Anda di halaman 1dari 31

1

1. Memahami dan menjelaskan perilaku remaja yang beresiko dan terhadap


kesehatan

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku
menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai
dan norma sosial yang berlaku. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya kenakalan
remaja faktor dari mereka sendiri, keluarga, masyarakat ataupun dari lingkungan
sekolah.
Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk perilaku-perilaku yang menyimpang pada
remaja :
Penggunaan narkoba
Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral yang lemah.
Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba membuat remaja sulit melepaskan
diri dari jerat narkoba jika tidak dibantu orang-orang sekelilingnya. Zat kokain dan
methamphetamine yang terdapat dalam narkoba akan memunculkan energi dan
semangat dalam waktu cepat. Sedangkan heroin, benzodiazepines dan oxycontin
membuat perasaan tenang dan rileks dalam otak. Ketika otak sudah tidak menerima lagi
asupan zat-zat tersebut, maka akan timbul rasa sakit dan itulah yang membuat
seseorang kecanduan.
Mengonsumsi alkohol
Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan sering
berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan penyebab utama
kematian remaja. Menurut Clinical and Experimental Research, remaja yang
mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang hingga 10 persen.
Substance Abuse and Mental Health Services Administration juga mengatakan bahwa
31% remaja yang minum alkohol mengaku stres karena jarang diperhatikan oleh orang
tua.
Hubungan Seksual Pra Nikah
Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah
adalah membaca buku porno dan menonton film porno. Adapun motivasi utama
melakukan senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis dan
merasa kurang taat pada nilai agama.
Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Ohio University menyebutkan bahwa
remaja yang melakukan hubungan seks di usia dini cenderung menjadi pribadi yang
meresahkan masyarakat, yaitu menjadi seorang pemalak.
Aborsi
Hampir setiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar
nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini
menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangat
memperihatinkan. Survei Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia
menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan
30% di antaranya dilakukan oleh remaja. Menurut National Abortion Federation,
2

sebanyak 4 dari 5 wanita di Amerika telah melakukan hubungan seks sebelum usia 20
tahun, dan sebanyak 70 persennya adalah remaja. Karena mental yang belum siap,
mereka pun melakukan aborsi. Pengetahuan seks yang kurang menjadi salah satu
pemicunya.
Kecanduan Game
Terlalu sering bermain game akan membahayakan fisik dan psikologisnya. Seperti
dikutip dari Psychiatric Time, alasan anak-anak bermain game adalah ingin mencoba
sesuatu yang baru dan untuk menghilangkan stres akibat tugas sekolah atau karena
suatu masalah. Seorang anak boleh saja bermain game, asalkan waktunya dibatasi dan
hal yang terpenting adalah pemilihan game yang tepat untuk anak-anak.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja
Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-
anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja
yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan
bentuk perilaku yang menyimpang. Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa
hal, sebagian di antaranya adalah:
Kontrol Diri Yang Lemah
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan
kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal dalam
mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama
proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah
laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, namun remaja
yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau
mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun
gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk
membimbing tingkah laku mereka.
Pengaruh Teman
Di kalangan remaja, memiliki banyak teman adalah merupakan satu bentuk prestasi
tersendiri. Makin banyak teman, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Di
jaman sekarang, pengaruh teman bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja
saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Pengaruh pergaulan dalam membentuk watak
dan kepribadian seseorang ketika remaja sangatlah besar. Oleh karena itu, orangtua
para remaja hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan
anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan teman yang tidak benar.
Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak
menimbulkan masalah bagi orang tuanya.
Pengaruh Keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya
dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak,
kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat
menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Pengawasan orangtua yang tidak
memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan
3

tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya
kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga
berhubungan dengan kenakalan.
Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Lingkungan juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja.
Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati
berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau
penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai
dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah.
Penggunaan Waktu Luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha
menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila
waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan
untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja
melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika
ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan disekitarnya dapat terganggu.
Perilaku Seksual
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para
remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di
tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan
masyarakat sekitarnya.
Definisi Perilaku beresiko :
perilaku yang dapat membahayakan aspek-aspek psikososial sehingga remaja sulit berhasil
dalam melalui masa perkembangannya. Perilaku berisiko dilakukan remaja dengan tujuan
tertentu yaitu untuk dapat memenuhi perkembangan psikologisnya. Contoh : Merokok,
penggunaan narkoba agar diterima teman sebayanya, bukti kemandirian dari orang tua.
Akibat perilaku beresiko :
Berisiko terhadap kesehatan:
Merokok, minum alkohol, narkoba, tawuran
Berisiko terhadap masa depan:
putus sekolah, kehamilan
konsep diri yang tidak adekuat.
Berisiko terhadap lingkungan sosialnya:
bermasalah dengan hukum
- Pengangguran


4

Faktor Faktor yang berpengaruh terhadap Perilaku beresiko :



Tabel 1. 10 Masalah yang banyak dihadapi remaja Indonesia
Masalah-masalah remaja
1. Perokok aktif: Perempuan: 0,7%; sedangkan lelaki: 47,0%
2. Peminum alkohol aktif: perempuan: 3,7%; lelaki: 15,5 %
3. Lelaki pengguna zat adiksi dihisap: 2,3%; dihirup: 0,3 %; ditelan 1,3%
4. Pengalaman seksual pada perempuan: 1,3%; lelaki: 3,7%
5. Lelaki yang memiliki pengalaman seks untuk pertama kali pada usia: <15 tahun:
1,0%; usia 16 tahun : 0,8%; usia 17 tahun: 1,2%; usia 18 tahun: 0,5%; usia 19 tahun:
0,1%
6. Alasan melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum menikah pada remaja
5

berusia 15-24 tahun ialah: Untuk perempuan alasan tertinggi adalah karena terjadi
begitu saja (38,4%); dipaksa oleh pasangannya (21,2%). Sedangkan pada lelaki,
alasan tertinggi ialah karena ingin tahu (51,3%); karena terjadi begitu saja (25,8%)
7. Delapan puluh empat orang (1%) dari responden pernah mengalami kehamilan yang
tidak direncanakan, 60% di antaranya mengalami atau melakukan aborsi
8. Persentase kasus AIDS pada pengguna napza suntik di Indonesia berdasarkan jenis
kelamin, yaitu: lelaki: 91,8%; perempuan: 7,5%; tidak diketahui: 0,7%
9. Prevalensi kecenderungan gangguan mental-emosional remaja usia 15-24 tahun ke
atas (berdasarkan self-report questionnaire) menurut karakteristik responden
adalah: 8,7%
Sumber: Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 pada remaja
perempuan dan laki-laki berusia 15-19 tahun yang tidak menikah.
Perlakuan negatif pada anak-remaja bermasalah dapat terjadi karena disebabkan
pemahaman yang kurang tepat atas perilaku beresiko. Sering perilaku beresiko hanya dilihat
sebagai akibat kenakalan remaja semata, akibatnya orang segera mengambil keputusan
untuk memperbaiki si remaja bermasalah. Perilaku beresiko remaja yang disebabkan oleh
gangguan penyesuaian diri muncul karena dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri remaja
(internal) maupun faktor dari luar diri (eksternal).
Perilaku Kesehatan yang Berisiko Pada Masa Pubertas
Definisi Remaja berdasarkan usia :
Remaja : adolescence ; tumbuh menjadi dewasa (to grow into maturity) dan didahului
oleh fase pubertas.



Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah sekitar 22%
yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan. Masa remaja,
yakni usia antara usia 11 20 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan

a. Tahapan Perkembangan Masa Remaja
6

Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :
1. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 13 tahun.
Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir
abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
1. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 16 tahun.
Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan,
berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
2. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 20 tahun.
Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman
sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta,
pengungkapan kebebasan diri.

Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun
setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena
proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.

Perkembangan Biologis Remaja
Perubahan hormonal ditandai dengan cepatnya pertumbuhan fisik
Laki-laki : Perkembangan dada yang semakin bidang dan tubuh yang semakin
berotot
Perempuan : Pinggulnya membesar dan munculnya lemak. Perempuan dua tahun
lebih cepat dibandingkan dengan anak laki laki (Berk, 1998)

7

Perkembangan Psikologis Remaja
Perkembangan identitas diri.
Identitas diri: adalah pikiran pikiran dan perasaan yang dimiliki mengenai diri
(Gardner, 1992); bagaimana remaja mendeskripsi diri secara terorganisir, merupakan
ekspansi dari rasa harga diri (Berk, 1998)
Mulai meninggalkan masa kecil yang tenang menuju masa dewasa yang penuh
persoalan
Belajar untuk membuat keputusan sendiri dan sering bertentangan dengan orang tua
Biasanya gampang tersinggung dan sulit dimengerti
Mulai ada privasi dan menjalin hubungan dengan lawan jenis
Perkembangan sosial
Pengaruh teman sebaya sangat kuat
Terbentuknya pengelompokan sosial
Tugas perkembangan masa remaja dan pubertas :
Mencari relasi yang lebih matang dengan teman seusia (laki-perempuan)
Mencapai peran sosial feminim atau maskulin
Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggungjawab secara sosial
Mencapai kemandirian secara emosional
Mempersiapkan untuk karir ekonomi
Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga
Memperoleh set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku

b. Perilaku Berisiko Remaja
Perilaku berisiko adalah perilaku yang dapat membahayakan aspek-aspek psikososial
sehingga remaja sulit berhasil dalam melalui masa perkembangannya. Perilaku berisiko
dilakukan remaja dengan tujuan tertentu yaitu untuk dapat memenuhi perkembangan
psikologisnya.

Beberapa hal berikut adalah faktor risiko untuk masa remaja mengalami perilaku
berisiko yaitu ;
a. Perubahan emosi menyebabkan remaja mudah tersinggung, mudah menangis,
cemas, frustasi dan sekaligus tertawa.
b. Perubahan intelegensi, sehingga menyebabkan remaja menjadi mudah berfikir
abstrak serta senang memberi kritik. Disamping itu remaja juga mudah untuk
mengetahui hal-hal baru, sehingga memunculkan perilaku ingin mencoba-coba.
c. Keingintahuan yang tinggi, khususnya terkait dengan kesehatan reproduksi remaja,
mendorong ingin mencoba dalam bidang seks yang merupakan hal yang sangat
rawan, karena dapat membawa akibat yang sangat buruk dan merugikan masa depan
remaja, khususnya remaja putri.
d. Beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja antara lain
adalah 1) masalah gizi, 2) masalah pendidikan, 3) masalah lingkungan dan
pekerjaan, 4) masalah seks dan seksualitas dan 5) masalah kesehatan reproduksi
remaja itu sendiri.
8

Tanda dan gejala perilaku remaja berisiko
a. Selalu ingin menang sendiri
b. Selalu memaksakan kehendaknya
c. Kebiasaan merokok
d. Agresif
e. Curiga
f. Mudah marah dan mudah tersinggung
g. Suka mencari alasan yang tidak logis
h. Sering pulang larut malam, bahkan terkadang suka menginap di rumah teman
dengan alasan yang cenderung di buat-buat
i. Berpenampilan tidak rapih, acuh tak acuh sampai tidak peduli terhadap perawatan
diri sendiri
j. Ada perubahan emosi atau mental secara tiba-tiba
Dampak perilaku remaja berisiko yang tidak diatasi
a. Dapat terjadi perilaku seks bebas pada remaja.
b. Terjadinya kehamilan diluar nikah
c. Dapat menjadi pengguna atau pengedar NAPZA
d. Perokok berat
e. Berperilaku kriminal yang menyebabkan konflik dalam keluarganya.
f. Cedera fisik
g. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga dengan perilaku remaja
berisiko

Perilaku menyimpang remaja
Masalah Remaja di Sekolah Remaja yang masih sekolah di SMP/ SMA selalu
mendapat banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku.
Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah.

Perilaku Bermasalah (problem behavior)
Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori
wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah
yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan
remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam dalam
mengikuti berbagai aktivitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori
perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan
pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada
seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.

Perilaku menyimpang (behaviour disorder)
Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan
seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol).
Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang
9

remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan
hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan
munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan.
Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu
menghantui dirinya.

Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment)
Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan
mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat
akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan
contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SMP/SMA).

Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder)
Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara
perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan
perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah.
Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar
dan salah pada anak. Wajarnya, orangtua harus mampu memberikan hukuman
(punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan
pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar.
Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia
memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti
melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya. Selain itu,
conduct disorder juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant
disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur
permusuhan yang akan merugikan orang lain.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder
Attention Deficit Hyperactivity Disorder yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam
perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak
dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif. Remaja di sekolah yang hiperaktif biasanya
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan
tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hiperaktif tersebut tidak memperhatikan
lawan bicaranya. Selain itu, anak hiperaktif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus
yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan
temannya.
Pencegahan
1. Promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan tentang pentingnya memelihara
kesehatan reproduksi pada remaja.
2. Pelibatan remaja dalam kelompok sebaya seperti peer kounselor atau peer educator.
3. Pelibatan remaja dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan di
masyarakat.
10

4. Pelatihan remaja dalam keterampilan perilaku hidup sehat tentang pencegahan
masalah kesehatan remaja.
Perawatan
1. Pelibatan remaja dalam alternatif solusi masalah yang dihadapi.
2. Pelatihan keterampilan perilaku hidup sehat tentang penanganan masalah yang
dihadapi remaja.
3. Bimbingan dan konsultasi terhadap keluarga tentang alternatif solusi berdasarkan
kemampuan dan kebutuhan keluarga.
4. Konseling keluarga dan atau dengan remaja tentang masalah yang dihadapinya.
5. Bimbingan antisipasi berbagai kejadian yang dapat terjadi pada remaja dan
keluarganya serta cara menghadapinya.

c. Kesehatan Reproduksi Remaja
Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja :
Kesehatan reproduksi kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (WHO)
Prasyarat reproduksi sehat :
1. Supaya tidak terjadi kelainan anatomis fisiologis perempuan harus memiliki
rongga pinggul yang cukup besar untuk mempermudah persalinan; memiliki
kelenjar penghasil hormon reproduksi yang sehat Diperlukan gizi yang adekuat
2. Diperlukan landasan psikis yang kuat dan memadai dimulai sejak bayi
3. Terbebas dari penyakit organ reproduksi
4. Dapat melewati masa hamil dengan aman

Masalah kesehatan reproduksi remaja:
1. Perkosaan
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya tidak hanya
remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan rentan
mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk
menunjukkan bukti cinta.
2. Free sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti. Seks
bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat
memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV
(Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker
pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun
mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas
biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan
remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi
remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
11

Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos seputar
masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan seksual dengan pacar
merupakan bukti cinta atau mitos bahwa berhubungan seksual hanya sekali tidak
akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga
dapat menyebabkan kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.
4. Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum
waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori
aborsi provokatus atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun
begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini
terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang
mengalami KTD umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia
belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan
berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan
kehamilan.

2. Memahami dan Menjelaskan Audit Maternal Perinatal
a. Definisi
Pengembangan upaya peningkatan mutu pelayanan pada saat ini mengarah kepada
patient safety yaitu keselamatan dan keamanan pasien. Karena itu penerapan patient
safety sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka globalisasi.
Dalam World Health Assembly pada tanggal 18 Januari 2002, WHO Excecutive Board
yang terdiri dari 32 wakil dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi
untuk membentuk program patient safety. Isi dari program patient safety adalah :
1. Penetapan norma, standard dan pedoman global mengenai pengertian, pengaturan
dan pelaporan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan penerapan aturan
untuk menurunkan resiko.
2. Merencanakan kebijakan upaya peningkatan pelayanan pasien berbasis bukti
dengan standard global, yang menitik beratkan terutama dalam aspek produk yang
aman dan praktek klinis yang aman sesuai dengan pedoman, medical product dan
medical devices yang aman digunakan serta mengkreasikan budaya keselamatan
dan keamanan dalam pelayanan kesehatan dan organisasi pendidikan.
3. Mengembangkan mekanisme melalui akreditasi untuk mengakui karakteristik
provider pelayanan kesehatan bahwa telah melewati benchmark untuk unggulan
dalam keselamatan dan keamanan pasien secara internasional. Dan yang terakhir
adalah mendorong penelitian terkait dengan patient safety.

Sesuai dengan isi program patient safety yang pertama, maka perlu dilaksanakan Audit
Maternal-Perinatal (AMP) sebagai salah satu upaya pencegahan sekaligus penerapan
aturan untuk menurunkan risiko kematian ibu dan bayinya.
Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan
kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai
12

informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terdekat, untuk mendapatkan masukan
mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas
pelayanan KIA disuatu wilayah.

Dengan demikian, kegiatan audit ini berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan
dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan pembinaan, ruang
lingkup wilayah dibatasi pada kabupaten/kota, sebagai unit efektif yang mempunyai
kemampuan pelayan obstetrik-perinatal dan didukung oleh pelayanan KIA sampai
ketingkat masyarakat.

Audit maternal perinatal nerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan
dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian
dimasa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan
menentukan hubungan antara faktor penyebab yang dapat dicegah dan
kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan kata lain, istilah audit maternal perinatal
merupakan kegiatan death and case follow up.

Lebih lanjut kegiatan ini akan membantu tenaga kesehatan untuk menentukan pengaruh
keadaan dan kejadian yang mendahului kesakitan/kematian. Dari kegiatan ini dapat
ditentukan:
Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam kesakitan/kematian ibu dan perinatal
Dimana dan mengapa berbagai sistem program gagal dalam mencegah kematian
Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan

Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan sistem
rujukan. Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :
Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat pelayanan
kesehatan
Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi
verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yang mengetahui riwayat
penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh sebelum penderita meninggal
sehingga dapat diketahui perkiraan sebab kematian.
b. Tujuan
Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di
seluruh wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan perinatal.
Tujuan khusus audit maternal adalah :
Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara
teratur dan berkesimnambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah atau swasta dan puskesmas, rumah bersalin
(RB), bidan praktek swasta atau BPS di wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas
kabupaten/kota provinsi
Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang diperlukan
untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus
13

Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota,
rumah sakit pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit bersalin dan BPS dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang
disepakati.
c. Indikator Mortalitas
1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR)
Konsep Dasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan
berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000
penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur
penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.

Kegunaan
Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan
pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka
ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan
penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka
kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.


Definisi
Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per
1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.
Catatan: P
idealnya adalah "jumlah penduduk pertengahan tahun tertentu" tetapi yang
umumnya tersedia adalah "jumlah penduduk pada satu tahun tertentu" maka
jumlah dapat dipakai sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data
dengan tahun berurutan, maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap sebagai
penduduk tengah tahun.
2. Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut Umur)

3. Angka Kematian Bayi (AKB)
14

Konsep Dasar
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan
kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua
macam yaitu endogen dan eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari
orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang
terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk
pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi
yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang
berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka
kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan
kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti
tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak
serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi,
serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak,
program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak
dibawah usia 5 tahun.

Definisi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah
satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Catatan : K = Konstanta (1000)
Angka kematian neo-natal
Definisi
Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur
satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
15


Catatan :
Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi umur 0-<1bulan
D 0-<1bulan =Jumlah Kematian Bayi umur 0 - kurang 1 bulan pada satu tahun
tertentu di daerah tertentu.
lahir hidup = Jumlah Kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu
K = 1000
Angka kematian post neo-natal
Definisi
Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian
yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun
per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Rumus

Catatan :
Angka Kematian Post Neo-Natal = angka kematian bayi berumur 1 bulan sampai
dengan kurang dari 1 tahun
D 1bulan-<1tahun = Jumlah kematian bayi berumur satu bulan sampai dengan
kurang dari 1 tahun pada satu tahun tertentu & daerah tertentu
lahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu & daerah tertentu
K = konstanta (1000)
4. Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 tahun)
Konsep
16

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir,
yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada
umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun.
Definisi
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu
tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu
(termasuk kematian bayi)
Rumus

Catatan :
Jumlah Kematian Balita (0-4)th = Banyaknya kematian anak berusia 0-4 tahun
pada satu tahun tertentu di daerah tertentu
Jumlah Penduduk Balita (0-4)th = jumlah penduduk berusia 0-4 tahun pada
pertengahan tahun tertentu di daerah tertentu
K = Konstanta, umumnya 1000
5. Angka Kematian Anak (AKA 1-5 tahun)
Konsep
Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia satu
sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari.

Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang
langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan
tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan
yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan
yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah.

Definisi
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu
tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi
Angka Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi.
17


Catatan :
Jumlah kematian Anak (1-4)th =Banyaknya kematian anak berusia 1-4 tahun (yang
belum tepat berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu.
Jumlah Penduduk (1-4) th =jumlah penduduk berusia 1-4 tahun pada pertengahan
tahun tertentu di daerah tertentu
K = Konstanta, umumnya 1000
6. Angka Kematian IBU (AKI)
Konsep
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam
kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain
sepertikecelakaan, terjatuh dll.
Definisi
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat
hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan
tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan
bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
Cara Menghitung
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan
per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka
fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal
per 100.000 kelahiran.


18

Catatan:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada
tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun
tertentu, di daerah tertentu.
Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.
Keterbatasan
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar,
mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita
umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan
perencanaan program.

d. Kebijaksanaan dan Strategi
Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa tenaga
kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
dan dan menghormati hak pasien. Berdasarkan hal tersebut, kebijaksanaan Indonesia
Sehat 2010 dan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) sehubungan dengan audit
maternal perinatal adalah sebagai berikut :
Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus menerus melalui program
jaga mutu puskesmas, di samping upaya perluasan jangkauan pelayanan. Upaya
peningkatan dan pengendalian mutu antara lain melalui kegiatan audit perinatal.
Meningkatkan fungsi kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mampu
memanfaatkan semua potensi dan peluang yang ada untuk meningkatkan pelayanan
KIA diseluruh wilayahnya
Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat pelayanan dasar (puskesmas
dan jajarannya) dan tingkat rujukan primer RS kabupaten/kota
Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis dari para pengelola dan
pelaksanaan program KIA melalui kegiatan analisis manajemen dan pelatihan klinis

Strategi yang diambil dalam menerapkan AMP adalah :
a) Semua kabupaten/kota sebagai unit efektif dalam peningkatan pelayanan program
KIA secara bertahap menerapkan kendali mutu ,yang antara lain dilakukan melalui
AMP diwilayahnya ataupun diikut sertakan kabupaten/kota lain
b) Dinas kesehatan kabupaten atau kota berfungsi sebagai koordinator fasilitator yang
bekerja sama dengan rumah sakit kabupaten/kota dan melibatkan puskesmas dan
unit pelayanan KIA swasta lainnya dalam upaya kendali mutu diwilayah
kabupaten/kota
c) Ditingkat kabupaten/kota perlu dibentuk tim AMP, yang selalu mengadakan
pertemuan rutin untuk menyeleksi kasus, membahas dan membuat rekomendasi
19

tindak lanjut berdasarkan temuan dari kegiatan audit (penghargaan dan sanksi bagi
pelaku)
d) Perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan hasil temuan dari kegiatan
audit, sehingga diharapkan berorientasi kepada pemecahan masalah setempat
e) Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, bersama-sama RS
dilaksanakan langsung pada saat audit atau secara rutin, dalam bentuk yang
disepakati oleh tim AMP.

e. Langkah dan Kegiatan
Langkah-langkah dan kegiatan audit AMP ditingkat kabupaten/kota sebagai berikut :
Pembentukan tim AMP
Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP
Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP
Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan AMP
Pelaksanaan kegiatan AMP
Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kegiatan audit maternal oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota bekerjasama dengan RS
Pemantauan dan evaluasi

Rincian kegiatan AMP yang dilakukan adalah sebagai berikut :
A. Tingkat kabupaten /kota
Menyampaikan informasi dan menyamakan presepsi dengan pihak terkait
mengenai pengertian dan pelaksanaan AMP dikabupaten/kota
Menyusun tim AMP dikabupaten atau kota, yang susunannya disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.
Melaksanakan AMP secara berkala dan melibatkan:
- Para kepala puskesmas dan pelaksana pelayanan KIA dipuskesmas dan
jajarannya
- Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan serta dokter spesialis
anak dokter ahli lain RS kabupaten/kota
- Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan staf pengelola program terkait
- Pihak lain yang terkait, sesuai kebutuhan misalnya bidan praktik swasta
petugas rekam medik RS kabupaten/kota dan lain-lain.
Melaksanakan kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
Melaksanakan kegiatan tindak lanjut yang telah disepakati dalam pertemuan tim
AMP
Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan audit serta tindak lanjutnya, dan
melaporkan hasil kegiatan ke dinas kesehatan propinsi untuk memohon
dukungan
Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
pengelolaan program KIA, secara berkelanjutan
B. Tingkat puskesmas
Menyampaikan informasi kepada staf puskesmas terkait mengenai upaya
peningkatan kualitas pelayanan KIA melalui kegiatan AMP
20

Melakukan pencatatan atas kasus kesakitan dan kematian ibu serta perinatal dan
penanganan atau rujukannya, untuk kemudian dilaporkan kedinas kesehatan
kabupaten kota
Mengikuti pertemuan AMP di kabupaten/kota
Melakukan pelacakan sebab kematian ibu/perinatal (otopsi verbal ) selambat-
lambatnya 7 hari setelah menerima laporan. Informasi ini harus dilaporkan ke
dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-lambatnya dalam waktu 1 bulan.
Temuan otopsi verbal dibicarakan dalam pertemuan audit dikabupaten /kota.
Mengikuti/melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas pelayanan KIA, sebagai
tindak lanjut dari kegiatan audit
Membahas kasus pertemuan AMP di kabupaten/kota
Membahas hasil tindak lanjut AMP non medis dengan lintas sektor terkait.
C. Tingkat propinsi
Menyebarluaskan pedoman teknis AMP kepada seluruh kabupaten/kota
Menyamakan kerangka pikir dan menyusun rencana kegiatan pengembangan
kendali mutu pelayanan KIA melalui AMP bersama kabupaten/kota yang akan
difasilitasi secara intensif.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dikabupaten/kota
Memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada kabupaten/kota sesuai
kebutuhan
Merintis kerjasama dengan sektor lain untuk kelancaran pelaksanaan tindak
lanjut temuan dari kegiatan audit yang berkaitan dengan sektor diluar kesehatan
Memfasilitasi kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
D. Tingkat pusat
Melakukan fasilitasi pelaksanaan AMP, sebagai salah satu bentuk upaya
peningkatan mutu pelayanan KIA di wilayah kabupaten/kota serta peningkatan
kesinambungan pelayanan KIA di tingkat dasar dan tingkat rujukan primer.

f. Metode Pelaksanaan
Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut
Penyelenggaran pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota bersama dengan RS kabupaten/kota, berlangsung sekitar 2 jam.
Kasus yang dibahas dapat berasal dari RS kabupaten/kota atau puskesmas. Semua
kasus ibu/perinatal yang meninggal dirumah sakit kabupaten/kota/puskesmas hendak
nya di audit, demikian pula kasus kesakitan yang menarik dan dapat diambil
pelajaran darinya
Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak
dari :
- Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga kesehatan
dirumah
- Proses rujukan yang terjadi
- Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan
- Sampai kemudian meninggal dan dapat dipertahankan hidup. Dari pengkajian
tersebut diperoleh indikasi dimana letak kesalahan/kelemahan dalam penanganan
21

kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola program KIA dalam
menentukan apa yang perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematian
ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi.
- Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan masalah dan tidk bertujuan
menyalahkan atau memberi sanksi, salah satu pihak
- Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir, notulen hasil pertemuan dan rencana
tindak lanjut, yang akan disampaikan dan dibahas dalam pertemuan tim AMP
yang akan dating
- RS kabupaten /kota/puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu dan perinatal
kedinas kesehatan kabupaten/kota, dengan memakai format yang disepakati

g. Pencatatan dan Laporan
Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan yang
akurat, baik ditingkat puskesmas, maupun ditingkat RS kabupaten/kota. Pencatatan
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
Tingkat puskesmas
Selain menggunakan rekam medis yang sudah ada dipuskesmas, ditambahkan pula :
- Formulir R9formulir rujukan maternal dan perinatal)
Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan didesa maupun bidan swasta untuk
merujuk kasus ibu maupun perinatal.
- Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan perinatal)
Digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas yang meninggal
sedangkan form OP untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal . untuk mengisi
formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh
tenaga puskesmas.
RS kabupaten/kota
Formulir yang dipakai adalah
- Form MP (formulir maternal dan perinatal )
Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal yang masuk
kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat
- Form MA (formulir medical audit )
Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun audit
perinatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas dibagian
kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus
perinatal)
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang, yaitu :
Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan
Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab
kematian ) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit kandungan serta
bagian anak.
Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota
Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas ,dan jumlah kasus
yang dirujuk ke RS kabupaten/kota
22

Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat propinsi
Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal ditangani
oleh Rs kabupaten /kota ,puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnya ,serta tingkat
kematian dari tiap jenis komplikasi atau gangguan . laporan merupakan rekapitulasi
dari form MP dan form R,yang hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi
pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS.
Pada tahap awal, jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling sering
terjadi pada ibu.

3. Memahami dan Menjelaskan Kehamilan pada Remaja
a. Definisi
Menurut Monks (1999) dalam Nasution (2007) batasan usia secara global berlangsung
antara umur 12 dan 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun masa muda awal, 15-18
tahun masa muda pertengahan, 18-21 tahun masa muda akhir.
Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi
kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan berisiko akan
menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi dari reproduksi sehat.
Kehamilan yang terjadi diusia muda merupakan salah satu resiko seks pranikah atau
sesk bebas (kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Kehamilan pranikah adalah
kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan
bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya, ditambah lagi dengan
adanya sangsi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa
ikatan pernikahan.

b. Faktor yang Mempengaruhi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk menikah di usia muda, yang
selanjutnya akan hamil dan melahirkan di usia muda antara lain:
a. Tingkat Pendidikan
Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya perkawinan usia
muda.
b. Ekonomi
Apabila anak perempuan telah menikah, berarti orang tua bebas dari tanggung
jawab sehingga secara ekonomi mengurangi beban dengan kata lain sebagai jalan
keluar dari berbagai kesulitan (Romauli, S.dkk.2009). Kemiskinan mendorong
terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk melakukan hubungan
seksual pra nikah. Karena kemiskinan ini, remaja putri terpaksa bekerja. Namun
sering kali mereka tereksploitasi, bekerja lebih dari 12 jam sehari, bekerja di
perumahan tanpa di bayar hanya diberi makan dan pakaian, bahkan beberapa
mengalami kekerasan seksual.
c. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan
reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh
23

memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan
seksual. Biasanya topik terkait reproduksi dianggap tabu dibicarakan dengan anak
(remaja). Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi
menjadi sangat kurang.
d. Hukum atau Peraturan
Dalam agama Islam menikah diisyaratkan oleh beberapa pemeluknya dianggap
sesuatu yang harus disegerakan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
yaitu wanita umur 16 tahu dan pria umur 19 tahun. Dari segi lain makin mudah
orang bercerai dalam suatu masyarakat makin banyak perkawinan usia muda.
e. Adat Istiadat atau Pandangan Masyarakat
Adanya anggapan lingkungan dan adat istiadat jika anak gadis belum menikah di
anggap sebagai aib keluarga. Banyak di daerah ditemukan pandangan dan
kepercayaan yang salah, kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan,
status janda lebih baik daripada perawan tua.
f. Dorongan Biologis
Adanya dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting
alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Dorongan
dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan membaca buku atau
melihat film/ majalah yang menanpilkan gambargambar yang membangkitkan
erotisme. Di era teknologi informasi yang tinggi sekarang ini, remaja sangat mudah
mengakses gambar tersebut melalui telepon genggam dan akan selalu di bawa
dalam setiap langkah remaja.
g. Kepatuhan Terhadap Orang Tua
Perkawinan dapat berlangsung karena adanya kepatuhan remaja terhadap orang tua
atau sifat menentang.
h. Ketidakmampuan Mengendalikan Dorongan Biologis
Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilainilai moral
dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan
melakukan seks pra nikah, karena mengingat ini adalah dosa besar yang harus
dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun keimanan ini
dapat sirna tanpa tersisa bila remaja dipengaruhi obatobatan misalnya
psikotropika. Obat ini akan mempengarui pikiran remaja sehingga pelanggaran
terhadap nilainilai agama dan moral dinikmati dengan tanpa rasa bersalah.
i. Adanya Kesempatan Melakukan Hubungan Seks Pra Nikah
Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pra nikah sangat penting untuk
dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu maka
hubungan seks pra nikah tidak akan terjadi. Terbukanya kesempatan pada remaja
untuk melakukan hubungan seks didukung oleh kesibukan orang tua yang
menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja. Tuntutan kebutuhan hidup sering
menjadi alasan suami istri bekerja di luar rumah dan menghabiskan hariharinya
dengan kesibukan masing masing sehingga perhatian terhadap anak remajanya
terabaikan. Selain itu pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara
berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk
24

membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel/motel atau ke night club sampai larut
malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pra nikah.
j. Pandangan terhadap Konsep Cinta
Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta, keintiman,
dan tingkah laku seksual sehingga remaja awal cenderung berfikir bahwa seks
adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan remaja akhir cenderung
melakukan tingkah laku seksual jika telah ada ikatan dan saling pengertian dengan
pasangan. Seks sering dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan pasangan
(Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati,2005).

c. Dampak yang Terjadi
Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia muda (remaja) umumnya
akan menimbulkan masalahmasalah sebagai berikut :
a. Masalah Kesehatan Reproduksi
Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai
kesehatan reproduksi yang sehat sehingga dapat menurunkan generasi penerus yang
sehat. Untuk itu memerlukan perhatian karena belum siapnya alat reproduksi untuk
menerima kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai bentuk
komplikasi. Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada
usia di bawah 20 tahun ternyata 25 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal
yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
b. Masalah Psikologis
Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum matang,
sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul dalam perkawinan.
Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin cerai biasanya terjadi
pada pasangan yang umurnya pada waktu kawin relatif masih muda. Tetapi untuk
remaja yang hamil di luar nikah menghadapi masalah psikologi seperti rasa takut,
kecewa, menyesal, rendah diri dan lain-lain, terlebih lagi masyarakat belum dapat
menerima anak yang orang tuanya belum jelas.
c. Masalah Sosial Ekonomi
Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan dalam
bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya dengan
bertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai
penopang. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress
(tekanan batin).

Dampak kebidanan yang terjadi pada kehamilan usia muda adalah :
a. Abortus (Keguguran)
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan
remaja yang tidak dikehendaki. Abortus yang dilakukan oleh tenaga non-
profesional dapat menimbulkan tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
25

b. Persalinan Prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Kelainan Bawaan
Kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan
tingginya prematur, BBLR dan cacat bawaan.
c. Mudah Terinfeksi
Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan stres
memudahkan terjadinya infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.
d. Anemia Kehamilan
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis)
Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan saat hamil dalam bemtuk eklampsi dan
pre eklampsi sehingga dapat menimbulkan kematian. Dimana keracunan kehamilan
merupakan penyebab kematian ibu yang terbesar ketiga.
f. Kematian Ibu yang Tinggi
Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan yang pintas untuk
melakukan abortus oleh tenaga non-profesional. Angka kematian abortus yang
dilakukan oleh dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian ibu
terutama karena perdarahan dan infeksi. Penyebab kematian ibu dikenal dengan
trias klasik yaitu perdarahan, infeksi dan gestosis.

d. Penanggulangan
Penanggulangan masalah kehamilan usia muda atau remaja sangat sukar dan kompleks
yang menyangkut berbagai segi kehidupan masyarakat diantaranya :
a. Pengaruh Globalisasi
Dengan derasnya arus informasi yang mendorong remaja mempunyai prilaku seks
yang bebas dan jumlah anak dalam suatu keluarga tidak terbatas sehingga kualitas
pendidikan rohani kurang mendapat perhatian. Untuk itu perlu ditanamkan nilai-nilai
moral dan etika agama yang baik mulai dari masa anak- anak, karena semua agama
berpendapat bahwa kehamilan dan anak harus bersumber dari perkawinan yang syah
menurut adat agama dan bahkan hukum yang disaksikan masyarakat. Untuk itu
diperlukan sikap dan prilaku orang tua yang dapat dijadikan panutan dan suri
tauladan bagi remaja.
b. Pendidikan Seks
Pendidikan seks pada remaja sangat berguna untuk memberikan pengetahuan
tentang seks dan penyakit hubungan seks. Program pendidikan seks ini lebih besar
kemungkinannya berhasil apabila terdapat pendekatan terpadu antara sekolah dan
layanan kesehatan. Staf layanan kesehatan dapat dilibatkan dalam penyampaian
pendidikan seks, dan sekolah dapat mengatur kunjungan kelompok ke klinik sebagai
pengenalan dan untuk meningkatkan rasa percaya diri dari para remaja yang
mungkin ingin mendapatkan layanan klinik tersebut.
c. Keluarga Berencana untuk Remaja
Kenyataannya perilaku seks remaja menjurus kearah liberal, tidak dapat dibendung,
dan hanya mungkin mengendalikannya sehingga penyebaran penyakit hubungan
seks dan kehamilan dikalangan remaja dapat dibatasi. Untuk itu perlu dicanangkan
26

program keluarga berencana dikalangan remaja sehingga pengendalian perilaku seks
dapat tercapai.
d. Pelayanan Gugur Kandungan
Pelayanan gugur kandungan pada remaja banyak dilakukan oleh lembaga tertentu
atau dilakukan secara perorangan untuk menghilangkan keadaan dalam
persimpangan jalan pada remaja. Melakukan gugur kandungan merupakan tindakan
yang paling rasional untuk menyelesaikan masalah hamil remaja dengan keuntungan
:
- Bebas dari stres hamil yang tidak dikehendaki
- Bebas dari tekanan stres dan masyarakat
- Masih dapat melanjutkan sekolah atau bekerja
- Bila dilakukan secara legalitas penyulit sangat minimal dan tidak mengganggu
fungsi reproduksi
- Biaya ringan, dibandingkan bila kehamilan diteruskan. Walaupun pelaksanaan
gugur kandungan merupakan tindakan yang paling rasional dan menguntungkan
kedua belah pihak tetapi bukanlah dapat dilakukan begitu saja karena undang-
undang kesehatan telah menetapkan petunjuk pelaksanaannya dan disertai sangsi
hukum. Dengan demikian melakukan gugur kandungan bukan berarti bebas dari
tuntutan hukum dan tuntutan moral pelaku dan yang meminta dilakukannya

Faktor Risiko Tinggi Kehamilan
a. Faktor Risiko Tinggi Kehamilan
Faktor risiko kehamilan adalah sebuah keadaan dimana seorang wanita hamil di
perkirakan akan mengalami gangguan yang akan menganggu kehamilannya dan
berdampak pada wanita hamil tersebut ataupun bayi yang sedang di kandungnya.

Kehamilan Risiko Rendah
Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak memiliki faktor-
faktor risiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang dan risiko tinggi, baik dirinya
maupun janin yang dikandungnya. Contohnya adalah primipara tanpa komplikasi,
multipara tanpa komplikasi, dan persalinan spontan dengan kehamilan prematur dan
bayi hidup.

Kehamilan Risiko Sedang
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko tingkat sedang,
contohnya adalah ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, tinggi
badan kurang dari 145 cm, jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun), jumlah anak
terlalu banyak (> 4 anak), kehamilan lebih bulan, dan persalinan yang lama. Faktor ini
dianggap nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan janin, serta memungkinkan
terjadinya penyulit pada waktu persalinan.

Kehamilan Risiko Tinggi
27

Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor risiko tinggi, antara lain
adanya anemia pada ibu hamil, pernah gagal kehamilan (keguguran), kehamilan
kembar, kehamilan dengan kelainan letak, pendarahan, dan penyakit pada ibu hamil
(malaria, TB Paru, penyakit jantung, DM, infeksi menular seksual pada kehamilan,
eklampsia, pre eklampsia,). Faktor risiko ini dianggap akan menimbulkan komplikasi
dan mengancam keselamatan ibu dan janin baik pada saat hamil maupun persalinan
nanti.

Bahaya Kehamilan Berisiko
Bahaya yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko adalah bayi lahir belum
cukup bulan, bayi lahir dengan BBLR, keguguran (abortus), partus macet, perdarahan
ante partum dan post partum, IUFD, keracunan dalam kehamilan, kejang
(Prawirohardjo, 2008)

b. Faktor Penyebab Risiko Tinggi Kehamilan
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, 80 % karena komplikasi obstetri dan 20
% oleh sebab lainnya. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah 3 Terlambat dan
4 Terlalu.

3 faktor terlambat :
Terlambat dalam mengambil keputusan
Terlambat sampai ke tempat rujukan
Terlambat dalam mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan

4 faktor terlalu :
Terlalu muda saat melahirkan (< 20 tahun)
Terlalu tua saat melahirkan (> 35 tahun)
Terlalu banyak anak (> 4 anak)
Terlalu dekat jarak melahirkan (< 2 tahun)

c. Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan dan AKI yang Tinggi
Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang
adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko tinggi dapat dicegah bila
gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan,
antara lain: Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, minimal 4x
kunjungan selama masa kehamilan yaitu: (a) Satu kali kunjungan pada triwulan
pertama (tiga bulan pertama). (b) Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara
bulan keempat sampai bulan keenam). (c) Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga
(bulan ketujuh sampai bulan kesembilan).

Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama kehamilan dengan jarak
satu bulan, untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir. Bila ditemukan
risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih sering dan intensif. Makan makanan
yang bergizi Asupan gizi seimbang pada ibu hamil dapat meningkatkan kesehatan ibu
28

dan menghindarinya dari penyakit- penyakit yang berhubungan dengan kekurangan zat
gizi. Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil: (a)
Berdekatan dengan penderita penyakit menular. (b) Asap rokok dan jangan merokok.
(c) Makanan dan minuman beralkohol. (d) Pekerjaan berat. (e) Penggunaan obat-obatan
tanpa petunjuk dokter/bidan. (f) Pemijatan/urut perut selama hamil. (g) Berpantang
makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil. Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan
risiko tinggi dan mewaspadai penyakit apa saja pada ibu hamil. Segera periksa bila
ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi. Pemeriksaan kehamilan dapat
dilakukan di Polindes/bidan. desa, Puskesmas/Puskesmas pembantu, rumah bersalin,
rumah sakit pemerintah atau swasta.

4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Hubungan Suami Istri di
Luar Pernikahan dan Aborsi
a. Hukum Zina
Pengertian zina
Zina (bahasa Arab : , bahasa Ibrani : zanah ) adalah perbuatan bersanggama antara
laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan). Secara
umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala
aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan
zina.

Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam pengertian
istilah adalah hubungan kelamin di antara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang satu
sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan.

Hukuman untuk orang yang berzina
Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:
Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela (tidak dipaksa,
tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam, berdasarkan perbuatan Ali bin
Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh
Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.
Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian diasingkan
selama setahun.
Syarat-syarat mendapatkan hukuman bagi pezina
Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang yang berzina dapat dilaksanakan dengan syaarat-
syarat sebagai berikut:
Orang yang berzina itu berakal/waras
Orang yang berzina sudah cukup umur (baligh)
Zina dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, tetapi atas kemauannya sendiri
Orang yang berzina tahu bahwa zina itu diharamkan
Larangan berbuat zina
Zina dinyatakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum yang harus sangat buruk. Hubungan
bebas dan segala bentuk diluar ketentuan agama adalah perbuatan yang membahayakan dan
29

mengancam keutuhan masyarakat dan merupakan perbuatan yang sangat nista. Allah SWT
berfirman:
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang
keji dan merupakan jalan yang buruk. (QS. al-Isra :32)

b. Hukum Aborsi
Pengertian
Aborsi menurut Bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata ajhadha -
yajhidhu yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum
sempurna penciptaannya atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang
lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan isqhoth
(menggugurkan) atau ilqaa (melempar) atau tharhu (membuang).
Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan
Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan merubah ciptaan
tersebut, maupun mengranginya dengan cara memotong sebagiananggota tubuhnya, maupun
dengan cara memperjual belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu
dengan membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt :
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia ( Qs. al-Isra:70)
Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu
nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (Qs. Al
Maidah:32)
Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam kandungan ) , hanya
karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi
rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang
besar. (Qs al Isra : 31)
Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt, sebagaimana firman Allah
swt
Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS al Hajj : 5)
Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
30

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang
benar ( Qs al Isra : 33 )
Hukum Aborsi Dalam Islam
Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi
yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah
swt :
Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah
neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta
menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya
selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah darah
beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian
Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat
perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun
yang bahagia. ( Bukhari dan Muslim)
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian
sebagai berikut :
1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat :
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari ulama
membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. (Hasyiat Al Qalyubi : 3/159)
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan Hambali. Tetapi
kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya, (Syareh Fathul Qadir :
2/495) Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan bahwa
sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta
dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.

Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai pada
waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh
tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati
waktu peniupan ruh, demi untuk kehati-hatian. Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama
madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab SyafiI . ( Hasyiyah
Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416)

Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air mani
sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap
menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan. Pendapat ini
dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya
Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)
31


Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan), telah dianggap benda
mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan
bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi
hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.

Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di dalamnya
ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus Profocatus
Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan.
Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena
alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas.

2. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh
hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam
perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Masud di atas. Janin yang sudah
ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang
manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut
dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.

Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan
membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat.

Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram,
walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang
mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama. Dalilnya adalah firman Allah
swt : Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. (Q.S. Al Israa: 33)
Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu
merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga
kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu
lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan
keberadaannya terakhir. (Mausuah Fiqhiyah : 2/57) Dari keterangan di atas, bisa diambil
kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi
kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu
alasan syari hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang
diharamkan Allah swt. Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah
Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa,
khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai