yang berdampak negatif dapat kita
mulai dengan komunikasi yang baik dengan orang-orang
disekeliling kita.
2.5.4.5 Perlunya remaja berpikir untuk masa depan.
Jarangnya remaja memikirkan masa depan. Seandainya tiap
remaja mampu menanamkan pertanyaan Apa yang akan terjadi
pada diri saya nanti jika saya lalai dalam menyusun langkah untuk
menjadi individu yang lebih baik? kemudian hal itu diiringi
dengan tindakan-tindakan positif untuk kemajuan diri para remaja.
Dengan itu maka remaja-remaja akanberpikir panjang untuk
melakukan hal-hal menyimpang dan akan berkurangnya jumlah

24

remaja yang terkena HIV & AIDS nantinya.Selain usaha dari diri
masing-masing sebenarnya pergaulan bebas dapat dikurangi
apabila setiap orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan
aktif untuk memberikan motivasi positif dan memberikan sarana
& prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya
sehingga segalanya menjadi bermanfaat dalam kehidupan tiap
remaja.
2.5.5 Cara pergaulan yang baik.
Pergaulan yang baik sebenarnya gampang-gampang susah.yang
jelas tergantung dari tingkah laku kita sendiri.Kita harus banyak
berkomunikasi dengan orang-orang yang kita percayai atau
keluarga kita sendiri.Dalam bergaul yang sangat mempengaruhi
adalah lingkungan sekitar.Ada pepatah yang mengatakan masuk
ke kandang kambing tapi jangan seperti kambing,begitu juga
dengan bergaul kita harus memperhatikan lingkungan sekeliling
kita.bagaimana cara orang cara orang berperilaku yang baik.Gaya
berbicara yang sopan dan santun dalam bergaul tidak harus
dengan cara ugal-ugalan atau ketenaran semata.Jadi yang harus
kita lakukan adalah jadi diri kamu sendiri bagaimana oarang
disekeliling kamu merasa nyaman saat berkomunikasi dengan
kita.Jadi cobalah memberanikan diri untuk mengungkapkan apa
yang ada di dalam isi hati kita.

25

2.5.6 Mengapa pergaulan bebas dapat terjadi dikalangan remaja.


Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset
Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan
penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun.
Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta,
Bandung dan Surabaya.
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja
mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan
telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu
ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual
mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut
adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.

Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak


memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks.
Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman,
Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari
persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih
dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri
tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia
juga mentransformasi dari teman yang lainnya.

26

Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai


agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja
dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah
sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan
berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi.
Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal) jika
menghadapi hal seperti ini.
Pada zaman modren sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada
kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut
terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan

27

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Kerangka konsep


Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada studi pustaka, maka
dalam kerangka konsep penelitian ini, peniliti akan menjelaskan
tentang konsep mendasari penelitian yang tersusun dalam rangka,
sehingga mudah dipahami dan menjadi acuan penelitian. Dari
kerangka konsep akan diperoleh variabel independen pengaruh
pola asuh orang tua dan variabel dependen yang terkait dengan
pergaulan bebas pada remaja.

28

Kerangka konsep yang digunakan adalah konsep


pengaruh pola asuh orang tua terhadap pergaulan
bebas pada remajamodifikasi dari berbagai pendapat
yaitu diantaranya menurut Edwards (2006),Jas Racmadiana
(2004).

Karena responden adalah masyarakat dikelurahan


jatiwarna rt 01 rw 09 maka, pengaruh pola asuh orang
tua terhadap pergaulan bebas pada remaja, yang
peneliti pilih antara lain mengetahui tentang presentase dan
kesignifikan pergaulan bebas pada anak remaja di kelurahan
Jatiwarna, dan mengetahui pengaruh pola asuh orang tua tentang
pergaulan bebas terhadap anakya yang remaja di kelurahan
Jatiwarna rt 01 rw 09 tahun 2014

Variabel Independen

Variabel Dependen
Pergaulan bebas

Pengaruh pola asuh orang


tua

pada remaja

3.2 Hipotesa Penelitian

29

3.2.1 Ada hubungan pengaruh pola asuh orang tua dengan


pergaulan bebas terhadap remaja di kelurahan Jatiwarna RT 01
RW 09

3.3 Defenisi Oprasional


N
O
1

VariabelPenelitian

Definisi Operasional

Alat Ukur

Hasil

Skala Ukur

Ukur
Variabel Independen Pola asuh adalah pola Kuisioner
pola asuh

perilaku

Ordinal

yang

diterapkan orang tua


ke pada anaknya yang
bersifat

relatif

dan

konsisten dari waktu


2

Varibel Dependen

ke waktu
pergaulan bebas adalah Kuisioner

pergaulan bebas

salah satu bentuk

Ordinal

perilaku menyimpang,
yang mana bebas
yang dimaksud adalah
melewati batas-batas
norma ketimuran yang
ada

30

31

Anda mungkin juga menyukai