TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR MEDIK
1 Definisi
2 Klasifikasi
Sinusitis Akut
Perubahan patologis mukosa sama seperti pada peradangan akut jaringan lain, yaitu
vasodilatasi diikuti oleh keluarnya serum dan leukosit terutama sel polimorfonukleus,
jaringan menjadi kemerahan, edema oleh kaki karena obstruksi, kembalinya cairan tubuh
melalui vena dan saluran getah bening, serta keluarnya cairan melalui dinding kapiler
kedalam cairan melalui dinding kapiler kedalam jaringan.
Penyembuhan bergantung kepada drainase cairan dan resorpsi cairan interseluler
kedalam kapiler dan saluran getah bening. Bila penyumbatan dan edema masih tersisa akan
terjadi degenerasi sel sehingga timbul perubahan yang sifatnya nekrotik. Sinusitis akut dapat
dibagi menjadi dua, yaitu kataral dan supuratif.
Sinusitis Kronik
Eggston membuat klasifikasi sesuai dengan perubahan patologis yang ditemukan,
yaitu :
- Sinusitis hipertrofik/sinusitis polipoid
Perubahan dimulai dengan periflebitis atau perilimfangitis. Bila serangan berulang
akan menyebabkan perubahan fibrotik yang permanen dan memperrmudah serangan
berikutnya. Pada peradangan kronik, perubahan vena dan saluran getah bening
menyebabkan edema, mukosa yang polipoid, periosteum edematous dan rerafaksi
tulang.
-
Kemudian akan terjadi atrofi dan nekrosis pada suatu tempat serta hipertrofi atau polipoid
pada tempat lain.
-
3 Anatomi Fisiologi
a. Sinus Maxillaris
Sinus maxillaris (antrum Highmori) adalah sinus yang pertama
berkembang. Struktur ini biasanya terisi cairan saat lahir. Pertumbuhan sinus ini
terjadi dalam dua fasesela pertumbuhan tahun 0-3 dan 7-12. Selama fase
terakhir, pneumatisasi menyebar lebih ke arah inferior ketika gigi permanen
erupsi. Pneumatisasi dapat sangat luas hingga akar gigi terlihat dan selapis tipis
jaringan lunak menutupi mereka.
Struktur
Sinus maxillaris dewasa berbentuk piramida yang bervolume sekitar 15 ml
(34x33x23mm). Basis sinus adalah dinding nasus dengan puncak menunjuk ke
arah processuszygomaticus. Dinding anterior mempunyai foramen infraorbital
yang terletak pada parsmidsuperior yang dilalui oleh nervus infraorbital pada
atap sinus dan keluar melaluiforamen tersebut. Bagian tertipis dinding anterior
terletak di superior gigi caninus padafossa canina. Atap dibentuk oleh lantai
cavum orbita dan dipisahkan oleh perjalanannervus infraorbitalis. Dinding
posterior tidak jelas. Di sebelah posterior dinding initerdapat fossa
pterygomaxillaris
yang
dilewati
arteri
maxillaris
interna,
ganglionsphenopalatina dan canalis Vidian yang dilewati nervus palatinus
mayor dan foramenrotundum. Lantai, seperti didiskusikan di atas, bervariasi
ketinggiannya. Dari lahir hinggausia 9 tahun, lantai sinus berada di atas cavitas
nasalis. Pada usia 9 tahun, lantai sinus biasanya berada sejajar dengan lantai
nasus. Lantai biasanya terus berkembang ke inferior seiring dengan
pneumatisasi sinus maxillaris. Karena hubungannya berdekatan dengangigi
geligi, penyakit gigi dapat menyebabkan infeksi sinus maxillaris dan ekstraksi
gigi dapat mengakibatkan fistula oroantral.
Suplai Darah
Sinus maxillaris disuplai oleh arteri maxillaris interna. Arteri ini
termasuk mempercabangkan arteri infraorbitalis (berjalan bersama nervus
infraorbitalis), sphenopalatina rami lateralis, palatina mayor dan arteri
alveolaris. Drainase vena berjalandi sebelah anterior menuju vena facialis dan di
sebelah posterior menuju vena maxillarisdan jugularis terhadap sistem sinus
dural.
Inervasi
Sinus maxillaris diinervasi oleh rami maxillaris. Secara rinci, nervus
palatina mayor dannervus infraorbital.
Struktur Terkait (Ductus nasolacrimalis)
Ductus nasolacrimalis merupakan drainase saccus lacrimalis dan berjalan
dari fossalacrimalis pada cavum orbita, dan bermuara pada bagian anterior
meatus nasalis inferior.Ductus terletak sangat berdekatan dengan ostium
maxillaris (kira-kira 4-9 di sebelahanterior ostium.
Ostium Natural
Ostium maxillaris terletak di bagian superior dinding medial sinus. Ostium
ini biasanya terletak setengah posterior infundibulum ethmoidalis atau di
sebelah posterior sepertiga inferior processus uncinatus. Tepi posterior ostia
bersambungan dengan lamina papyracea, sehingga menjadi patokan batas lateral
diseksi bedah. Ukuran ostium kira-kira2,4 mm tetapi dapat bervariasi dari 1 17
mm. Delapan puluh delapan persen ostiummaxillaris tersembunyi di posterior
processus uncinatus dan dengan demikian tidak dapatterlihat dengan endoskopi.
Ostium accessoris/ Fontanella Anterior/ Posterior
Ostium ini non-fungsional dan berfungsi untuk drainase sinus jika ostium
naturaltersumbat dan tekanan atau gravitasi intrasinus menggerakkan material
keluar dariostium. Ostium accessoris biasanya ditemukan di fontanela posterior.
b. Sinus Ethmoidalis
Sinus ethmoidalis terlihat jelas sebagai struktur yang berisi cairan pada bayi
yang baru lahir. Selama perkembangan fetus, cellula ethmoidalis anterior
berkembang terlebihdahulu, yang kemudian diikuti dengan cellula ethmoidalis
posterior. Cellula berkembang bertahap dan berukuran optimal pada usia 12
tahun. Cellula biasanya tidak nampak padaradiografi hingga usia satu tahun.
Septa bertahap menipis dan berpneumatisasi ketika usia bertambah. Cellula
ethmoidalis adalah sinus yang paling bervariasi dan kadangditemukan di
superior cavum orbita, lateral terhadap sinus sphenoidalis, ke arah atapsinus
Sinus Frontalis
Os frontal adalah tulang membranosa saat lahir sehingga jarang lebih dari
saturecessus hingga tulang mulai menulang sekitar usia dua tahun. Dengan
demikian,radiografi jarang menunjukkan struktur ini sebelum usia dua tahun.
Pertumbuhan sejati bermula pada usia lima tahun dan berlanjut hingga akhir
usia belasan tahun.
Struktur
Volume sinus sekitar 6 7 ml (28 x 24 x 20 mm). Anatomi sinus frontalis
sangat bervariasi, tetapi pada umumnya berbentuk corong dan mengarah ke
superior. Kedalamansinus adalah dimensi yang paling signifikan secara bedah
karena menentukan limitasi pendekatan bedah. Kedua sinus frontalis
mempunyai ostia di sebelah posteromedial. Halini yang menyebabkan sinus ini
jarang terlibat dalam penyakit infeksi. Baik dindinganterior dan posterior sinus
terdiri atas diploe. Meski demikian, dinding posterior (memisahkan sinus
frontalis dengan fossa cranii anterior) jauh lebih tipis. Dasar sinusikut
membentuk atap cavum orbital.
Pasokan Vascular
Sinus frontalis disuplai oleh arteri oftalmik melalui arteri andsupratroclear
supraorbital. Drainase vena melalui vena oftalmik unggul sinus thecavernous
dan melalui venulae kecil di dinding posterior yang mengalir ke duralsinuses.
Persarafan
Etiologi
a. Pada sinusitis akut disebabkan oleh:
Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan
Parainfluenza virus).
Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau
drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka
bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan
menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan
sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor
Septum nasi yang bengkok
Tonsilitis yang menahun
gejala: Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada
pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang
berbau dan bercampur darah.
sinusitis edmoid akut
Gejala : ingus kental di hidung dan nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.
sinusitis frontal akut
Gejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah
sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.
sinusitis sfenoid akut
Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring
sinusitis kronis
Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya
rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.
8 Test Diagnostik
a. Rinoskpopi anterior
Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema.Pada sinusitis
maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau
nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan
sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.
b. Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
c. Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1).
d. Transiluminasi (diaphanoscopia)
Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi
bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram
dibanding sisi yang normal.
e. X Foto sinus paranasalis:
- Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Waters, Posteroanterior
dan Lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas
cairan udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.
- Posisi Waters adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya
terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala
pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi
ini terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan
etmoid.
- Posisi Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan Posisi Lateral untuk
menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid.
f. Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan
sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan
tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak
homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan
ujung jari jempol. Pada waktu lubang ditutup maka akan terisap ingus
dari sinus. Pada waktu meneteskan HCL ini, lubang di pipa tidak ditutup.
Tindakan pencucian menurut cara ini dilakukan 2 kali seminggu.
Pembedahan dilakukan :
- bila setelah dilakukan pencucian sinus 6 kali ingus masih tetap kental.
- bila foto rontgen sudah tampak penebalan dinding sinus paranasal.
- Persiapan sebelum pembedahan perlu dibuat foto ( pemeriksaan)
dengan CT scan.
Macam pembedahan sinus paranasal
Sinus maksila
- Antrostomi, yaitu membuat saluran antara rongga hidung dengan
sinus maksila di bagian lateral konka inferior. Gunanya ialah untuk
mengalirkan nanah dan ingus yang terkumpul di sinus maksila.
Alat yang perlu disiapkan ialah :
Operasi Caldwell-Luc
Operasi ini ialah membuka sinus maksila, dengan menembus
tulang pipi. Supaya tidak terdapat cacat di muka, maka insisi
dilakukan di bawah bibir, di bagian superior ( atas ) akar gigi geraham
1 dan 2. Kemudian jaringan diatas tulang pipi diangkat kearah
superior, sehingga tampak tulang sedikit di atas cuping hidung, yang
disebut fosa kanina. Dengan pahat atau bor tulang itu dibuka, dengan
demikian rongga sinus maksila kelihatan. Dengan cunam pemotong
tulang lubang itu diperbesar. Isi sinus maksila dibersihkan. Seringkali
akan terdapat jaringan granulasi atau polip di dalam sinus maksila.
Setelah sinus bersih dan dicuci dengan larutan bethadine, maka dibuat
anthrostom. Bila terdapat banyak perdarahan dari sinus maksila, maka
dimasukkan tampon panjang serta pipa dari plastik, yang ujungnya
disalurkan melalui antrostomi ke luar rongga hidung. Kemudian luka
insisi dijahit.
Sinus etmoid
Pembedahan untuk membersihkan sinus etmoid, dapat dilakukan
dari dalam hidung (intranasal) atau dengan membuat insisi di batas
hidung dengan pipi (ekstranasal).
- Etmoidektomi intranasal
Alat yang diperlukan ialah :
spekulum hidung
cunam pengangkat polip
kuret ( alat pengerok )
alat pengisap
tampon
Tindakan dilakukan dengan pasien dibius umum ( anastesia).
Dapat juga dengan bius lokal (analgesia). Setelah konka media di dorong
ke tengah, maka dengan cunam sel etmoid yang terbesar ( bula etmoid )
dibuka. Polip yang ditemukan dikeluarkan sampai bersih. Sekarang
tindakan ini dilakukan dengan menggunakan endoskop, sehingga apa
yang akan dikerjakan dapat dilihat dengan baik. Perawatan pasca-bedah
yang terpenting ialah memperhatikan kemungkinan perdarahan.
-
Etmoidektomi ekstranasal
Insisi dibuat di sudut mata, pada batas hidung dan mata. Di
daerah itu sinus etmoid dibuka, kemudian dibersihkan.
Sinus frontal
Pembedahan untuk membuka sinus frontal disebut operasi Killian.
Insisi dibuat seperti pada insisi etmoidektomi ekstranasal, tetapi
kemudian diteruskan ke atas alis.Tulang frontal dibuka dengan pahat
atau bor, kemudian dibersihkan. Salurannya ke hidung diperikasa, dan
bila tersumbat, dibersihkan. Setelah rongga sinus frontal bersih, luka
insisi dijahit, dan diberi perban-tekan. Perban dibuka setelah seminggu.
Seringkali pembedahan untuk membuka sinus frontal dilakukan bersama
dengan sinus etmoid, yang disebut fronto-etmoidektomi.
Sinus sfenoid
Pembedahan untuk sinus sfenoid yang aman sekarang ini ialah
dengan memakai endoskop. Biasanya bersama dengan pembersihan
sinus etmoid dan muara sinus maksila serta muara sinus frontal, yang
disebut Bedah Endoskopi Sinus Fungsional.
10
Komplikasi
a. Kelainan pada orbita
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang
tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut,
namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan
dapat menimbulkan infeksi isi orbita juga.
Pada komplikasi ini terdapat lima tahapan yaitu:
Peradangan atau reaksi edema yang ringan
Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan
ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang
memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok
umur ini.
Selulitis orbita
Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita
namun pus belum terbentuk.
Abses subperiosteal
Pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan
proptosis dan kemosis.
Abses orbita
Pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tahap ini
disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih
serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis
konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin
bertambah.
Thrombosis sinus kavernosus
Akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena kedalam sinus kavernosus,
kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.
b. Kelainan intrakranial
Meningitis
Salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut, infeksi
dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung
dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis
atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.
Abses dura
Kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali
mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya
mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu
menimbulkan tekanan intra kranial.
Abses subdura
Kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan otak.
Gejala yang timbul sama dengan abses dura.
Abses otak
Setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat
terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.
c. Osteitis dan Osteomylitis
Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis
adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala
sistemik berupa malaise, demam dan menggigil.
d. Mukokel
Suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini paling
sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi
mukus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan
sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis
struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada
dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus
sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan
dengan menekan saraf didekatnya.
e. Pyokokel
Mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun lebih
akut dan lebih berat
Pengkajian
a. Data demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
b. Riwayat sakit dan kesehatan
Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala sinus dan tenggorokan
Riwayat kesehatan masa kini
Klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang sering kambuh, demam,
pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara dua mata, penciuman
berkurang.
Riwayat kesehatan masa lalu
- Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau
trauma.
- Klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT
- Klien pernah menderita sakit gigi geraham.
Riwayat penyakit keluarga
pengkajian psiko-sosio-spiritual
- Intrapersonal : Perasaan yang dirasakan klien ( cemas atau sedih )
- Interpersonal : hubungan dengan orang lain
Pola fungsi kesehatan
- Pola persepsi dan tatalaksana hidup
Contohnya untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat
tanpa memperhatikan efek samping.
- Pola nutrisi
Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d penumpukan sekret yang mengental
b. Nyeri b/d peradangan sinus
c. Hipertermi b/d proses infeksi
d. Resti gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
Intervensi Keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tak efektif b/d penumpukan sekret yang mengental
Tujuan: bersihan nafas efektif setelah dilakukan asuhan keperawatan
KH:
- Respiratory Rate 12-20x/menit
- Suara napas tambahan tidak ada
- Ronkhi (-)
- Dapat melakukan batuk efektif
Intervensi
1. Observasi tanda tanda vital
R/ Untuk mengetahui perkembangan kesehatan klien.
2. Ajarkan batuk efektif (pada px. yang tidak mengalami penurunan kesadaran
dan mampu melakukan batuk efektif).
R/ Mengeluarkan secret dari jalan nafas khusunya pada pasien yang tidak
mengalami penurunan gangguan kesadaran dan bisa melakukan batuk
efektif.
Kolaborasi
3. Lakukan suctioning (pada px. yang mengalami penurunan kesadaran dan
tidak mampu melakukan batuk efektif).
4. R/ Mengeluarkan secret dari paru.
5. Berikan nebulizing.
R/ Nebulizing dapat mengencerkan secret dan berperan sebagai
bronkodilator untuk melebarkan jalan nafas.
6. Foto thoraks dada serta melakukan clapping atau vibrasi
R/ Mengetahui letak secret dan mengakumulasi secret di supsternal
sehingga mudah untuk di drainase.
b) Nyeri b/d peradangan sinus
Tujuan: nyeri dapat terkontrol/berkurang setelah dilakukan asuhan keperawatan
KH: