1102010031
3)
4)
5)
6)
lingkungan
fasilitas
keluarga
pelayanan
untuk
kesehatan
menjamin
kesehatan
disekitarnya
bagi
3
keluarga.
1.3 Peran Anggota Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang
berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng terdapat dalam
keluarga adalah sebagai berikut:
o Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
kepala rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota masyarakat.
o Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga, pengasuh,
pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok social dan anggota
masyarakat serta berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.
o Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.
Friedman (2002) membagi lima peran kesehatan dalam keluarga yaitu :
o Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggota
o Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
o Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
o Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
o Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada
1.4 Struktur Keluarga
1) Dominasi jalur hubungan darah
a) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku-suku
di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
b) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang
salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga matrilineal.
2) Dominasi keberadaan tempat tinggal
a) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak suami.
b) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak istri.
3) Dominasi pengambilan keputusan
a) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
b) Matriakal
4
1) Salah seorang atau kedua orang tua dapat di cabut kekuasaannya terhadap seorang
anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain
keluarga anak dalam garis lurus keatas dan saudara kandung yang telah dewasa atau
pejabat yang berwenang dengan keputusan Pengadilan dalam hal-hal:
a.
Ia
sangat
melalaikan
kewajiban
nya
terhadap
anaknya;
b. Ia berkelakuan buruk sekali.
2) Meskipun orang tua di cabut kekusaannya, mereka masih berkewajiban untuk
memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut.
1.6 Bentuk Keluarga
1. TRADISIONAL :
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek),
keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul
pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya :
dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
6
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati
2. NON-TRADISIONAL :
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
10
o Pertama, tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiri yang biasa
dikenal dengan harga diri atau self-esteem.
o Kedua, tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat dan pikiran
mereka yang dikenal dengan komunikasi.
o Ketiga, tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimana mereka
seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai system nilai keluarga.
o Yang terakhir, tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan
institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.
1.9. Siklus Keluarga
TAHAPAN-TAHAPAN SIKLUS HIDUP KELUARGA
Dalam ilmu kependudukan biasanya dikenal dengan 6 tahap siklus hidup keluarga, yaitu :
1) Tahap Tanpa Anak
Dimulai dari perkawinan hingga kelahiran anak pertama.
2) Tahap Melahirkan (Tahap Berkembang)
Dimulai dari kelahiran anak sulung hingga anak bungsu.
3) Tahap Menengah
Dimulai dari kelahiran anak bungsu, hingga anak sulung meninggalkan rumah atau
menikah
4) Tahap Meninggalkan Rumah
Dimulai dari anak sulung meninggalkan rumah sampai anak bungsu meninggalkan rumah
(perkawinan biasanya dianggap meninggalkan rumah).
5) Tahap Purna Orang Tua
Dimulai dari saat anak bungsu meninggalkan rumah, hingga salah satu pasangan
meninggal dunia.
6) Tahap Menjanda/Menduda
Dimulai dari saat meninggalnya suami atau istri, hingga pasangannya meninggal dunia.
Siklus hidup keluarga dalam ilmu kependudukan dipandang penting, karena lima alasan
pokok sebagai berikut :
1) Menunjukan interaksi antara anggota keluarga. Peristiwa-peristiwa seperti kelahiran,
kematian, dan perubahan umur atau status anak, tidak hanya mempengaruhi individuindividu yang bersangkutan, tetapi juga anggota keluarga yang lain.
2) Memperjelas pengaruh yang kontinu dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahaptahap awal siklus terhadap kehidupan keluarga sampai akhir siklus tersebut.
11
Tahap I: Bachelor
Pasangan yang sudah menikah setidaknya ada satu anak yang tinggal hidup bersama.
-
Sebuah pasangan menikah yang sudah tua dimana tidak ada anak yang tinggal hidup
bersama.
12
Tahap V: Dissolution
a.
Family Household
1. Childless Couples: pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak dikarenakan
oleh pasangan tersebut lebih memilih pada pekerjaan.
2. Pasangan yang menikah diumur diatas 30 tahun menikah terlalu lama dikarenakan
karir dimana memutuskan untuk memiliki sedikit anak atau justru malah tidak memiliki
anak.
3. Pasangan yang memiliki anak di usia yang terlalu dewasa (diatas 30 tahun).
4. Single Parent I: single parent yang terjadi karena perceraian.
5. Single Parent II: pria dan wanita muda yang mempunyai satu atau lebih anak diluar
pernikahan.
6. Single Parent III: seseorang yang mengadopsi satu atau lebih anak.
7. Extended Family: seseorang yang kembali tinggal dengan orang tuanya untuk
menghindari biaya yang dikeluarkan sendiri sambil menjalankan karirnya. Misalnya
anak, atau cucu yang cerai kemudian kembali ke rumah orang tuanya.
b.
Non-Family Household
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan, antara lain sebagai berikut :
o Debu Total tidak lebih dari 150 g m3
o Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam
o Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
3. Pencahayaan
14
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh
bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
4. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a) Suhu udara nyaman berkisar antara l8C sampai 30C
b) Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c) Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d) Pertukaran udara
e) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
f) Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas
lantai.
7. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
15
9. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan
bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan
pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
LO 3.
dan
Faktor
Eksternal
yang
16
Genetic
Umur ; sesorang anggota keluarga dengan usia yang lebih tua cenderung lebih
perhatian terhadap anggota keluarga yang lain
Pekerjaan
Sex
Fisiologi tubuh
Keadaan imunologia
Tingkah laku
Resiko eksternal
Lingkungan
Kebudayaan
Kepercayaan
Ras
Social ekonomi
b. Factor agen
17
Agen adalah suatu unsure, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit
Factor yang mempengaruhi :
c. Factor nutrisi
Kimiawi
Fisik
Biologis
Unhealthy behaviour
d. Factor lingkungan
Lingkungan adalah semua factor luar dari suatu individu yang dapat berupa
lingkungan fisik, biologis, dan social. Sesungguhnya keadaan keluarga secara
keseluruhan memang mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap kesehatan
setiap anggota keluarga. Pengaruh tersebut dapat dilihat paling tidak pada lima hal :
1. Penyakit keturunan
Setiap orang pada dasarnya adalah hasil interaksi antara berbagai factor genetic
(fungsi reproduksi). Apabila ditemukan kelainan tertentu pada factor genetic
tersebut, yang antara lain muncul karena perkawinan (tahap awal dari siklus
keluarga) maka tidaklah sulit dipahami bahwa orang tersebut dapat menderita
penyakit keturunan tertentu pula.
2. Perkembangan bayi dan anak
Sekalipun pada dasarnya keadaan fisik dan mental bayi serta anak mempunyai
kemampuan mengatasi berbagai pengaruh lingkungan, tetapi pengalaman
membuktikan jika bayi dan anak tersebut maka perkembangan bayi dan anak
tersebut akan terganggu, baik perkembangan fisik maupun perilakunya.
3. Penyebaran penyakit
Apabila dilingkungan keluarga terdapat penderita penyakit infeksi maka tidaklah
sulit diperkirakan bahwa anggota keluarga yang lain akan mudah terserang
penyakit tersebut
18
ah, tidak mengeraskan suara melebihi suara mereka, mendahulukan keperluan orang
tua dari pada keperluan pribadi.
2) Berbakti terhadap kedua orang tua dapat direalisasikan dengan berbagai bentuk. Diantara
wujud lain dari pada bakti pada orang tua diantaranya:
a) Tidak berkata ah dan tidak mengeraskan suara melebihi suara orang tua
b) Tidak mendahului jalan orang tua
c) Mendahulukan keperluan orang tua dari pada keperluan pribadi
d) Tidak berkata kasar
3) Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya.
Amat penting kedudukan izin kepada orang tua dalam masalahjihad. Seorang lakilaki datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan bertanya, Wahai
Rasulullah apakah aku boleh ikut berjihad? Beliau balik bertanya, Apakah kamu masih
mempunyai kedua orangtua? Laki-laki tersebut menjawab, Masih. Beliau bersabda,
Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya.
4) Memberikan nafkah kepada orang tua
Beberapa ayat dalam Al Quran yang membahas tentang hal ini adalah Al Baqarah
ayat 15 dan Ar-Rum ayat 38. Rasulullah SAW. pernah bersabda kepada seorang laki-laki
ketika ia berkata, Ayahku ingin mengambil hartaku. Nabi SAW. bersabda, Kamu dan
hartamu adalah milik ayahmu.
Oleh sebab itu, hendaknya seorang anak tidak bersikap bakhil (kikir) terhadap orang
yang menyebabkan keberadaan dirinyaatas izin Allah, memeliharanya ketika kecil, serta
telah berbuat baik kepadanya.
2) Memenuhi sumpah/nadzar kedua orang tua
Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak
terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah
keduanya karena hal itu termasuk hak mereka.
3) Mendahulukan berbakti kepada ibu dari pada ayah.
:
.( ): : :
.( ) : : .( ) : : .( ) : :
: :.
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku? beliau menjawab,
Ibumu. Lelaki itu bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? Beliau kembali menjawab,
Ibumu. Lelaki itu kembali bertanya, Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab,
Ibumu. Lalu siapa lagi? Tanyanya. Ayahmu, jawab beliau.
Hadits di atas tidak bermakna lebih menaati ibu dari pada ayah. Sebab, menaati ayah
lebih didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dalam hal yang
dibolehkan syariat. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan taat kepada suaminya.
20
4) Mendahulukan berbakti pada orang tua dari pada berbuat baik pada istri
Di antara hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah kisah tiga orang yang terjebak
di dalam gua lalu mereka tidak bisa keluar kemudian mereka bertawasul dengan amal
baik mereka, di antara amal mereka, ada yang mendahulukan memberi susu untuk kedua
orang tuanya, walaupun anak dan istrinya membutuhkan. Begitupula dengan kisah
Alqomah
5) Mendoakan kedua orang tua.
Merupakan perihal yang sangat urgen sebab doa juga merupakan wujud ungkapan
terimakasih anak terhadap orang tua. Ayat Al-Quran yang membahas tentang kewajiban
mendoakan keduanya salah satunya adalah firman Allah SWT :
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil".
6) Memelihara orang tua
Ayat yang membahas tentang hal ini adalah surat Al-Isra ayat 23 dan Al-Ahqaf ayat 15
B. Ketika Orang Tua Telah Meninggal
Ada beberapa kewajiban yang dilakukan anak terhadap orang tuanya ketika mereka
sudah tiada diantaranya:
1) Mengurus jenazahnya dan banyak mendoakan untuknya, karena ini merupaka bukti
kebaktian anak terhadap orang tuanya sebelum dikebumikan.
2) Memohonkan ampun untuk keduanya. Karena doa yang yang masih bisa menjadi
amal jariyah adalah doa anak sholeh terhadap orang tuanya. Namun anak yang
dimaksud anak di sini tidak hanya anak kandung saja tapi anak tiri, ataupun anak
angkatpun bisa. Karena dalam doa kita juga dianjurkan untuk mendoakan semua
orang muslim.
3) Melanjutkan amalan baik yang belum sempat dilakukan mereka semasa hidup karena
demikian itu akan menjadi amalan jariyah bagi orang tua meskipun telah memenuhi
panggilanya.
4) Menunaikan janji, hutang dan wasiat orang tua yang belum terlaksana.
5) Memuliakan teman atau sahabat dekat kedua orang tua
Rasulullah SAW pernah bersabda, Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah
seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya
setelah ayahnya meninggal.
6) Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat ibu dan ayah
Rasulullah SAW. bersabda, Barang siapa yang ingin menyambung silaturrahim
ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudarasaudara ayahnya setelah ia meninggal.
Hak-hak yang harus diperoleh anak
21
:
. .
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium Al-Hasan bin 'Ali,
sementara Al-Aqra' bin Habis At-Tamimi sedang duduk di sisi beliau. Maka Al-Aqra'
berkata, "Aku memiliki 10 anak, namun tidak ada satu pun dari mereka yang
kucium." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memandangnya, lalu
bersabda, "Siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi."
Kalaulah dibuka perjalanan para pendahulu yang shalih dari kalangan
shahabat radhiallahu 'anhum, hal ini pun ditemukan di kalangan mereka. Bahkan
dilakukan oleh shahabat yang paling mulia, Abu Bakr Ash-Shiddiqradhiallahu 'anhu.
Ketika Abu Bakr radhiallahu 'anhu tiba di Madinah bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dalam hijrah, dia mendapati putrinya, 'Aisyah radhiallahu 'anha sakit
panas. Al-Barra' bin 'Azibradhiallahu 'anhu yang menyertai Abu Bakr saat menemui
putrinya mengatakan:
:
"Kemudian aku masuk bersama Abu Bakr menemui keluarganya. Ternyata 'Aisyah
putrinya sedang berbaring, terserang penyakit panas. Maka aku melihat ayah 'Aisyah
mencium pipinya dan berkata, 'Bagaimana keadaanmu, wahai putriku?'."
Inilah kasih sayang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, seorang ayah yang paling
mulia di antara seluruh manusia. Tak segan-segan beliau mendekap dan mencium
putra-putri dan cucu-cucunya. Begitu pun yang beliau ajarkan kepada seluruh
manusia.
2) Hak untuk memperoleh kehidupan
Problematika perekonomian seakan menjadi momok yang menakutkan bagi
calon orang tua bahkan orang tua sekalipun. Banyak sekali orang tua yang
mnelantarkan anak yang telah dilahirkan sendiri dari rahimnya. Bahkan tak sedikit
pula yang membiarkan anaknya merasakan kehidupan dunia ini.
Allah berfirman:
22
Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan
memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka.
3) Hak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)
Wajib bagi seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana
firman Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Sebuah riwayat disampaikan oleh 'Umar bin Al-Khaththab radhiallahu 'anhu:
: :
.
.
: .
"Datang para tawanan di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ternyata di
antara para tawanan ada seorang wanita yang buah dadanya penuh dengan air susu.
Setiap dia dapati anak kecil di antara tawanan, diambilnya, didekap di perutnya dan
disusuinya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, "Apakah kalian
menganggap wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api?" Kami pun
menjawab, "Tidak. Bahkan dia tak akan kuasa untuk melemparkan anaknya ke dalam
api." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sungguh Allah lebih penyayang
daripada wanita ini terhadap anaknya."
4) Hak untuk mendapat nama yang baik dari orang tua
Pemberian nama yang baik bagi anak adalah awal dari sebuah upaya
pendidikan terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; apa arti sebuah nama.
Ungkapan ini tidak selamanya benar. Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang
anak adalah sebuah doa. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak mampu
berperilaku baik sesuai dengan namanya. Adapun setelah kita berusaha memberi
nama yang baik, dan telah mendidiknya dengan baik pula, namun anak kita tetap
tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita kembalikan kepada
Allah SWT. Nama yang baik dengan akhlak yang baik, itulah yang diharapkan oleh
setiap orang tua.
5) Hak mendapat aqiqohan dari orang tua.
Aqiqah hukumnya sunnah muakkadh (sangat dianjurkan) bagi yang mampu
melakukannya, berdasarkan sabda Nabi SAW
" :" .
Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih paa hari ketujuh (sejak
kelahiran anaknya), lalu dinamai dan dicukur rambutnya.
6) Hak mendapat pendidikan
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu
muslimah. Bahkan ibu merupakan madrasah awal bagi putra putrinya. Dia senantiasa
23
mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para
sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah sekedar kemurahan hati seorang ibu
kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan
Allah kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara
lainnya, seperti mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan
mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi
penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh
yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan
kejayaan. Bak dan tidaknya seorang anak juga ada pengaruhnya terhadap peran orang
tua. Karena pada dasarnya anak itu terlahir dalam keadaan fitrah, jadi yang
menjadikan anak tersebut islam ataupun kafir adalah orang tuanya.
6.1 Hak dan Kewajiban Orang Tua
Kewajiban Orang tua kepada Anak
1) Berdoa sebelum bercampur dengan istri, sehingga jika Allah takdirkan dari
pencampuran tadi, si istri hamil, maka anaknya menjadi anak yang soleh.
2) Mengikuti rosulullah dalam menyambut kelahiran anak.
3) tinggal di lingkungan yang islami
4) Memberi nama yang baik
5) Ibu hendaknya Menyusui anaknya
6) Mengasuh dan membimbing anak (bukan diasuh oleh pembantu).
7) Mengkhitan si anak
8) Mengajari alquran, sholat,puasa, adab dan etika
9) Mengajari anak naik kuda, berenang dan memanah.
10) Memberi nafkah dari rezeki yang halal sampai si anak mandiri atau menikah.
11) Memilihkan teman yang baik.
12) berbuat adil kepada semua anak anaknya.
13) Menjadi contoh yang baik bagi anaknya.
14) Mencarikan pendamping hidup yang sholeh bagi anaknya.
Hak-hak Orang Tua
Yang dimaksud dengan hak-hak orang tua di sini adalah kewajiban-kewajiban
yang harus ditunaikan seorang anak terhadap orang tuanya. Ada banyak hak orang tua
atas anak, yang paling penting di antaranya adalah :
1) Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Hal itu ditunjukkan melalui
perkataan, perbuatan, harta, dan badan.
2) Menaati perintah keduanya kecuali dalam hal-hal yang sifatnya maksiat.
3) Berbicara kepada mereka berdua dengan penuh kelembutan dan sopan santun.
4) Tawadhu (rendah diri) dan tidka boleh bersikap sombong di hadapan keduanya.
24
5) Banyak berdoa dan memohon ampun untuk mereka berdua, terlebih di saat
keduanya telah meninggal dunia.
6) Memelihara nama baik, kehormatan, dan harta mereka berdua.
7) Melakukan perbuatan yang membuat mereka senang tanpa harus ada perintah
terlebih dahulu.
8) Menghormati teman-teman mereka berdua semasa mereka masih hidup, dan
begitu juga setelah matinya.
9) Segera memenuhi panggilan mereka berdua
6.2 Hak dan Kewajiban Antar Keluarga
Hak Kerabat dan Sanak Keluarga
1) Dikunjungi/silaturahim
Dalil hadits: Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizkinya
maka hendaklah dia takut kepada Allah dan bersilaturahim kepada kerabat. (HR.
Ahmad dan Al Hakim)
2) Selamat dari tangan dan lisannya. Maksudnya adalah tidak digunjingkan dan
dianiaya.
3) Bersedekah/memberi hadiah
Shadaqah yang paling utama adalah kepada kerabat yang memutuskan
kekerabatan. (HR. Ahmad, Thabrani dan Baihaqi)
LO 5 : Memahami dan Menjelaskan Hak dan Kewajiban Pasien dalam Merawat Pasien
yang Sakit
Kewajiban-Kewajiban Orang yg Sakit:
1) Orang yang sakit memiliki kewajiban untuk senantiasa ridha terhadap qadha Allah
Subhanahu wa Taala, bersabar atas taqdir-Nya serta berbaik sangka kepada Rabbnya. Itu
yang lebih baik baginya.
2) Seyogyanya orang yang sedang sakit memiliki perasaan antara rasa takut dan harap, yaitu
takut akan siksa Allah Azza wa Jalla atas dosa-dosanya dan berharap akan rahmat Allah
Azza wa Jalla kepadanya. Sikap ini didasarkan pada hadits dari Anas bin
Malik Radhiyallahuanhu yang mengatakan:
3) Seberat apapun sakit yang diderita, tidak boleh baginya untuk berangan-angan ingin
mati. Hal ini karena ada hadits Ummul Fadhl Radhiyallahuanha, bahwa
Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam pernah datang kepada mereka tatkala
Abbas Radhiyallahuanhu (paman Rasulullah) menderita sakit, hingga Abbas beranganangan ingin mati.
4) Jika ia masih memiliki tanggungan atas hak-hak orang lain, hendaklah ia tunaikan kepada
yang berhak apabila hal itu mudah baginya. Jika tidak mudah, hendaklah ia berwasiat
(kepada keluarganya). Sesungguhnya Nabi Shallallahualaihi wa Sallam berkata:
25
Barang siapa pernah mendhalimi hak saudaranya dalam hal harga diri[1] atau hartanya,
hendaklah ia selesaikan sebelum datang hari kiamat, hari yang tidak diterima dinar tidak
pula dirham. Jika ia punya amalan shalih maka diambil darinya lalu diberikan kepada
orang yang punya hak. Jika ia tidak punya amalan shalih, maka diambil dosa-dosa orang
yang bersangkutan lalu dibebankan kepadanya.
5) Orang yang sakit hendaknya bersegera untuk menyiapkan wasiat karena ada sabda
RasulullahShallallahualaihi wa Sallam:
Tidak benar bagi seorang muslim yang bermalam dua malam sedangkan ia punya sesuatu
yang ingin diwasiatkannya kecuali semestinya wasiat itu telah ditulis di sisinya.
Ibnu Umar Radhiyallahuanhuma berkata: Tidaklah berlalu satu malam sejak aku
mendengar RasulullahShallallahualaihi wa Sallam mengatakan itu kecuali sudah kutulis
wasiatku. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim juga Ashabus Sunan maupun
yang lain.
6) Wajib baginya untuk memberikan wasiat kepada sanak kerabatnya yang tidak menerima
warisan darinya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)
kematian, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah untuk ibu-bapak dan karib
kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. (AlBaqarah: 180)
7) Boleh baginya untuk berwasiat dengan sepertiga hartanya, tidak boleh lebih.
8) Hendaklah dalam berwasiat ini disaksikan oleh dua orang yang jujur yang muslim. Jika tidak
ada maka bisa dengan dua orang (yang jujur) non muslim dengan diminta agar keduanya
bersumpah untuk bisa dipercaya apabila ragu akan persaksiannya
9) Adapun berwasiat agar hartanya diberikan kepada kedua orang tua dan sanak kerabat yang
berhak menerima warisan dari orang yang meninggalkan warisan itu, maka ini tidak boleh
dilakukan. Karena hal ini sudah dimansukh dengan ayat tentang warisan. Dan telah
dijelaskan pula oleh RasulullahShallallahualaihi wa Sallam dengan penjelasan yang paling
sempurna, ketika beliau berkhutbah pada haji Wada. Kata beliau:
Sesungguhnya Allah telah memberikan hak kepada setiap yang punya hak,
26
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi
wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit
atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. (An-Nisaa: 7)
11) Wasiat yang lalim (tidak adil) hukumnya batil lagi tertolak, karena adanya sabda
RasulullahShallallahualaihi wa Sallam:
Barang siapa yang mengada-adakan perkara baru dalam (agama) kami ini yang tidak ada
asal darinya, maka ia tertolak.
12) Ketika banyak terjadi kebidahan pada sebagian besar kaum muslimin di masa ini. Begitu
pula dalam permasalahan yang berkaitan dengan jenazah. Maka termasuk kewajiban seorang
muslim adalah untuk berwasiat agar disiapkan (urusan kematiannya) dan agar dikuburkan
berdasarkan Sunnah (tuntunan Nabi Shallallahualaihi wa Sallam), sebagai pengamalan
terhadap firman Allah Subhanahu wa Taala (At-Tahrim: 6)
Kewajiban Keluarga Terhadap Orang Sakit
Menjenguk Orang Sakit dan Hukumnya
Orang sakit adalah orang yang lemah, yang memerlukan perlindungan dan
sandaran. Perlindungan (pemeliharaan, penjagaan) atau sandaran itu tidak hanya berupa
materiil sebagaimana anggapan banyak orang, melainkan dalam bentuk materiil dan spiritual
sekaligus.
Karena itulah menjenguk orang sakit termasuk dalam bab tersebut. Menjenguk si sakit ini
memberi perasaan kepadanya bahwa orang di sekitarnya
(yang
menjenguknya)
menaruhperhatian kepadanya, cinta kepadanya, menaruh keinginan kepadanya, dan
mengharapkan agar dia segera sembuh. Faktor-faktor spiritual ini akan memberikan
kekuatan dalam jiwanya untuk melawan serangan penyakit lahiriah. Oleh sebab itu,
menjenguk orang sakit, menanyakan keadaannya, dan mendoakannya merupakan bagian
dari pengobatan menurut orang-orang yang mengert. Maka pengobatan tidak seluruhnya
bersifat materiil (kebendaan). Karena itu, hadits-hadits Nabawi menganjurkan "menjenguk orang
sakit"
Dari abu musa r.a. berkata, bersabda Rasulullah saw.: jenguklah orang sakit, dan
berikanlah makanan kepada orang yang lapar, dan bebaskanlah tawanan. (h.r. bukhari)
27
Hak orang islam terhadap orang islam lainnya ada enam: 1. Apabila engkau berjumpa dengannya
berilah salam kepadanya. 2. Apabila ia mengundangmu penuhilah undangnnya itu. 3. Apabila ia
meminta nasehat kepadamu, nasehatilah dia. 4. Apabila ia bersin, lalu memuji allah, maka
doakanlah ia olehmu. 5. Apabila ia sakit, tengoklah ia, dan apabila ia meninggal dunia, maka
iringkanlah dia. (h.r. muslim)
Menjenguk orang yang terbaring sakit. Sebagian ulama telah menetapkan menjenguk
orang sakit ini sebagai fardhu kifayah, seperti halnya memberi makan orang yang kelaparan dan
membebaskan tawanan. Jumhur ulama berpendapat bahwa menjenguk ini pada dasarnya
hukumnya sunnah. Namun pada perkembangannya ia menjadi wajib di beberapa kalangan
tertentu.
Perintah menjenguk orang sakit mengandung hikmah, dapat meringankan beban mental
keluarganya, sebagai ungkapan kasih sayang, mengingatkan manusia akan mati, memberikan
dorongan kejiwaan dan menghibur, dan lain-lain.
28
DAFTAR PUSTAKA
Kewajiban-Kewajiban Orang Sakit. Available at : http://darussunnah.or.id/artikelislam/nasehat/kewajiban-kewajiban-orang-sakit/ (Last Update 2012, December 20)
Kewajiban Orang Tua dan Anak dalam Islam. Available at: http://al-islamindonesia.blogspot.com/2012/05/kewajiban-orang-tua-dan-anak-dalam.html (Last Update
2012, December 20)
29