Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Hormon

Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, adalah sekumpulan
senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh
manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya
satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan,
perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.
Hormon tumbuhan bersifat endogenous ("endogen"), dihasilkan sendiri oleh individu
yang bersangkutan, maupun exogenous ("eksogen"), diberikan dari luar sistem individu.
Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi
tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai
pula istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi
hormon tumbuhan.
Kelompok hormon sendiri terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur
tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen.
Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama
berdasarkan efek fisiologi yang sama, bukan semata kemiripan struktur kimia. Pada saat ini
dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (bahasa Inggris: auxins),
sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), etilena (etena, ETH), dan asam absisat
(abscisic acid, ABA). Tiga kelompok yang pertama bersifat positif bagi pertumbuhan pada
konsentrasi fisiologis, etilena dapat mendukung maupun menghambat pertumbuhan, dan
asam absisat merupakan penghambat (inhibitor) pertumbuhan. Selain kelima kelompok itu,
dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai hormon tumbuhan namun
diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau merupakan hormon sintetik,
seperti brasinosteroid, asam jasmonat, asam salisilat, dan poliamina. Beberapa senyawa
sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).
Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan,
melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tumbuhan, terutama
titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya, hormon akan bekerja
pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum, ditranslokasi ke bagian tumbuhan yang lain
untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis,
pembuluh kayu, maupun ruang-ruang antarsel.
pengertianetilen
Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme
normal

dalam

tanaman.

Etilen

berperan

dalam

pematangan

buah

dan

kerontokan daun. Etilen disebut juga ethene (Winarno, 2007). Senyawa etilen
pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga gas etilen.
Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap (Yatim, 2007).
Hormon Gas Etilen adalah hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan
tanaman aktif dalam proses pematangan buah. Aplikasi mengandung ethephon,
maka kinerja sintetis ethylen berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat
masak bisa tercapai. (misalnya: Etephon, Protephon) merk dagang antara lain:

Prothephon 480SL. Gas Etilen banyak ditemukan pada buah yang sudah tua
(Vitriyatul, 2012).
Gas etilen adalah suatu senyawa volatil yang dikeluarkan oleh buahbuahan dan sayuran segar. Jumlah gas etilen yang dikeluarkan bervariasi
menurut jenis buah dan sayuran segar yang dihasilkan. Buah apel dikenal
sebagai buah yang banyak menghasilkan gas etilen. Menurut Griffin dan
Sacharow dalam Simbolon (1991), secara umum gas etilen akan mempercepat
proses pematangan dan pemasakan, kerusakan fisik dan fisiologis.
Etilen adalah hormon tanaman alami yang penting pengaruhnya terhadap
pelayuan dan pemasakan dari buah klimakterik (Utama, 2006). Menurut Kader
(1992), buah klimakterik yaitu buah yang menunjukkan kenaikan produksi
karbondioksida dan etilen yang besar saat penuaan. Contoh buah klimakterik
yaitu apel, alpukat, pisang, mangga, dan tomat. Selama proses pematangan,
buah klimakterik menghasilkan lebih banyak etilen endogen daripada buah
nonklimakterik. Menurut Hadiwiyoto (1981), etilen endogen adalah gas etilen
yag dihasilkan oleh buah yang telah matang dengan sendirinya yang dapat
memicu pematangan buah lain di sekitarnya.

2.2. STRUKTUR KIMIA DAN KARAKTERISTIK ETILEN


Struktur kimia etilen sangat sederhana sekali yaitu terdiri dari dua atom
karbon dan empat atom hidrogen seperti yang terlihat pada struktur kimia pada
skema berikut:

Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme


normal

dalam

tanaman.

Etilen

berperan

dalam

pematangan

buah

dan

kerontokan daun. Etilen disebut juga ethane. Selain itu Etilen ( IUPAC nama:
etena) adalah senyawa organik, sebuah hidrokarbon dengan rumus C 2H4 atau
H2C=CH2. Ini adalah gas mudah terbakar tidak berwarna dengan samar manis
dan musky bau ketika murni. Ini adalah yang paling sederhana alkena
(hidrokarbon dengan karbon-karbon ikatan rangkap ), dan paling sederhana
hidrokarbon tak jenuh setelah asetilena (C 2H2) (Vitriyatul, 2012).
Ada beberapa karakteristik dari etilen yang perlu dipertimbangkan bila
menguji pengaruhnya terhadap penampilan produk pascapanen hortikultura
segar. Etilen adalah:

gas volatil; secara fisiologis adalah aktif dalam konsentrasi sangat kecil (0.01 ppm),

memacu respon dari kebanyakan jaringan;


utokatalitik, artinya saat produksinya mulai dirangsang maka laju produksinya akan
terus meningkat dengan laju peningkatan tertentu (seperti bola salju menggelinding

dari bukit);
diproduksi di dalam tanaman (etilen endogenous). Faktor yang mempengaruhi laju
produksinya meliputi varietas, stadia kematangan, suhu, level oksigen dan

karbondioksida dan dapat disebabkan pula oleh berbagai bentuk pelukaan;


terdapat pula dilingkungan (etilen exogenous) dan akan memacu produk untuk
menghasilkan etilen endogenous.

Buah klimakterik dapat dipacu kemasakannya dengan mengekpos produk


pada sumber etilen exogenous. Proses ini dinamakan Pengendalian
Kemasakan. Jika buah klimakterik telah mulai masak, buah tersebut
menghasilkan sejumlah etilen yang signifikan. Etilen yang dihasilkan tersebut,
dapat memulainya proses pemasakan produk buah klimakterik yang matang
atau belum masak atau meningkatkan kemunduran dari produk sensitif-etilen
(Utama, 2006).
BIOSINTESIS DAN METABOLISME ETILEN
Etilen diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin
yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilen bergantung pada
tipe jaringan, spesies tumbuhan, dan tingkatan perkembangan (Salisbury dan
Ross, 1992). Etilen dibentuk dari metionin melalui 3 proses (McKeon dkk, 1995):

1. ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP dan air akan membuat
metionin kehilangan 3 gugus fosfat.
2. Asam
1-aminosiklopropana-1-karboksilat

sintase(ACC-sintase)

memfasilitasi produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin).

kemudian

3. Oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilen. Reaksi ini
dikatalisasi menggunakan enzim pembentuk etilen.
Dewasa ini dilakukan penelitian yang berfokus pada efek pematangan buah. ACC
sintase pada tomat menjadi enzim yang dimanipulasi melalui bioteknologi untuk
memperlambat pematangan buah sehingga rasa tetap terjaga.
Produksi etilen Etilen adalah senyawa organic hidrokarbon paling
sederhana (C2H4) berupa gas berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman.
Etilen dikategorikan sebagai hormon alami untuk penuaan dan pemasakan dan
secara fisiologis sangat aktif dalam konsentarsi sangat rendah (<0.005 uL/L)
(Wills et al. dalam Utama, 2001).
PERANAN GAS ETILEN BAGI TUMBUHAN
Di dalam proses fisiologis, etilen mempunyai peranan penting. Wereing dan
Phillips dalam Vitriyatul (2012) telah mengelompokan pengaruh etilen dalam
fisiologi tanaman adalah sebagai berikut:

1. mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah


2. mendukung epinasti
3. menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa
species tanaman walaupun etilen ini dapat menstimulasi perpanjangan batang,
coleoptyle dan mesocotyle pada tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi.
4. menstimulasi perkecambahan
5. menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan secara longitudinal
6. mendukung terbentuknya bulu-bulu akar
7. mendukung terjadinya abscission pada daun
8. mendukung proses pembungaan pada nanas
9. mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek
10. menghambat transportasi auxin secara basipetal dan lateral
11. mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auxin yaitu konsentrasi auxin
yang tinggi menyebabkan terbentuknya etilen. Tetapi kehadiran etilen menyebabkan
rendahnya konsentrasi auxin di dalam jaringan. Hubungannya dengan konsentrasi
auxin, hormon tumbuh ini menentukan pembentukan protein yang diperlukan dalam
aktifitas pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi auxin, akan mendukung
protein yang akan mengkatalisasi sintesis etilen dan precursor.
Gas etilen digunakan untuk mengendalikan pemasakan beberapa jenis
buah. Teknik ini cukup cepat dan memberikan pemasakan yang seragam
sebelum dipasarkan. Buah yang umum dikendalikan pemasakannya dengan
etilen adalah pisang, tomat, pear, dan pepaya. Buah non-klimakterik seperti

anggur, jeruk, nenas, dan strawberry tidak dapat dimasakan dengan cara ini
(Utama, 2001).
Etilen merupakan hormon tanaman yang mempunyai efek merangsang
proses kematangan buah, tetapi juga berpengaruh mempercepat terjadinya
senesen pada sayur, bunga potong dan tanaman hias lain. Etilen merupakan
suatu gas yang disintesis oleh tanaman dan mempunyai pengaruh pada proses
fisiologi. Penggunaan gas etilen pada tanaman mempunyai pengaruh yang sama
dengan etilen dari tanaman. Pengaruh etilen merangsang pematangan pada
buah klimakterik, dan membuat terjadinya puncak produksi etilen seperti pada
buah non-klimakterik. Daya simpan buah akan menurun dengan adanya
pengaruh etilen. Pengaruh buruk etilen pada sayur umumnya adalah
mempercepat timbulnya gejala kerusakan seperti bercak-bercak coklat pada
daun letus. Pengaruh etilen pada tanaman hias seperti terjadinya gugur pada
daun, kuncup bunga, kelopak bunga, atau secara umum terjadi pada daerah
sambungan atau sendi tanaman (abscission zone) (Simbolon, 1991).
. INTERAKSI ETILEN DENGAN AUXIN
Di dalam tanaman etilen mengadakan interaksi dengan hormon auxin.
Apabila konsentrasi auxin meningkat maka produksi etilen pun akan meningkat
pula. Peranan auxin dalam pematangan buah hanya membantu merangsang
pembentukan etilen, tetapi apabila konsentrasinya etilen cukup tinggi dapat
mengakibatkan terhambatnya sintesis dan aktifitas auxin (Vitriyatul, 2012).

2.7 HUBUNGAN ETILEN DENGAN RESPIRASI


Pematangan

buah-buahan

biasanya

juga

dipercepat

dengan

menggunakan karbit atau kalsium karbida. Karbit yang terkena uap air akan
menghasilkan gas asetilen yang memiliki struktur kimia mirip dengan etilen
alami, zat yang membuat proses pematangan di kulit buah. Proses fermentasi
berlangsung

serentak

sehingga

terjadi

pematangan

merata.

Proses

pembentukan ethilen dari karbit adalah CaC 2 + 2 H2O C2H2 + Ca(OH)2. Dengan
penambahan karbit pada pematangan buah menyebabkan konsentrasi ethilen
menjadi meningkat. Hal tersebut menyebabkan kecepatan pematangan buah
pun bertambah. Semakin besar konsentrasi gas ethilen semakin cepat pula
proses stimulasi respirasi pada buah. Hal ini disebabkan karena ethilen dapat
meningkatkan kegiatan-kegiatan enzim karatalase, peroksidase, dan amilase
dalam buah. Selain itu juga, ethilen dapat menghilangkan zat-zat serupa protein
yang menghambat pemasakan buah. Respirasi merupakan proses pemecahan
komponen organik (zat hidrat arang, lemak dan protein) menjadi produk yang

lebih sederhana dan energi. Aktivitas ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
energi sel agar tetap hidup (Muzzarelli, 1985). Kecepatan respirasi merupakan
indeks yang baik untuk menentukan umur simpan komoditi panenan. Intensitas
respirasi merupakan ukuran kecepatan metabolisme dan seringkali digunakan
sebagai indikasi umur simpan. Suatu proses respirasi yang kecepatannya tinggi
biasanya dihubungkan dengan umur simpan yang pendek. Keadaan ini juga
dapat menunjukkan kecepatan penurunan mutu komoditi simpanan dan nilai jual
(harga). Respirasi merupakan suatu proses komplek yang dipengaruhi atau
diatur oleh sejumlah faktor. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
respirasi penting artinya untuk penanganan dan penyimpanan komoditi panenan
(Vitriyatul, 2012).
ABA
Asam Absisat adalah hormon tumbuhan yang berperan dalam proses penuaan dan
gugurnya daun. Asam Absisat (ABA) juga berperan penting dalam tahap inisiasi dormansi
biji, maturasi biji, dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan.

Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang


merupakan salah satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tumbuhan,
hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun
1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari
tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut dengan asam absisat, disingkat ABA.
Pada saat yang bersamaan, dua kelompok peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh
Philip Wareing dan Van Steveninck juga melakukan penelitian terhadap hormon tersebut.
Karakteristik ABA
ABA mempunyai C asimetri yaitu 2 isomer optik
ABA pada tumbuhan : Yang kekanan (dextra)
ABA yang sintesis : isoprene 2 isomer (kiri ke kanan)
ABA merupakan terpenoid dengan C asimetris
Kedua isomernya sama aktif.
Dilakukan percobaan deteksi : dengan kromotografi / aktivitas optik trans = tidak aktif
Hormon asam absisat merupakan senyawa yang bersifat inhibitor (penghambat) yang
cara kerjanya berlawanan dengan hormon auksin dan giberelin. Salah satu fungsi auksin
adalah untuk memacu proses pemanjangan sel dan pembentukan buah tanpa biji. Sedangkan

salah satu fungsi dari giberelin adalah untuk mengakhiri proses dormansi pada biji yang
terpengaruhi oleh asam absisat.
Tahapan lain dalam kehidupan suatu tumbuhan yang menguntungkan apabila
pertumbuhan dihentikan adalah pada saat permulaan dormansi biji, dan kemungkinan asam
abisatlah yang bertindak sebagai penghambat pertumbuhan. Biji akan berkecambah ketika
ABA dihambat dengan cara membuatnya tidak aktif, atau dengan membuangnya atau melalui
peningkatan aktivitas giberelin. Biji beberapa tumbuhan gurun mengakhiri dormansinya
ketika hujan lebat melunturkan ABA dari biji. Biji tumbuhan lain memerlukan cahaya atau
stimulus lain untuk memicu perombakan asam abisat. Pada sebagian besar kasus, rasio ABA
terhadap giberelin akan menentukan apakah biji itu akan tetap dorman atau berkecambah.
Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah
besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu ABA. Keadaan
rawan tersebut antara lain kurang air, tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas. ABA
membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
Letak Asam Absisat dan Transpornya pada Tanaman
Tempat produksi atau lokasi hormon asam absisat pada tumbuhan yaitu di daun,
batang, akar dan buah hijau. Fungsi utama asam absisat yaitu menghambat pertumbuhan,
menutup stomata selama kekurangan air, menghambat pemutusan dormansi.
Pada daun, ABA berada pada 3 bagian sel yang berbeda, yakni : (1) pada sitosol,
dimana disintesis, (2) pada kloroplas dimana ABA diakumulasikan, dan (3) pada dinding sel.
Para ahli fisiologi berpendapat bahwa ABA dapat merangsang penutupan stomata adalah
ABA yang berada pada dinding sel. ABA pada dinding sel ini berasal dari sel-sel mesofil
daun tempat di mana ABA ini disintesis.
Asam Absisat diangkut oleh tumbuhan secara alami melalui xilem floem dan
parenkim baik itu naik atau turun, proses pengangkutan menuju daun dalam penutupan
stomata dari akar menuju floem yang dekonsentrasi pada daun yang dapat dipengaruhi oleh
tingkat kegaraman yang tinggi. Begitupun dari daun menuju akar dan menuju batang dalam
penghambatan penambahan panjang dan lebar batang pada tanaman.
Pembentukan Asam Absisat pada Tumbuhan dan Cara Kerjanya
Hormon Asam Absisat pada tumbuhan dapat diperoleh dengan cara alami melaui
proses di dalam tumbuhan itu sendiri (endogen) dan melalui pemberian dari luar oleh campur
tangan manusia (eksogen). Namun secara alami tumbuhan dapat menghasilkan hormon Asam
Absisat di dalam tubuhnya walaupun tidak dalam jumlah yang besar dengan beberapa proses
yaitu :

1. Biosintesis/pembentukan ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung
melalui peruraian karotenoid (zat warna merah, kuning dan Orange) tertentu (40 karbon)
yang ada di plastid. ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan pergerakan giberelin
yaitu dapat diangkut secara mudah melalui xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar
berkas pembuluh.
2. Rangkaian pose secara kimia, yaitu
a. Jalur Asam mevalonat : Asam mevalonat farnesylpyrofosfat ABA
b. Jalur Violaxanthin : Violaxanthin Xanthoxin ABA - Cahaya
Secara non-alami, Asam Absisat diperoleh melalui pemberian dari luar tubuh baik itu
Asam Absisat Sintetik maupun yang diekstrak dari tumbuhan lain, misalnya Alga.
Cara kerja dari asam absisat ini seperti merangsang penutupan stomata pada waktu
kekurangan air, mempertahankan dormansi dan biasanya terdapat di daun, batang, akar, buah
berwarna hijau. Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi baik di xilem maupun floem dan
arah pergerakannya bisa naik atau turun. Transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat
dirangsang oleh salinitas (kegaraman tinggi).
Pada tumbuhan tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya. Daun
muda memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber
dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun.
Daun dan buah pada tumbuhan dapat menjadi rontok karena adanya pengaruh kerja
hormon Asam Absisat (ABA). hormon ini menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel.
karena itu, jika hormon ini bekerja, proses yag terjadi di dalam sel akan berkurang dan
kelamaan akan berhenti. berhentinya aktivitas sel, berarti juga berhentinya asupan nutrisi ke
dalam sel tumbuhan tersebut, sehingga, bagian tumbuhan seperti daun akan kekurangan
nutrisi, dan kering karena penguapan terus terjadi, namun tidak ada asupan air, dan kelamaan
daun akan rontok.
Hormon ini dapat menutup stomata pada daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam
sel dan menyebabkan sel turgor. Akibatnya, cairan tanaman hilang yang disebabkan oleh
transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tanaman
dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Selain itu, ABA juga dapat
menstimulasi pengambilan air melalui akar. Selain untuk menghadapi kekeringan, ABA juga
berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas
yang tinggi. Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam
yang tinggi pada akar.. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan
pertumbuhan primer dan sekunder. Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan
memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik yang
berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin. ABA juga akan menghambat
pembelahan sel kambium pembuluh.
Terdapat beberapa kondisi Dimana hormon Asm Absisat terbentuk pada bagian
tumbuhan, diantaranya pada daun, tumbuhan yang mengalami cekaman air : (kekeringan);
konsentrasi ABA naik sampai lebih dari 50 kalinya hanya dalam waktu 4-8 jam (400 ng per g
berat basah); sebagai respon dari meningkatkan laju biosintesisnya. Namun jika tumbuhan
diberi air kembali; konsentrasi ABA turun sampai ke konsentrasi sebelum cekaman dalam
waktu 4-8 jam; sebagai respon menurunnya laju biosintesis.

Biji yang sedang berkembang konsentrasi ABA sangat tinggi (100 x) ; lalu semakin
menurun seiring dengan semakin dewasanya biji karena tumbuhan sudah semakin kuat dan
dapat menghasilkan makanan dalam jumlah besar serta penyerapan air yang lebih optimal
melalui akar.
E. Kegunaan Asam Absisat bagi Tumbuhan
Seperti yang telah dijelaskan diatas, hormon Asam Absisat berfungsi dalam
menghambat pertumbuhan, hal ini dilakukan untuk membantu tumbuhan untuk bertahan
dalam kondisi yang sulit, sehingga hormon absisat hanya diproduksi jika tumbuhan
mengalamai kondisi seperti kekurangan air, pada musim dingin, musim kering, dan musim
gugur sehingga terjadi proses-proses untuk menghambat pertumbuhan. Secara Keseluruhan,
Asam Absisat berfungsi dalam :
1. Secara fisiologis berfungsi dalam Pengaturan perkecambahan biji, Mendorong sintesis
protein simpanan, Mengurangi efek kekurangan air, Peristiwa absisi, Dormansi tunas,
Memacu transpor fotosintat yang sedang berkembang
2. Dormansi tunas
3. Menghambat perkecambahan biji
4. Mempengaruhi pembungaan tanaman
5. Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian
6. Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi
7. Untuk maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan
8. Untuk menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang
tinggi
9. Menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.

Anda mungkin juga menyukai