Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar balakang
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus
(Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000
menderita ileus setiap tahunnya. Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus
paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat
jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia.
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi
usus yang segera memerlukan pertolongan dokter. Di Indonesia ileus obstruksi
paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik
sering disebabkan oleh peritonitis. Keduanya membutuhkan tindakan operatif.
Kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai 60-70% dari
seluruh kasus akut abdomen yang bukan apendisitis akut. Ileus memiliki
mortalitas tinggi jika tidak segera didiagnosis dan ditangani dalam 24 jam.
Obstruksi usus halus menempati sekitar 20% dari seluruh pembedahan
darurat,dan mortalitas dan morbiditas sangat bergantung pada pengenalan
awal dan diagnosis yang tepat. Perlekatan usus sebagai penyebab dari Ileus
saat ini menempati urutan pertama. Maingot melaporkan bahwa sekitar 70%
penyebab dari Ileus adalah perlekatan. Survey Ileus Obstruksi di RSUD DR.
Soetomo pada tahun 2001 mendapatkan 50% dari penyebabnya adalah
perlekatan usus, kemudian diikuti Hernia 33,3%, keganasan 15%, Volvulus
1,7%.
Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar.
Keduanya memiliki cara penanganan yang berbeda dengan tujuan yang
berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat menyebabkan
gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan
kematian, sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada
dekompresi dan menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian.

Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu


kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi
dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan
keseluruhan pasien ( Peltz, 2010).
B. Tujuan
Untuk mengetahui mengenai klasifikasi dan perbedaan dari jenis-jenis ileus
serta bagaimana mendiagnosis, pemeriksaan fisik dan penatalaksanaan dari
berbagai ileus tersebut.

BAB II
ISI

ILEUS
Ileus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalannya
makanan) di usus yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus
terutama dibagi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu ileus obstruktif dan ileus
paralitik (Hamami, 2003).
KLASIFIKASI
1. Ileus mekanik
a. Lokasi obtruksi : Letak tinggi, tengah, dan letak rendah.

b. Berdasarkan stadium obstruksi


Parsial : menyumbat sebagian lumen usus.
Simple/komplit: menyumbat lumen usus secara total
Strangulasi : sumbatan komplit disertai jepitan vasa.
2. Ileus neurogenik
a. Adinamik : ileus paralitik
b. Dinamik : ileus spastic
3. Ileus vaskuler : intestinal ischemia2,6 karena trombosis dan emboli6

ILEUS OBSTRUKSI
A. Definisi
Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari penghambatan motilitas usus
yang dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab. Obstruksi intestinal
merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai dan
merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus gawat abdomen. Gawat perut dapat
disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi, dan
penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan
dapat disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang
mengakibatkan perforasi saluran cerna atau perdarahan.
Obstruksi intestinal meliputi sumbatan sebagian (partial) atau seluruh
(complete) lumen usus sehingga mengakibatkan isi usus tak dapat melewati
lumen usus. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi, yang
paling sering menyebabkannya adalah jaringan usus itu sendiri karena adhesi,
hernia, atau tumor. Tidak hanya intestinal obstruction saja yang dapat
menghasilkan perasaan yang tidak nyaman, kram perut, nyeri perut, kembung,
mual, dan muntah, bila tak diobati dengan benar, intestinal obstruction dapat
menyebabkan sumbatan bagian usus dan menyebabkan kematian usus.
Kematian jaringan ini dapat ditunjukkan dengan perforasi usus, infeksi ringan,
dan shock.
B. Etiologi Ileus Obstruksi
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh (Doherty et al 2008) :
1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif,
sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat

operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal.


Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien
yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan
kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anakanak.
2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau
parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus
obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal,
kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa
menyebabkan hernia.
3. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan
obstruksi melalui kompresi eksternal.
4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus
yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
5. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut
selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
6. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi
usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
7. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus
yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu
empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian
ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi
radiasi, atau trauma operasi.
9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan
cairan.
10.
Benda asing, seperti bezoar.
11.Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia
12.

Littre.
Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum
distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.

Tabel 1. Penyebab ileus obstruktif


Lokasi

Penyebab

Kolon

Tumor

(umumnya

di

kolon

kiri),

divertikulitis ( umumnya di kolon sigmoid),


volvulus di sigmoid atau sekum, fekalit,
penyakit Hirschprung.
Duodenum
Dewasa

Kanker di duodenum atau kanker kepala


pankreas, ulkus.

Neonatus

Atresia, volvulus, adhesi

Jejenum dan ileum


Dewasa

Hernia, adhesi (paling sering), tumor, benda


asing, divertikulum Meckel, penyakit Crohn
(jarang), ascariasis, volvulus, intususepsi
karena tumor (jarang)

Neonatus

Ileus

mekonium,

volvulus,

atresia,

intususepsi
Diambil dari: Ansari,2007

Hernia

Volvulus

Oklusi

Adhesi

Mesentrial

Tumor Invaginasi

C. Klasifikasi Ileus Obstruktif


Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok
(Bailey,2008):
a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.

Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar (Sjamsuhidajat & Jong,
2005; Peltz,2010) :
a.Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan
terjepitnya
pembuluh
darah.
Ileus

b.

obstruktif
strangulasi,
dimana
obstruksi
yang

disertai
adanya

penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir


dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat
yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
c.Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan
keluar suatu gelung usu tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua
tempat obstruksi.

Berdasarkan Lokasi Obstruksi


Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum
Letak Tengah : Ileum Terminal
Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum

Gambar 2. Klasifikasi Ileus Obstruksi Berdasarkan Lokasi


7

Berdasarkan Stadium :
1. Parsial : menyumbat lumen sebagian
2. Simple/Komplit: menyumbat lumen total
3. Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa

D. Gejala Klinik Ileus Obstruksi


Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2008; Peltz, 2010)
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).

Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada (Winslet, 2008;


Peltz, 2010):
1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus
Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi
bersifat kolik. Ia sekunder terhadap kontraksi peristaltik kuat pada dinding
usus melawan obstruksi. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi,
yang muncul setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus obstruktif usus halus, setiap
15 sampai 20 menit pada ileus obstruktif usus besar. Nyeri dari ileus obstruktif
usus halusl demikian biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen,
sedangkan yang dari ileus obstruktif usus besar biasanya tampil dengan nyeri
intaumbilikus. Dengan berlalunya waktu, usus berdilatasi, motilitas menurun,
sehingga gelombang peristaltik menjadi jarang, sampai akhirnya berhenti.
8

Pada saat ini nyeri mereda dan diganti oleh pegal generalisata menetap di
keseluruhan abdomen. Jika nyeri abdomen menjadi terlokalisasi baik, parah,
menetap dan tanpa remisi, maka ileus obstruksi strangulata harus dicurigai
(Peltz, 2010).
Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yang
memuntahkan apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti
oleh cairan duodenum, yang kebanyakan cairan empedu (Harrisons, 2008).
Setelah ia mereda, maka muntah tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika
ileus obstruktif usus halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan
terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan
regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi. Jika ileus obstruktif usus besar, maka
muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan
berbau busuk (fekulen sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder
terhadap stagnasi. Karena panjang usus yang terisi dengan isi demikian, maka
muntah tidak mendekompresi total usus di atas obstruksi ( Peltz, 2010).
Distensi pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi
dan makin membesar bila semakin ke distal lokasinya. Gerkakan peristaltik
terkadang dapat dilihat. Gejala ini terlambat pada ileus obstruktif usus besar
dan bisa minimal atau absen pada keadaan oklusi pembuluh darah
mesenterikus ( Peltz, 2010).
Konstipasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut ( dimana
feses dan gas tidak bisa keluar) dan relatif (dimana hanya gas yang bisa
keluar) (Winslet, 2008). Kegagalan mengerluarkan gas dan feses per rektum
juga suatu gambaran khas ileus obstruktif. Tetapi setelah timbul obstruksi,
usus distal terhadap titik ini harus mengeluarkan isinya sebelum terlihat
obstipasi. Sehingga dalam ileus obstruktif usus halus, usus dalam panjang
bermakna dibiarkan tanpa terancam di usus besar. Lewatnya isi usus dalam
bagian usus besar ini memerlukan waktu, sehingga mungkin tidak ada
obstipasi, selama beberapa hari. Sebaliknya, jika ileus obstruktif usus besar,

maka obstipasi akan terlihat lebih dini. Dalam ileus obstuksi sebagian, diare

merupakan gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi ( Peltz, 2010).


Hipokalemia bukan merupakan gejala yang sering pada ileus obstruktif
sederhana. Peningkatan nilai potasium, amilase atau laktat dehidrogenase di
dalam serum dapat sebagai pertanda strangulasi, begitu juga leukositosis atau
leukopenia (Winslet, 2008). Nyeri tekan abdomen yang terlokalisir
menandakan iskemia yang mengancam atau sudah terjadi. Perkembangan
peritonitis menandakan infark atau prforasi (Winslet, 2008). Sangat penting
untuk membedakan antara ileus obstruktif dengan strangulasi dengan tanpa
strangulasi, karena termasuk operasi emergensi.

Tabel 2. Perbedaan ileus obstruktif simple dan strangulata

10

11

Diambil dari Suindra, 2005

Tabel 3. Perbedaan Ileus obstruktif usus halus dan usus besar)


E. Diagnosis Ileus Obstruksi
12

Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selalu harus
ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
kepercayaan atas pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboraorium harus
dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda mulainya terapi yang segera
( Peltz, 2010). Diagnosa ileus obstruksi diperoleh dari :
1 Gejala Klinis
Nyeri-Kolik
Muntah :

Stenosis Pilorus : Encer dan asam


Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan
Obstruksi kolon : onset muntah lama.

Perut Kembung (distensi)


Konstipasi
Tidak ada defekasi
Tidak ada flatus
Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilikus
Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.
Tabel 2. Perbandingan Klinis Ileus
Macam ileus

Nyeri Usus

Distensi

Muntah

Bising usus

Ketegangan

Obstruksi

++

borborigmi
+++

Meningkat

abdomen
-

simple tinggi
Obstruksi

(kolik)
+++

+++

Meningkat

simple

(Kolik)

rendah
Obstruksi

++++

Tak tentu

strangulasi

(terus-

biasanya

menerus,

meningkat

Paralitik
Oklusi

terlokalisir)
+
+++++

Lambat, fekal
++

++++
+++

+++

+
+++

Menurun
Menurun

vaskuler

a. Subyektif Anamnesis
Nyeri-Kolik. Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilicus,
Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik. Muntah, Perut
13

Kembung (distensi), Konstipasi, Tidak ada defekasi, Tidak ada flatus


adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali
menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh
riwayat buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c.
peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap.
Riwayat operasi sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus.
Onset keluhan yang berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak
tinggi dan onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah.
b. Obyektif-Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada
regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia
inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk
sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi
sebelumnya.
Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase
lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
Perkusi
Hipertimpani
Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan
diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya
dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil
laboratorium

yang

normal.

Selanjutnya

ditemukan

adanya

hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.


Peningkatan

serum

amilase

sering

didapatkan.10

Leukositosis

14

menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada


38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi
non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi.
Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah
mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan
metabolik asidosis bila ada tanda tanda shock, dehidrasi dan ketosis.
2. Radiologik
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran step ladder dan air fluid
level pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu
obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada
obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.
a

Foto Polos Abdomen


Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara
mendadak yang memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu
pemeriksaan abdomen harus dilakukan secara segera tanpa perlu
persiapan. Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi,
yaitu :
1 Posisi terlentang (supine): sinar dari arah vertical, dengan proyeksi
2

antero-posterior (AP)
Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect), bila memungkinkan,

dengan sinar horizontal proyeksi AP


Tiduran miring ke kiri ( left lateral decubitus ), dengan arah horizontal,
proyeksi AP.

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat


mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu dipersiapkan ukuran
kaset dan film ukuran 35x 45cm. Hal hal yang dapat dinilai pada foto foto
di atas ialah:
1

Posisi terlentang (supine)


Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak preperitoneal kanan dan
kiri baik atau menghilang.
Garis psoas kanan dan kiri: baik, menghilang atau adanya
pelembungan (bulging).
Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.
15

Kontur ginjal kanan dan kiri.


Gambaran udara usus :
1. Normal
2. Pelebaran lambung, usus halus, kolon
3.

2
3

3. Penyebaran dari usus usus yang melebar


4. Keadaan dinding usus
5. Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan
Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)
Gambaran udara bebas di bawah diafragma
Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)
Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas letaknya antara
hati dengan dinding abdomen

Pada foto polos abdomen, dapat ditemukan gambaran step ladder dan air
fluid level terutama pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak
tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat
gambaran berupa hilangnya muosa yang reguler dan adanya gas dalam
dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan adanya
perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan peritonitis akibat adanya perforasi.

16

Gambar 4. Dilatasii usus diambil dari Nobi, 2009


Gambar 5. Penempelan Dinding Usus

17

18

Untuk radiologi ileus perlu diperhatikan beberapa hal :


1

Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus


di proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti
duri ikan (Herring Bone Appearance). Gambaran ini didapat dari

pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar.


Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan

adanya air fluid level dan step ladder appearance.


Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.
Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level
pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang
kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya
udara bebas infra diafragma dan air fluid level

Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya pelebaran usus dan
hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan
radiologi hanya sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering diperlukan pada
obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan
obstruksinya pada masa pra-bedah.

19

Gambar 6. Herring bone appearance

Gambar 7. Step ladder sign

20

Ileus obstruktif letak tinggi


Pada foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif letak tinggi tampak dilatasi usus di
proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocecal junction) dan kolaps
usus dibagian distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus

21

halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari ikan),
dan muskulus yang sirkular menyerupai kostanya. Tampak gambaran air fluid
level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step
ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang
mengalami distensi.
Penampakan radiologi yang khas yakni, tampak dilatasi usus di
proksimal sumbatan.Contohnya, jika terjadi sumbatan di ileum 5 cm dari junct
io,bagian sebelum sumbatan itu (di atas sumbatan itu) akan berdilatasi, sedang
kan bagian di bawahnya akan kolaps (karena tidak ada yang bisa lewat sumbat
an).Tampak coil spring dan herring bone. Tampak adanya step
ladder appearance, juga tampak air fluid level yang terputusputus
(sehingga nampak step ladder).

Ileus obstruktif letak rendah


Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan
(sumbatan di kolon) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan. Penebalan
dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring
bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel
membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta
dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang
berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan
transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level yang
panjang-panjang di kolon.
Penampakan radiologinya, tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan
(sumbatan di kolon) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan. Disebut
dilatasi apabila diameter usus besar lebih dari 5 cm pada foto skala 100%.
Tetap nampak coil spring dan herring bone tapi bisa keliatan bisa tidak,
soalnya usus besar/colonnya juga berdilatasi. Dilatasi kolon ni nampak

22

pada tepi abdomennya. Step ladder juga nampak. Yang bedain sama ileus
letak tinggi apa ? Selain ada air fluid level di usus halus, juga ada air
fluid level di usus besar/colon, yang bentuknya lurus panjang, tidak
terputusputus. Selain itu, haustra dan incisuranya nampak jelas (+).

Gambar 8. Incisura dan haustra terlihat jelas

23

Obstruksi usus halus

Gambar 9. Gambaran obstruksi usus halus posisi telentang

Gambar 10. Gambaran obstruksi usus halus posisi berdiri

Obstruksi usus halus bagian tengah pada posisi berbaring. Ini merupakan
gambaran khas usus halus yang dilatasi bila penderita dalam posisi berbaring.

24

Gambar 11. Gambaran obstruksi usu bagian tengah pada posisi berbaring
Obstruksi usus halus bagian bawah pada posisi berbaring. Terlihat sebagian ileum
yang mengalami dilatasi pada kuadran kanan bawah, terlihat pula ileum bagian
atas dan tengah pada kuadran kiri atas. Dalam beberapa jam usus bisa terisi
dengan cairan dan gambaran khas seperti di atas akan menghilang.

25

Gambar 12.

Multiple air

fluid level

pada posisi

berbaring
Bila

penderita

tidak bisa berdiri, buatlah foto lateral dengan penderita berbaring. Di sini
terlihat usus halus yang dilatasi dengan fluid level yang multipel. Obstruksi
pada ileum bagian bawah karena batu empedu yang menyumbat valvula
ileocaecal (gallstone ileus), tetapi sebenarnya adalah suatu obstruksi. Pada foto
ini colon tidak terlihat.
Obstruksi usus besar
Obstruksi usus besar secara klinis bisa amat tersembunyi dan membahayakan.
Penderita mengeluh konstipasi dan rasa tidak enak dan kadang-kadang diare.
Kemudian timbul distensi dan mungkin muntah-muntah. Volvolus pada colon
sigmoid. Colon sigmoid yang dilatasi amat besar ini karena adanya volvolus.
Usus amat teregang sehingga pola haustra yang normal menghilang. Volvolus
colon sigmoid merupakan jenis obstruksi usus besar yang sering ditemui,
bagian yang teregang naik dan keluar dari pelvis, sering dengan suatu striktur,
yang

terlihat

dan

akhirnya

seluruh

colon

dilatasi.

26

Gambar 13. Gambaran Volvulus


* Obstruksi sigmoid yang awal. Pada stadium ini, colon transversum tetap
normal, tidak terdapat gas di dalam pelvis di bawah obstruksi.

Pada penderita ini terdapat obstruksi pada bagian tengah colon descendens.
Flexura lienalis dan colon transversum amat dilatasi oleh gas dan feses.
Distensi ini meluas sampai ke caecum. Pelvis praktis kosong kecuali terisi
sedikit feses. Jenis obstruksi ini biasanya karena karsinoma colon atau
amoeboma.

27

Obstruksi usus halus pada anak-anak dan kadang pada orang dewasa,
disebabkan oleh cacing gelang Ascaris. Hal ini terutama terjadi setelah
pengobatan untuk membunuh cacing. Pada X-foto cacing ini dapat terlihat
sebagai suatu massa kusut dengan gas disekitarnya.
Barium Enema
Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan menggunakan
kontras positif. Kontras positif yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan
radiologi alat cerna adalah barium sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu
garam berwarna putih, berat dan tidak mudah larut dalam air. Garam tersebut
diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu sehingga menjadi suspensi.
Suspensi tersebut diminum oleh pasien pada pemeriksaan esophagus, lambung
dan usus halus atau dimasukkan lewat kliasma pada pemeriksaan kolon (lazim
disebut enema).
Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga
menimbulkan bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien meminum
suspensi barium dan air, dengan fluroskopi diikuti kontrasnya sampai masuk
ke dalam lambung, kemudian dibuat foto foto dalam posisi yang di perlukan.
Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai suatu peran terbatas
pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium terutama

28

sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada
pemeriksaan foto polos abdomen.

CT-Scan Abdomen
CT (Computed Tomograhy) merupakan metode body imaging dimana sinar X
yang sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur jumlah sinar
x yang diteruskan kepada pasien untuk menyinari targetnya. Komputer akan
segera menganalisa data dan mengumpulkan dalam bentuk potongan cross
sectional. Foto ini juga dapat disimpan, diperbesar maupun di cetak dalam
bentuk film. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos
abdomen dicurigai adanya strangulasi. CTScan akan mempertunjukkan
secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan
peritoneum. CTScan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras
kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan
lokasi dari obstruksi.
CT scan kadang kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada
obstruksi usus halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang
komplit dan pada obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses maupun
keganasan.

29

Diagnosis Banding
Ileus obstruksi harus dibedakan dengan:
1

Carcinoid gastrointestinal.

Penyakit Crohn.

Intussuscepsi pada anak.

Divertikulum Meckel.

Ileus meconium.

Volvulus.

Infark Myocardial Akut.

Malignansi, Tumor Ovarium.

TBC Usus.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan obstruksi ileus sekarang dengan jelas telah menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini terutama disebabkan telah
dipahaminya

dengan

tepat

patogenesis

penyakit

serta

perubahan

homeostasis sebagai akibat obstruksi usus. Pada umumnya penderita


mengikuti prosedur penatalaksanaan dalam aturan yang tetap.
a. Persiapan penderita
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan
diagnosa obstruksi ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan

30

persiapan penderita yang baik, obstruksinya berkurang atau hilang sama


sekali. Persiapan penderita meliputi :
o Penderita dirawat di rumah sakit.
o Penderita dipuasakan
o Kontrol status airway, breathing and circulation.
o Dekompresi dengan nasogastric tube.
o Intravenous fluids and electrolyte
o Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
b. Operatif.
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :
Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.
Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat

obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.


Apakah ada risiko strangulasi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi


ileus yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka
kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada
strangulasi angka kematian tersebut 31%. Pada umumnya dikenal 4
a

macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus :


Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan
bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada
hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada

volvulus ringan.
Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang
"melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor

intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.


Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat

obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.


Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis
ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon, invaginasi strangulate dan sebagainya.

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif


bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan
penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan
kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

31

Ileus Paralitik
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/ tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik
ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit
primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan
obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus. Gerakan
peristaltik merupakan suatu aktifitas otot polos usus yang terkoordinasi dengan
baik, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keadaan otot polos usus, hormonhormon intestinal, sistem saraf simpatik dan parasimpatik, keseimbangan
elektrolit dan sebagainya.
Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen.
Keadaan ini biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus pasca
operasi bergantung pada lamanya operasi/ narcosis, seringnya manipulasi usus
dan lamanya usus berkontak dengan udara luar. Pencemaran peritoneum dengan
asam lambung, isi kolon, enzim pankreas, darah, dan urin akan menimbulkan
paralisis usus. Kelainan peritoneal seperti hematoma retroperitoneal, terlebih lagi
bila disertai fraktur vertebra sering menimbulkan ileus paralitik yang berat.
Demikian pula kelainan pada rongga dada seperti pneumonia paru bagian bawah,
empiema dan infark miokard dapat disertai paralisis usus. Gangguan elektolit
terutama hipokalemia merupakan penyebab yang cukup sering.
A. Definisi Ileus Paralitik
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/ tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus
merupakan kondisi dimana terjadi kegagalan neurogenik atau hilangnya
peristaltic usus tanpa adanya obstruksi mekanik.
B. Etiologi Ileus Paralitik
Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada: (1) proses intraabdominal
seperti pembedahan perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal
(peritonitis, pankreatitis, perdarahan); (2) sakit berat seperti pneumonia,
gangguan pernafasan yang memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat,
32

uremia, dibetes ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia,


hiperkalsemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia); dan (3) obat-obatan yang
mempengaruhi motilitas usus (opioid, antikolinergik, fenotiazine). Setelah
pembedahan, usus halus biasanya pertama kali yang kembali normal
(beberapa jam), diikuti lambung (24-48 jam) dan kolon (48-72 jam).
Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya
obstruksi usus mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk
mengangkut

isi

usus.

Kurangnya

tindakan

pendorong

terkoordinasi

menyebabkan akumulasi gas dan cairan dalam usus. Meskipun ileus


disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah keadaan yang paling
umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus merupakan konsekuensi yang
diharapkan dari pembedahan perut. Fisiologisnya ileus kembali normal
spontan dalam 2-3 hari, setelah motilitas sigmoid kembali normal. Ileus yang
berlangsung selama lebih dari 3 hari setelah operasi dapat disebut ileus
adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi. Sering, ileus terjadi setelah operasi
intraperitoneal,

tetapi

mungkin

juga

terjadi

setelah

pembedahan

retroperitoneal dan extra-abdominal. Durasi terpanjang dari ileus tercatat


terjadi setelah pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan
jangka waktu yang lebih singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka.
Beberapa penyebab terjadinya ileus paralitik :
1. Trauma abdomen
2. Pembedahan perut (laparatomy)
3. Serum elektrolit abnormalitas
a. Hipokalemia
b. Hiponatremia
c. Hipomagnesemia
d. Hipermagensemia
4. Infeksi, inflamasi atau iritasi (empedu, darah)
a. Intrathorak
1. Pneumonia
2. Lower lobus tulang rusuk patah
3. Infark miokard
b. Intrapelvic (misalnya penyakit radang panggul )
33

c. Rongga perut
5. Iskemia usus
6. Cedera tulang
a. Patah tulang rusuk
b. Vertebral Retak (misalnya kompresi lumbalis Retak )
C. Patofisiologi
Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya
sistem saraf simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus
gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang
ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan
pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh
langsung norepineprin pada otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia
merangsangnya), dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibitorik
dari

noreepineprin

pada

neuron-neuron

sistem

saraf

enterik.

Jadi,

perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menghambat pergerakan


makanan melalui traktus gastrointestinal.
Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf enterik akan
menyebabkan terhambatnya pergerakan makanan pada traktus gastrointestinal,
namun tidak semua pleksus mienterikus yang dipersarafi serat saraf
parasimpatis bersifat eksitatorik, beberapa neuron bersifat inhibitorik, ujung
seratnya mensekresikan suatu transmitter inhibitor, kemungkinan peptide
intestinal vasoaktif dan beberapa peptide lainnya.
Menurut beberapa hipotesis, ileus pasca operasi dimediasi melalui aktivasi
hambat busur refleks tulang belakang. Secara anatomis, 3 refleks berbeda
yang terlibat: ultrashort refleks terbatas pada dinding usus, refleks pendek
yang melibatkan ganglia prevertebral, dan refleks panjang melibatkan sumsum
tulang belakang. Refleks panjang yang paling signifikan. Respon stres bedah
mengarah ke generasi sistemik endokrin dan mediator inflamasi yang juga
mempromosikan perkembangan ileus.
Penyakit/ keadaan yang menimbulkan ileus paralitik dapat diklasifikasikan
seperti yang tercantum dibawah ini: Kausa Ileus Paralitik

34

Neurogenik. Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan timbal,


kolik ureter, iritasi persarafan splanknikus, pankreatitis.
Metabolik. Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia),
uremia, komplikasi DM, penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multiple
Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin, antihistamin.
Infeksi/ inflamasi. Pneumonia, empiema, peritonitis, infeksi sistemik berat
lainnya.
Iskemia Usus.
Neurogenik
a. Refleks inhibisi dari saraf afferent: incisi pada kulit dan usus pada
operasi abdominal.
b. Refleks inhibisi dari saraf efferent: menghambat pelepasan
neurotransmitter asetilkolin.

Hormonal
Kolesistokinin, disekresi oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum
terutama sebagai respons terhadap adanya pemecahan produk lemak, asam
lemak dan monogliserida di dalam usus. Kolesistokinin mempunyai efek
yang kuat dalam meningkatkan kontraktilitas kandung empedu, jadi
mengeluarkan empedu kedalam usus halus dimana empedu kemudian
memainkan peranan penting dalam mengemulsikan substansi lemak
sehingga mudah dicerna dan diabsorpsi. Kolesistokinin juga menghambat
motilitas lambung secara sedang. Oleh karena itu disaat bersamaan dimana
hormon ini menyebabkan pengosongan kandung empedu, hormon ini juga
menghambat pengosongan makanan dari lambung untuk memberi waktu
yang adekuat supaya terjadi pencernaan lemak di traktus gastrointestinal
bagian atas.
Hormon lainnya seperti sekretin dan peptide penghambat asam lambung
juga memiliki fungsi yang sama seperti kolesistokinin namun sekretin
berperan sebagai respons dari getah asam lambung dan petida penghambat

asam lambung sebagai respons terhadap asam lemak dan asam amino.
Inflamasi
c. Makrofag: melepaskan proinflammatory cytokines (NO).
d. prostaglandin inhibisi kontraksi otot polos usus.
Farmakologi

35

Opioid menurunkan aktivitas dari neuron eksitatorik dan inhibisi dari


pleksus mienterikus. Selain itu, opioid juga meningkatkan tonus otot polos
usus dan menghambat gerak peristaltik terkoordianasi yang diperlukan
untuk gerakan propulsi.
e. Opioid: efek inhibitor, blockade excitatory neurons yang
mempersarafi otot polos usus.
D. Manifestasi Klinik
Ileus adinamik (ileus inhibisi) ditandai oleh tidak adanya gerakan usus
yang disebabkan oleh penghambatan neuromuscular dengan aktifitas
simpatik yang berlebihan. Sangat umum, terjadi setelah semua prosedur
abdomen, gerakan usus akan kembali normal pada: usus kecil 24 jam,
lambung 48 jam, kolon 3-5 hari. Pasien ileus paralitik akan mengeluh
perutnya kembung ( abdominal distention), anoreksia, mual dan obstipasi.
Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung
pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung
pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut
kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi
timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak
terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan
tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri
tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis,
manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis.
E. Diagnosa
Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent
abdomen yaitu bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen
didapatkan pelebaran udara usus halus atau besar.
Anamnesa
Pada anamnesa ileus paralitik sering ditemukan keluhan distensi dari usus,
rasa mual dan dapat disertai muntah. Pasien kadang juga mengeluhkan tidak
bisa BAB ataupun flatus, rasa tidak nyaman diperut tanpa disertai nyeri.
36

Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup
kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus
dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Pada
pasien yang kurus tidak terlihat gerakan peristaltik.
Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau
nyeri tekan, yang mencakup defence muscular involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal untuk mengetahui penyebab ileus.
Perkusi
Hipertimpani
Auskultasi
Bising usus lemah atau tidak ada sama sekali (silent abdomen) dan
borborigmi

Nyeri
Darm contour
Darm steifung
Bunyi bising usus
Rectal toucher

Ileus paralitik
kontinu
+
menghilang
terowongan

Ileus obstruktif
Kolik
+
+
Meningkat
Kolaps

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit.
Pemeriksaan yang penting untuk dimintakan adalah leukosit darah, kadar
elektrolit, ureum, glukosa darah dan amylase. Foto polos abdomen sangat
membantu untuk menegakkan diagnosis. Pada ileus paralitik akan ditemukan
distensi lambung, usus halus dan usus besar. Air fluid level ditemukan berupa
suatu gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada
ileus obstruktif yang memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga).
Apabila dengan pemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan, dapat
dilakukan foto abdomen dengan mempergunakan kontras.

37

Pemeriksaan dan Gambaran Radiologis Ileus Paralitik


Foto polos abdomen sangat membantu untuk menegakkan diagnosis. Pada
ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus besar.
Air fluid level ditemukan berupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini
berbeda dengan air fluid level pada ileus obstruktif yang memberikan
gambaran stepladder (seperti anak tangga). Apabila dengan pemeriksaan foto
polos abdomen masih meragukan, dapat dilakukan foto abdomen dengan
mempergunakan kontras.

Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster
sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus
halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan
muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar
yang juga distensi tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid
level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga atau disebut juga
step ladder appearance di usus halus dan air fluid level yang panjang-panjang
di kolon.
Diferensiasi klinis dan radiologis antara obstruksi intestinal dan ileus paralitik
bisa sangat sulit. Penting sekali korelasi antara kelainan klinis dan radiologis.

38

Bila dicurigai ada ileus paralitik, perlu dibuat foto abdomen berbaring dan
berdiri/lateral dekubitus.

Pada penderita dengan ileus paralitik terdapat distensi baik pada usus halus
maupun usus besar. Terdapat gas di dalam rektum dan colon bagian bawah.
Gaster juga distensi (pada foto berdiri akan terlihat beberapa fluid-level di
dalam usus halus dan usus besar. Tidak mungkin obstruksi mekanis
menyebabkan dilatasi gaster dan rektum sekaligus.
F. Penatalaksanaan
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya
berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati
kausa dan penyakit primer dan pemberiaan nutrisi yang adekuat.(1) Prognosis
biasanya baik, keberhasilan dekompresi kolon dari ileus telah dicapai oleh
kolonoskopi berulang.(3) Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik
(simpatolitik) atau parasimpatomimetik pernah dicoba, ternyata hasilnya tidak
konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila

39

perlu dipasang juga rectal tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit
dan nutrisi parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan
prinsip-prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat dicoba
yaitu metoklopramid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat
untuk ileus paralitik pascaoperasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk
mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan.Neostigmin juga efektif dalam
kasus ileus kolon yang tidak berespon setelah pengobatan konservatif.
Konservatif

Penderita dirawat di rumah sakit.


Penderita dipuasakan
Kontrol status airway, breathing and circulation.
Dekompresi dengan nasogastric tube.
Intravenous fluids and electrolyte
Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

Farmakologis

Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.


Analgesik apabila nyeri.
Prokinetik: Metaklopromide, cisapride
Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin
Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis

Operatif

Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan

peritonitis.
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk

mencegah sepsis sekunder atau rupture usus.


Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah

yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.


Pintas usus : ileostomi, kolostomi.
Reseksi usus dengan anastomosis
Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi.

Obstruksi Mekanik

40

Obstruksi mekanik usus dapat disebabkan oleh adhesi, volvulus , hernia,


intususepsi , benda asing, atau neoplasma. Pasien datang dengan nyeri kram perut
berat yang paroksismal. Pemeriksaan fisik ditemukan borborygmi bertepatan
dengan kram perut. Pada pasien yang kurus, gelombang peristaltik dapat
divisualisasikan. Dengan auskultasi dapat terdengar suara bernada tinggi, denting
suara bersamaan dengan aliran peristaltic. Jika obstruksi total, pasien
mengeluhkan tidak bisa BAB. Muntah mungkin terjadi tapi bisa juga tidak jika
katup ileocecal kompeten dalam mencegah refluks. Tanda peritoneal terlihat nyata
jika pasien mengalami strangulasi dan perforasi.
Menegakkan diagnosis dari obstruksi usus mekanik dapat dibantu dengan
pencitraan endoskopi menggunakan kontras.

Obstruksi mekanik usus disebabkan oleh karsinoma kolon kiri. Perhatikan


tidak adanya gas usus sepanjang usus besar.
Tabe4. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.
Macam ileus

Nyeri Usus

Distensi

Muntah

Bising usus

Ketegangan

Obstruksi

++

borborigmi
+++

Meningkat

abdomen
-

simple tinggi
Obstruksi

(kolik)
+++

+++

Meningkat

simple rendah
Obstruksi

(Kolik)
++++

++

Lambat, fekal
+++

Tak tentu

strangulasi

(terus-menerus,

Paralitik
Oklusi vaskuler

terlokalisir)
+
+++++

biasanya meningkat
++++
+++

+
+++

Menurun
Menurun

BAB III
PENUTUP

41

1. Ileus obstruksi merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi


karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyumbatan lumen usus. Pemeriksaan radiologi pada
ileus obstruktif akan tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan dan kolaps
usus di bagian distal sumbatan.
2. Ileus paralitik merupakan suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Pemeriksaan
radiologi pada ileus paralititk akan menunjukkan adanya dilatasi usus secara
menyeluruh dari gaster sampai rektum.
3. Jika ileus obstruktif berlangsung lama maka bisa terjadi ileus paralitik.
4. Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal
ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh
ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, keterampilan dokter, dan kemampuan
ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor tersebut juga
akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang akhirnya berpengaruh pada
mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh dengan sangat berbeda dari
satu daerah terhadap daerah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

42

1. Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam


Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim.
Jakarta: EGC, 2003. Hal: 181-192.
2. Fiedberg, B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J.,
Windle,

W.L.,

Li,

B.U.K.,

Schwarz,

S.,

and

Altschuler,

S.

http://www.emedicine.com. Last Updated, June 29, 2004.


3. Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F.,
Mechaber, A.J., and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June
14, 2004. \
4. General and laparoscopy surgeon,: Ileus obstruksi. Editor : Dr. A. Yuda
Hendaya. Sp B, FInaCS,FMAS. http://www.dokteryudabedah.com . last
Update januari 5, 2010
5. Obstruksi usus kecil. Avialablle at URL. www. learningRadiology.com
Accessed on 18 April 2010
6. Evers, BM Usus Kecil. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM,
Mattox KL, eds. Sabiston Textbook of Surgery . 18th ed. St. Louis, Mo: WB
Saunders; 2008:chap 48
7. Intestinal obstruction. Aviable at URL . www.healthline.com. Accessed 0n 20
April 2010
8. David A lisle. Imagining for student : Gastrointestinal System. 2nd edition,
New York : Oxford University press inc. 2005.
9. Davin Sutton. A textbook of Radiology & Imagng. Fifth edition. Volume 2.
Churcill Livingston 1992.
10. Djumhana, Ali. Buku Ajaran Penyakit Dalam, jilid II. Edisi III. Depaertemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UKI. Jakarta 2001
11. Fred. Amttler Jr. Essential of Radology: gastrointestinal system. 2nd. Edition.
Departermen of Radiology, New Mexic Federal Regional center. 2005.

43

Anda mungkin juga menyukai