Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR MEDIK
1 Definisi

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya


disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab
utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
Sinusitis adalah : merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh
kuman atau virus.
Sinusitis mencakup proporsi yang tinggi dalam infeksi saluran pernapasan atas.

2 Klasifikasi

Sinusitis dibagi menjadi :


Sinusitis maksilaris
Sinusitis pada anak merupakan salah satu penyakit yang penting diantara penyakit
peradangan jalan pernafasan, tetapi keadaan ini sering tidak dipikirkan karena disamping
gejala subjektif minimal, juga karena masih kurangnya perhatian para dokter terhadap
penyakit ini, sehingga biasanya penderita hanya di diagnosis sebagai rinitis akut.

Sinusitis Akut
Perubahan patologis mukosa sama seperti pada peradangan akut jaringan lain, yaitu
vasodilatasi diikuti oleh keluarnya serum dan leukosit terutama sel polimorfonukleus,
jaringan menjadi kemerahan, edema oleh kaki karena obstruksi, kembalinya cairan tubuh
melalui vena dan saluran getah bening, serta keluarnya cairan melalui dinding kapiler
kedalam cairan melalui dinding kapiler kedalam jaringan.
Penyembuhan bergantung kepada drainase cairan dan resorpsi cairan interseluler
kedalam kapiler dan saluran getah bening. Bila penyumbatan dan edema masih tersisa akan
terjadi degenerasi sel sehingga timbul perubahan yang sifatnya nekrotik. Sinusitis akut dapat
dibagi menjadi dua, yaitu kataral dan supuratif.

Sinusitis Kronik
Eggston membuat klasifikasi sesuai dengan perubahan patologis yang ditemukan,
yaitu :
- Sinusitis hipertrofik/sinusitis polipoid
Perubahan dimulai dengan periflebitis atau perilimfangitis. Bila serangan berulang
akan menyebabkan perubahan fibrotik yang permanen dan memperrmudah serangan
berikutnya. Pada peradangan kronik, perubahan vena dan saluran getah bening
menyebabkan edema, mukosa yang polipoid, periosteum edematous dan rerafaksi
tulang.
-

Sinusitis sklerotik/sinusitis atrofik


Pada tingkat permulaan terjadi reaksi seluler sekitar arteri atau arteriol, kemudian
pembuluh darah menebal, lumen menyempit dan terjadi endarteritis atau trombosis.

Kemudian akan terjadi atrofi dan nekrosis pada suatu tempat serta hipertrofi atau polipoid
pada tempat lain.
-

Sinusitis hipertroik papiler


Jarang ditemukan. Tampak metaplasi epitel torak bersilia menjadi epitel khusus
berlapis atau epitel khusus berlapis atau epitel hiperplasitik papiler. Hal ini sering
menimbulkan kekeliuran akan tumor.

3 Anatomi Fisiologi

a. Sinus Maxillaris
Sinus maxillaris (antrum Highmori) adalah sinus yang pertama
berkembang. Struktur ini biasanya terisi cairan saat lahir. Pertumbuhan sinus ini
terjadi dalam dua fasesela pertumbuhan tahun 0-3 dan 7-12. Selama fase
terakhir, pneumatisasi menyebar lebih ke arah inferior ketika gigi permanen
erupsi. Pneumatisasi dapat sangat luas hingga akar gigi terlihat dan selapis tipis
jaringan lunak menutupi mereka.
Struktur
Sinus maxillaris dewasa berbentuk piramida yang bervolume sekitar 15 ml
(34x33x23mm). Basis sinus adalah dinding nasus dengan puncak menunjuk ke
arah processuszygomaticus. Dinding anterior mempunyai foramen infraorbital
yang terletak pada parsmidsuperior yang dilalui oleh nervus infraorbital pada
atap sinus dan keluar melaluiforamen tersebut. Bagian tertipis dinding anterior
terletak di superior gigi caninus padafossa canina. Atap dibentuk oleh lantai
cavum orbita dan dipisahkan oleh perjalanannervus infraorbitalis. Dinding
posterior tidak jelas. Di sebelah posterior dinding initerdapat fossa
pterygomaxillaris
yang
dilewati
arteri
maxillaris
interna,
ganglionsphenopalatina dan canalis Vidian yang dilewati nervus palatinus
mayor dan foramenrotundum. Lantai, seperti didiskusikan di atas, bervariasi
ketinggiannya. Dari lahir hinggausia 9 tahun, lantai sinus berada di atas cavitas
nasalis. Pada usia 9 tahun, lantai sinus biasanya berada sejajar dengan lantai
nasus. Lantai biasanya terus berkembang ke inferior seiring dengan
pneumatisasi sinus maxillaris. Karena hubungannya berdekatan dengangigi

geligi, penyakit gigi dapat menyebabkan infeksi sinus maxillaris dan ekstraksi
gigi dapat mengakibatkan fistula oroantral.
Suplai Darah
Sinus maxillaris disuplai oleh arteri maxillaris interna. Arteri ini
termasuk mempercabangkan arteri infraorbitalis (berjalan bersama nervus
infraorbitalis), sphenopalatina rami lateralis, palatina mayor dan arteri
alveolaris. Drainase vena berjalandi sebelah anterior menuju vena facialis dan di
sebelah posterior menuju vena maxillarisdan jugularis terhadap sistem sinus
dural.
Inervasi
Sinus maxillaris diinervasi oleh rami maxillaris. Secara rinci, nervus
palatina mayor dannervus infraorbital.
Struktur Terkait (Ductus nasolacrimalis)
Ductus nasolacrimalis merupakan drainase saccus lacrimalis dan berjalan
dari fossalacrimalis pada cavum orbita, dan bermuara pada bagian anterior
meatus nasalis inferior.Ductus terletak sangat berdekatan dengan ostium
maxillaris (kira-kira 4-9 di sebelahanterior ostium.
Ostium Natural
Ostium maxillaris terletak di bagian superior dinding medial sinus. Ostium
ini biasanya terletak setengah posterior infundibulum ethmoidalis atau di
sebelah posterior sepertiga inferior processus uncinatus. Tepi posterior ostia
bersambungan dengan lamina papyracea, sehingga menjadi patokan batas lateral
diseksi bedah. Ukuran ostium kira-kira2,4 mm tetapi dapat bervariasi dari 1 17
mm. Delapan puluh delapan persen ostiummaxillaris tersembunyi di posterior
processus uncinatus dan dengan demikian tidak dapatterlihat dengan endoskopi.
Ostium accessoris/ Fontanella Anterior/ Posterior
Ostium ini non-fungsional dan berfungsi untuk drainase sinus jika ostium
naturaltersumbat dan tekanan atau gravitasi intrasinus menggerakkan material
keluar dariostium. Ostium accessoris biasanya ditemukan di fontanela posterior.
b. Sinus Ethmoidalis
Sinus ethmoidalis terlihat jelas sebagai struktur yang berisi cairan pada bayi
yang baru lahir. Selama perkembangan fetus, cellula ethmoidalis anterior
berkembang terlebihdahulu, yang kemudian diikuti dengan cellula ethmoidalis
posterior. Cellula berkembang bertahap dan berukuran optimal pada usia 12
tahun. Cellula biasanya tidak nampak padaradiografi hingga usia satu tahun.
Septa bertahap menipis dan berpneumatisasi ketika usia bertambah. Cellula
ethmoidalis adalah sinus yang paling bervariasi dan kadangditemukan di
superior cavum orbita, lateral terhadap sinus sphenoidalis, ke arah atapsinus

maxillaris dan di sebelah superoanterior sinus frontalis. Cellula-cellula ini


memilikinama. Cellula di sebelah superior cavum orbit disebut cellula
supraorbital dan ditemukan pada sekitar 15% pasien. Invasi cellula ethmoidalis
hingga lantai sinus frontalis disebut bulla frontalis. Perluasan hingga ke concha
nasalis media disebut concha bullosa. Celluladi atap sinus maxillaris
(infraorbital) disebut cellula Haller, dan ditemukan pada 10% populasi.
Cellula ini dapat menyumbat ostium, menyempitkan infundibulum
danmengakibatkan gangguan fungsi normal sinus. Sedangkan cellula yang
meluas secaraanterolateral ke arah sinus sphenoidalis disebut cellula Onodi
(10%). Variabilitas umumcellula ini menjadikan pencitraan preoperatif penting
untuk assesment anatomi individu pasien.
Struktur
Cellula ethmoidalis posterior dan anterior bervolume 15 ml (3,3 x 2,7 x 1,4
cm). Cellulaethmoidalis berbentuk seperti piramida dan terbagi menjadi cellula
kecil jamak yangdipisahkan oleh septum tipis. Atap cellula ethmoidalis terdiri
atas struktur penting. Atapcellula ethmoidalis melandai ke posterior (15 derajat)
dan medial. Dua-pertiga anterior atap tebal dan kuat dan terdiri atas os frontal
dan foveola ethmoidalis. Sepertiga posterior lebih superior di sebelah lateral dan
melandai ke inferior ke arah lamina et foraminacribosa. Perbedaan ketinggian
antara atap lateral dan medial bervariasi, antara 15 17mm. Bagian posterior
cellula ethmoidalis berbatasan dengan sinus sphenoidalis. Dindinglateral adalah
lamina papyracea/ lamina orbitalis.
Suplai Darah
Sinus ethmoidalis disuplai dari arteri carotis interna dan externa.
Arterisphenopalatina dan arteri opthalmicus (yang bercabang menjadi arteri
ethmoidalisanterior dan posterior) mensuplai sinus. Drainase vena mengikuti
aliran arteri sehinggadapat mengetahui infeksi yang terjadi intrakranial.
Inervasi
Nervus maxillaris dan mandibularis menginervasi sinus ethmoidalis.
Nervusmaxillaris menginervasi bagian superior sedangkan nervus mandibularis
menginervasiregio inferior. Inervasi parasimpatis melalui nervus Vidian.
Inervasi simpatis melaluiganglion simpatis cervicalis dan melalui arteri ke arah
mukosa sinus.
Struktur Terkait (Lamella Basalis Concha Nasalis Media)
Struktur ini memisahkan antara cellula ethmoidalis anterior dan
posterior;merupakan perlekatan concha nasalis media dan berjalan pada tiga
bidang yang berbedadalam perjalanannya dari anterior dan posterior. Bagian
paling anterior terletak vertikaldan terinsersi pada crista ethmoidalis dan basis
cranii. Sepertiga media berjalan oblik danterinsersi pada lamina papyracea.
Sepertiga posterior berjalan horizontal dan berinsersi pada lamina papyracea.
Ruang di sebelah inferior concha nasalis media diistilahkanmeatus nasi media,

yang menjadi drainase sinus maxxillaris, sinus frontalis dan sinusethmoidalis.


Kerusakan akibat bedah terhadap bagian anterior atau posterior conchanasalis
media dapat melabilkan struktur ini dan di sebelah anterior berisiko
merusak lamina et foramina cribosa.
Cellula Ethmoidalis Anterior dan Posterior
Cellula ethmoidalis anterior terletak anterior terhadap lamella basalis.
Cellula ethmoidalisanterior berdrainase ke meatus nasi media melalui
infundibulum ethmoidalis. Cellulaethmoidalis anterior termasuk agger nasi,
bulla ethmoidalis dan cellula ethmoidalisanterior lainnya. Cellula ethmodalis
posterior berdrainase ke meatus nasalis superior dan berbatasan dengan sinus
sphenoidalis. Cellula ethmoidalis anterior lebih sedikit jumlahnya dan lebih
besar ukurannya daripada cellula ethmoidalis anterior.
Cellula agger nasi
Cellula agger nasi terletak pada os lacrimalis di sebelah anterior dan
superior terhadap persimpangan antara concha nasalis media dengan dinding
nasal (sering dideskripsikansebagai penonjolan pada dinding nasus lateral
dimana concha nasalis media melekat).Agger nasi tersembunyi di posterior
bagian paling anterior processus uncinatus dan berdrainase menuju hiatus
semilunaris. Agger nasi adalah cellula yang berpneumatisasi pada bayi yang
baru lahir dan prominen selama masa kanak-kanak. Jumlahnya dari satu hingga
tiga. Dinding posterior cellula membentuk dinding anterior recessus
frontalis.Atap cellula ethmoidalis adalah dasar sinus frontalis, dan dengan
demikian menjadi patokan penting pembedahan sinus frontalis.
Bulla Ethmoidalis
Bulla ethmoidalis adalah patokan yang letaknya paling konstan untuk
tindakan bedah.Bulla ethmoidalis terletak di sebelah superior infundibulum
ethmoidalis dan tepi superior dan permukaan lateral/ inferior processus
uncinatus membentuk hiatus semilunaris. Bullaethmoidalis biasanya paling
besar diantara cellula ethmoidalis anterior. Arteri ethmoidalisanterior biasanya
berjalan melawati atap cellula ini. Recessus suprabulla dan retrobulladapat
terbentuk ketika bulla ethmoidalis tidak meluas hingga basis cranii.
Recessussuprabulla terbentuk ketika terdapat celah diantara atap bulla
ethmoidalis dan fovea.Spasia retrobulla terbentuk ketika terdapat celah antara
lamella basalis dan bullaethmoidalis. Spasia retrobulla terbuka menuju struktur
yang disebut hiatus semilunaris superior.
Infundibulum Ethmoidalis
Perkembangan infundibulum mendahului sinus. Recessus ini, dimana
sinusethmoidalis, sinus maxillaris dan sinus frontalis berdrainase dibentuk oleh
bermacam-macam struktur. Dinding anterior terbentuk oleh processus
uncinatus, dinding medialadalah processus frontalis os maxilla dan lamina
papyracea. Dinding anterior berjalan keanterior berkelanjutan dengan recessus

frontalis hingga batas posterior dimana processusuncinatus melekat ke lamina.


Lubang di sebelah superior recessus disebut hiatussemilunaris. Sinus maxillaris
juga ditemukan pada daerah ini.
Arteri Ethmoidalis Posterior/ Anterior
Arteri ethmoidalis anterior dan posterior dipercabangkan dari arteri
opthalmicusdi cavum orbita. Arteri anterior menembus musculus rectus medialis
dan berpenetrasilamina papyracea. Arteri kemudian melintasi atap sinus
ethmoidalis, kadang mensuplailamina et foramina cribosa dan septum anterior.
Arteri ini biasanya single dan besar dandapat menutup ke inferior menuju
cellula. Posisinya berdekatan dengan struktur yangletaknya lebih medial, yaitu
fovea ethmoidalis. Arteri ethmoidalis posterior melewatimusculus rectus
medialis, menembus lamina papyracea dan berjalan melalui cellulaethmoidalis
posterior (biasanya berhubungan dengan dinding anterior cellula
ethmoidalis paling-posterior) hingga ke septum. Arteri ini mensuplai sinus
ethmoidalis posterior, bagian concha nasalis superior dan media dan sebagian
kecil septum posterior. Arteri ini biasanya lebih kecil dan bercabang. Posisi
arteri ethmoidalis posterior berhubungandengan posisi nervus opticus yang
berdekatan dengan atap cavum orbita.
c.

Sinus Frontalis
Os frontal adalah tulang membranosa saat lahir sehingga jarang lebih dari
saturecessus hingga tulang mulai menulang sekitar usia dua tahun. Dengan
demikian,radiografi jarang menunjukkan struktur ini sebelum usia dua tahun.
Pertumbuhan sejati bermula pada usia lima tahun dan berlanjut hingga akhir
usia belasan tahun.
Struktur
Volume sinus sekitar 6 7 ml (28 x 24 x 20 mm). Anatomi sinus frontalis
sangat bervariasi, tetapi pada umumnya berbentuk corong dan mengarah ke
superior. Kedalamansinus adalah dimensi yang paling signifikan secara bedah
karena menentukan limitasi pendekatan bedah. Kedua sinus frontalis
mempunyai ostia di sebelah posteromedial. Halini yang menyebabkan sinus ini
jarang terlibat dalam penyakit infeksi. Baik dindinganterior dan posterior sinus
terdiri atas diploe. Meski demikian, dinding posterior (memisahkan sinus
frontalis dengan fossa cranii anterior) jauh lebih tipis. Dasar sinusikut
membentuk atap cavum orbital.
Pasokan Vascular
Sinus frontalis disuplai oleh arteri oftalmik melalui arteri andsupratroclear
supraorbital. Drainase vena melalui vena oftalmik unggul sinus thecavernous
dan melalui venulae kecil di dinding posterior yang mengalir ke duralsinuses.

Persarafan

Sinus frontalis dipersarafi oleh cabang V1. Secara khusus, nervesinclude


cabang supraorbital dan supratroklearis.
Struktur Terkait (Recessus Frontalis)
Recessus frontalis adalah ruangan yang ada diantara sinus frontalis dengan
hiatussemilunaris. Batas anterior dengan cellula agger nasi dan di sebelah
superior dengansinus frontalis, di sebelah medial dengan concha nasalis media
dan di sebelah lateraldengan lamina papyracea. Kavitas menyerupai dumbbel,
sinus frontalis menyempit padaostium sinus dan kemudian terbuka lagi menuju
recessus frontalis yang melebar.Tergantung dari perluasan pneumatisasi sinus
ethmoidalis, recessus ini dapat berbentuk tubuler sehingga penyempitan
dumbbell menjadi lebih panjang. Struktur anomali sepertisinus lateralis (sebelah
posterior recessus frontalis pada basis cranii) dan bulla frontalis(sebelah anterior
recessus pada dasar sinus frontalis) dapat disalahartikan sebagai sinusfrontalis
selama pembedahan sinus.
d. Sinus Sphenoidalis
Sinus sphenoidalis adalah sinus yang unik karena tidak berasal dari
outpouchingcavum nasi. Sinus ini berasal dari kapsul nasalis embrio. Sinus
sphenoidalis tetap tidak berkembang sampai usia tiga tahun. Pada usia tujuh
tahun, pneumatisasi telah mencapaisella turcica. Pada usia 18 tahun, sinus telah
mencapai ukuran penuh.
Struktur
Pada akhir usia belasan tahun, sinus mencapai ukuran penuh dengan
volume 7,5ml (23 x 20 x 17 mm). Pneumatisasi sinus ini, seperti sinus frontalis,
sangat bervariasi.Umumnya, struktur bilateral ini terletak di bagian
posterosuperior cavum nasi. Pneumatisasi dapat meluas hingga clivus, ala
sphenoidalis dan foramen magnum.Dinding sinus sphenoidalis bervariasi dalam
ketebalan dengan dinding anterosuperior danatap paling tipis (0,1 1,5 mm).
Dinding lainnya lebih tebal. Bagian paling tipis dindinganterior adalah 1 cm dari
fovea ethmoidalis. Posisi sinus dan hubungan anatomitergantung pada perluasan
pneumatisasi. Sinus dapat terletak di sebelah anterior ataupundi sebelah inferior
sella turcica (concha, presella, sella, sella/ postsella). Posisi paling posterior
dapat terletak berdekatan dengan struktur vital seperti arteri carotis,
nervusopticus, nervus maxillaris, nervus Vidian, pons, sella turcica, dan sinus
cavernosus.Struktur-struktur ini kadang diidentifikasi sebagai lekukan pada atap
dan dinding sinus.Pengambilan septa sinus harus berhati-hati karena berlanjutan
dengan canalis carotis dancanalis opticus dan dapat mengakibatkan kematian
dan kebutaan.Ostium sinus sphenoidalis bermuara ke recessus
sphenoethmoidalis. Ostiumsangat kecil (0,5 4 mm) dan terletak sekitar 10 mm
di atas dasar sinus. Tiga-puluhderajat sudut yang digambar dari dasar cavum
nasi anterior dapat digunakan sebagai perkiraan lokasi ostium dinding nasal
posterosuperior. Ostium biasanya terletak disebelah medial concha nasalis

suprema/ superior, dan hanya beberapa milimeter darilamina et foramina


cribosa.
Suplai Darah
Arteri ethmoidalis posterior mensuplai atap sinus sphenoidalis. Bagian
sinuslainnya disuplai oleh arteri sphenopalatina. Drainase vena melalui vena
maxillarismenuju pleksus jugularis dan pterygoideus.
Fungsi Sinus
Fungsi sinus termasuk untuk menghangatkan atau melembabkan udara yang
dihirup, membantu pengaturan tekanan intranasal dan tekanan gas serum (dan
terkadang ventilasi permenit), berperan dalam pertahanan tubuh, meningkatkan
area permukaan mukosa, meringankan tengkorak, memberikan resonansi suara,
penyerap shock dan berperan dalam pertumbuhan tulang muka. Hidung adalah
pelembab dan penghangat udara yang menakjubkan. Bahkan dengan aliran
udara 7 liter permenit, hidung belum mencapai kemampuan maksimalnya untuk
melaksanakan fungsi ini. Proses melembabkan nasus telah berkontribusi
sebanyak 6,9 mm Hg serum pO2. Meskipun mukosa nasus paling baik untuk
melaksanakan tugas ini, sinus juga berkontribusi. Beberapa peneliti
menunjukkan
bahwa
individu
yang
bernafas
dengan
mulut
mempunyai penurunan volume tidal CO2 yang dapat menaikkan serum CO2
dan sleep apnea. Sinus memproduksi mukus dalam jumlah besar, maka sinus
berkontribusi besar terhadap sistem imun/ filtrasi udara melalui hidung. Mukosa
nasus dan sinus bersilia dan berfungsi untuk menggerakkan mukus menuju
choana dan gaster di inferior. Lapisan superfisial yang menebal pada mukosa
nasal bertindak sebagai perangkap bakteri dan memecah substansi melalui selsel imun, antibodi dan protein antibakteri, lapisan solyang mendasari lebih tipis
dan menghasilkan substrat yang dapat menggerakkan silia; ujung silia melekat
pada lapisan superfisial dan mendorong substrat ke arah gerakan. Kecuali
tersumbat oleh penyakit ataupun variasi anatomi, sinus menggerakkan mukus
keluar dari ostium menuju choana. Fungsi sinus yang menonjol adalah sebagai
bilik peresonansi saat berbicara. Sinus menjadi tempat umum terjadinya infeksi.
4

Etiologi
a. Pada sinusitis akut disebabkan oleh:
Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan
Parainfluenza virus).
Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau
drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka
bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan
menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan
sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor
Septum nasi yang bengkok
Tonsilitis yang menahun

b. Pada sinusitis kronis disebabkan oleh:


Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
Alergi
Karies dentis ( gigi geraham atas )
Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
Benda asing di hidung dan sinus paranasal
Tumor di hidung dan sinus paranasal.
Sinusitis paling sering mngenai sinus maksila (Antrum Highmore), karena
merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar,
sehingga aliran sekret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan
silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga
infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila terletak di
meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah
tersumbat.
5 Patofisiologi
Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernafasan.
bakteri dan virus yang masuk ke rongga hidung kemudian menginfeksi
lapisan rongga sinus yang menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus &
menjadi tempat tumbuhnya bakteri yang menyebabkan terkumpulnya sekret.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan
media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen.
Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi
antibiotic.
Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus
berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi,
polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan
tindakan operasi.
6 Patoflow Diagram
7 Manifestasi Klinis
sinusitis maksila akut

gejala: Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada
pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang
berbau dan bercampur darah.
sinusitis edmoid akut
Gejala : ingus kental di hidung dan nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.
sinusitis frontal akut
Gejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah
sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.
sinusitis sfenoid akut
Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring
sinusitis kronis
Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya
rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.

8 Test Diagnostik
a. Rinoskpopi anterior
Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema.Pada sinusitis
maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau
nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan
sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.
b. Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
c. Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1).
d. Transiluminasi (diaphanoscopia)
Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi
bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram
dibanding sisi yang normal.
e. X Foto sinus paranasalis:
- Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Waters, Posteroanterior
dan Lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas
cairan udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.
- Posisi Waters adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya
terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala
pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi
ini terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan
etmoid.
- Posisi Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan Posisi Lateral untuk
menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid.
f. Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan
sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan
tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak
homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan

sklerotik (pada kasus-kasus kronik).Hal-hal yang mungkin ditemukan pada


pemeriksaan CT-Scan :
- Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada
pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar
membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama
makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid level.
- Polip yang mengisi ruang sinus
- Polip antrokoanal
- Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus
- Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh
massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan
sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran
perifer.
g. Pemeriksaan setiap sinus
- Sinusitis maksila akut
Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-kadang
dapat terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa hidung
tampak membengkak (edema) dan merah (hiperemis). Pada pemeriksaan
tenggorok,
terdapat
ingus
kental
di
nasofaring.
Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam
mulut dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila yang
normal gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus maksila
gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Untuk diagnosis
diperlukan foto rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus maksila, dapat
sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah (bilateral ).
- Sinusitis etmoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema
dan hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus etmoid.
- Sinusitis frontal
Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di
kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan
tampak bentuk sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal, dan
kurang terang atau gelap pada sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan
radiologik, tampak pada foto roentgen daerah sinus frontal berselubung.
- Sinusitis sfenoid akut.
Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen.
9 Penatalaksanaan Medik
a. Drainase
Dengan pemberian obat yaitu:
- Dekongestan local : efedrin 1%(dewasa) %(anak).
- Dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg.
- Surgikal dengan irigasi sinus maksilaris.
b. Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu :
- Ampisilin 4 X 500 mg
- Amoksilin 3 x 500 mg

- Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1 tablet


- Diksisiklin 100 mg/hari.
c. Pemberian obat simtomatik
Contohnya parasetamol, metampiron 3 x 500 mg.
d. Untuk Sinusitis kronis bisa dengan:
- Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
- Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20)
- Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi).
e. pembedahan
Pencucian sinus paranasal:
Pada sinus maksila:
Dilakukan fungsi sinus maksila, dan dicuci 2 kali seminggu
dengan larutan garam fisiologis. Caranya ialah, dengan sebelumnya
memasukkan kapas yang telah diteteskan xilokain dan adrenalin ke
daerah meatus inferior. Setelah 5 menit, kapas dikeluarkan, lalu dengan
trokar ditusuk di bawah konka inferior, ujung trokar diarahkan ke batas
luar mata. Setelah tulang dinding sinus maksila bagian medial tembus,
maka jarum trokar dicabut, sehingga tinggal pipa selubungnya berada di
dalam sinus maksila. Pipa itu dihubungkan dengan semprit yang berisi
larutan garam fisiologis, atau dengan balon yang khusus untuk pencucian
sinus itu.
Pasien yang telah ditataki plastik di dadanya, diminta untuk
membuka mulut. Air cucian sinus akan keluar dari mulut, dan ditampung
di tempat bengkok.
Tindakan ini diulang 3 hari kemudian. Karena sudah ada lubang
fungsi, maka untuk memasukkan pipa dipakai trokar yang tumpul. Tapi
tindakan seperti ini dapat menimbulkan kemungkinan trokar menembus
melewati sinus ke jaringan lunak pipi,dasar mata tertusuk karena arah
penusukan salah, emboli udara karena setelah menyemprot dengan air
disemprotkan udara dengan maksud mengeluarkan seluruh cairn yang
telah dimasukkan serta perdarahan karena konka inferior tertusuk.
Lubang fungsi ini dapat diperbesar, dengan memotong dinding lateral
hidung, atau dengan memakai alat, yaitu busi. Tindakan ini disebut
antrostomi, dan dilakukan di kamar bedah, dengan pasien yang diberi
anastesi.
Pada sinus frontal, etmoid dan sfenoid
Pencucian sinus dilakukan dengan pencucian Proetz. Caranya ialah
dengan pasien ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari badan.
Kedalam hidung diteteskan HCL efedrin 0,5-1,5 %. Pasien harus
menyebut kek-kek supaya HCL efedrin yang diteteskan tidak masuk
ke dalam mulut, tetapi ke dalam rongga yang terletak dibawah ( yaitu
sinus paranasal, oleh karena kepala diletakkan ebih rendah dari badan).
Ke dalam lubang hidung dimasukkan pipa gelas yang dihubungkan
dengan alat pengisap untuk menampung ingus yang terisap dari sinus.
Pada pipa gelas itu dibuat lubang yang dapat ditutup dan dibuka dengan

ujung jari jempol. Pada waktu lubang ditutup maka akan terisap ingus
dari sinus. Pada waktu meneteskan HCL ini, lubang di pipa tidak ditutup.
Tindakan pencucian menurut cara ini dilakukan 2 kali seminggu.
Pembedahan dilakukan :
- bila setelah dilakukan pencucian sinus 6 kali ingus masih tetap kental.
- bila foto rontgen sudah tampak penebalan dinding sinus paranasal.
- Persiapan sebelum pembedahan perlu dibuat foto ( pemeriksaan)
dengan CT scan.
Macam pembedahan sinus paranasal
Sinus maksila
- Antrostomi, yaitu membuat saluran antara rongga hidung dengan
sinus maksila di bagian lateral konka inferior. Gunanya ialah untuk
mengalirkan nanah dan ingus yang terkumpul di sinus maksila.
Alat yang perlu disiapkan ialah :

Perawatan pasca tindakan


beri antrostomi dilakukan pada
kedua belah sinus maksila, maka
kedua belah hidung tersumbat
lateral hidung
oleh tampon. Olehkarena itu
- alat pengisap
pasien harus bernafas melalui
-tampon kapas atau kain kasa panjang
mulut, dan makanan yang
yang diberi salep
diberikan harus lunak.
-Tindakan dilakukan di kamar
- tampon diangkat pada hari
besdah, dengan pembiusan
ketiga, setelah itu, bila tidak
( anastesia ), dan pasien dirawat
terdapat perdarahan, pasien boleh
selama 2 hari.
pulang.
-alat fungsi sinus maksila
-semprit untuk mencuci
-pahat untuk memotong dinding

Operasi Caldwell-Luc
Operasi ini ialah membuka sinus maksila, dengan menembus
tulang pipi. Supaya tidak terdapat cacat di muka, maka insisi
dilakukan di bawah bibir, di bagian superior ( atas ) akar gigi geraham
1 dan 2. Kemudian jaringan diatas tulang pipi diangkat kearah
superior, sehingga tampak tulang sedikit di atas cuping hidung, yang
disebut fosa kanina. Dengan pahat atau bor tulang itu dibuka, dengan
demikian rongga sinus maksila kelihatan. Dengan cunam pemotong
tulang lubang itu diperbesar. Isi sinus maksila dibersihkan. Seringkali
akan terdapat jaringan granulasi atau polip di dalam sinus maksila.
Setelah sinus bersih dan dicuci dengan larutan bethadine, maka dibuat
anthrostom. Bila terdapat banyak perdarahan dari sinus maksila, maka
dimasukkan tampon panjang serta pipa dari plastik, yang ujungnya
disalurkan melalui antrostomi ke luar rongga hidung. Kemudian luka
insisi dijahit.

Sinus etmoid
Pembedahan untuk membersihkan sinus etmoid, dapat dilakukan
dari dalam hidung (intranasal) atau dengan membuat insisi di batas
hidung dengan pipi (ekstranasal).
- Etmoidektomi intranasal
Alat yang diperlukan ialah :
spekulum hidung
cunam pengangkat polip
kuret ( alat pengerok )
alat pengisap
tampon
Tindakan dilakukan dengan pasien dibius umum ( anastesia).
Dapat juga dengan bius lokal (analgesia). Setelah konka media di dorong
ke tengah, maka dengan cunam sel etmoid yang terbesar ( bula etmoid )
dibuka. Polip yang ditemukan dikeluarkan sampai bersih. Sekarang
tindakan ini dilakukan dengan menggunakan endoskop, sehingga apa
yang akan dikerjakan dapat dilihat dengan baik. Perawatan pasca-bedah
yang terpenting ialah memperhatikan kemungkinan perdarahan.
-

Perawatan pasca bedah


beri kompres es di pipi, untuk mencegah pembengkakan di pipi pasca-bedah.
perhatikan keadaan umum : nadi, tensi,suhu
perhatikan apakah ada perdarahan mengalir ke hidung atau melalui mulut. Apabila
terdapat perdarahan, maka dokter harus diberitahu.
makanan lunak
tampon dicabut pada hari ketiga.

Etmoidektomi ekstranasal
Insisi dibuat di sudut mata, pada batas hidung dan mata. Di
daerah itu sinus etmoid dibuka, kemudian dibersihkan.
Sinus frontal
Pembedahan untuk membuka sinus frontal disebut operasi Killian.
Insisi dibuat seperti pada insisi etmoidektomi ekstranasal, tetapi
kemudian diteruskan ke atas alis.Tulang frontal dibuka dengan pahat
atau bor, kemudian dibersihkan. Salurannya ke hidung diperikasa, dan
bila tersumbat, dibersihkan. Setelah rongga sinus frontal bersih, luka
insisi dijahit, dan diberi perban-tekan. Perban dibuka setelah seminggu.
Seringkali pembedahan untuk membuka sinus frontal dilakukan bersama
dengan sinus etmoid, yang disebut fronto-etmoidektomi.
Sinus sfenoid
Pembedahan untuk sinus sfenoid yang aman sekarang ini ialah
dengan memakai endoskop. Biasanya bersama dengan pembersihan
sinus etmoid dan muara sinus maksila serta muara sinus frontal, yang
disebut Bedah Endoskopi Sinus Fungsional.

Bedah endoskopi sinus fungsional ( FESS=functional endoscopic


sinus surgery). Cara pemeriksaan ini ialah dengan mempergunakan
endoskop, tanpa melakukan insisis di kulit muka. Endoskop dimasukkan
ke dalam rongga hidung. Karena endoskop ini dihubungkan dengan
monitor (seperti televisi), maka dokter juga melakukan pembedahan
tidak perlu melihat kedalam endoskop, tetapi cukup dengan melihat
monitor.
Dengan bantuan endoskop dapat dibersihkan daerah muara sinus,
seperti daerah meatus medius untuk sinus maksila, sinus etmoid anterior
dan sinus frontal.
Endoskop juga dapat dimasukkan kedalam sinus etmoid anterior dan
posterior untuk membuka sel-sel sinus etmoid. Kemudian dapat
diteruskan kedalam sinus sfenoid yang terletak dibelakang sinus etmoid
apabila di CT scan terdapat kelainan di sinus sfenoid. Sekitar sinus yang
sakit dibersihakan, dilihat juga muara sinus-sinus yang lain. Setelah
selesai, rongga hidung di tampoan untuk mencegah perdarahan. Tampon
dicabut pada hari ketiga.

10

Komplikasi
a. Kelainan pada orbita
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang
tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut,
namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan
dapat menimbulkan infeksi isi orbita juga.
Pada komplikasi ini terdapat lima tahapan yaitu:
Peradangan atau reaksi edema yang ringan
Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan
ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang
memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok
umur ini.
Selulitis orbita
Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita
namun pus belum terbentuk.
Abses subperiosteal
Pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan
proptosis dan kemosis.
Abses orbita
Pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tahap ini
disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih

serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis
konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin
bertambah.
Thrombosis sinus kavernosus
Akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena kedalam sinus kavernosus,
kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.
b. Kelainan intrakranial
Meningitis
Salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut, infeksi
dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung
dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis
atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.
Abses dura
Kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali
mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya
mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu
menimbulkan tekanan intra kranial.
Abses subdura
Kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan otak.
Gejala yang timbul sama dengan abses dura.

Abses otak
Setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat
terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.
c. Osteitis dan Osteomylitis
Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis
adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala
sistemik berupa malaise, demam dan menggigil.
d. Mukokel
Suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini paling
sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi
mukus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan
sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis
struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada
dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus
sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan
dengan menekan saraf didekatnya.
e. Pyokokel
Mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun lebih
akut dan lebih berat

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1

Pengkajian
a. Data demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
b. Riwayat sakit dan kesehatan
Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala sinus dan tenggorokan
Riwayat kesehatan masa kini
Klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang sering kambuh, demam,
pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara dua mata, penciuman
berkurang.
Riwayat kesehatan masa lalu
- Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau
trauma.
- Klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT
- Klien pernah menderita sakit gigi geraham.
Riwayat penyakit keluarga
pengkajian psiko-sosio-spiritual
- Intrapersonal : Perasaan yang dirasakan klien ( cemas atau sedih )
- Interpersonal : hubungan dengan orang lain
Pola fungsi kesehatan
- Pola persepsi dan tatalaksana hidup
Contohnya untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat
tanpa memperhatikan efek samping.
- Pola nutrisi

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada


hidung.
- Pola istirahat & tidur
Adakah indikasi klien merasa tidak dapat istirahat karena sering flu.
- Pola persepsi dan konsep diri
Klien sering flu terus menerus dan berbau yang menyebabkan konsep
diri menurun.
- Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu kaena hidung buntu akibat flu terus
menerus ( baik purulen, serous maupun mukopurulen ).
c. Pemeriksaan fisik head to toe
2

Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d penumpukan sekret yang mengental
b. Nyeri b/d peradangan sinus
c. Hipertermi b/d proses infeksi
d. Resti gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

Intervensi Keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tak efektif b/d penumpukan sekret yang mengental
Tujuan: bersihan nafas efektif setelah dilakukan asuhan keperawatan
KH:
- Respiratory Rate 12-20x/menit
- Suara napas tambahan tidak ada
- Ronkhi (-)
- Dapat melakukan batuk efektif
Intervensi
1. Observasi tanda tanda vital
R/ Untuk mengetahui perkembangan kesehatan klien.
2. Ajarkan batuk efektif (pada px. yang tidak mengalami penurunan kesadaran
dan mampu melakukan batuk efektif).
R/ Mengeluarkan secret dari jalan nafas khusunya pada pasien yang tidak
mengalami penurunan gangguan kesadaran dan bisa melakukan batuk
efektif.
Kolaborasi
3. Lakukan suctioning (pada px. yang mengalami penurunan kesadaran dan
tidak mampu melakukan batuk efektif).
4. R/ Mengeluarkan secret dari paru.
5. Berikan nebulizing.
R/ Nebulizing dapat mengencerkan secret dan berperan sebagai
bronkodilator untuk melebarkan jalan nafas.
6. Foto thoraks dada serta melakukan clapping atau vibrasi
R/ Mengetahui letak secret dan mengakumulasi secret di supsternal
sehingga mudah untuk di drainase.
b) Nyeri b/d peradangan sinus
Tujuan: nyeri dapat terkontrol/berkurang setelah dilakukan asuhan keperawatan
KH:

Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat


diadaptasi
- Klien tidak merasa kesakitan.
- Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri
- Klien tidak gelisah
- Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital, keluhan klien serta skala nyeri.
R/ Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa nyeri berkurang yang
ditandai dengan RR dalam skala normal.
2. Ajarkan teknik distraksi atau pengalihan nyeri dan teknik relaksasi
R/ Teknik distraksi diharapkan bisa menurunkan skala nyeri setelah
pengobatan dengan obat analgesic.
Kolaborasi:
3. Berikan obat analgesic
R/ Obat analgesic dapat menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri.
c) Hipertermi b/d proses infeksi
Tujuan: suhu tubuh kembali normal setelah dilakukan asuhan keperawatan
KH:
- suhu tubuh 36,5-37,50C
- kulit hangat dan lembab
- membran mukosa lembab
Intervensi
1. Observasi perubahan suhu tubuh
R/ peningkatan suhu menunjukkan laju proses infeksi.
2.
Berikan kompres hangat
R/ Dapat membantu mengurangi demam.
3.
Anjurkan klien untuk minum banyak 2 3 L/hari
R/ minum banyak mengganti cairan yang hilang akibat laju metabolisme
tubuh.
Kolaborasi
4. Berikan antipiretik
R/ membantu menurunkan panas.
d) Resti gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake yang tak adekuat
Tujuan: intake nutrisi adekuat setelah dilakukan asuhan keperawatan
KH:
- hasil lab normal: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
- makan yang disediakan habis
- nafsu makan klien meningkat
Intervensi
1. Kaji dan catat intake dan output makanan klien.
R/ Mengetahui perkembangan pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
2. Anjurkan makan sedikit sedikit tapi sering.
R/ Dengan sedikit tapi sering dapat mengurangi penekanan pada lambung.

3. Berikan helath education pentingnya makanan bagi proses penyembuhan.


R/ Dengan pemahaman yang baik tentang nutrisi akan memotivasi untuk
meningkatkan pemenuhan nutrisi.
4. Sajikan makanan secara menarik dengan memperhatikan nutrisi yang
diperlukan oleh klien.
R/ Dengan menu yang bervariasi, dapat menumbuhkan nafsu makan klien
sehingga kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi.
5. Anjurkan klien untuk menggosok gigi atau berkumu kumur sebelum
makan.
R/ membantu meningkatkan selera makan pasien.

Anda mungkin juga menyukai