Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fungsi paru seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi
dengan perfusi pada orang tersebut dalam keadaan ketika jantung dan paru
tanpa beban kerja yang berat menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri
(PaO2 dan PaCO2) yang normal. Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas
antara organisme dengan lingkungan, yaitu pengambilan O2 dan eliminasi
CO2. Respirasi eksternal adalah proses pertukaran O2 dan CO2 antara darah
dan atmosfer, sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara
darah sirkulasi dan sel jaringan.1
Gangguan pada sistem pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas.
Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelainan paru bawaan atau congenital, infeksi pada
saluran pernapasan sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada system organ tubuh lain.
Meskipun atelektasis sebenarnya bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitannya dengan
penyakit parenkim paru.2
Istilah atelektasis berasal dari bahasa yunani, ateles dan ektasis, yang berarti
pengembangan tidak sempurna. Atelektasis merupakan suatu keadaan dimana sebagian atau
seluruh paru tidak dapat berkembang secara sempurna, hal ini mengakibatkan udara dalam
alveoli akan berkurang atau menghilang sama sekali pada bagian yang tidak berkembang
tersebut atau sering juga disebut kolaps paru (lung collaps).3
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru-paru yang tidak sempurna dan
menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian paru-paru yang terserang tidak mengandung
udara dan kolaps. Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal.3
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi subsegmen
paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada
semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda daripada anak yang
lebih tua dan remaja. Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar
mengakibatkan atelektasis (kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu
bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir

selalu ada pula kelainan-kelainan lain di samping tidak adanya udara dari pada lobus dan
posisi yang disebabkannya dari pada dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar. 4
Penyebab atelektasis bervariasi, diantaranya adalah sumbatan mukus pada
bronkus, kompresi ekstrinsik dari hemopneumothoraks dan hipoventilasi
alveolus. Keadaan ini timbul karena penurunan volume tidal pernapasan yang
sering dicetuskan oleh nyeri insisi selama beberapa hari pertama setelah
operasi. Terdapat tiga faktor utama yang merupakan faktor pencetus pada
perkembangan terjadinya atelektasis pada pasien pasca bedah, yaitu posisi
terlentang untuk waktu yang lama, ventilasi dengan gas tinggi dalam
konsentrasi oksigen yang tinggi, dan pengurangan surfaktan paru setelah
operasi.3,4

A. Tujuan
Tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk mengetahu mengenai
atelektasis, baik tentang etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, gambaran
raidologi dan terapi, terutama akan banyak dibahas mengenai modalitas
pemeriksaan pada atelektasis.

BAB II
ISI

A. DEFINISI
Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis atau
tidak mengandung udara. Tidak adanya udara didalam paru terjadi karena seluruh
pernafasan tersumbat sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk kedalam alveolus,
sedangkan udara yang sebelumnya berada di alveolus diserap habis oleh dinding alveolus
yang banyak mengandung kapiler darah. 1

(a)

(b)

Gambar 1. (a) Paru-paru normal, perfusi vaskular dan inflasi alveolar yang
tidak mengalami cedera. (b) Epitel yang cedera oleh karena pembuluh darah
yang mengalami kompresi dan rusaknya endotel yang disebabkan oleh
gangguan mikrovaskular. Epitel dan endotel yang mengalami cedera
merupakan keadaan awal yang menginisiasi terjadinya cedera paru. Cedera
awal yang terjadi adalah kolaps alveoli, kemudian akan terjadi reaksi inflamasi
dan hilangnya integritas epitel.5
B. ETIOLOGI
Ateleksasis dapat disebabkan oleh berbagai macam kelainan disekitar paru, yaitu: 3,6,7,8.
1. Penyumbatan/obstruksi pada bronkus
Penyumbatan dapat terjadi secara intrinsik (tumor pada bronkus, benda asing,cairan
sekresi yang massif) ataupun penyumbatan pada bronkus akibat penekanan dari luar
bronkus (tumor di sekitar bronkus, ataupun pembesaran kelenjar limfe).

2. Tekanan ekstra pulmoner


Biasa diakibatkan oleh karena pneumothoraks, adanya cairan pleura, peninggian
diafragma, herniasi organ abdomen ke rongga thoraks,dan tumor intra-thoraks, tapi
ekstra-pulmoner (tumor mediastinum)
3. Paralisis atau paresis gerakan pernafasan
Hal ini akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya
padakasus poliomyelitis, dan kelainan neurologil kalinnya. Gerak napas yang terganggu
akan mempengaruhi kelancaran pengeluaran sekret dalam bronkus dan akhirnya akan
memperberat keadaan atelektasis.
4. Hambatan gerakan pernafasan oleh kelainan pleura atau trauma thoraks yang menahan
rasa sakit. Keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yangdapat
memperhebat terjadinya atelektasis.
5. Adhesif atelektasis
Hal ini merujuk pada atelektasis non-obstruktif, dapat terjadi apabila permukaan
luminal dinding alveoli melekat satu dengan lain. Merupakan komponen penting pada

khususnya respiratory distress syndrome pada bayi baru lahir (HMD), dan emboli
paru, namun dapat pula terjadi akibat pneumoitis akibat radiasi.
6. Sikatriks atelektasis
Merupakan akibat utama dari fibrosis dan pembentukan jaringan parut (infiltrasi)
didalam ruang intraalveolar dan intersisialis (pneumonitis intersisialis), umumnya
berhubungan dengan tuberkulosis paru.
C. PATOFISIOLOGI
1. Atelektasis Resorpsi
Terjadi akibat adanya udara di dalam alveolus. Apabila aliran masuk udara
ke dalam alveolus dihambat, udara yang sedang berada di dalam alveolus
akhirnya berdifusi keluar dan alveolus akan kolaps.1

Gambar 2. Atelektasis Resorpsi. Terjadi akibat obstruksi total pada


saluran napas. Keadaan ini bersifat reversible jika obstruksi dihilangkan.9
Penyumbatan aliran udara biasanya akibat penimbunan mukus dan
obstruksi aliran udara bronkus yang mengaliri suatu kelompok alveolus
tertentu. Setiap keadaan yang menyebabkan akumulasi mukus, seperti :
fibrosis kistik, pneumonia, atau bronkitis kronik yang meningkatkan resiko
atelektasis resorpsi. Obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara
ke dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan. Udara yang
sudah terdapat dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke
dalam aliran darah dan alveolus menjadi kolaps.1,11
Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik atau
ekstrinsik. Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh
sekret atau eksudat yang tertahan. Tekanan ekstrinsik pada bronkus
biasanya disebabkan oleh neoplasma, pembesaran kelenjar getah bening,

aneurisma atau jaringan parut. Pembedahan merupakan faktor resiko


terjadinya atelektasis resorpsi karena efek anastesia yang menyebabkan
terbentuknya mukus serta keengganan membatukkan mukus yang
terkumpul setelah pembedahan. Hal ini terutama terjadi pada pembedahan
di daerah abdomen atau toraks karena batuk akan menimbulkan nyeri yang
hebat. Tirah baring yang lama setelah pembedahan meningkatkan resiko
terbentuknya

atelektasis

resorpsi

karena

berbaring

menyebabkan

pengumpulan sekret mukus di daerah dependen paru sehingga ventilasi di


daerah tersebut berkurang. Akumulasi mukus meningkatkan resiko
pneumonia

karena

mukus

dapat

berfungsi

sebagai

media

perkembangbiakan mikroorganisme.1,11
Atelektasis resorpsi juga dapat disebabkan oleh segala sesuatu yang
menurunkan pembentukan atau konsentrasi surfaktan. Tanpa surfaktan
tegangan permukaan alveolus sangat tinggi, meningkatkan kemungkinan
kolapsnya alveolus. Bayi premature dikaitan dengan penurunan produksi
surfaktan dan tingginya insiden atelektasis resorpsi. Kerusakan sel
alveolus tipe II yang menghasilkan surfaktan juga dapat menyebabkan
atelektasis resorpsi. Sel sel ini dihancurkan oleh dinding alveolus yang
rusak, hal ini terjadi selama proses beberapa jenis penyakit pernapasan.
Demikian juga dengan terapi tinggi oksigen dalam periode lebih dari 24
jam. Akibat tidak adanya sel sel ini produksi surfaktan mengalami
penurunan.1
2. Atelektasis Kompresi
Terjadi bila rongga pleura sebagian atau seluruhnya terisi dengan
eksudat,darah,

tumor,atau

udara.

Kondisi

ini

ditemukan

pada

pneumotoraks, efusi pleura, atau tumor dalam toraks. Keadaan ini terjadi
ketika sumber dari luar alveolus menimpakan gaya yang cukup besar pada
alveolus sehingga alveolus menjadi kolaps.9

Gambar 3. Atelektasis Kompresi. Terjadi ketika rongga pleura


mengembang karena cairan, atau karena udara. Keadaan ini bersifat
reversible jika udara dan cairan dihilangkan.5,9
Atelektasis kompresi terjadi jika dinding dada tertusuk atau terbuka,
karena tekanan atmosfir lebih besar daripada tekanan yang menahan paru
mengembang (tekanan pleura), dan dengan pajanan tekanan atmosfir paru
akan kolaps. Atelektasis kompresi juga dapat terjadi jika terdapat tekanan
yang bekerja pada paru atau alveoli akibat pertumbuhan tumor, distensi
abdomen yang mendorong diafragma ke atas, atau edema dan penimbunan
ruang interstisial yang mengelilingi alveolus. Tekanan ini yang mendorong
udara ke luar dan mengakibatkan kolaps. Atelektasis tekanan lebih jarang
terjadi dibandingkan dengan atelektasis absorpsi. Bentuk atelektasis
kompresi biasanya dijumpai pada penyakit payah jantung, penyakit
peritonitis atau abses diafragma yang dapat menyebabkan diafragma
terangkat keatas dan mencetuskan terjadinya atelektasis. Pada atelektasis
kompresi diafragma bergerak menjauhi atelektasis.5
3. Atelektasis Kontraksi
Terjadi akibat perubahan perubahan fibrotik jaringan parenkim paru lokal
atau menyeluruh, atau pada pleura yang menghambat ekspansi paru secara
sempura. Atelektasis kontraksi bersifat irreversible.9

Gambar 4. Atelektasis Kontraksi (sikatrisasi) terjadi ketika terdapat


fibrosis umum atau lokal yang menghambat ekspansi paru atau pleura dan
meningkatkan elastisitas recoil selama ekspirasi.5,9

4. Mikroatelektasis
Mikroatelektasis (atelektasis adhesive) adalah berkurangnya ekspansi
paru-paru yang disebabkan oleh rangkaian peristiwa kompleks yang paling
penting yaitu hilangnya surfaktan. Surfaktan memilki phospholipid
dipalmitoyl phosphatidylcholine yang mencegah kolaps paru dengan
mengurangi tegangan permukaan alveolus. Berkurangnya produksi atau
inaktivasi surfaktan, keadaan ini biasanya ditemukan pada NRDS
(Neonatal Respiratory Distress Syndrome), ARDS (Adult Respiratory
Distress Syndrome), dan proses fibrosis kronik.5,12

Gambar 5. Mikroatelektasis terjadi akibat gangguan pada fungsi dan


produksi surfaktan.5,9
NRDS atau dikenal sebagai hyaline membrane disease merupakan
keadaan akut yang terutama ditemukan pada bayi prematur, lebih sering
pada bayi dengan usia gestasi dibawah 32 minggu yang mempunyai berat
dibawah 1500 gram. Bayi prematur lahir sebelum produksi surfaktan
memadai. Surfaktan, suatu senyawa lipoprotein yang mengisi alveoli,
mencegah alveoli kolaps dan menurunkan kerja respirasi dengan
menurunkan tegangan permukaan. Pada defisiensi surfaktan, tegangan
permukaan meningkat, menyebabkan kolapsnya alveolar dan menurunnya
komplians paru, yang akan mempengaruhi ventilasi alveolar sehingga
terjadi hipoksemia dan hiperkapnia dengan asidosis respiratorik.8
ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) merupakan sindrom yang
ditandai oleh peningkatan permeabilitas membran alveolar kapiler
terhadap air, larutan,dan protein plasma, disertai kerusakan alveolar difus

dan akumulasi cairan dalam parenkim paru yang mengandung protein.


Cairan dan protein tersebut merusak integritas surfaktan di alveolus dan
terjadi kerusakan yang lebih parah. Penyebab langsung ARDS adalah
injury pada epitel alveolus, seperti aspirasi isi gaster, infeksi paru difus,
contusio paru, tenggelam, inhalasi toksik, sedangkan penyebab tidak
langsung ialah sepsis, trauma non toraks, pankreatitis, dan transfuse darah
D.

yang massif.5,12
Manifestasi Klinis
Gejala yang paling umum didapatkan pada atelektasis adalah sesak napas,
pengembangan dada yang tidak normal selama inspirasi, dan batuk. Gejala
gejala lainnya adalah demam, takikardi, adanya ronki, berkurangnya bunyi
pernapasan, pernapasan bronkial,dan sianosis. Jika kolaps paru terjadi
secara tiba-tiba, maka gejala yang paling penting didapatkan pada
atelektasis adalah sianosis. Jika obstruksi melibatkan bronkus utama,
mengi dapat didengar, dapat terjadi sianosis dan asfiksia, dapat terjadi
penurunan mendadak pada tekanan darah yang mengakibatkan syok. Jika
terdapat sekret yang meningkat pada alveolus dan disertai infeksi, maka
gejala atelektasis yang didapatkan berupa demam dan denyut nadi yang
meningkat (takikardi). Pada pemeriksaan klinis didapatkan tanda
atelektasis pada inspeksi didapatkan berkurangnya gerakan pada sisi yang
sakit, tkabunyi nafas yang berkurang, pada palpasi ditemukan vokal
fremitus berkurang, trakea bergeser ke arah sisi yang sakit, pada perkusi
didapatkan pekak dan uskustasi didapatkan penurunan suara pernapasan

E.

pada satu sisi.1,2,3,4


Diagnosis
1.
Gambaran Klinis
Sebagian besar berhubungan dengan kelainan yang mendasarinya,
sebagian tampak seperti keadaan normal, namun pada sejumlah kasus,
terutama kasus akut dapat berupa.6

Batuk non produktif

Nyeri dada

Sianosis

Hipotensi

Takikardi

Demam

Syok
8

2.

Pemeriksaan Fisik:1,5

Inspeksi : tampak cekungan atau bagian yang tertinggal pada

daerah yang sakit


Palpasi : penurunan fremitus, trakea, dan jantung mengalami shift

ke daerah yang sakit


Perkusi : suara lebih redup

Auskultasi : menghilangnya bunyi nafas.


Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologis (foto thorax, CT-Scan, Bronchoscopy).

3.

Foto Thorax dilakukan dengan posisi PA/Lateral. Foto thorax


posisi lateral bertujuan untuk melihat letak atelektasis, apakah
anterior ataukah posterior agar mempermudah mengetahui lobus
paru bagian mana yang mengalami kolaps. Tanda tanda langsung
atelektasis :1,6
Pergeseran dari fissure interlobar

Peningktan dentitas

Volume paru yang bersangkutan mengecil


Diagnosis atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda yang

didapatkan, serta pemeriksaan radiografi . Foto radiografi dada digunakan


untuk konfirmasi diagnosis. CT scan digunakan untuk memperlihatkan lokasi
obstruksi. Foto radigrafi dada dilakukan dengan menggunakan proyeksi
anterior-posterior dan lateral untuk mengetahui lokasi dan distribusi
atelektasis. Sebagai dasar gambaran radiologi pada atelektasis adalah
pengurangan volume paru baik lobaris,segmental, atau seluruh paru, yang
akibat berkurangnya aerasi sehingga memberi bayangan yang lebih suram
(densitas tinggi) dan pergeseran fissura interlobaris. Tanda-tanda tidak
langsung dari atelektasis adalah sebagian besar dari upaya kompensasi
pengurangan volume paru, yaitu : penarikan mediastinum kearah atelektasis,
elevasi hemidiafragma,sela iga menyempit, pergeseran hilus. Adanya "Siluet"
merupakan tanda memungkinkan adanya lobus atau segmen dari paru-paru
yang terlibat. 1,2,3
Gambaran Radiologis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan dari hasil pemeriksaan
fisik. Foto thorax x-ray menunjukan adanya daerah bebas udara diparu-paru
yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti CT Thorax untuk
mengetahui penyebab sumbatan. 9,14

Atelektasis dapat didiagnosa dengan adanya :


Direct Sign :
Vascular crowding
Peningkatan densitas
Pergeseran septum mendekati lesi
Indirect Sign :
Pergeseran hilus
Diagfragma terangkat
Narrowing of rib cag

Gambar 6. Tampak perselubungan homogen pada seluruh hemitoraks dextra,


pada gambar diatas adalah atelektasis subsegmental
menunjukkan gambaran kolaps dari paru akibat kompresi tumor.

Gambar 7. Atelectasis. (A) Postoperative. Characteristic bibasilar platelike


atelectasis (arrows).
10

Gambar 8. (B) Lobar collapse. Perhatikan peningkatan densitas pada lobus


kiri atas.

Gambar 9. Atelektasis pada lobus kiri bawah. Panah biru menunjukkan tepi
daerah segitiga menunjukkan kepadatan yang meningkat pada sulkus
cardiophrenikus kiri. Panah merah pada CT Scan aksial menunjukkan
atelektasis pada lobus kiri bawah dibatasi oleh celah besar pengungsi. 11

Gambar 10. Foto rontgen dada posteroanterior yang memperlihatkan


atelektasis disertai efusi pleura. Tampak gambaran opak pada hemithoraks
kiri disertai deviasi trakea ke kiri.15

11

Gambar 11. Atelektasis pada lobus paru bagian kanan atas. Tampak elevasi
dari fissura horizontal dan deviasi trakea ke arah kanan. 12

Gambar 12. Atelektasis pada lobus paru bagian medial dextra. Pada foto
dada lateral tampak gambaran opak berbentuk segitiga pada bagian hilus.12

Gambar 13. Atelektasis pada lobus paru bagian bawah dextra. Tampak siluet
pada bagian hemidiafragma dextra dengan densitas triangular
posteromedial.12
F. Diagnosis Banding
1. Efusi Pleura
Pada foto thorax yang mengalami efusi pleura dan atelektasis mempunyai
beberapa perbedaan dan persamaan, yaitu pada gambaran radiologis efusi

12

pleura masif dapat terjadi shift kearah yang berlawanan dari yang sakit
sedangkan pada atelektasis tertarik ke bagian yang sakit.9,14,15

Contoh gambaran radiologis pada efusi pleura :


-

Tampak perselubungan homogen


setinggi ICS 4 pada hemitoraks
sinistra, yang menutupi sinus,
diagfragma, dan batas Sinistra

jantung
Cor Sulit dinilai
Tulang-tulang intake
Usul : Foto thorax Lateral Sinistra
CT Thorax

Gambar 14. Foto Efusi pleura dari


cairan pleural yang bermanifestasi
pada hemitoraks sinistra dan membentuk meniscus sign berupa sinus
kostoprenicus yang tumpul pada foto thorax PA diatas.14
2. Tumor Paru
Perbedaan mendasar antara atelektasis dan tumor pada gambaran
radiologis tumor paru menyebabkan penekanan dan shifting ke arah
pembesaran tumor dan dapat dilihat pada gambar radiologi dibawah ini:
9,14,16

Tampak perselubungan homogen yang berbatas tegas pada daerah


paru dextra

13

Cor : Bentuk dan ukuran dalam


Kedua
sinus
intake
dan

batas normal

diagfragma baik
Tulang-tulang intak
DD : Pneumonia / Atelektasis
Usul : CT Thorax

Gambar 15. Tampak bayangan radiopaque berbatas tegas pada bagian


lobus tengah dextra paru. Tumor paru yang berasal dari jaringan paru.16
3. TB Lama aktif
Gambaran Radiologi TB Lama aktif:
-

Tampak Bercak berawan pada lapangan paru dextra atas yang disertai
cavitas, bintik-bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan

retraksi hilus ke atas


Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal
Kedua sinus dan diagfragma baik
Tulang-tulang intak
Kesan : KP dupleks lama aktif 9,14

Gambar 16. pada gambar radiologi diatas tampak perselubungan


homogen pada paru sinistra disertai dengan kavitas dan garis-garis fibrotik
kesan kp dextra lama aktif.14
G. Penatalaksanaan
Terapi konservatif :
Secara Umum, Tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup,
untuk memperlambat kemajuan proses penyakit, dan untuk mengatasi,
obstruksi jalan napas untuk menghilangkan hipoksia.17

14

Secara Khusus, Pendekatan terapeutik mencakup:


1. Tindakan pengobatan untuk memperbaiki ventilasi dan menurunkan
upaya bernapas
2. Pencegahan dan pengobatan cepat terhadap infeksi
3. Teknik terapi fisik untuk memelihara dan meningkatkan ventilasi
pulmonari
4. Pemeliharaan kondisi lingkungan yang sesuai untuk memudahkan
pernapasan
5. Dukungan psikologis
6. Penyuluhan pasien dan rehabilitasi yang berkesinambungan
7. Bronkodilator 12,17
Terapi simptomatik :
1. Bronkodilator
berfungsi untuk mendilatasi jalan nafas karena sediaan ini melawan
edema mukosa maupun spasme muskular dan membantu mengurangi
obstruksi jalan nafas serta memperbaiki pertukaran gas.Medikasi ini
mencakup antagonis -adrenergik (metoproterenol, isoproterenol) dan
metilxantin (teofilin, aminofilin), yang menghasilkan dilatasi bronkial.
Bronkodilator mungkin diresepkan per oral, subkutan, intravena, per
rektal atau inhalasi. Medikasi inhalasi dapat diberikan melalui aerosol
bertekanan, nebuliser.Bronkodilator mungkin menyebabkan efek samping
yang tidak diinginkan termasuk takikardia, disritmia jantung, dan
perangsangan sisten saraf pusat. Metilxantin dapat juga menyebabkan
gangguan gastrointestinal seperti mual dan muntah.18
2. Pengobatan Infeksi
Pasien dengan emfisema rentan dengan infeksi paru dan harus diobati
pada saat awal timbulnya tanda-tanda infeksi seperti sputum purulen,
batuk meningkat dan demam. Organisme yang paling sering adalah S.
pneumonia,

H.

influenzae,

dan

Branhamella

catarrhalis.

Terapi

antimikroba dengan tetrasiklin, ampisilin, amoksisilin atau trimetoprimsulfametoxazol (Bactrim) mungkin diresepkan.12,14,17

3. Oksigenasi

15

Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien


dengan emfisema berat. Hipoksemia berat diatasi dengan konsentrasi
oksigen rendah untuk meningkatkan tekanan oksigen hingga antara 65
dan 80 mmHg.12,18
H. Komplikasi
1. Pnemonia. Keadaan ini diakibatkan oleh berkurangnya oksigen dan
kemampuan paru untuk mengembang sehingga secret mudah tertinggal
dalam

alveolus

dan

mempermudah

menempelnya

kuman

dan

mengakibatkan terjadinya peradangan pada paru. 14


2. Hypoxemia dan gagal napas. Bila keadaan atelektasis dimana paru tidak
mengembang dalam waktu yang cukup lama dan tidak terjadi perfusi ke
jaringan sekitar yang cukup maka dapat terjadi hypoxemia hingga gagal
napas. Bila paru yang masih sehat tidak dapat melakukan kompensasi
dan keadaan hipoksia mudah terjadi pada obstruksi bronkus. 14
3. Sepsis. Hal ini dapat terjadi bila penyebab atelektasis itu sendiri adalah
suatu proses infeksi, dan bila keadaan terus berlanjut tanoa diobati maka
mudah terjadi sepsis karena banyak pembuluh darah di paru, namun bila
keadaa segera ditangani keadaan sepsis jarang terjadi. 14
4. Bronkiektasis. Ketika paru paru kehilangan udara, bentuknya akan
menjadi kaku dan mengakibatkan dyspnea, jika obstruksi berlanjut dapat
mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis.14
I. Prognosis
Prognosis sangat bergantung pada penyebab yang mendasari, dan luasnya
paru-paru yang kolaps. Jika hanya sebagian kecil daerah paru-paru yang
kolaps, prognosis sering sangat baik. Di sisi lain, atelektasis bisa menjadi
kondisi yang mengancam hidup jika sebagian besar paru-paru terlibat, atau
gejala-gejala muncul dengan cepat.14

BAB III
16

KESIMPULAN

1.

Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis atau
tidak mengandung udara. Tidak adanya udara didalam paru terjadi karena seluruh
pernafasan tersumbat sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk kedalam alveolus,
sedangkan udara yang sebelumnya berada di alveolus diserap habis oleh dinding alveolus

2.

yang banyak mengandung kapiler darah. 1


Penyebab dari atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif.
Penyebab obstruktif bisa berasal dari dalam saluran pernapasan maupun luar
saluran pernapasan. Sedangkan penyebab non-obstruktif adalah oleh adanya
kompresi jaringan paru atau pengembangan alveoli yang tidak sempurna dan
akhirnya mengalami kolaps. 2

3. Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan anamnesis berupa gejala klinis


dan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa radiologi.
Secara radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan
tanda pengempisan dari lobus.2,3
DAFTAR PUSTAKA

1. Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine).


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Franken et all,Atelektasis : A Shrunke. Air Less State Affecting All or Part of
Lung. 2004.Available from http://www.eMedicine.com.Accesed on September
28, 2013.
3. Khatri Sunita. Atelectasis Sign and Symptoms. Available from
http://steadyhealth.com/.../Atelectasis_SignansSymptoms_a1354.html. Last
Update Juni 21,2010. Accesed on September 28, 2013.
4. Sharma. Atelektasis. 2003. Available from http://www.eMedicine.com.
Accesed on September 28, 2013
5. Ahuja, Anil T. Pleural Effusion. In Case study in Medical Imaging.United
Kingdom:University of Cambrigde. 2006. Page 35.
6. Madappa Tarun. Atelectasis. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/296468-overview. Last update : August
25,2009. Accesed on September 28, 2013

17

7. Sivagnanam, Gurusamy. Atelectasis. Available from


http://www.pharmpedia.com/Atelectasis. Last Update : October 29, 2006.
Accesed on September 28, 2011.
8. Sean O and Stithm MD. Atelectasis. Available from
http://www.helathline.com/adamcontent/atelectasis. Last Update : August 29,
2008. Accesed on September 28, 2013.
9. Tsuei, J. Betty. Athelectasis. In Chest radiography.2008.
Lexington:University of Kentucky. Page 1-5
10. Mayo., 2010. Dasar-dasar Atelektasis. Mayo Foundation untuk Pendidikan
dan Penelitian Medis. www.mayo.com
11. Price Sylvia A and Wilson Lorraine M. Penyakit pleura dan Parenkim Paru.
Dalam :Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed 6, Volume 2.
Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC ; 2006.Hal 802-4
12. Patel, Pradip R. Efusi Pada foto saluran pernapasan. Dalam Lecture Notes
Radiologi Edisi kedua. Jakarta:Erlangga. 2007.Hal. 43,60-3.
13. Maria M. Atelectasis. Free Medical and health journal.2011.
http://liburanrame.blogspot.com/2010/02/atelektasis-atelectasis.html
14. Rasad, S. Efusi Pleura, Atelektasis, dan Tumor Paru. Dalam Radiologi
diagnostik Edisi Kedua. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.2010. Hal 108-16.
15. Ali, J, et.al. Disease of pleura. In Pulmonary pathophysiologi. New York:
McGraw Gill Lange.2008. Page 189-207
16. Sudoyo, Aru W. Pulmonologi : Tumor Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit dalam FKUI Edisi V Jilid III. Jakarta:Interna Publishing. Hal. 2254
17. Maddapa T.Atelectasis differential diagnosis.2012
http://emedicine.medscape.com/article/296468-differential
18. Gunawan, S. Saluran Napas:Bronkodilator. Dalam Farmakologi dan terapi
FKUI Edisi V. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.2009.hal 92

18

Anda mungkin juga menyukai