1. Memahami dan menjelaskan perilaku remaja yang beresiko dan terhadap
kesehatan
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja faktor dari mereka sendiri, keluarga, masyarakat ataupun dari lingkungan sekolah. Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk perilaku-perilaku yang menyimpang pada remaja : Penggunaan narkoba Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral yang lemah. Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba membuat remaja sulit melepaskan diri dari jerat narkoba jika tidak dibantu orang-orang sekelilingnya. Zat kokain dan methamphetamine yang terdapat dalam narkoba akan memunculkan energi dan semangat dalam waktu cepat. Sedangkan heroin, benzodiazepines dan oxycontin membuat perasaan tenang dan rileks dalam otak. Ketika otak sudah tidak menerima lagi asupan zat-zat tersebut, maka akan timbul rasa sakit dan itulah yang membuat seseorang kecanduan. Mengonsumsi alkohol Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan penyebab utama kematian remaja. Menurut Clinical and Experimental Research, remaja yang mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang hingga 10 persen. Substance Abuse and Mental Health Services Administration juga mengatakan bahwa 31% remaja yang minum alkohol mengaku stres karena jarang diperhatikan oleh orang tua. Hubungan Seksual Pra Nikah Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton film porno. Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis dan merasa kurang taat pada nilai agama. Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Ohio University menyebutkan bahwa remaja yang melakukan hubungan seks di usia dini cenderung menjadi pribadi yang meresahkan masyarakat, yaitu menjadi seorang pemalak. Aborsi Hampir setiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangat memperihatinkan. Survei Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja. Menurut National Abortion Federation, 2
sebanyak 4 dari 5 wanita di Amerika telah melakukan hubungan seks sebelum usia 20 tahun, dan sebanyak 70 persennya adalah remaja. Karena mental yang belum siap, mereka pun melakukan aborsi. Pengetahuan seks yang kurang menjadi salah satu pemicunya. Kecanduan Game Terlalu sering bermain game akan membahayakan fisik dan psikologisnya. Seperti dikutip dari Psychiatric Time, alasan anak-anak bermain game adalah ingin mencoba sesuatu yang baru dan untuk menghilangkan stres akibat tugas sekolah atau karena suatu masalah. Seorang anak boleh saja bermain game, asalkan waktunya dibatasi dan hal yang terpenting adalah pemilihan game yang tepat untuk anak-anak. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak- anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal, sebagian di antaranya adalah: Kontrol Diri Yang Lemah Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka. Pengaruh Teman Di kalangan remaja, memiliki banyak teman adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak teman, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Di jaman sekarang, pengaruh teman bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja sangatlah besar. Oleh karena itu, orangtua para remaja hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan teman yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi orang tuanya. Pengaruh Keluarga Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan 3
tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal Lingkungan juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Penggunaan Waktu Luang Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan disekitarnya dapat terganggu. Perilaku Seksual Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Definisi Perilaku beresiko : perilaku yang dapat membahayakan aspek-aspek psikososial sehingga remaja sulit berhasil dalam melalui masa perkembangannya. Perilaku berisiko dilakukan remaja dengan tujuan tertentu yaitu untuk dapat memenuhi perkembangan psikologisnya. Contoh : Merokok, penggunaan narkoba agar diterima teman sebayanya, bukti kemandirian dari orang tua. Akibat perilaku beresiko : Berisiko terhadap kesehatan: Merokok, minum alkohol, narkoba, tawuran Berisiko terhadap masa depan: putus sekolah, kehamilan konsep diri yang tidak adekuat. Berisiko terhadap lingkungan sosialnya: bermasalah dengan hukum - Pengangguran
4
Faktor Faktor yang berpengaruh terhadap Perilaku beresiko :
Tabel 1. 10 Masalah yang banyak dihadapi remaja Indonesia Masalah-masalah remaja 1. Perokok aktif: Perempuan: 0,7%; sedangkan lelaki: 47,0% 2. Peminum alkohol aktif: perempuan: 3,7%; lelaki: 15,5 % 3. Lelaki pengguna zat adiksi dihisap: 2,3%; dihirup: 0,3 %; ditelan 1,3% 4. Pengalaman seksual pada perempuan: 1,3%; lelaki: 3,7% 5. Lelaki yang memiliki pengalaman seks untuk pertama kali pada usia: <15 tahun: 1,0%; usia 16 tahun : 0,8%; usia 17 tahun: 1,2%; usia 18 tahun: 0,5%; usia 19 tahun: 0,1% 6. Alasan melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum menikah pada remaja 5
berusia 15-24 tahun ialah: Untuk perempuan alasan tertinggi adalah karena terjadi begitu saja (38,4%); dipaksa oleh pasangannya (21,2%). Sedangkan pada lelaki, alasan tertinggi ialah karena ingin tahu (51,3%); karena terjadi begitu saja (25,8%) 7. Delapan puluh empat orang (1%) dari responden pernah mengalami kehamilan yang tidak direncanakan, 60% di antaranya mengalami atau melakukan aborsi 8. Persentase kasus AIDS pada pengguna napza suntik di Indonesia berdasarkan jenis kelamin, yaitu: lelaki: 91,8%; perempuan: 7,5%; tidak diketahui: 0,7% 9. Prevalensi kecenderungan gangguan mental-emosional remaja usia 15-24 tahun ke atas (berdasarkan self-report questionnaire) menurut karakteristik responden adalah: 8,7% Sumber: Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 pada remaja perempuan dan laki-laki berusia 15-19 tahun yang tidak menikah. Perlakuan negatif pada anak-remaja bermasalah dapat terjadi karena disebabkan pemahaman yang kurang tepat atas perilaku beresiko. Sering perilaku beresiko hanya dilihat sebagai akibat kenakalan remaja semata, akibatnya orang segera mengambil keputusan untuk memperbaiki si remaja bermasalah. Perilaku beresiko remaja yang disebabkan oleh gangguan penyesuaian diri muncul karena dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri remaja (internal) maupun faktor dari luar diri (eksternal). Perilaku Kesehatan yang Berisiko Pada Masa Pubertas Definisi Remaja berdasarkan usia : Remaja : adolescence ; tumbuh menjadi dewasa (to grow into maturity) dan didahului oleh fase pubertas.
Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan. Masa remaja, yakni usia antara usia 11 20 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan
a. Tahapan Perkembangan Masa Remaja 6
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut : 1. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 13 tahun. Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya. 1. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 16 tahun. Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam. 2. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 20 tahun. Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.
Perkembangan Biologis Remaja Perubahan hormonal ditandai dengan cepatnya pertumbuhan fisik Laki-laki : Perkembangan dada yang semakin bidang dan tubuh yang semakin berotot Perempuan : Pinggulnya membesar dan munculnya lemak. Perempuan dua tahun lebih cepat dibandingkan dengan anak laki laki (Berk, 1998)
7
Perkembangan Psikologis Remaja Perkembangan identitas diri. Identitas diri: adalah pikiran pikiran dan perasaan yang dimiliki mengenai diri (Gardner, 1992); bagaimana remaja mendeskripsi diri secara terorganisir, merupakan ekspansi dari rasa harga diri (Berk, 1998) Mulai meninggalkan masa kecil yang tenang menuju masa dewasa yang penuh persoalan Belajar untuk membuat keputusan sendiri dan sering bertentangan dengan orang tua Biasanya gampang tersinggung dan sulit dimengerti Mulai ada privasi dan menjalin hubungan dengan lawan jenis Perkembangan sosial Pengaruh teman sebaya sangat kuat Terbentuknya pengelompokan sosial Tugas perkembangan masa remaja dan pubertas : Mencari relasi yang lebih matang dengan teman seusia (laki-perempuan) Mencapai peran sosial feminim atau maskulin Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggungjawab secara sosial Mencapai kemandirian secara emosional Mempersiapkan untuk karir ekonomi Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga Memperoleh set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku
b. Perilaku Berisiko Remaja Perilaku berisiko adalah perilaku yang dapat membahayakan aspek-aspek psikososial sehingga remaja sulit berhasil dalam melalui masa perkembangannya. Perilaku berisiko dilakukan remaja dengan tujuan tertentu yaitu untuk dapat memenuhi perkembangan psikologisnya.
Beberapa hal berikut adalah faktor risiko untuk masa remaja mengalami perilaku berisiko yaitu ; a. Perubahan emosi menyebabkan remaja mudah tersinggung, mudah menangis, cemas, frustasi dan sekaligus tertawa. b. Perubahan intelegensi, sehingga menyebabkan remaja menjadi mudah berfikir abstrak serta senang memberi kritik. Disamping itu remaja juga mudah untuk mengetahui hal-hal baru, sehingga memunculkan perilaku ingin mencoba-coba. c. Keingintahuan yang tinggi, khususnya terkait dengan kesehatan reproduksi remaja, mendorong ingin mencoba dalam bidang seks yang merupakan hal yang sangat rawan, karena dapat membawa akibat yang sangat buruk dan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja putri. d. Beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja antara lain adalah 1) masalah gizi, 2) masalah pendidikan, 3) masalah lingkungan dan pekerjaan, 4) masalah seks dan seksualitas dan 5) masalah kesehatan reproduksi remaja itu sendiri. 8
Tanda dan gejala perilaku remaja berisiko a. Selalu ingin menang sendiri b. Selalu memaksakan kehendaknya c. Kebiasaan merokok d. Agresif e. Curiga f. Mudah marah dan mudah tersinggung g. Suka mencari alasan yang tidak logis h. Sering pulang larut malam, bahkan terkadang suka menginap di rumah teman dengan alasan yang cenderung di buat-buat i. Berpenampilan tidak rapih, acuh tak acuh sampai tidak peduli terhadap perawatan diri sendiri j. Ada perubahan emosi atau mental secara tiba-tiba Dampak perilaku remaja berisiko yang tidak diatasi a. Dapat terjadi perilaku seks bebas pada remaja. b. Terjadinya kehamilan diluar nikah c. Dapat menjadi pengguna atau pengedar NAPZA d. Perokok berat e. Berperilaku kriminal yang menyebabkan konflik dalam keluarganya. f. Cedera fisik g. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga dengan perilaku remaja berisiko
Perilaku menyimpang remaja Masalah Remaja di Sekolah Remaja yang masih sekolah di SMP/ SMA selalu mendapat banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku. Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah.
Perilaku Bermasalah (problem behavior) Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktivitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
Perilaku menyimpang (behaviour disorder) Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang 9
remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment) Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SMP/SMA).
Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder) Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orangtua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya. Selain itu, conduct disorder juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder Attention Deficit Hyperactivity Disorder yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif. Remaja di sekolah yang hiperaktif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hiperaktif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hiperaktif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya. Pencegahan 1. Promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan tentang pentingnya memelihara kesehatan reproduksi pada remaja. 2. Pelibatan remaja dalam kelompok sebaya seperti peer kounselor atau peer educator. 3. Pelibatan remaja dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan di masyarakat. 10
4. Pelatihan remaja dalam keterampilan perilaku hidup sehat tentang pencegahan masalah kesehatan remaja. Perawatan 1. Pelibatan remaja dalam alternatif solusi masalah yang dihadapi. 2. Pelatihan keterampilan perilaku hidup sehat tentang penanganan masalah yang dihadapi remaja. 3. Bimbingan dan konsultasi terhadap keluarga tentang alternatif solusi berdasarkan kemampuan dan kebutuhan keluarga. 4. Konseling keluarga dan atau dengan remaja tentang masalah yang dihadapinya. 5. Bimbingan antisipasi berbagai kejadian yang dapat terjadi pada remaja dan keluarganya serta cara menghadapinya.
c. Kesehatan Reproduksi Remaja Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja : Kesehatan reproduksi kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (WHO) Prasyarat reproduksi sehat : 1. Supaya tidak terjadi kelainan anatomis fisiologis perempuan harus memiliki rongga pinggul yang cukup besar untuk mempermudah persalinan; memiliki kelenjar penghasil hormon reproduksi yang sehat Diperlukan gizi yang adekuat 2. Diperlukan landasan psikis yang kuat dan memadai dimulai sejak bayi 3. Terbebas dari penyakit organ reproduksi 4. Dapat melewati masa hamil dengan aman
Masalah kesehatan reproduksi remaja: 1. Perkosaan Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta. 2. Free sex Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini. 3. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) 11
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan seksual dengan pacar merupakan bukti cinta atau mitos bahwa berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur. 4. Aborsi Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori aborsi provokatus atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan kehamilan.
2. Memahami dan Menjelaskan Audit Maternal Perinatal a. Definisi Pengembangan upaya peningkatan mutu pelayanan pada saat ini mengarah kepada patient safety yaitu keselamatan dan keamanan pasien. Karena itu penerapan patient safety sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka globalisasi. Dalam World Health Assembly pada tanggal 18 Januari 2002, WHO Excecutive Board yang terdiri dari 32 wakil dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi untuk membentuk program patient safety. Isi dari program patient safety adalah : 1. Penetapan norma, standard dan pedoman global mengenai pengertian, pengaturan dan pelaporan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan penerapan aturan untuk menurunkan resiko. 2. Merencanakan kebijakan upaya peningkatan pelayanan pasien berbasis bukti dengan standard global, yang menitik beratkan terutama dalam aspek produk yang aman dan praktek klinis yang aman sesuai dengan pedoman, medical product dan medical devices yang aman digunakan serta mengkreasikan budaya keselamatan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan dan organisasi pendidikan. 3. Mengembangkan mekanisme melalui akreditasi untuk mengakui karakteristik provider pelayanan kesehatan bahwa telah melewati benchmark untuk unggulan dalam keselamatan dan keamanan pasien secara internasional. Dan yang terakhir adalah mendorong penelitian terkait dengan patient safety.
Sesuai dengan isi program patient safety yang pertama, maka perlu dilaksanakan Audit Maternal-Perinatal (AMP) sebagai salah satu upaya pencegahan sekaligus penerapan aturan untuk menurunkan risiko kematian ibu dan bayinya. Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai 12
informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terdekat, untuk mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu wilayah.
Dengan demikian, kegiatan audit ini berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan pembinaan, ruang lingkup wilayah dibatasi pada kabupaten/kota, sebagai unit efektif yang mempunyai kemampuan pelayan obstetrik-perinatal dan didukung oleh pelayanan KIA sampai ketingkat masyarakat.
Audit maternal perinatal nerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian dimasa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan antara faktor penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan kata lain, istilah audit maternal perinatal merupakan kegiatan death and case follow up.
Lebih lanjut kegiatan ini akan membantu tenaga kesehatan untuk menentukan pengaruh keadaan dan kejadian yang mendahului kesakitan/kematian. Dari kegiatan ini dapat ditentukan: Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam kesakitan/kematian ibu dan perinatal Dimana dan mengapa berbagai sistem program gagal dalam mencegah kematian Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan
Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan sistem rujukan. Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan : Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat pelayanan kesehatan Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yang mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui perkiraan sebab kematian. b. Tujuan Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal. Tujuan khusus audit maternal adalah : Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan berkesimnambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah atau swasta dan puskesmas, rumah bersalin (RB), bidan praktek swasta atau BPS di wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten/kota provinsi Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus 13
Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati. c. Indikator Mortalitas 1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR) Konsep Dasar Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.
Kegunaan Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.
Definisi Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu. Catatan: P idealnya adalah "jumlah penduduk pertengahan tahun tertentu" tetapi yang umumnya tersedia adalah "jumlah penduduk pada satu tahun tertentu" maka jumlah dapat dipakai sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan, maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah tahun. 2. Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut Umur)
3. Angka Kematian Bayi (AKB) 14
Konsep Dasar Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
Definisi Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Catatan : K = Konstanta (1000) Angka kematian neo-natal Definisi Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. 15
Catatan : Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi umur 0-<1bulan D 0-<1bulan =Jumlah Kematian Bayi umur 0 - kurang 1 bulan pada satu tahun tertentu di daerah tertentu. lahir hidup = Jumlah Kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu K = 1000 Angka kematian post neo-natal Definisi Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Rumus
Catatan : Angka Kematian Post Neo-Natal = angka kematian bayi berumur 1 bulan sampai dengan kurang dari 1 tahun D 1bulan-<1tahun = Jumlah kematian bayi berumur satu bulan sampai dengan kurang dari 1 tahun pada satu tahun tertentu & daerah tertentu lahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu & daerah tertentu K = konstanta (1000) 4. Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 tahun) Konsep 16
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun. Definisi Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi) Rumus
Catatan : Jumlah Kematian Balita (0-4)th = Banyaknya kematian anak berusia 0-4 tahun pada satu tahun tertentu di daerah tertentu Jumlah Penduduk Balita (0-4)th = jumlah penduduk berusia 0-4 tahun pada pertengahan tahun tertentu di daerah tertentu K = Konstanta, umumnya 1000 5. Angka Kematian Anak (AKA 1-5 tahun) Konsep Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari.
Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah.
Definisi Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi. 17
Catatan : Jumlah kematian Anak (1-4)th =Banyaknya kematian anak berusia 1-4 tahun (yang belum tepat berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu. Jumlah Penduduk (1-4) th =jumlah penduduk berusia 1-4 tahun pada pertengahan tahun tertentu di daerah tertentu K = Konstanta, umumnya 1000 6. Angka Kematian IBU (AKI) Konsep Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain sepertikecelakaan, terjatuh dll. Definisi Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Cara Menghitung Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran.
18
Catatan: Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Konstanta =100.000 bayi lahir hidup. Keterbatasan AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan perencanaan program.
d. Kebijaksanaan dan Strategi Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan dan menghormati hak pasien. Berdasarkan hal tersebut, kebijaksanaan Indonesia Sehat 2010 dan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) sehubungan dengan audit maternal perinatal adalah sebagai berikut : Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus menerus melalui program jaga mutu puskesmas, di samping upaya perluasan jangkauan pelayanan. Upaya peningkatan dan pengendalian mutu antara lain melalui kegiatan audit perinatal. Meningkatkan fungsi kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mampu memanfaatkan semua potensi dan peluang yang ada untuk meningkatkan pelayanan KIA diseluruh wilayahnya Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat pelayanan dasar (puskesmas dan jajarannya) dan tingkat rujukan primer RS kabupaten/kota Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis dari para pengelola dan pelaksanaan program KIA melalui kegiatan analisis manajemen dan pelatihan klinis
Strategi yang diambil dalam menerapkan AMP adalah : a) Semua kabupaten/kota sebagai unit efektif dalam peningkatan pelayanan program KIA secara bertahap menerapkan kendali mutu ,yang antara lain dilakukan melalui AMP diwilayahnya ataupun diikut sertakan kabupaten/kota lain b) Dinas kesehatan kabupaten atau kota berfungsi sebagai koordinator fasilitator yang bekerja sama dengan rumah sakit kabupaten/kota dan melibatkan puskesmas dan unit pelayanan KIA swasta lainnya dalam upaya kendali mutu diwilayah kabupaten/kota c) Ditingkat kabupaten/kota perlu dibentuk tim AMP, yang selalu mengadakan pertemuan rutin untuk menyeleksi kasus, membahas dan membuat rekomendasi 19
tindak lanjut berdasarkan temuan dari kegiatan audit (penghargaan dan sanksi bagi pelaku) d) Perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan hasil temuan dari kegiatan audit, sehingga diharapkan berorientasi kepada pemecahan masalah setempat e) Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, bersama-sama RS dilaksanakan langsung pada saat audit atau secara rutin, dalam bentuk yang disepakati oleh tim AMP.
e. Langkah dan Kegiatan Langkah-langkah dan kegiatan audit AMP ditingkat kabupaten/kota sebagai berikut : Pembentukan tim AMP Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan AMP Pelaksanaan kegiatan AMP Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kegiatan audit maternal oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bekerjasama dengan RS Pemantauan dan evaluasi
Rincian kegiatan AMP yang dilakukan adalah sebagai berikut : A. Tingkat kabupaten /kota Menyampaikan informasi dan menyamakan presepsi dengan pihak terkait mengenai pengertian dan pelaksanaan AMP dikabupaten/kota Menyusun tim AMP dikabupaten atau kota, yang susunannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Melaksanakan AMP secara berkala dan melibatkan: - Para kepala puskesmas dan pelaksana pelayanan KIA dipuskesmas dan jajarannya - Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan serta dokter spesialis anak dokter ahli lain RS kabupaten/kota - Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan staf pengelola program terkait - Pihak lain yang terkait, sesuai kebutuhan misalnya bidan praktik swasta petugas rekam medik RS kabupaten/kota dan lain-lain. Melaksanakan kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi Melaksanakan kegiatan tindak lanjut yang telah disepakati dalam pertemuan tim AMP Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan audit serta tindak lanjutnya, dan melaporkan hasil kegiatan ke dinas kesehatan propinsi untuk memohon dukungan Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan program KIA, secara berkelanjutan B. Tingkat puskesmas Menyampaikan informasi kepada staf puskesmas terkait mengenai upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA melalui kegiatan AMP 20
Melakukan pencatatan atas kasus kesakitan dan kematian ibu serta perinatal dan penanganan atau rujukannya, untuk kemudian dilaporkan kedinas kesehatan kabupaten kota Mengikuti pertemuan AMP di kabupaten/kota Melakukan pelacakan sebab kematian ibu/perinatal (otopsi verbal ) selambat- lambatnya 7 hari setelah menerima laporan. Informasi ini harus dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-lambatnya dalam waktu 1 bulan. Temuan otopsi verbal dibicarakan dalam pertemuan audit dikabupaten /kota. Mengikuti/melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas pelayanan KIA, sebagai tindak lanjut dari kegiatan audit Membahas kasus pertemuan AMP di kabupaten/kota Membahas hasil tindak lanjut AMP non medis dengan lintas sektor terkait. C. Tingkat propinsi Menyebarluaskan pedoman teknis AMP kepada seluruh kabupaten/kota Menyamakan kerangka pikir dan menyusun rencana kegiatan pengembangan kendali mutu pelayanan KIA melalui AMP bersama kabupaten/kota yang akan difasilitasi secara intensif. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dikabupaten/kota Memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada kabupaten/kota sesuai kebutuhan Merintis kerjasama dengan sektor lain untuk kelancaran pelaksanaan tindak lanjut temuan dari kegiatan audit yang berkaitan dengan sektor diluar kesehatan Memfasilitasi kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi D. Tingkat pusat Melakukan fasilitasi pelaksanaan AMP, sebagai salah satu bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan KIA di wilayah kabupaten/kota serta peningkatan kesinambungan pelayanan KIA di tingkat dasar dan tingkat rujukan primer.
f. Metode Pelaksanaan Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut Penyelenggaran pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersama dengan RS kabupaten/kota, berlangsung sekitar 2 jam. Kasus yang dibahas dapat berasal dari RS kabupaten/kota atau puskesmas. Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal dirumah sakit kabupaten/kota/puskesmas hendak nya di audit, demikian pula kasus kesakitan yang menarik dan dapat diambil pelajaran darinya Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak dari : - Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga kesehatan dirumah - Proses rujukan yang terjadi - Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan - Sampai kemudian meninggal dan dapat dipertahankan hidup. Dari pengkajian tersebut diperoleh indikasi dimana letak kesalahan/kelemahan dalam penanganan 21
kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola program KIA dalam menentukan apa yang perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematian ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi. - Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan masalah dan tidk bertujuan menyalahkan atau memberi sanksi, salah satu pihak - Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir, notulen hasil pertemuan dan rencana tindak lanjut, yang akan disampaikan dan dibahas dalam pertemuan tim AMP yang akan dating - RS kabupaten /kota/puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu dan perinatal kedinas kesehatan kabupaten/kota, dengan memakai format yang disepakati
g. Pencatatan dan Laporan Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan yang akurat, baik ditingkat puskesmas, maupun ditingkat RS kabupaten/kota. Pencatatan yang diperlukan adalah sebagai berikut : Tingkat puskesmas Selain menggunakan rekam medis yang sudah ada dipuskesmas, ditambahkan pula : - Formulir R9formulir rujukan maternal dan perinatal) Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan didesa maupun bidan swasta untuk merujuk kasus ibu maupun perinatal. - Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan perinatal) Digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas yang meninggal sedangkan form OP untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal . untuk mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh tenaga puskesmas. RS kabupaten/kota Formulir yang dipakai adalah - Form MP (formulir maternal dan perinatal ) Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal yang masuk kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat - Form MA (formulir medical audit ) Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun audit perinatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas dibagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus perinatal) Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang, yaitu : Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian ) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit kandungan serta bagian anak. Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas ,dan jumlah kasus yang dirujuk ke RS kabupaten/kota 22
Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat propinsi Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal ditangani oleh Rs kabupaten /kota ,puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnya ,serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi atau gangguan . laporan merupakan rekapitulasi dari form MP dan form R,yang hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS. Pada tahap awal, jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu.
3. Memahami dan Menjelaskan Kehamilan pada Remaja a. Definisi Menurut Monks (1999) dalam Nasution (2007) batasan usia secara global berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun masa muda awal, 15-18 tahun masa muda pertengahan, 18-21 tahun masa muda akhir. Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan berisiko akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi dari reproduksi sehat. Kehamilan yang terjadi diusia muda merupakan salah satu resiko seks pranikah atau sesk bebas (kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sangsi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan.
b. Faktor yang Mempengaruhi Banyak faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk menikah di usia muda, yang selanjutnya akan hamil dan melahirkan di usia muda antara lain: a. Tingkat Pendidikan Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya perkawinan usia muda. b. Ekonomi Apabila anak perempuan telah menikah, berarti orang tua bebas dari tanggung jawab sehingga secara ekonomi mengurangi beban dengan kata lain sebagai jalan keluar dari berbagai kesulitan (Romauli, S.dkk.2009). Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk melakukan hubungan seksual pra nikah. Karena kemiskinan ini, remaja putri terpaksa bekerja. Namun sering kali mereka tereksploitasi, bekerja lebih dari 12 jam sehari, bekerja di perumahan tanpa di bayar hanya diberi makan dan pakaian, bahkan beberapa mengalami kekerasan seksual. c. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh 23
memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi dianggap tabu dibicarakan dengan anak (remaja). Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat kurang. d. Hukum atau Peraturan Dalam agama Islam menikah diisyaratkan oleh beberapa pemeluknya dianggap sesuatu yang harus disegerakan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan yaitu wanita umur 16 tahu dan pria umur 19 tahun. Dari segi lain makin mudah orang bercerai dalam suatu masyarakat makin banyak perkawinan usia muda. e. Adat Istiadat atau Pandangan Masyarakat Adanya anggapan lingkungan dan adat istiadat jika anak gadis belum menikah di anggap sebagai aib keluarga. Banyak di daerah ditemukan pandangan dan kepercayaan yang salah, kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua. f. Dorongan Biologis Adanya dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan membaca buku atau melihat film/ majalah yang menanpilkan gambargambar yang membangkitkan erotisme. Di era teknologi informasi yang tinggi sekarang ini, remaja sangat mudah mengakses gambar tersebut melalui telepon genggam dan akan selalu di bawa dalam setiap langkah remaja. g. Kepatuhan Terhadap Orang Tua Perkawinan dapat berlangsung karena adanya kepatuhan remaja terhadap orang tua atau sifat menentang. h. Ketidakmampuan Mengendalikan Dorongan Biologis Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilainilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan melakukan seks pra nikah, karena mengingat ini adalah dosa besar yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun keimanan ini dapat sirna tanpa tersisa bila remaja dipengaruhi obatobatan misalnya psikotropika. Obat ini akan mempengarui pikiran remaja sehingga pelanggaran terhadap nilainilai agama dan moral dinikmati dengan tanpa rasa bersalah. i. Adanya Kesempatan Melakukan Hubungan Seks Pra Nikah Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pra nikah sangat penting untuk dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu maka hubungan seks pra nikah tidak akan terjadi. Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seks didukung oleh kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja. Tuntutan kebutuhan hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja di luar rumah dan menghabiskan hariharinya dengan kesibukan masing masing sehingga perhatian terhadap anak remajanya terabaikan. Selain itu pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk 24
membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel/motel atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pra nikah. j. Pandangan terhadap Konsep Cinta Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta, keintiman, dan tingkah laku seksual sehingga remaja awal cenderung berfikir bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan remaja akhir cenderung melakukan tingkah laku seksual jika telah ada ikatan dan saling pengertian dengan pasangan. Seks sering dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan pasangan (Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati,2005).
c. Dampak yang Terjadi Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia muda (remaja) umumnya akan menimbulkan masalahmasalah sebagai berikut : a. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang sehat sehingga dapat menurunkan generasi penerus yang sehat. Untuk itu memerlukan perhatian karena belum siapnya alat reproduksi untuk menerima kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai bentuk komplikasi. Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 25 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. b. Masalah Psikologis Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum matang, sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul dalam perkawinan. Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin cerai biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya pada waktu kawin relatif masih muda. Tetapi untuk remaja yang hamil di luar nikah menghadapi masalah psikologi seperti rasa takut, kecewa, menyesal, rendah diri dan lain-lain, terlebih lagi masyarakat belum dapat menerima anak yang orang tuanya belum jelas. c. Masalah Sosial Ekonomi Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan dalam bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya dengan bertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai penopang. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress (tekanan batin).
Dampak kebidanan yang terjadi pada kehamilan usia muda adalah : a. Abortus (Keguguran) Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Abortus yang dilakukan oleh tenaga non- profesional dapat menimbulkan tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. 25
b. Persalinan Prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Kelainan Bawaan Kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan tingginya prematur, BBLR dan cacat bawaan. c. Mudah Terinfeksi Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan stres memudahkan terjadinya infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas. d. Anemia Kehamilan e. Keracunan Kehamilan (Gestosis) Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan saat hamil dalam bemtuk eklampsi dan pre eklampsi sehingga dapat menimbulkan kematian. Dimana keracunan kehamilan merupakan penyebab kematian ibu yang terbesar ketiga. f. Kematian Ibu yang Tinggi Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan yang pintas untuk melakukan abortus oleh tenaga non-profesional. Angka kematian abortus yang dilakukan oleh dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan infeksi. Penyebab kematian ibu dikenal dengan trias klasik yaitu perdarahan, infeksi dan gestosis.
d. Penanggulangan Penanggulangan masalah kehamilan usia muda atau remaja sangat sukar dan kompleks yang menyangkut berbagai segi kehidupan masyarakat diantaranya : a. Pengaruh Globalisasi Dengan derasnya arus informasi yang mendorong remaja mempunyai prilaku seks yang bebas dan jumlah anak dalam suatu keluarga tidak terbatas sehingga kualitas pendidikan rohani kurang mendapat perhatian. Untuk itu perlu ditanamkan nilai-nilai moral dan etika agama yang baik mulai dari masa anak- anak, karena semua agama berpendapat bahwa kehamilan dan anak harus bersumber dari perkawinan yang syah menurut adat agama dan bahkan hukum yang disaksikan masyarakat. Untuk itu diperlukan sikap dan prilaku orang tua yang dapat dijadikan panutan dan suri tauladan bagi remaja. b. Pendidikan Seks Pendidikan seks pada remaja sangat berguna untuk memberikan pengetahuan tentang seks dan penyakit hubungan seks. Program pendidikan seks ini lebih besar kemungkinannya berhasil apabila terdapat pendekatan terpadu antara sekolah dan layanan kesehatan. Staf layanan kesehatan dapat dilibatkan dalam penyampaian pendidikan seks, dan sekolah dapat mengatur kunjungan kelompok ke klinik sebagai pengenalan dan untuk meningkatkan rasa percaya diri dari para remaja yang mungkin ingin mendapatkan layanan klinik tersebut. c. Keluarga Berencana untuk Remaja Kenyataannya perilaku seks remaja menjurus kearah liberal, tidak dapat dibendung, dan hanya mungkin mengendalikannya sehingga penyebaran penyakit hubungan seks dan kehamilan dikalangan remaja dapat dibatasi. Untuk itu perlu dicanangkan 26
program keluarga berencana dikalangan remaja sehingga pengendalian perilaku seks dapat tercapai. d. Pelayanan Gugur Kandungan Pelayanan gugur kandungan pada remaja banyak dilakukan oleh lembaga tertentu atau dilakukan secara perorangan untuk menghilangkan keadaan dalam persimpangan jalan pada remaja. Melakukan gugur kandungan merupakan tindakan yang paling rasional untuk menyelesaikan masalah hamil remaja dengan keuntungan : - Bebas dari stres hamil yang tidak dikehendaki - Bebas dari tekanan stres dan masyarakat - Masih dapat melanjutkan sekolah atau bekerja - Bila dilakukan secara legalitas penyulit sangat minimal dan tidak mengganggu fungsi reproduksi - Biaya ringan, dibandingkan bila kehamilan diteruskan. Walaupun pelaksanaan gugur kandungan merupakan tindakan yang paling rasional dan menguntungkan kedua belah pihak tetapi bukanlah dapat dilakukan begitu saja karena undang- undang kesehatan telah menetapkan petunjuk pelaksanaannya dan disertai sangsi hukum. Dengan demikian melakukan gugur kandungan bukan berarti bebas dari tuntutan hukum dan tuntutan moral pelaku dan yang meminta dilakukannya
Faktor Risiko Tinggi Kehamilan a. Faktor Risiko Tinggi Kehamilan Faktor risiko kehamilan adalah sebuah keadaan dimana seorang wanita hamil di perkirakan akan mengalami gangguan yang akan menganggu kehamilannya dan berdampak pada wanita hamil tersebut ataupun bayi yang sedang di kandungnya.
Kehamilan Risiko Rendah Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak memiliki faktor- faktor risiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang dan risiko tinggi, baik dirinya maupun janin yang dikandungnya. Contohnya adalah primipara tanpa komplikasi, multipara tanpa komplikasi, dan persalinan spontan dengan kehamilan prematur dan bayi hidup.
Kehamilan Risiko Sedang Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko tingkat sedang, contohnya adalah ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm, jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun), jumlah anak terlalu banyak (> 4 anak), kehamilan lebih bulan, dan persalinan yang lama. Faktor ini dianggap nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu persalinan.
Kehamilan Risiko Tinggi 27
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor risiko tinggi, antara lain adanya anemia pada ibu hamil, pernah gagal kehamilan (keguguran), kehamilan kembar, kehamilan dengan kelainan letak, pendarahan, dan penyakit pada ibu hamil (malaria, TB Paru, penyakit jantung, DM, infeksi menular seksual pada kehamilan, eklampsia, pre eklampsia,). Faktor risiko ini dianggap akan menimbulkan komplikasi dan mengancam keselamatan ibu dan janin baik pada saat hamil maupun persalinan nanti.
Bahaya Kehamilan Berisiko Bahaya yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko adalah bayi lahir belum cukup bulan, bayi lahir dengan BBLR, keguguran (abortus), partus macet, perdarahan ante partum dan post partum, IUFD, keracunan dalam kehamilan, kejang (Prawirohardjo, 2008)
b. Faktor Penyebab Risiko Tinggi Kehamilan Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, 80 % karena komplikasi obstetri dan 20 % oleh sebab lainnya. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah 3 Terlambat dan 4 Terlalu.
3 faktor terlambat : Terlambat dalam mengambil keputusan Terlambat sampai ke tempat rujukan Terlambat dalam mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan
4 faktor terlalu : Terlalu muda saat melahirkan (< 20 tahun) Terlalu tua saat melahirkan (> 35 tahun) Terlalu banyak anak (> 4 anak) Terlalu dekat jarak melahirkan (< 2 tahun)
c. Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan dan AKI yang Tinggi Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan, antara lain: Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, minimal 4x kunjungan selama masa kehamilan yaitu: (a) Satu kali kunjungan pada triwulan pertama (tiga bulan pertama). (b) Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan keempat sampai bulan keenam). (c) Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai bulan kesembilan).
Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama kehamilan dengan jarak satu bulan, untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir. Bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih sering dan intensif. Makan makanan yang bergizi Asupan gizi seimbang pada ibu hamil dapat meningkatkan kesehatan ibu 28
dan menghindarinya dari penyakit- penyakit yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi. Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil: (a) Berdekatan dengan penderita penyakit menular. (b) Asap rokok dan jangan merokok. (c) Makanan dan minuman beralkohol. (d) Pekerjaan berat. (e) Penggunaan obat-obatan tanpa petunjuk dokter/bidan. (f) Pemijatan/urut perut selama hamil. (g) Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil. Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi dan mewaspadai penyakit apa saja pada ibu hamil. Segera periksa bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di Polindes/bidan. desa, Puskesmas/Puskesmas pembantu, rumah bersalin, rumah sakit pemerintah atau swasta.
4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Hubungan Suami Istri di Luar Pernikahan dan Aborsi a. Hukum Zina Pengertian zina Zina (bahasa Arab : , bahasa Ibrani : zanah ) adalah perbuatan bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan). Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan zina.
Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam pengertian istilah adalah hubungan kelamin di antara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan.
Hukuman untuk orang yang berzina Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut: Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela (tidak dipaksa, tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam, berdasarkan perbuatan Ali bin Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab. Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian diasingkan selama setahun. Syarat-syarat mendapatkan hukuman bagi pezina Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang yang berzina dapat dilaksanakan dengan syaarat- syarat sebagai berikut: Orang yang berzina itu berakal/waras Orang yang berzina sudah cukup umur (baligh) Zina dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, tetapi atas kemauannya sendiri Orang yang berzina tahu bahwa zina itu diharamkan Larangan berbuat zina Zina dinyatakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum yang harus sangat buruk. Hubungan bebas dan segala bentuk diluar ketentuan agama adalah perbuatan yang membahayakan dan 29
mengancam keutuhan masyarakat dan merupakan perbuatan yang sangat nista. Allah SWT berfirman: Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan merupakan jalan yang buruk. (QS. al-Isra :32)
b. Hukum Aborsi Pengertian Aborsi menurut Bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata ajhadha - yajhidhu yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan isqhoth (menggugurkan) atau ilqaa (melempar) atau tharhu (membuang). Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara memotong sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt : Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia ( Qs. al-Isra:70) Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang. Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (Qs. Al Maidah:32) Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam kandungan ) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt : Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (Qs al Isra : 31) Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt, sebagaimana firman Allah swt Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS al Hajj : 5) Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt : 30
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang benar ( Qs al Isra : 33 ) Hukum Aborsi Dalam Islam Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt : Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa : 93 ) Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwasanya Rosulullah saw bersabda : Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia. ( Bukhari dan Muslim) Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut : 1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat : Pendapat Pertama : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. (Hasyiat Al Qalyubi : 3/159) Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya, (Syareh Fathul Qadir : 2/495) Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh, demi untuk kehati-hatian. Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab SyafiI . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416)
Pendapat ketiga : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan. Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386) 31
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan), telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
2. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat.
Pendapat Pertama : Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama. Dalilnya adalah firman Allah swt : Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. (Q.S. Al Israa: 33) Pendapat Kedua : Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir. (Mausuah Fiqhiyah : 2/57) Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syari hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt. Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.