MAKALAH
Oleh:
Kelompok 3 / Offering D 2014
1. Chandra Adi Prabowo
2. Nuril Maghfiroh
(140341807241)
(140341807614)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan kondisi lingkungan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
organisme termasuk hewan. Hewan mengadakan respon terhadap perubahan
kondisi lingkungannya tersebut. Respon tersebut dapat berupa respon yang
berkaitan dengan fisik (morfologi), fisiologis, dan tingkah laku. Respon hewan
tersebut ada yang bersifat reaktif dan ada yang bersifat terpola, artinya berasal
dari nenek moyangnya
Respon hewan terhadap kondisi lingkungan tersebut disebut dengan istilah
adaptasi. Adaptasi merupakan sebagai karakter yang dapat meningkatkan
kemampuan organisme untuk dapat hidup dan bereproduksi dalam kondisi
lingkungan tertentu. Adaptasi bukan proses penyesuaian diri oleh organisme,
melainkan kejadian alam yang yang berperan dalam menentukan gen-gen yang
tetap bertahan dan gen-gen yang musnah. Adaptasi menunjukkan kesesuaian
organisme dengan lingkungannya yang merupakan produk masa lalu. Organisme
yang ada kini dapat hidup pada lingkungannya karena kondisi lingkungan itu
secara kebetulan sama dengan kondisi lingkungan nenek moyangnya
Konsep adaptasi datang dari kajian biologi, dimana terdapat 2 poin
penting yaitu evolusi dan genetik yang berperan. Kajian tersebut berfokus pada
umpan balik dari interaksi lingkungan, serta adaptasi biologiyang berfokus pada
perilaku dari organisme selama masa hidupnya untuk menguasai faktor
lingkungan, tidak hanya faktor umpan balik lingkungan, tetapi juga proses
kognitif dan level gerak yang terus-menerus. Adaptasi juga merupakan suatu
kunci konsep dalam 2 versi dari teori sistem, baik secara biological, perilaku, dan
sosial yang dikemukakan oleh John Bennet (Saputro, 2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian konsep adaptasi pada Hewan?
2. Apa saja jenis adaptasi yang dilakukan oleh Hewan sebagai respon terhadap
kondisi lingkungan?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep adaptasi pada Hewan
2. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis adaptasi pada Hewan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Adaptasi
Adaptasi secara umum diartikan sebagai kesesuaian makhluk hidup
terhadap lingkungannya. Adaptasi merupakan konsep yang menunjukkan sejauh
mana kesesuaian suatu organisme untuk hidup pada lingkungan tertentu.
Organisme yang hingga saat ini dapat bertahan hidup pada lingkungannya
disebabkan karena kondisi lingkungan sesuai dengan kondisi morfologi, fisiologi
dan tingkah laku dari organisme tersebut.
Kondisi lingkungan tempat hidup suatu makhluk tidak selalu tetap.
Perubahan itu dapat disebabkan oleh perubahan musim, kelembapan udara, suhu
udara, intensitas cahaya matahari, curah hujan, dan faktor iklim lainnya.
Perubahan
kondisi
lingkungan
tersebut
sangat
berpengaruh
terhadap
hidup pada suhu rendah, terlihat memiliki pigmentasi yang lebih gelap sehingga
meningkatkan potensial mendaptkan panas. Sementara pada spesies yang hidup
pada suhu tinggi memiliki pigmentasi yang lebih sedikit untuk mengurangi
potensial panas yang diterima.
1
3 dari berat tubuhnya dalam sekali waktu.
Salah satu cara untuk menjaga cadangan air adalah dengan mengurangi
peningkatan suhu tubuh atau penyerapan panas yaitu dengan selalu berdiri
menghadap matahari untuk mengurangi permukaan tubuh yang terpapar matahari.
Selain itu unta juga memiliki rambut tebal disluruh tubuhnya untuk melindungi
dari panasnya gurun sehingga mencegah terjadinya pengeluaran keringat untuk
menjaga suhu tubuhnya.
2. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis merupakan jenis adaptasi yang menyangkut tingkat
kesesuaian proses-proses fisiologis hewan dengan kondisi lingkungan dan
sumberdaya yang ada di habitatnya. Adaptasi fisiologis sangat terkait dengan jenis
adaptasi lain (tingkah laku, morfologi) yang berhubungan terutama pada prosesproses yang berlangsung dalam tubuh. Misalnya pada proses respirasi, pencernan
makanan dan lain-lain yang menggambarkan adanya adaptasi yang terstruktur.
a) Adaptasi Terhadap Suhu Lingkungan
Adaptasi hewan terhadap suhu berkaitan dengan kemampuan hewan dalam
mempertahankan kondisi homeostatis tubuhnya dan disebut dengan istilah
termoregulasi. Adaptasi terhadap suhu melibatkan sistem syaraf pusat sebagai
sistem kontrol bagi termoregulasi tubuh hewan. Sistem sensoris tubuh akan
menerima rangsangan atau informasi kemudian informasi tersebut akan ditangkap
oleh sistem syaraf pusat dan diberikan respon yang berbeda-beda.
pada
sinaps
antar
neuron.
Enzim
ini
berperan
memecah
Gambar 5 Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu (data dari Baldwin dan
Hochachka 1970)
terlalu
rendah
manusia
akan
menggigil,
yaitu
mekanisme
menghasilkan panas melalui kontraksi otot. Kita juga melepaskan hormon yang
mempercepat laju reaksi metabolisme. Sebaliknya ketika suhu lingkungan terlalu
tinggi, denyut jantung dan aliran darah menuju kulit meningkat. Peningkatan
aliran darah tersebut mengalirkan panas dari tubuh menuju kulit, dimana terjadi
mekanisme penguapan menghasilkan keringat sehingga mempercepat panas
keluar
dari
tubuh.
Beberapa
endotherm
tidak
melakukan
mekanisme
Gambar 6. Suhu dan zona suhu netral dari mamalia tropis dan kutub (data dari
Scholander, et al. 1950)
Dilihat dari sudut pandang evolusi dan ekologi, poin penting dari
pembahasan ini adalah bagaimana thermoregulasi diluar zona suhu normal
memerlukan energi yang berpengaruh pada tingkat reproduksi. Bagaimana hal
tersebut mempengaruhi distribusi dan kelimpahan organisme di alam? Hal
tersebut merupakan pembahasan utama dalam ekologi.
b) Adaptasi Hewan Akuatik (Perairan)
Hanya terdapat sedikit hewan perairan yang bersifat endothermic, mengapa?
Salah satu alasannya adalah resiko kehilangan panas pada medium air jauh lebih
cepat dibandingkan pada medium udara yaitu 20 kali lebih cepat pada air tenang
dan 100 kali pada air mengalir. Selain itu, untuk spesies yang bernapas
menggunakan insang memberi celah yang sangat besar bagi panas untuk keluar
dari tubuh karena terdapat rongga pertukaran oksigen yang sangat lebar yang
berupa insang.
Burung dan mamalia air, seperti pinguin, lumba-lumba dan paus meskipun
bersifat endothermic namun tetap dapat hidup pada lingkungan akuatik karena dua
alasan: Pertama, mereka bernapas dengan udara sehingga tidak memerlukan
saluran pernapasan yang besar dan terbuka seperti insang. Kedua, tubuh mereka
dilapisi oleh lapisan lemak yang sangat tebal dibandingkan hewan akuatik yang
10
lain. Faktor lain yang berperan dalam adaptasi terhadap suhu adalah adanya
countercurrent heat exchangers, yaitu struktur pembuluh vaskular yang mencegah
kehilangan panas.
Otot renang lateral pada ikan endothermic seperti tuna dan hiu putih juga
disuplai oleh pembuluh darah yang juga berfungsi sebagai countercurrent heat
exchangers, dimana sistem ini akan mengalirkan panas pada darah yang kembali
setelah mengalirkan oksigen dan nutrisi pada otot. Sistem countercurrent pada
ikan tuna dapat menjaga suhu otot renang hingga 14 0C diatas suhu air
disekitarnya.
11
c) Adaptasi Serangga
Kebanyakan jenis serangga menggunakan panas dari lingkungan sebagai
sumber panas bagi tubuhnya, tetapi ternyata terdapat beberapa pengecualian.
Bernd Heinrich (dalam Moles, 2008) menemukan bahwa lebah dapat mengatur
suhu thorax yaitu tempat melekatnya otot untuk terbang pada suhu 30 37 0C
tanpa dipengaruhi oleh suhu udara disekitarnya. Karena lebah dapat
menghangatkan otot terbangnya maka lebah dapat terbang pada lingkungan
dengan suhu sangat rendah hingga dibawah 00C.
Heinrich melakukan serangkaian percobaan dengan menggunakan ngengat
Manduca sextayaitu dengan mengalirkan panas ke thorax kemudian memantau
suhu thorax dan abdomennya. Heinrich menggunakan panas dari cahaya lampu
untuk mensimulasikan panas yang dihasilkan oleh otot terbang. Dari hasil
percobaan diketahui bahwa suhu thorax pada ngengat tersebut stabil pada suhu
440C dan abdomennya secara perlahan mengalami peningkatan suhu.
Hasil ini mengindikasikan bahwa panas pada thorax dialirkan menuju
abdomen. Heinrich menyimpulkan bahwa darah yang mengalir dari thorax
menuju abdomen yang berperan dalam mengalirkan panas tersebut. Untuk
12
membuktikan hal tersebut dia melakukan percobaan kedua yaitu dengan mengikat
ngengat menggunakan rambut untuk menghentikan aliran darah dari thorax
menuju abdomen, hasilnya ngengat mengalami peningkatan suhu pada thorax
yaitu menjadi 460C dan berhenti terbang. Hasil percobaan yang mengindikasikan
adanya serangga endothermic ini sangat mengejutkan ilmuwan dunia pada waktu
itu.
13
Ikan hiu umumnya menaikkan konsentrasi larutan pada darah lebih tinggi
(hiperosmotik) dibandingkan air laut. Akan tetapi ion anorganik hanya terdiri atas
1
3 bagian dari darah ikan hiu, sisanya terdiri atas molekul organik atau
trimethylamine oxyde atau TMAO. Karena sifat hiperosmotik ini ikan hiu
mengambil air dari lingkungan secara perlahan, umumnya melalui insang,
dipompa keluar oleh ginjal dan keluar sebagai urin. Hiu mengeluarkan kelebihan
sodium (untuk menjaga konsentrasi) melalui kelenjar khusus yang terletak pada
rektum yang disebut kelenjar garam.
14
hingga 130 140 % dari total volume tubuhnya setiap hari untuk menggantikan
kehilangan air dari tubuhnya. Kadar garam berlebih dikeluarkan bersama urin
melalui sel khusus yang terletak pada rektum posterior. Namun nyamuk ini
melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh ikan laut yaitu mereka
mengeluarkan urin yang bersifat hiperosmotik terhadap tubuhnya.
15
Seperti halnya ikan air tawar, invertebrata air tawar juga bersifat
hiperosmotik terhadap lingkungannya. Larva nyamuk air tawar merupakan contoh
yang paling mudah untuk menggambarkan osmoregulasi invertebrata air tawar.
Larva dari sekitar 95 % spesies nyamuk hidup di air tawar. Seperti ikan air tawar,
larva tersebut juga harus beradaptasi pada dua permasalahan, yaitu kelebihan air
dan kehilangan ion. Untuk mengatasi hal tersebut, larva meminum sedikit air,
mendapatkan ion dengan sel khusus pada rektum dan mensekresikan urin yang
bersifat encer.
16
Siklus
reproduksi
tikus sawah
dipengaruhi
bulir padi
AdaptasiGambar
tingkah13laku
pada
hewan terdiri
atas adaptasi
alamioleh
(Nature)
dan
adaptasi akibat adanya pengaruh atau perlakuan tertentu (Nurture). Adaptasi alami
merupakan tingkah laku yang bersifat diturunkan, sulit untuk dirubah, berasal dari
insting, ditentukan oleh faktor genetik. Sedangkan pada adaptasi perlakuan,
tingkah laku bersifat dapat dibelajarkan, fleksibel dan tidak ditentukan oleh faktor
genetik.
Beberapa contoh tingkah laku yang bersifat nature, dipelajari oleh beberapa
ilmuwan melalui serangkaian percobaan, antara lain:
17
a) Karl Von Frisch, yang mempelajari tentang komunikasi pada lebah, dimana
lebah ternyata menggunakan semacam tarian atau gerakan terbang tertentu
untuk memberitahukan koloninya bahwa terdapat makanan disana.
Selain adaptasi tingkah laku yang diturunkan, hewan ternyata juga memiliki
kemampuan untuk belajar. Kemampuan belajar yang dimaksud disini adalah
tingkah laku hewan dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tempat
18
hewan tersebut hidup atau bersifat dinamis dan hewan dapat belajar untuk
merubah tingkah laku dari yang seharusnya.
Terdapat lima kategori adaptasi tingkah laku yang termasuk kategori nurture:
a) Imprinting
Merupakan suatu bentuk tingkah laku yang dipelajari oleh hewan dan
berkembang pada fase tertentu yang disebut dengan periode sensitif atau
periode kritis. Contoh dari perilaku imprinting yang dapat diamati adalah
percobaan yang dilakukan oleh Konrad Lorenz terhadap bayi angsa. Lorenz
mengetahui bahwa bayi angsa memiliki periode kritis beberapa saat ketika bayi
tersebut baru menetas. Bayi angsa akan mengikuti obyek apapun yang dia lihat
pertama kali ketika menetas dan menganggap obyek tersebut adalah induknya.
b) Habituasi
Habituasi adalah penyesuaian hewan dengan lingkungan yang baru. Dalam
kondisi tertentu bahkan hewan dapat mengabaikan respon terhadap bahaya yang
secara alami dimiliki oleh hewan tersebut. Contoh tingkah laku ini adalah pada
burung jalak gading atau Turdus poliocephalusdi gunung Lawu yang telah terbiasa
dengan kehadiran manusia. Burung ini tidak akan menunjukan perilaku preventif
ketika didekati oleh manusia seperti burung jalak di tempat yang lain.
19
c) Pengkondisian (Conditioning)
Merupakan jenis tingkah laku yang muncul akibat pengkondisian tertentu
dan berlangsung secara terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi
hewan tersebut. contoh dari peristiwa pengkondisian ini adalah pada percobaan
anjing Pavlov. Secara alamiah anjing akan meneteskan saliva atau air liur ketika
melihat makanan. Pavlov memberikan stimulasi berupa bunyi lonceng ketika
memberikan makanan kepada anjingnya, hal tersebut dilakukan berulang-ulang
hingga menjadi kebiasaan ketika lonceng dibunyikan maka anjing tersebut akan
segera tahu jika terdapat makanan. Kemudian Pavlov mencoba membunyikan
lonceng tanpa memberikan makanan, dan hasilnya anjing tersebut meneteskan
saliva ketika mendengar bunyi lonceng tersebut dengan jumlah yang hampir sama
dengan ketika melihat makanan.
20
e) Insight / Reasoning
Merupakan bentuk tingkah laku yang dianggap memiliki tingkatan paling
tinggi pada hewan. Tingkah laku ini melibatkan berbagai aspek yang dimiliki oleh
hewan seperti kecerdasan, mental dan sosial. Jenis perilaku ini meliputi:
1) Kognisi (Cognition)
Kemampuan sistem syaraf hewan untuk menerima, menyimpan, memproses
dan
menggunakan
informasi
tersebut
untuk
menyelesaikan
beberapa
2) Migrasi
Merupakan perpindahan secara rutin oleh sekelompok hewan tertentu
melewati jarak yang relatif jauh. Hal ini berkaitan dengan adaptasi terhadap iklim
atau cuaca dan ketersediaan makanan. Hewan dapat menentukan arah tujuan
migrasinya dengan mekanisme yang disebut piloting, yaitu dengan melihat tanda-
21
tanda alam (landmark), arah matahari, bahkan beberapa jenis burung dapat
menggunakan rasi bintang sebagai penunjuk arah.
Adaptasi Hewan terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan
a) Adaptasi terhadap Suhu
Hewan umumnya sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Ketika terjadi
perubahan suhu lingkungan hewan dapat melakukan perubahan tingkah laku
tertentu untuk menjaga suhu tubuhnya tetap berada dalam kondisi yang optimal.
Beberapa contoh adaptasi tingkah laku hewan untuk mempertahankan suhu tubuh
dari pengaruh suhu lingkungan antara lain:
1) Hibernasi
Hibernasi adalah tingkah laku hewan untuk mengurangi metabolisme
tubuh pada musim dingin. Tingkah laku ini kebanyakan dimiliki oleh hewanhewan yang hidup didaerah beriklim dingin. Aspek tingkah laku hibernasi adalah
perubahan intensitas gerakan dari gerakan aktif untuk mencari makan menjadi
tidak aktif atau istirahat (dormansi). Salah satu hewan yang melakukan hibernasi
adalah beruang kutub. Pada musim dingin beruang kutub pada umumnya pergi ke
tempat-tempat yang terlindung, misalnya goa untuk berlindung dari serangan
cuaca dingin, dan tidak melakukan kegiatan apapun. Tingkah laku bertapa itu
dilakukan untuk menghemat energi tubuh yang diperlukan untuk termoregulasi
atau mempertahankan suhu tubuh. Penghematan energi itu perlu dilakukan agar
ada keseimbangan antara energi yang tersimpan dalam tubuh dengan pengeluaran
untuk respirasi dalam rangka menahan penurunan temperatur tubuh. Jika pada
musim dingin hewan harus aktif untuk mencari makan, selain udara diluar sangat
dingin, makanan yang dicari juga tidak mudah ditemukan. Dalam keadaaan itu
energi yang diperlukan sangat banyak, tidak seimbang dengan energi yang
diperoleh. Sebaliknya pada musim panas hewan-hewan didaerah dingin mencari
makan sebanyak-banyaknya sebagai cadangan makanan pada musim dingin.
Salah satu binatang tropis yang melakukan hibernasi adalah primata yang
disebut lemur kurcaci, Cheirogaleus medius. C. medius tinggal di hutan kering
tropis di Madagaskar barat. Spesies ini melakukan aktifitas selama lima bulan dan
hibernasi selama tujuh bulan. C. medius adalah primate kecil dengan panjang
tubuh sekitar 20 cm dan ekornya sama panjang dengan tubuhnya. C. medius
dewasa beratnya sekitar 140 g. ekor C. medius adalah tempat utama untuk
22
2) Estivasi
23
24
Gambar 23. Beberapa kumbang di gurun Namib mendapatkan air dengan cara
mengembunkan udara yang lembab
BAB III
26
PENUTUP
Simpulan
1. Adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme dengan lingkungannya yang
merupakan produk masa lalu. Organisme yang ada kini dapat hidup pada
lingkungannya karena kondisi lingkungan itu secara kebetulan sama dengan
kondisi lingkungan nenek moyangnya.
2. Kemampuan hewan dalam beradaptasi dengan lingkungannya berbeda-beda
yang dipengaruhi oleh, sifat genetik, kemampuan berkembang biak, frekuensi
perubahan lingkungan.Kemampuan hewan untuk beradaptasi terbatas
olehketahanan hidup (survival), perbedaan kemampuan setiap jenis
organisme dan tumpang tindih dengan kondisi sebelumnya sehingga adaptasi
merupakan proses yang lambat, melibatkan seluruh kegiatan hidup
3. Jenis-jenis adaptasi pada hewan antara lain adaptasi morfologi atau struktural,
adaptasi fisiologi, serta adaptasi tingkah laku.
DAFTAR PUSTAKA
27
28