Anda di halaman 1dari 38

M.

7 MANAJEMEN

MANAJEMEN PENDIDIKAN
MANAJEMEN PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN

Disusun oleh :
1. Senja Fitriana

(14304241023)

2. Dhias Kartika N

(14304241024)

3. Ade Sukarman

(14304241025)

4. Andini Setya P

(14304241031)

Pendidikan Biologi A
Dipresentasikan pada

: 23 April 2015

Moderator

: Asri Nur Rahmawati

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
Mengetahui tentang manajemen pembiayaan pendidikan.
B. LATAR BELAKANG
Masalah keuangan sangat erat kaitannya dengan pembiayaan,
sementara itu pembiayaan merupakan faktor utama penentu jalannya

sebuah organinsasi seperti halnya juga lembaga pendidikan.Keuangan dan


pembiayaan sebagai salah satu sumber daya yang secara langsung
menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut
lebih terasa lagi dalam implementasi MBS (Manajemen Berbasis Sekolah),
yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana
secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Setiap unit kerja selalu berhubungan dengan masalah keuangan,
demikian pula di lembaga pendidikan Islam. Soal-soal yang menyangkut
keuangan di sekolah pada garis besarnya berkisar pada: uang sumbangan
pembinaan pendidikan (SPP), uang kesejahteraan personel dan gaji serta
keuangan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan sekolah
seperti perbaikan sarana dan sebagainya.
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, perlu adanya
pengelolaan secara menyeluruh dan profesional terhadap sumberdaya yang
ada dalam lembaga pendidikan. Salah satu sumber daya yang perlu dikelola
dengan baik dalam lembaga pendidikan adalah masalah keuangan. Dalam
konteks ini keuangan merupakan sumber dana yang sangat diperlukan
sekolah sebagai alat untuk melengkapan berbagai sarana dan prasarana
pembelajaran di sekolah, meningkatkan kesejahteraan guru, layanan dan
pelaksanaan program supervisi. Kelengkapan sarana dan prasarana
pembelajaran akan berimplikasi pada semangat siswa untuk belajar dan
memudahkan guru dalam mengajar. Oleh karena itu, kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan di sekolah harus mengetahui dan mampu
mengelola keuangan sekolah dengan baik, bertanggung jawab dan
transparan kepada masyarakat dan pemerintah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGANTAR
Pendidikan sebagai investasi yang akan menghasilkan manusiamanusia yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam pembangunan suatu bangsa. Manfaat individu, sosial atau
institusional akan diperoleh secara bervariasi. Akan tetapi manfaat individual

tidak akan diperoleh dalam waktu seketika

(quick yielding), tetapi perlu

cukup waktu yang cukup lama bahkan bisa satu generasi.


Menurut Mukhtar dan Iskandar (2009), pembiayaan adalah sebagai
nilai rupiah yang digunakan untuk suatu kegiatan pendidikan. Pembiayaan
adalah kemampuan interval sistem pendidikan untuk mengelola dana-dana
secara efisien pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisa
sumber saja, tetapi juga menggunakan dana secara efisien makin efisien
dana maka makin kurang pula dana yang diperlukan untuk mencapai
tujuannya dan karena itu lebih banyak yang dicapai dengan anggaran yang
tersedia.
Pendidikan dipandang sebagai sektor publik yang dapat melayani
masyarakat dengan berbagai pengajaran, bimbingan dan latihan yang
dibutuhkan oleh peserta didik.Manajemen keuangan dalam pendidikan
berbeda dengan manajemen keuangan dalam perusahaan yang berorientasi
pada laba atau profit.Organisasi pendidikan digolongkan kedalam organisasi
non profit atau nirlaba.Oleh karena itu, manajemen pendidikan memiliki
keunikan sendiri dengan misi dan karakteristik pendidikan.
Menurut Suad Husnan, manajemen keuangan adalah manajemen
terhadap fungsi-fungsi keuangan. Sedangkan fungsi keuangan merupakan
kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab
dalam bidang tertentu. Fungsi manajemen keuangan adalah menggunakan
dana dan mendapatkan dana ( Tim Dosen UPI, 2009: 256).
Manajemen memiliki tiga tahap penilaian (evaluasi), ketiga tahap
tersebut apabila diterapkan dalam manajemen keuangan adalah menjadi
tahap perencanaan keuangan (Budgeting), Tahap pelaksanaan (Akunting),
dan tahap penilaian (Auditing).

1. Budgeting (Perencanaan Keuangan)


Penganggaran merupakan
penyusunan

anggaran

(budget).

proses
Budget

kegiatan
ini

atau

merupakan

proses
rencana

operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang


yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan
lembaga dalam kurun waktu tertentu (Fattah dalam Tim dosen UPI, 2000).
Sementara anggaran sektor publik adalah sebuah proses yang dilakukan
oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang
dimilikinya kedalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (Free man
dalam Deddi Nordiawan, 2006: 48).

Dari pengertian diatas mengungkapkan peran anggaran dalam


pengelolaan kekayaan organisasi publik.Organisasi sektor publik tentu
berkeinginan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat tetapi
sering terkendala oleh keterbatasan sumber daya yang dimiliki, maka
anggaran memiliki fungsi yang sangat penting.
Anggaran dapat dinyatakan sebagai estimasi kerja yang hendak
dicapai selama periode tertentu dalam ukuran finansial. Penganggaran
sektor publik berbeda dengan perusahaan swasta karena sektor publik
sarat akan unsur politisnya. Selain itu bagi sektor publik anggaran tidak
hanya

sebagai

rencana

tahunan

tetapi

juga

merupakan

bentuk

akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang dibebankan padanya.


Menurut Dedy nordiawan (dikutip dari Tim dosen UPI, 2009: 259-)
fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik adalah:
a. Anggaran sebagai alat perencanaan
Organisasi menjadi tahu kearah mana kebijakan harus dibuat
b. Anggaran sebagai alat pengendalian
Organisasi dapat menghindari pengeluaran yang terlalu besar dan
c.
d.

penggunaan dana yang tidak semestinya


Anggaran sebagai alat kebijakan
Organisasi dapat emnentukan arah atas kebijakan tertentu
Anggaran sebagai alat politik
Dapat dilihat seberapa komitmenkah penyelenggara organisasi dari

e.

anggaran yang dibuat.


Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Organisasi menjadi tahu dengan unit-unit manakah iya harus

f.

berkomunikasi demi menggapai tujuan organisasi


Anggaran sebagai penilaian kerja
Anggaran menjadin patokan apakah suatu unit telah memenuhi
target baik terlaksananya aktivitas maupun terpenuhinya efisiensi

g.

biaya.
Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan
menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target
pencapaian.

2. Accounting (Pembukuan)
Kegiatan yang kedua
pembukuan

atau

kegiatan

menyangkut

dua

hal,

dari

manajemen

pengurusan

pertama

yang

pembiayaan

adalah

keuangan.Pengurusan
menyangkut

ini

kewenangan

menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang.Pengurusan ini


dikenal dengan pengurusan ketatausahaan.Pengurusan kedua tidak
menyangkut kewenangan menentukan, tetapi hanya melaksanakan, dan

dikenal dengan istilah bendaharawan (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana,


2013: 232).
Fungsi akutansi bagi badan usaha dan masyarakat adalah
menyajikan informasi kuantitatif tertentu yang dapat digunakan oleh
pimpinan entitas ekonomi maupun pihak lainnya untuk mengambil
keputusan.Sementara tujuan akuntansi adalah untuk memastikan bahwa
data keuangan dan transaksi ekonomi diinputkan secara tepat ke dalam
catatan akuntansi, serta laporan-laporan yang perlu disajikan secara
akurat dan tepat waktu (Banstian, Indra 2007:75).
3. Auditing (Pemeriksaan)
Menurut Arens dan Loebbecke auditing adalah proses pengumpulan
dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur
mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten
dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing
seharusnya dilakukan oleh seseorang yang ahli dan kompeten (Tim
Dosen UPI, 2009: 267).
Dalam auditing data akuntansi yang menjadi pokok adalah
menentukan apakah informasi yang tercatat telah mencerminkan dengan
benar kejadian ekonomi pada periode akuntansi.Oleh karena kriterianya
adalah aturan-aturan akuntansi, maka seorang auditor harus memahamai
aturan-aturan yang dimaksud dengan baik. Dalam audit laporan
keuangan, aturan yang dimaksud adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Dalam akuntansi Indonesia, maka standar akuntansi
keuangan yang ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia).
Auditing memiliki beberapa macam, menurut Tim Dosen UPI
(2009:267-268):
a. Audit Laporan Keuangan
Bertujuan menentukan

apakah

laporan

keuangan

secara

keseluruhan merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi,


telah disajikan sesuaidengan kriteria tertentu. Umunya kriteria itu
adalah prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.
b. Audit Operasional
Merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan
metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan
efektifitasnya. Setelah selesai audit operasional, auditor akan
memberikan

sejumlah

saran

kepada

manauktjemen

untuk

memperbaiki jalannya operasi lembaga. Dalam hal ini, tinjauan yang

dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi juga evaasi terhadap


struktur organisasi, pemanfaatan komputer, metode produksi, dll
c. Audit Ketaatan
Bertujuan mempertimbangkan apakah auditi (Klien) telah mengikuti
prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang
memiliki otoritas lebih tinggi.Contoh peninjauan tingkat upah,
pemeriksaan perjanjian dengan pihak lain (bank/kreditor), dan
memenuhi ketentuan hukum yang berlaku. Hasil audit ketaatan
biasanya tidak dilaporkan kepada pihak tertentu dalam organisasi.
B. AZAS-AZAS DALAM ANGGARAN
Uang negara merupakan milik seluruh rakyat yang diperoleh dengan cara
yang tidak mudah. Pengaman terhadap uang negara tersebut diatur oleh
beberapa ketentuan atau azas agar uang yang dijatahkan oleh pemerintah
mengenai sasaran dengan tepat. Ketentuan atau azas tersebut menurut
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2012: 2233-234) antara lain:
1. Azas Plafond
Artinya anggaran biaya tidak boleh melebihi jumlah tertinggi dari
standar yang ditentukan. Misalnya jika dalam RAPBN telah ditetapkan
bahwa anggaran pendidikan untuk tahun anggaran 1986/1987 adalah 12%
dari seluruh anggaran belanja negara dan DEPDIKBUD DIY dialokasikan
sekitar 10 milyar rupiah, maka walapun ada keputusan atau kebutuhan
mendadak atau kenaikan harga pemerintah tidak boleh menambahi.
Kekurangan anggaran pada tahun itu bisa ditambahkan pada tahun
selanjutnya.
2. Azas Pengeluaran berdasarkan mata anggaran
Pengeluaran peembeelanjaan harus didasarkan pada anggaran
yang telah ditetapkan. Misalnya pembelian kertas sudah ditetapkan sebesar
1 juta rupiah, tetapi ternyata tidak cukup, kita tidak boleh semaunya
menggeser uang pemeliharaan kendaraan dinas dipakai untuk menutup
kekurangan anggaran kertas tersebut. Setiap anggaran yang disetujui telah
pula dibagi-bagi menurut mata anggaran masing-masing.Pergeseran
penggunaan hanya dapat dilakukan apabila pergeseran penggunaan hanya
dapat dilakukan apabila pergeseran penggunaan hanya dapat dilakukan
apabila ada ijin dari Direktorat Jenderal Anggaran Departemen.
3. Azas tidak langsung
Yaitu suatu ketentuan bahwa setiap penerimaan uang tidak boleh
digunakan

secara

langsung

untuk

keperluan

pengeluaran.Setiap

penerimaan uang, misalnya SPP di sekolah harus disetorkan dahulu ke

Bank atau kas negara. Kemudian jika kita akan minta hak yang telah
dialokasikan, baru kemudian mengajukan permintaan ke kas negara.
C. HAL-HAL YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
Pembiayaan pendidikan tidak pernah tetap tetapi selalu berkembang dari
tahun ke tahun.Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (Manajemen
Pendidikan, 2012: 234) secara garis besar perubahan pembiayaan ini
dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Yaitu faktor yang berasal dari dalam sistem pendidikan itu sendiri
yang sepenuhnya mempengaruhi besarnya pendidikan. Faktor tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Sebagai salah satu contoh bahwa tujuan pendidikan berpengaruh
terhadap besarnya biaya pendidikan adalah tujuan institusional suatu
lembaga

pendidikan.

penguasaan

10

Berubahnya

kompetensi

tujuan

dibandingkan

pendidikan
dengan

kea

tujuan

rah
yang

mempengaruhi besarnya biaya yang harus dikeluarkan.


b. Pendekatan yang digunakan
Strategi belajar mengajar menuntut dilaksanakannya praktek
bengkel

dan

laboratorium

menuntut

lebih

banyak

biaya

jika

dibandingkan dengan metode lain dan pendekatan secara individual.


c. Materi yang disajikan
Materi pelajaran yang menuntut dilaksanakan praktek bengkel
menuntut lebih banyak biaya dibandingkan dengan materi pelajaran
yang hanya dilaksanakan dengan penyampaian teori.
d. Tingkat dan jenis pendidikan
Dua dimensi yang berpengaruh terhadap biaya pendidikan adalah
tingkat dan jenis pendidikan. Dengan dasar pertimbangan lamanya
jam belajar, banyak ragamnya bidang pelajaran, jenis materi yang
diajarkan, banyaknya guru yang terlibat, tuntutan terhadap kompetensi
lulusannya.
2. Faktor eksternal
Yaitu faktor yang ada di luar sistem pendidikan yang meliputi hal-hal
sebagai berikut (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2012: 234) :
a) Berkembangnya demokrasi pendidikan
Dahulu banyak Negara yang masih dijajah oleh bangsa lain yang tidak
memperbolehkan

penduduknya

untuk

menikmati

pendidikan.

Denganlepasnya bangsa itu dari cengkeraman penjajah, terlepas pula


kekangan atas keinginan memperoleh pendidikan. Di Indonesia,
demokrasi pendidikan dirumuskan dengan jelas dalam pasal 31 UUD

1945 ayat 1 dan 2. Konsekuensi dari adanya demokrasi itu maka


pemerintah menyediakan dana yang cukup untuk itu.
b) Kebijaksanaan pemerintah
Pemberian hak kepada warga Negara untuk memperoleh pendidikan
merupakan kepentingan suatu bangsa agar mampu mempertahankan
dan mengembangkan bangsanya. Namun demikian, agar tujuan itu
tercapai pemerintah memberikan fasilitas-fasilitas berupa hal-hal yang
bersifat meringankan dan menunjang pendidikan. Misalnya pemberian
pembiayaan yang besar bagi pendirian gedung dan kelengkapannya,
meringankan beban siswa dalam bentuk bantuan SPP dan pengaturan
pemungutan serta bea siswa, kenaikan gaji guru dan lain sebagainya.
c) Tuntutan akan pendidikan
Kenaikan tuntutan akan pendidikan terjadi dimana-mana. Di dalam
negeri tuntutan akan pendidikan ditandai oleh segi kuantitas yaitu
semakin banyaknya orang yang menginginkan pendidikan dan segi
kualitas yaitu naiknya keinginan memperoleh tingkat pendidikan yang
lebih tinggi.
d) Adanya inflasi
Inflasi adalah keadaan menurunnya nilai mata uang suatu negara.
Faktor inflasi sangat berpengaruh terhadap biaya pendidikan karena
harga satuan biaya tentunya naik mengikuti kenaikan inflasi.
D. KARAKTERISTIK PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
Beberapa hal yang merupakan karakteristik atau ciri-ciri pembiayaan
pendidikan adalah:
1. Biaya pendidikan selalu naik. Perhitungan pembiayaan dinyatakan dalam
satuan Unit COST (Unit Satuan Terkecil; Cost=biaya). Unit Cost lengkap,
yaitu perhitungan unit Cost berdasarkan fasilitas yang dikeluarkan untuk
penyelenggaraan pendidikan termasuk gedung, halaman sekolah, lapangan,
gaji guru, gaji personil,

pembiayaan bahan, dan alat (teori, praktek,

laboratorium) dihitung keseluruhan program baik yang tergolong kurikulum


maupun ekstra kurikuler.
2. Unit Cost setengah lengkap yaitu hanya memperhitungkan biaya kebutuhan
bahan dan alat yang berangsur habis walaupun jangka waktunya berbeda.
Dalam perhitungan unit Cost setengah lengkap ini masih dipersoalkan
kedudukan biaya personil dan barang-barang yang secara tidak langsung
berhubungan dengan siswa.
3. Unit Cost sempityaitu unit

cost

yang

diperoleh

hanya

dengan

memperhitungkan biaya yang langsung berhubungan dengan kegiatan

belajar mengajar mnenyangkut buku, alat peraga, dan alat pelajaran


(Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2012:322).

E. PERENCANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA


(RAPBN)
Proses yang dilalui dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) hampir tidak berubah. Jalannya pengusulan anggaran sebagai
berikut :
1. Setiap bualan Juli sekolah-sekolah dan jurusan harus menyusun kebutuhan
untuk tahun anggaran yang akan datang
2. Pada bulan berikutnya, yaitu Agustus maka usulan sekolah dan jurusan
diterima di kabid dan fakultas.
3. Pada bulan Oktober, kantor bidang dan fakultas mengirimkan rencana
anggaran belanja kepada kantor perwakilan dan universitas.
4. Pada bulan Oktober, RAB sudah diterima oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Dan Menengah Dan Drijen Dikti. setelah diolah maka
diajukan kepada departemen pendidikan dan kebudayaan.
5. Pada bulan November departemen pendidikan dan kebudayaan membahas
semua usulan RAB untuk disusun menjadi RAB departemen pendidikan dan
kebudayaan.
6. Pada bulan Desember, semua departemen menyerahkan RAB yang
tersusun kepada departemen keuangan.
7. Pada bulan Januari RAB harus selesai dibahas dan disahkan oleh DPR
(Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana 2012:238-239).

F. Anggaran Rutin dan Anggaran Pembangunan:


1.

Anggaran Rutin
Anggaran rutin yaitu anggaran yang selalu dibutuhkan setiap bulan
tanpa henti. Oleh karena itu sering disebut dengan istilah Recurrent Cost
(Recurrent berarti mengalir; biaya yang mengalir untuk kegiatan terusmenerus). Anggaran rutin dikenal istilah DUK (Daftar Usulan Kegiatan),
UKOR (Uraian Kegiatan Operasional Rutin) dan DIK (Datar Isian Kegiatan).
Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2012: 332) pengertian tentang
istilah yang digunakan dalam penyususnan rencana program rutin antara
lain :

a. Kantor : tempat kerja dalam suatu badan organisasi, tempat


dilaksanakannya

pekerjaan-pekerjaan

yang

bersifat

teknis

admiistratif.
b. Satuan kerja: unit kerja yang satuannya bukan kantor.
c. Sektor : gabungan dari sub-sub sektor yang programnya secara
bersama-sama mengarah padaa tujuan dan memberikan jasa
tertentu kepada masyarakat.
d. Sub Sektor : bagian dari sektor, misalnya sub sektor pendidikan
umum dan pembinaan generasi muda.
e. Program : suatu kegiatan dari sub sektor , misalnya program
f.

pembinaan umum.
Kegiatan : bagian dari suatu program dan merupakan suatu
kumpulan pekerjaan yang ersifat terus-menerus dalam rangka

mencapai tujuan.
g. Jenis pengeluaran : sekelompok mata anggaran yang menunjang
suatu kegiatan. Ada 5 jenis pengeluaran yaitu belanja pegawai,
belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalan, dan
subsidi.
h. Mata anggaran : suatu pengeluaran dari suatu jenis pengeluaran.
i. Daftar usulan kegiatan (DUK) : daftar yang berisi usulan kegiatan
j.

beserta biaya dan sasaran yang akan dicapai setiap kantor.


Daftar Isian kegiatan (DIK) : daftar yang berisi satu kegiatan dalam
satu provinsi atau satu rektorat jenderal untuk pelaksanaan anggara

belanja rutin.
k. Satuan 2A, 2B, 2C dan nomor penjelasan : daftar uraian menjadi
plafond anggaran dari setiap kantor yang diputskan oleh menteri
l.

keuangan.
Uraian kegiatan operasioanal rutin (UKOR) : UKOR ini terdiri dari
UKOR INDUK dan UKOR TERURAI.

2. Anggaran Pembangunan
Anggaran pembangunan yaitu anggaran yang adanya tidak terusmenerus setiap tahun. Dalam istilah umum sering disebut dengan Capital
Cost atau Capital Outlay (Capital yaitu modal; biaya untuk keperluan
modal pertama atau tambahan). Program pembangunan di Indonesia
disusun berdasarkan jangka lima tahunan sebagaimana tercantum di dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (RBHN) yang ditetapkan oleh MPR.
Menurut jangka waktunya, perencanaan pembanguan dapat dibedakan
menjadi tiga kategori yaitu :
a. Perencanaa jangka panjang (lebih dari 10 tahun).
b. Perencanaan jangka sedang (5-10 tahun).
c. Perencanaan jangka pendek (kurang dari 5 tahun).

Program pembanguan di Indonesia dijabarkan ke dalam rentan


pembangunan

tahun

(REPELITA).

Berapa

ketentuan

mengenai

perncanaan tahunan adalah :


a. Perencanaan tahunan bersifat memperbaiki perencanaan yang
lalu.
b. Sifat perencanaan tahunan tidak boleh kaku, tetapi harus
fleksibel. Artinya bersifat terbuka untuk dilaksanakan dengan
kebijakan yang baru.
c. Perencanaan tahuanan erat dengan hubungannya dengan
kebijakan pemerintah.
d. Perencanaan tahunan merupakan suatu mekanisme penyusunan
sasaran kegiatan suatu program atas hasil yang dicapai.
e. Perencanaan tahunan merupakan kegiatan yang berulang tiap
tahunnya membentuk siklus (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana,
2012: 330).
G. SUMBANGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN(SPP)
1. SPP
SPP adalah sumbangan yang dikenakan kepada wajib bayar untuk
digunakan

bagi

keperluan

penyelenggaraan

dan

pembinaan

pendidikan.Wajib bayar adalah orang tua kandung, orang tua angkat, orang
tua tiri atau orang tua wali yang mengikuti pendidikan di sekolah menengah,
dibayar secara bulanan selama 12 bulan dalam satu tahun ajaran. Besarnya
uang SPP tidak didasarkan atas kemampuan wajib bayar secara
perseorangan tetapi kemampuan rata-rata wajib bayar dan dinyatakan
dalam bentuk kategori pungutan (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana,
2012:333).
2. SUMBANGAN BP3
Biaya dari masyarakat Indonesia sebelum anggaran pendapatan sebesar
20%, biasanya pernah dikeluarkan melalui BP3 dan melalui komite sekolah.
Namun sekarang untuk Pendidikan Dasar (SD dan SMP) pemerintah
melarang adanya biaya tambahan selain yang dikeluarkan pemerintah,
mengingat besarnya anggaran pendidikan 20% telah mencukupi kebutuhan
penyelenggaraan sekolah. Anggaran biaya pendidikan yang 20% sudah
termasuk partisipasi masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan
karena berasal dari pajak yang dipungut pemerintah untuk pembangunan
pendidikan (Dadang,dkk. 2012:25).

3. UKT (Uang Kuliah Tunggal)


Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan
Tinggi, terkait dengan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri, Biaya
Kuliah Tunggal, Dan Uang kuliah Tunggal, maka pemerintah mengeluarkan
aturan berlakunya uang kuliah tunggal dan mencabut adanya Uang Pangkal.
Dalam

Undang-Undang

tersebut

berisi

sebagai

berikut

(http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/sites/default/files/UANG
%20KULIAH%20TUNGGAL%20final.pdf ) :
Pasal 88
1) Pemerintah menetapkan standar satuan biaya operasional Pendidikan
Tinggi secara periodik dengan mempertimbangkan:
a. Capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
b. Jenis Program Studi; dan
c. Indeks kemahalan wilayah.
2) Standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar untuk mengalokasikan anggaran
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk PTN.
3) Standar satuan biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan sebagai dasar oleh PTN untuk menetapkan biaya yang
ditanggung oleh Mahasiswa.
4) Biaya yang ditanggung oleh Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi Mahasiswa,
orang tua Mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar satuan biaya operasional
Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.
menindaklanjuti pasal 88 diatas maka dibentuk kebijakan berupa Bantuan
Operasional Perguruan Tinggi, yaitu Pasal 98 sebagai berikut :
(5)

Pemerintah mengalokasikan dana bantuan operasional PTN dari


anggaran fungsi pendidikan.

(6)

Pemerintah mengalokasikan paling sedikit 30% (tiga puluh persen)


sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ntuk dana penelitian di PTN
dan PTS.

PRINSIP DASAR PEMBIAYAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI


Penetapan bantuan operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN), dan
uang kuliah tunggal (UKT), menggunakan prinsip dasar sebagai berikut :
uang kuliah yang ditanggung oleh mahasiswa diusahakan semakin kecil
dangan memperhatikan masyarakat yang tidak mampu(afirmasi), subsidi
silang (yang kaya membantuyang miskin), dan pengendalian biaya yang
tepat
Berikut ini adalah rumus perhitungan alokasi BOPTN tahu 2013 :

Contoh alokasi BOPTN 2013 :

Berikut ini adalah model perbandingan biaya kuliah tunggal dulu dan sekarang :

Besarnya uang kuliah tunggal masing-masing PTN berbeda-beda


berdasarkan beberapa faktor diantaranya indeks jenis program studi (K1),
indeks mutu pendidikan tinggi (K2), dan indeks kemahalan wilayah (K3).
Perhitungannya adalah sebagi berikut :

Pengaruh BOPTN terhadap besarnya UKT adalah sebagai berikut :

H. Dana Penunjang Pendidikan


Biaya total pendidikan meningkat dari waktu ke waktu, kenaikan biaya
pendidikan jauh lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan menyekolahkan
anggota masyarakat. Peningkatan biaya ini menjadi pusat perhatian sebab naik
melebihi kemampuan para orangtua yang menyekolahkan anaknya.
Nanang dalam Dadang Suhardan (2012 : 70), bahwa mutu pendidikan kan
sangat ditentukan oleh ketepatan dalam pengalokasian sumber-sumber yang
secara langsung berhubungan dengan elemen-elemen mutu atau keunggulan
(exelency) sasaran yang harus diberi biaya prioritas dalam pendidikan, elemenelemen mutu tersebut mencakup sumber daya manusia (guru) yang memenuhi
standart yang dijadikan keunggulan.
Uang SPP yang disetorkan ke sekolah kembalikan lagi ke sekolah dalam
wujud DPP (Dana Penunjang Pendidikan) yang didasarkan atas data pendiidkan,
dasar penghitungan dan biaya satuan yang ditetapkan bersama untuk
pemantapan /penyesuaian alokasi DPP selambat-lambatnya tanggal 15
September, Kanwil harus menyampaikan data tersebut pada Sekjen Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan cq Biro keuanangn tanggal 31 Agustus. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan mengangkat kebendaharaan DPP pada sekolah
menengh, Kandep, Kanwil dan Kantor Pusat sesuai dengan Peraturan

Perundang-Undangan yang berlaku (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2012 :


248).
Langkah-Langkah realisasi DPP Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana
(2012: 248) :
1. Bendahara DPP Pusat mengajukan surat permintaan pembayaran kepada
Kepala Kantor Perbendaharaan Negara.
2. DPP dibayarkan pada kantor BRI Pusat , BRI menyalurkan ke sekolah
menengah, kandep, kanwil dan kantor Pusat.
3. Cabang BRI menyampaikan salinan bukti penyaluran jumlah uang yang
disertai surat pengantar SPJ DPP dari kepala Kanwil kepada Sekjen
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Bendahara DPP sekolah menegah, kandep, kanwil mengajukan permintaan
biaya kepada cabang BRI setempat.
Apabila Terdapat perubahan rencana penggunaan DPP :
1. Kepala sekolah/ Kepala Kadep mengajukan usulan perubahan unuk
mendapatkan penilaian.
2. Kepala kanwil menolak atau menyetujui dengan memperhatikan kondisi
sekolah, penolakan atau ersetujuannya dikirimkan ke Sekjen Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan cq Kepala Biro Keuangan.
Ketentun Pertanggung jawaban DPP Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia
Yuliana (2012: 249) :
1. Selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulan, kepala sekolah dan kandep
mengirimkan SPJ DPP bulan lalu kepada kanwil.
2. Selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, kanwil menyampaikan
SPJ yang telah diteliti bersama dengan SPJ kanwil kepada biro keuangan.
3. Akhir triwulan kepala kanwil menyampaiakan kepada biro keuangan dengan
tembusan kepada Dirjen Dikdasmen dan kantor wilayah Direktorat Jendral
Anggaran yang bersangkutan.
4. Sebulan terakhir setelah akhir setiap triwulan, kepala Biro Keuangan
Depdikbud menyampaiakan kepada Dirjen Anggran dengan tembusan
kepada KPN Jakarta.
Alokasi DPP untuk masing-masing sekolah sangat tergantung pada
tingkat besar kecilnya sekolah (banyak siswa, guru, kelas, dll) sebagai dasar
pengajuan dana tersebut. Besarnya DPP tidak sama untuk setiap Provinsi
(Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2012 : 250).

I. Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Sekolah (RAPES)


Setiap sekolah negeri harus membuat perencanaan anggarannya yang
disebut dengan pendapatan dan biaya sekolah. Tujuan penyusunan anggaran
ini disamping ada mpedoman pengumpulan dana dan pengeluaran, juga sebgai
pendapatan dan pertanggungjawaban sekolah terhadap uang-uang yang
diterima, sehingga sekolah tidak dapat memungut semua sumbanngan dari
orangtua (BP3) dan sebaliknya, orangtua mengetahui arah pengeluaran dana
yang mereka berikan. Sedangkan untuk sekolah swasta tidak terikat oleh dana
pemerintah sehingga lebih leluasa menyusun RAPBSnya (Suharsimi Arikunto
dan Lia Yuliana, 2012 : 252).
Stanley J. Spanbauer dalam Dadang Suhardan (2012 : 70) ada tujuh
unsur dalam menegakkan mutu pendidikan yang harus dibiayai, yaitu :
1. Human Resources
2. Curriculum and instruction
3. Goal setting (standart of exillence for design and implementation of
4.
5.
6.
7.

operation )
Technology (standart technology for used)
Marketing
Customer service
Management (providing leadership of the quality improvement)

Sumber-Sumber pembiayaan sekolah menurut Sumber : Dadang Suhardan


(2012) :
1. ICW (Indonesia Compatibilities WET) uang yang berasal dari pemerintah
yang harus dipertanggungjawabkan
2. Sumbangan Pembiayaan Pendidikan (SPP)
3. Sumbangan BP3 (Persatuan Orangtua dan Guru)
Menurut Dadang Suhardan (2012) Sumber-sumber biaya pendidikan
antara lain dari (1) Pemerintah (APBN dan APBD); (2) sekolah (iuran siswa) (3);
Masyarakat (sumbangan); (4) dunia bisnis (perusahaan); (5) hibah
Proses penyusunan dan penjadwalan waktu menurut Suharsimi Arikunto dan
Lia Yuliana, 2012: 252) :
1. Awal tahun pelajaran, sekolh menerima perintah dari kantor wilayah untuk
mengajukan RAPBS untuk tahun yang bersangkutan
2. RAPBS yang disusun kepala sekolah dikirim dan dimintakan persetujuan
kepada kepala kantor wilayah. Besarya dana belum tentu disetujui
semuanya oleh Kanwil.

3. RAPBS yang telah disetujui oleh kepala Kanwil diteruskan oleh BP3 sekolah
yang bersangkutan untuk di musyawarahkan
4. Hasil musyawarah BP3 sebagai bukti, dilampirkan juga notulen rapat
selengkapnya
5. Setelah mendapatkan persetujuan pemerintah daerah tingkat BP3 dapat
melaksanakan programnya.
Pegaturan pungutan dan penggunaan diatur secara rinci oleh kanwil sebagai
berikut :
1. Untuk kegiatan operasional pendidikan
2. Honorariium dan kesejahteraan (Guru

tidak

tetap,

pegawai

TU,

penyelenggaraan ulangan sumatif/ ulangan umum, rehabilitasi gedung dan


pagar, pengadaan alat pelajaran)
J. Bantuan Operasional Sekolah
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. Salah satu indikator penuntasan program wajib belajar
9 tahun adalah Angka Partsisipasi Kasar (APK) tingkat SMP. Pada tahun 2008 APK
tingkat SMP telah mencapai 96,18% sehingga dapat dikatakan bahwa program
wajar 9 tahun telah tercapai. Selain meningkatkan APK, Program BOS diharapkan
dapat berkontribusi besar dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. BOS
adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan
pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai
pelaksana program wajib belajar. Sedangkan biaya non personalia adalah biaya
untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai dan biaya tak langsung berupa
daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi pajak dll. Namun demikian ada juga beberapa jenis
pembiayaan investasi dan personalia yang boleh dibiayai oleh dana BOS
(KEMENDIKBUD RI, 2015: 7).
Program BOS bertujuan untuk (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2012:
255) :
1. Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari biaya
operasional sekolah, baik di sekolah negeri maupun swasta.
2. Menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap biaya
operasional sekolah kecuali pada sekolah RSBI dan SBI.

3. Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa miskin di sekolah


swasta.
Sasaran program BOS adalah semua sekolah semua sekolah SD, SMP
termasuk Sekolah Menengah

Terbuka (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar

Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat baik negeri maupun


swasta di seluruh provinsi di Indonesi. Sedangkan program Paket A dan Paket B
tidak termasuk ke dalam sasaran program BOS. Sekolah penerima BOS secara
rinci adalah sebagai berikut (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2012: 255):
1. SD/ SDLB/SMP/SMPLB/SMPT negeri
2. Sekolah swasta yang telah memiliki ijin operasional yang tidak
dikembangkan menjadi bertaraf internasional
3. Bagi sekolah yang menolak BOS harus menjamin kelangsungan
pendidikan siswa miskin
4. Seluruh sekolah yang menerima BOS arus mengikuti pedooman BOS
yang telah ditetapkan
5. Sekolah RSBI dan SBI boleh memungut biaya dari orangtua yang mampu
dengan persetujuan komite sekolah dan dengan pengawasan dari Pemda
6. Sekolah RSBI dan SBI boleh memungut biaya dari orangtua yang mampu
dengan persetujuan komite sekolah serta menggratiskan siswa miskin
BOS disalurkan setiap periode 3 bulananan (Triwulan), Triwulan 1 (JanuariMaret), Triwulan 2 (April-Juni), Triwulan 3 (Juli-September), Triwulan 4
(Oktober-Desember). Bagi wilayah yang secara geografis sangat sulit (wilayah
terpencil) sehingga proses pengambilan dana BOS oleh sekolah mengalami
hambatan atau memerlukan biaya pengambilan yang mahal, penyaluran dana
BOS kepada sekolah dilakukan setiap semester, yaitu pada awal semester

(KEMENDIKBUD RI, 2015: 12) .


Dengan mempertimbangkan bahwa biaya operasi sekolah ditentukan
oleh jumlah peserta didik dan beberapa komponen biaya tetap yang tidak
tergantung dengan jumlah peserta didik, besar dana BOS yang diterima oleh
sekolah

dibedakan

menjadi

dua

kelompok

sekolah

sebagai

berikut

(KEMENDIKBUD RI, 2015: 3-5).


1. Sekolah dengan jumlah peserta didik minimal 60, baik untuk SD/SDLB
maupun SMP/SMPLB/Satap.

BOS yang diterima oleh sekolah, dihitung

berdasarkan jumlah peserta didik dengan ketentuan (KEMENDIKBUD RI,

2015: 3-5):
a. SD/SDLB : Rp 800.000,-/peserta didik/tahun

b. SMP/SMPLB/SMPT/Satap : Rp 1.000.000,-/peserta didik/tahun


2. SD/SDLB/SMP/SMPLB/Satap dengan jumlah peserta didik di bawah 60
(sekolah kecil) (KEMENDIKBUD RI, 2015: 3-5).
Bagi sekolah setingkat SD dan SMP dengan jumlah peserta didik kurang dari
60 akan diberikan dana BOS sebanyak 60 peserta didik. Kebijakan ini
dimaksudkan agar sekolah kecil yang berada di daerah terpencil/terisolir atau di
daerah tertentu yang keberadaannya sangat diperlukan masyarakat, tetap
dapat menyelenggarakan pendidikan dengan baik.
Kebijakan ini tidak dimaksudkan untuk memunculkan sekolah kecil yang
baru. Kebijakan ini tidak berlaku bagi sekolah-sekolah dengan kriteria sebagai
berikut(KEMENDIKBUD RI, 2015: 3-5):
a. Sekolah swasta yang menetapkan standar iuran/pungutan mahal; atau
b. Sekolah yang tidak diminati oleh masyarakat sekitar karena tidak
berkembang, sehingga jumlah peserta didik sedikit dan masih terdapat
alternatif sekolah lain di sekitarnya; atau
c. Sekolah yang terbukti dengan sengaja membatasi jumlah peserta didik
dengan tujuan untuk memperoleh dana BOS dengan kebijakan khusus
tersebut.
Jumlah dana BOS yang diterima sekolah dalam kelompok ini adalah

(KEMENDIKBUD RI, 2015: 3-5):


a. SD = 60 x Rp 800.000,-/tahun = Rp 48.000.000,-/tahun
b. SMP/Satap = 60 x Rp 1.000.000,-/tahun = Rp60.000.000,-/tahun
Khusus untuk Sekolah Luar Biasa (SLB), terdapat 3 (tiga) kemungkinan yang
terjadi di lapangan(KEMENDIKBUD RI, 2015: 3-5):
a. SDLB yang berdiri sendiri tidak menjadi satu dengan SMPLB, dana BOS yang
diterima sebesar = 60 x Rp 800.000,- atau sejumlah Rp 48.000.000,-/tahun.
b. SMPLB yang berdiri sendiri tidak menjadi satu dengan SDLB, dana BOS yang
diterima sebesar = 60 x Rp 1.000.000,- atau sejumlah Rp 60.000.000,-/tahun.
c. SLB dimana SDLB dan SMPLB menjadi satu pengelolaan, dana BOS yang
diterima sebesar = 60 x Rp 1.000.000,- atau sejumlah Rp 60.000.000,-/tahun.
Terkait dengan program BOS, Pengelola Program pendidikan harus
memperhatikan Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2012: 256-257) :
1. BOS menjadi sarana penting dalam mengakses dan meningkatkan mutu
pendidikan dasar 9 tahun

2. Tidak boleh ada siswa miskin yang putus sekolah karena tidak mampu
membayar
3. Anak lulusan SD harus diupayakan melanjutkan ke SMP
4. Kepala sekolah mencari dan mengajak siswa SD yang tidak melanjutkan
untuk ditampung di SMP/setara
5. Kepala sekolah mengelola dana Bos harus transparan dan akuntabel
6. BOS tidak menghalangi orangtua atau wali memberikan sumbangan
sukarela yang tidak mengikat kepada sekolah
Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan
dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru
dan Komite Sekolah. Kesepakatan penggunaan dana BOS harus didasarkan
skala prioritas kebutuhan sekolah.

Yuliana

Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia

(2012: 257-258) BOS dapat digunakan untuk membiayai

kegiatan-kegiatan berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru


Pembelian buku referensi
Pembelian buku teks pelajaran
Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial
Pembiayaan ulangan harian
Pembelian bahan habis pakai (buku, alat tulis, bahan praktikum, majalah,

koran, kapur)
7. Pembiayaan langganan daya dan jasa (listrik, air, telpon)
8. Pembiayaan perawatan sekolah
9. Pembiayaan guru dan tenaga kependidikan honorer
10. Pengembangan profesi guru
11. Transportasi siswa miskin
12. Pembiayaan pengelolaan BOS seperti alat tulis kantor (ATK)
13. Pembelian komputer untuk kegiatan belajar siswa
Bila 13 komponen diatas sudah terpenuhi, maka sisa dana BOS dapat
digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran, mebelair
sekolah.
Larangan penggunaan dana BOS menurut Suharsimi Arikunto dan Lia
Yuliana (2012 : 259) :
1.
2.
3.
4.
5.

Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud di bungakan


Dipinjamkan kepada pihak lain
Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah
Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru
Membeli pakaian/seragam bagi guru atau siswa untuk keperluan pribadi,

6.
7.
8.
9.

bukan inventaris
Digunakan untuk rehailitasi sedang dan berat
Membangun gedung/ ruangan baru
Membeli bahan/ peralatan yang tidak mendukung kegiatan pembelajaran
Membiayai kegiatanyang telah dibiayai oleh pemerintah

10. Menanamkan saham

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) SMA


BOS SMA adalah program pemerintah untuk mendukung pelaksanaan
rintisan program Wajib Belajar 12 Tahun yang terjangkau dan bermutu berupa
pemberian dana langsung kepada SMA negeri dan swasta untuk membantu
memenuhi Biaya Operasional NonPersonalia Sekolah. Dana BOS SMA merupakan
dana bantuan. Oleh karena itu, sekolah penerima masih membutuhkan dana
partisipasi dari masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai kebutuhan
operasional lainnya (KEMENDIKBUD RI, 2015: 6).
Sebagai wujud keberpihakan terhadap siswa miskin atas pemberian dana
BOS, sekolah diwajibkan untuk memberikan kompensasi membebaskan (fee waive)
dan/atau membantu (discount fee) siswa miskin dari kewajiban membayar iuran
sekolah dan biayabiaya untuk kegiatan ekstrakurikuler. Bagi sekolah yang berada
dikabupaten/kota/provinsi yang telah menerapkan pendidikan gratis, sekolah tidak
diwajibkan memberikan pembebasan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee)
siswa miskin. Besaran dana BOS yang diterima sekolah dihitung berdasarkan
jumlah siswa masing-masing sekolah dan satuan biaya (unit cost) bantuan
(KEMENDIKBUD RI, 2015: 6).
Secara umum program BOS SMA bertujuan untuk mewujudkan layanan
pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi semua lapisan masyarakat dalam
rangka mendukung rintisan program Wajib Belajar 12 Tahun. Sasaran program
adalah SMA Negeri dan Swasta di seluruh Indonesia. Besar bantuan per sekolah
diperhitungkan berdasarkan jumlah siswa, dengan rincian sebagai berikut
(KEMENDIKBUD RI, 2015: 7):
Periode JanuariJuni 2015 : 4.376.509 siswa;
Periode JuliDesember 2015 : 4.535.644 siswa.
Satuan biaya BOS SMA nasional sebesarRp. 1.200.000/siswa/tahun. Untuk
penyaluran periode JanuariJuni sebesar Rp 600.000/siswa sedangkan periode
JuliDesember sebesar Rp. 600.000/siswa (KEMENDIKBUD RI, 2015: 7).
Bantuan Khusus Murid (BKM)
Bantuan Khusus Murid (BKM) merupakan salah satu program yang sangat
penting dalam mendukung Road Map Pembinaan sekolah kejuruan (PSMK) pada
tahun 2009 perbandingan siswa SMA:SMK mencapai 50:50. Untuk merealisasikan
target tersebut Direktorat PMSK memperbesar peluang luusan SMP untuk masuk

ke SMK serta mengurangi siswa SMK yang putus sekolah. Adapun tujuan BKM
adalah: mengurangi jumlah siswa SMK yang drop out akibat permasalahan biaya
pendidikan, membuka peluang bagi lulusan SMP yang berasal dari keluarga kurang
mampu untuk melanjutkan pendidikan ke SMK (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana,
2012 : 259)
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Pasal 62 tentang Standar Pembiayaan Pendidikan,
sebagai berikut (Mukhtar, 2009 : 153-154) :
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi dan biaya
personal
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi

biaya

penyediaan

sarana

dan

prasarana,

pengembangan

sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap


3. Biaya personal sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebgaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji
b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa,
telekomunikasi, pemeliharaan, pajak, asuransi dan sebagainya
5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan peraturan
Mentetri berdasarkan usulan BNSP.
K. BEASISWA UNTUK SD, SMP DAN SMA
Program bantuan pemerintah untuk jenjang SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah
Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah Menengah Atas) :
1. BSM (Bantuan Siswa Miskin)
Program BSM adalah Program Nasional yang bertujuan untuk
menghilangkan halangan siswa miskin berpartisipasi untuk bersekolah
dengan membantu siswa miskin memperoleh akses pelayanan pendidikan
yang layak, mencegah putus sekolah, menarik siswa miskin untuk kembali
bersekolah, membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan
pembelajaran, mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun (bahkan hingga tingkat menengah atas), serta membantu
kelancaran program sekolah.

Program BSM dilaksanakan oleh 2 (dua) Kementerian yang berbeda,


yaitu Bantuan Siswa Miskin (BSM) bagi sekolah reguler yang dilaksanakan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan BSM
bagi siswa yang bersekolah di Madrasah yang dilaksanakan oleh
Kementerian Agama (Kemenag). Sumber dana semua bantuan ini adalah
dari APBN. Alokasinya tertuang dalam DIPA di lingkup Kementerian
Pendidikan dan Kebudayan serta DIPA Kementerian Agama.
Dana BSM diberikan kepada siswa mulai dari tingkat dasar sampai
tingkat menengah dengan besaran sebagai berikut:
1. BSM SD & MI sebesar Rp 225.000 per semester atau Rp 450.000
per tahun.
2. BSM SMP/MTs sebesar Rp 375.000 per semester atau Rp 750.000
per tahun
3. BSM SMA/SMK/MA sebesar Rp 500.000 per semester atau Rp
1.000.000 per tahun.

Tabel Jumlah Penerima Manfaat Program BSM 2008-2014


Waktu penyaluran BSM dilakukan dua kali yaitu pembayaran pertama pada
awal tahun pelajaran di Semester 1 (sekitar bulan Agustus/September) dan

pembayaran kedua dilakukan di Semester ke 2 tahun pelajaran (sekitar bulan


Maret/April). Perubahan waktu pembayaran manfaat BSM ini diharapkan dapat
berkontribusi pada penurunan tingkat drop out dari siswa/peserta didik yang berasal
dari keluarga/rumah tangga miskin dan rentan, serta juga membantu memastikan
tingkat keberlanjutan pendidikan di setiap jenjang pendidikan. Penerima BSM
berasal dari keluarga miskin yang tidak bisa membiayai sekolah, yang memeuhi
sekurang-kurangnya satu kriteria sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Orang tua terdaftar sebagai peserta PKH (Program Keluarga Harapan).


Memiliki kartu miskin.
Yatim dan/atau piyatu
Pertimbangan lain (misalnya kelainan fisik, korban musibah
berkepanjangan,

anak

korban

PHK

dan

indikator

lainnya

(KEMENDIKBUD RI, 2015: 7)


2.

KIP (Kartu Indonesia Pintar)


Program Indonesia Pintar melalui KIP adalah pemberian bantuan
tunai pendidikan kepada anak usia sekolah yang berasal dari keluarga
kurang mampu, yang merupakan bagian dari penyempurnaan Program
Bantuan Siswa Miskin (BSM). Program Indonesia Pintar melalui KIP
diselenggarakan

oleh

Kementerian

Pendidikan

dan

Kebudayaan

(Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) (KEMENAG RI, 2015:


7)
Program bantuan pendidikan melalui Program Indonesia Pintar ini
ditandai dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada siswa/anak
usia sekolah yang berasal dari keluarga kurang mampu. Kartu Indonesia
Pintar (KIP) diberikan sebagai penanda/identitas untuk menjamin dan
memastikan seluruh anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu
terdaftar sebagai penerima bantuan ini baik melalui jalur pendidikan formal
(mulai SD/MI hingga anak lulus SMA/SMK/MA) maupun melalui jalur
pendidikan informal dan non formal.
Pada Bulan November-Desember 2014, KIP diberikan kepada
161.840 siswa di 19 Kabupaten/Kota. KIP ini diberikan hanya sebagai
penanda bahwa anak tersebut berhak untuk mendapatkan bantuan
pendidikan Program Indonesia Pintar untuk seterusnya sampai jenjang
pendidikan SMA/SMK/MA. KIP dapat digunakan untuk mengambil bantuan
di tahun 2015 (semester II Tahun Ajaran 2014/2015) karena siswa sudah

menerima manfaat Program BSM pada tahun ini (Semester I Tahun Ajaran
2014/2015).
KIP (Kartu Indonesia Pintar) diberikan kepada anak usia sekolah
dengan besaran sebagai berikut:
1. BSM SD & MI sebesar Rp 225.000 per semester atau Rp 450.000
per tahun.
2. BSM SMP/MTs sebesar Rp 375.000 per semester atau Rp 750.000
per tahun
3. BSM SMA/SMK/MA sebesar Rp 500.000 per semester atau Rp
1.000.000 per tahun (KEMENDIKBUD RI, 2015: 7)
L. BEASISWA UNTUK PERGURUAN TINGGI
Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Hak setiap warga
negara tersebut telah dicantumkan dalam Pasal 31 (1) Undang-Undang Dasar
1945. Berdasarkan pasal tersebut, maka Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan
yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi, dan masyarakat
berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu diperlukan biaya
yang cukup besar. Oleh karena itu bagi setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya, dan berhak mendapatkan beasiswa bagi
mereka yang berprestasi (KEMENDIKBUD RI, 2015: 5).
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab V pasal 12 (1.c), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang
tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Pasal 12 (1.d), menyebutkan
bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya. Selain itu di dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi di dalam Pasal 76 Ayat (2) juga jelas mengamanahkan tentang
pemenuhan hak Mahasiswa yaitu mahasiswa pemerintah harus memberikan (a)
beasiswa kepada Mahasiswa berprestasi; (b) bantuan atau membebaskan biaya

Pendidikan; dan/atau (c) pinjaman dana tanpa bunga yang wajib dilunasi setelah
lulus dan/atau memperoleh pekerjaan (KEMENDIKBUD RI, 2015: 5).
Dijelaskan lebih lanjut di dalam penjelasan, yang dimaksud dengan
beasiswa adalah dukungan biaya Pendidikan yang diberikan kepada Mahasiswa
untuk

mengikuti

dan/atau

menyelesaikan

Pendidikan

Tinggi

berdasarkan

pertimbangan utama prestasi dan/atau potensi akademik. Sedangkan bantuan


biaya pendidikan adalah dukungan biaya Pendidikan yang diberikan kepada
Mahasiswa

untuk

berdasarkan

mengikuti

pertimbangan

dan/atau
utama

menyelesaikan

keterbatasan

Pendidikan

kemampuan

Tinggi
ekonomi

(KEMENDIKBUD RI, 2015: 5).


1. BIDIK MISI
1

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan,


Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mulai tahun 2010
meluncurkan Program Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi yaitu bantuan
biaya pendidikan bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan
memiliki potensi akademik baik untuk menempuh pendidikan di perguruan
tinggi pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu. Misi program
Bidik misi (Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2015: 7-8) :

a. Menghidupkan harapan bagi masyarakat tidak mampu dan mempunyai potensi


akademik baik untuk dapat menempuh pendidikan sampai ke jenjang
pendidikan tinggi;
b. Menghasilkan sumber daya insani yang mampu berperan dalam memutus
mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.
Program bidik misi vcb ggggggditujukan kepada lulusan satuan pendidikan
SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat tahun 2014 dan 2015 yang
tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik baik, hal ini bertujuan
untuk (Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2015: 8):
1) Meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi peserta
didik yang tidak mampu secara ekonomi dan berpotensi akademik baik;
2) Memberi bantuan biaya pendidikan kepada calon/mahasiswa yang memenuhi
kriteria untuk menempuh pendidikan program Diploma/Sarjana sampai selesai
dan tepat waktu;
3) Meningkatkan prestasi mahasiswa, baik pada bidang kurikuler, ko-kurikuler
maupun ekstra kurikuler;
4) Menimbulkan dampak iring bagi mahasiswa dan calon mahasiswa lain untuk
selalu meningkatkan prestasi dan kompetif;

5) Melahirkan lulusan yang mandiri, produktif dan memiliki kepedulian sosial,


sehingga mampu berperan dalam upaya pemutusan mata rantai kemiskinan
dan pemberdayaan masyarakat.
Persyaratan untuk mendaftar Bidik misi tahun 2015 adalah sebagai berikut
(Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2015: 12):
1) Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang akan lulus
pada tahun 2015;
2) Lulusan tahun 2014 yang bukan penerima Bidikmisi dan tidak bertentangan
dengan ketentuan penerimaan mahasiswa baru di masing-masing perguruan
tinggi;
3) Usia paling tinggi pada saat mendaftar adalah 21 tahun;
4) Tidak mampu secara ekonomi dengan kriteria:
a. Siswa penerima Beasiswa Siswa Miskin (BSM);
b. Pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau sejenisnya ;
c. Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali (suami istri) sebesar-besarnya
Rp3.000.000,00

per

bulan.

Untuk

pekerjaan

non

formal/informal

pendapatan yang dimaksud adalah rata-rata penghasilan per bulan dalam


satu tahun terakhir; dan atau
d. Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali dibagi jumlah anggota keluarga
sebesar-besarnya Rp750.000,00 setiap bulannya;
5) Pendidikan orang tua/wali setinggi-tingginya S1 (Strata 1) atau Diploma 4.
6) Berpotensi akademik baik berdasarkan rekomendasi kepala sekolah.
7) Pendaftar difasilitasi untuk memilih salah satu diantara PTN atau PTS dengan
ketentuan:
a. PTN dengan pilihan seleksi masuk:
1

1) Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN);

2) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMTPN);

3) Seleksi mandiri di 1 (satu) PTN

b. PTS dengan pilihan seleksi masuk di 1 (satu) PTS.


1

Menurut Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan dalam Pedoman


Penyelenggaraan Bidik Misi 2015 (2015: 14), bantuan biaya pendidikan
Bidikmisi diberikan sejak mahasiswa ditetapkan sebagai penerima
Bidikmisi di perguruan tinggi, yaitu 8 (delapan) semester untuk program
Diploma IV dan S1, 6 (enam) semester untuk program Diploma III, serta
Akademi Komunitas diberikan maksimal 4 (empat) semester untuk
program Diploma II, dan 2 (dua) semester untuk program Diploma I.

Komponen atau jenis dana bantuan biaya pendidikan dan penggunaannya


adalah (Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2015: 15):

a. Biaya pendaftaran SNMPTN, SBMPTN dan seleksi mandiri pada salah satu
PT (pendaftar secara otomatis akan mendapatkan fasilitas bebas bayar di
dalam sistem pendaftaran SBMPTN).
b. Bantuan biaya penyelenggaraan yang dikelola perguruan tinggi, maksimal
Rp2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) per-semester permahasiswa yang dapat digunakan untuk:
a. Biaya yang dibayarkan saat pertama masuk ke perguruan tinggi;
b. UKT Khusus Bidikmisi/SPP/Biaya kuliah yang dibayarkan ke perguruan
tinggi;
c. Penggunaan lain sesuai rencana kerja dan anggaran perguruan tinggi.
c. Bantuan biaya hidup yang diserahkan kepada mahasiswa, minimal sebesar
Rp 3.600.000,00 (tiga juta enam ratus ribu rupiah) per-semester.
d. Biaya Kedatangan
Biaya kedatangan atau resetlement di alokasikan sesuai kebutuhan dengan
ketentuan:
1) Penggantian

biaya

transport

mahasiswa

yang

berasal

dari luar

kabupaten/kota untuk 1 (satu) kali dari tempat asal menuju perguruan


tinggi sesuai dengan jarak dan ketentuan yang berlaku (Permenkeu
Nomor 84/PMK.02/2011 atau Permenkeu Nomor 113/PMK.05/2012 bagi
mahasiswa yang tidak dapat menunjukkan bukti tiket perjalanan).
2) Biaya hidup sementara bagi calon mahasiswa yang berasal dari luar kota
yang besarnya maksimum setara dengan bantuan biaya hidup 1 (satu)
bulan.
3) Biaya pengelolaan (seleksi kelayakan dan atau verifikasi data calon
mahasiswa penerima Bidikmisi dalam bentuk penilaian berkas, visitasi,
wawancara dan sejenis).
4) Kegiatan terkait dengan orientasi mahasiswa baru misalnya pengenalan
kehidupan kampus, bantuan pendampingan berbasis kegiatan, dll.
e. Hal khusus

Perguruan tinggi memfasilitasi dan mengupayakan agar penerima

Bidikmisi lulus tepat waktu dengan prestasi yang optimal;


Perguruan tinggi mendorong mahasiswa penerima Bidikmisi untuk terlibat
di dalam kegiatan ko dan ekstra kurikuler atau organisasi kemahasiswaan,
misalnya kegiatan penalaran, minat bakat, sosial/pengabdian kepada
masyarakat sebagai bentuk pembinaan karakter dan atau kecintaan
kepada bangsa dan negara;

Perguruan tinggi membuat perjanjian atau kontrak dengan mahasiswa


penerima Bidikmisi yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak
diantaranya
1

1) Kepatuhan terhadap tata tertib kehidupan kampus.

2) Memenuhi standar minimal IPK yang ditetapkan perguruan tinggi.

3) Hal hal lainnya yang relevan.

Beasiswa Bidik misi dapat diberhentikan apabila mahasiswa penerima:


1. Cuti
1

2. Drop Out

3. Non Aktif

4. Diberhentikan sementara apabila tidak digantikan

4
2. BEASISWA

DAN

BANTUAN

BIAYA

PENDIDIKAN

(BBM)

DAN

PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK (PPA)


Sejak tahun 2012 istilah Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan
Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) disesuaikan dengan istilah yang sejalan dengan
ketentuan yang ada yaitu menjadi Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik
(Beasiswa-PPA) dan Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik
(BPP-PPA). Berdasarkan pedoman beasiswa BBM-PPA yang disusun oleh Dirjen
Pembelajaran dan Kemahasiswaan tahun 2015 (2015: 6), beasiswa BBM dan PPA
ini bertujuan untuk:
a. Meningkatkan prestasi mahasiswa penerima baik kurikuler, kokurikuler,
b.

maupun ekstrakurikuler serta motivasi berprestasi bagi mahasiswa lain.


Mengurangi jumlah mahasiswa yang putus kuliah, karena tidak mampu

membiayai pendidikan.
c. Meningkatkan akses dan pemerataan kesempatan belajar di perguruan tinggi
Beasiswa atau bantuan biaya pendidikan PPA diberikan kepada mahasiswa aktif
berdasarkan periode tahun anggaran berjalan dan diberikan untuk pertama kalinya
sekurang-kurangnya selama 6 bulan besarnya harga satuan tahun 2015 adalah Rp.
350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) per mahasiswa per bulan. Mahasiswa
tidak berhak menerima apabila telah dinyatakan lulus. Untuk menerima beasiswa
BBM atau PPA diatur ketentuan penerima beasiswa antara lain (Dirjen
Pembelajaran dan Kemahasiswaan , 2015: 7):

Calon penerima adalah mahasiswa yang kuliah pada perguruan tinggi


pengelola beasiswa dan bantuan biaya pendidikan PPA di lingkungan

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Calon penerima harus terdaftar pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti)

Calon penerima adalah mahasiswa yang masih aktif, dalam jenjang pendidikan
Diploma dan Sarjana.
1) Beasiswa PPA
Apabila calon penerima melebihi kuota yang telah ditetapkan, maka
perguruan tinggi dapat menentukan mahasiswa penerima sesuai dengan
urutan prioritas sebagai berikut:

Mahasiswa yang memiliki IPK paling tinggi;


Mahasiswa yang memiliki SKS paling banyak dalam satu angkatan;
Mahasiswa yang memiliki prestasi pada kegiatan ko/ekstra kurikuler

(penalaran, minat dan bakat) tingkat nasional dan atau internasional;


Mahasiswa yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi.
2) Bantuan Biaya Pendidikan PPA
Apabila calon penerima melebihi kuota yang telah ditetapkan, maka
perguruan tinggi dapat menentukan mahasiswa penerima sesuai dengan
urutan prioritas sebagai berikut:

Mahasiswa yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi.


Mahasiswa yang memiliki prestasi pada kegiatan ko/ekstra kurikuler

(penalaran, minat dan bakat) tingkat nasional dan atau internasional.


Mahasiswa yang mempunyai IPK paling tinggi.
Mahasiswa yang mempunyai SKS paling banyak dalam satu angkatan
Mahasiswa yang berasal dari daerah 3T.

M. BEASISWA SWASTA
A. Beasiswa Supersemar
Beasiswa Supersemar yang bertujuan untuk membantu melanjutkan
pendidikan para sumber daya manusia potensial, yang berasal dari anak-anak
keluarga kurang mampu karena alasan ekonomiSehingga diharapkan beasiswa
ini

melahirkan

manusia-manusia

potensial

dan

berprestasi

(www.supersemar.com).
Persyaratan

untuk

mendapatkan

beasiswa

ini

adalah.

Berstatus

mahasiswa yang masih aktif kuliah. Indeks Prestasi semester terbaru tidak
kurang dari2,5 Anak dari keluarga kurang/tidak mampu. Diusulkan oleh pimpinan
perguruannya.Beasiswa berlaku untuk satu tahun pelajaran dan dapat
diperpanjang

untuk

tahun

berikutnya

apabila

masih

diusulkan

oleh

rektor/pimpinan perguruannya. Periode Pemberian Beasiswa terhitung mulai


bulan April s.d. Maret tahun berikutnya. Besarnya Uang Beasiswa Rp 70.000,00
per bulan (www.pusatinfobeasiswa.com/beasiswa-supersemar.htm)

B. Beasiswa Toyota-Astra
Yayasan Toyota Astra (YTA) didirikan pada tahun 1974 oleh PT Astra
International Tbk dan PT Toyota Astra Motor, dengan visi dan misi untuk turut
serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program penyediaan
bantuan

dana

dan

pembiayaan

untuk

kegiatan

pendidikan,

riset

dan

pengembangan ilmu sains dan teknologi, bantuan alat peraga pendidikan dan
buku- buku, terutama teknologi otomotif. Fokus program YTA yaitu pada program
peningkatan kualitas pendidikan bagi pelajar-pelajar Sekolah Dasar hingga
Sekolah Menengah Atas, serta kepada staf pengajar perguruan tinggi negeri
yang melakukan penelitian sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Master
atau Doktor (http://www.astra.co.id). Bagi mahasiswa perguruan tinggi beasiswa
ini bertujuan untuk membantu meningkatkan prestasi akademik, khususnya dari
kalangan yang kurang mampu (www.pusatinfobeasiswa.com/beasiswa-ToyotaAstra.htm)
Persyaratan :
1. Mahasiswa/i berkebangsaan Indonesia.
2. Khusus menekuni bidang studi Teknik (Jurusan Mesin, Elektro, Arsitek, Sipil,
Teknik Kimia, Teknik Industri, Teknik Lingkungan & Teknologi Informatika),
MIPA, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
3. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2,80
4. Dari keluarga berpenghasilan rendah, dibuktikan dengan surat keterangan
dari Kampus dan/atau Kelurahan
5. Belum bekerja tetap dan tidak sedang menerima Beasiswa/Ikatan Dinas dari
Lembaga atau Instansi lain.
6. Permohonan diajukan secara kolektif melalui Pembantu Rektor Bidang
Kemahasiswaan masing-masing perguruan tinggi.
C. Beasiswa Djarum
Djarum Foundation turut berperan aktif dalam memajukan pendidikan di
Indonesia melalui program beasiswa prestasi (merit scholarship) Djarum
Beasiswa Plus bagi mahasiswa berprestasi tinggi di Indonesia.Para penerima
Djarum Beasiswa Plus mendapatkan dana beasiswa sebesar Rp 750.000,setiap bulan selama 1 tahun. Selain dana beasiswa, para penerima Djarum
Beasiswa Plus (Beswan Djarum) juga mendapatkan pembekalan berbagai
macam soft skills, guna menyerasikan antara pencapaian akademik (hard
skills) yang diperoleh di kampus dengan berbagai ketrampilan

agar para

Beswan Djarum dikemudian hari menjadi manusia yang cakap intelegensia


dan emosional (https://djarumbeasiswaplus.org/) .

Persyaratan
1. Sedang menempuh Tingkat Pendidikan Strata 1 (S1 Universitas) /
2.
3.
4.
5.
6.

Diploma 4 (D4 Politeknik) pada semester IV dari semua disiplin ilmu.


IPK minimum 3.00 pada semester III.
Dapat mempertahankan IPK minimum 3.00 hingga akhir semester IV.
Aktif mengikuti kegiatan organisasi baik di dalam maupun di luar Kampus.
Tidak sedang menerima beasiswa dari pihak lain.
Mengisi Form Pendaftaran online.

D. Beasiswa Pertamina
Beasiswa sobat Bumi adalah program beasiswa dai pertamina foundation
dengan

tujuan

untuk

menghasilkan

individu-individu

yang

mampu

menerapkan, mendukung erta menciptakan budaya dan kehidupan ramah


lingkungan. Para penerima beasiswa ini diberikan pengetahuan tentang
konsep green life secara komprehensif sehingga mampu menjadi agentof
change dalam bidang lingkungan yang memberikan kontribusi dlam
mengingkatkan kualitas kehidupan bangsa (pertaminafoundation.org)
E. Beasiswa Bank Indonesia
Beasiswa dari bank Indonesia ini memiliki persyaratan diantaranya :
1. Diperunutukkan bagi mahasiswa fakultas ekonomi
2. Sekurang-kurangnya menyelesaikan 4 semester

dan

atau

telah

menempuh 60 SKS
3. Memiliki IPK minimal 3.00
4. Mempunyai pengalaman menjalankan aktivitas sosial yang memiliki
5.
6.
7.
8.

dampak kebermanfaatan bagi masyarakat


Berumur tidak lebih dari 23 tahun
Tidak sedang menerima beasiswa dari instansi lain
Berasal dari laar belakang ekonomi kurang mampu
Memperoleh rekomendasi dari rektor/pembantu rektor dan direktur atau

kepala bagian perguruan tinggi


9. Bersedia untuk berperan aktif

mengelola

dan

mengembangkan

komunitas mahasiswa penerima beasiswa GenBI ( Lampiran surat No


17/3/Dkom/Yk tanggal 9 Februari 2015)

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kegiatan pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu: budgeting (penyusunan
anggaran), accounting (pembukuan), auditting (pemeriksaan). Agar uang
yang dijatah pemerintah tepat sasaran, ada beberapa ketentuan, yaitu: Azas
Plafond, Azas pengeluaran berdasarkan mata anggaran, dan Azas tidak
langsung. Pembiayaan pendidikan, dipengaruhi dua hal, yaitu eksternal dan
internal.
Karakteristik pembiayaan pendidikan adalah biaya pendidikan selalu
naik, unit cost setengah lengkap, dan unit cost sempit. Ada penjadwalan
RAPBN secara ketat agar pengajuan biaya tepat waktu. Anggaran yang
berasal dari pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu: anggaran rutin dan
anggaran pembangunan.
Sumbangan pembinaan pendidikan adalah sumbangan yang
dikenakan kepada wajib bayar untuk digunakan bagi keperluan
menyelenggarakan dan pembinaan pendidikan. Alokasi DPP untuk masingmasing sekolah tergantung pada tingkat besar kecilnya sekolah dan
besarnya DPP tidak sama untuk setiap provinsi.
Dana BOS merupakan bantuan pendidikan dari pemerintah untuk
mengurangi angka putus sekolah, serta dalam rangka wajib belajar 9
tahun.BOS diharapkan dapat berkontribusi besar dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Dadang Suhardan, dkk. 2012. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan.


Bandung: Alfabeta

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2015. Pedoman


Penyelenggaraan Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi). Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Diakses
dari: http://bidikmisi.dikti.go.id/petunjuk/pedoman pada tanggal 24
April 2015, 1:09).
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2015. Pedoman
Umum Beasiswa dan Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan
Prestasi Akademik (PPA). Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan

Kemahasiswaan

(Diakses

dari:

http://dikti.go.id/wp-

content/uploads/2015/02/PEDOMAN-BEASISWA-BBP-PPA2015.pdf?3d9405 pada tanggal 24 April 2015, 1:16).


Direktorat Pembinaan SMA KEMENDIKBUD RI. 2014.

Petunjuk Teknis

BOS SMA Tahun 2014. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA


KEMENDIKBUD RI.

(Diakses dari: http://www.bosbogorkab.org/

pada tanggal 24 April 2015, 07:05).


Kementrian Agama Republik Indonesia. 2014. Petunjuk Teknis Beasiswa
Siswa Miskin (BSM) 2014. Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan
Agama

Islam

(Diakses

dari

https://www.academia.edu/9628360/PETUNJUK_TEKNIS_BANTUA
N_SISWA_MISKIN_TAHUN_2014 pada tanggal 24 April 2015, 11.34)
Kementrian

Pendidikan

dan

(KEMENDIKBUD RI).

Kebudayaan

Republik

Indonesia

Kartu Indonesia Pintar (KIP). Jakarta:

KEMENDIKBUD

RI

(Diakses

dari:

http://pengaduanpip.kemdikbud.go.id/ pada tanggal 26 April 2015


pukul 14.05).
Kementrian

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia

(KEMENDIKBUD RI). 2015. Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 161 Tahun 2014 Tentang
Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan
Operasional

Sekolah

KEMENDIKBUD

Tahun
RI

Anggaran

2015.

Jakarta:

(Diakses

dari:

http://bos.kemdikbud.go.id/media/share/upload/files/Juknis%20BOS
%202015%20Final.pdf pada tanggal 26 April 2015 pukul 14.09).

Mukhtar dan Iskandar.2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan.Jakarta:


Gaung Persada
Suharsimi
Arikunto
dan
Lia
Yuliana.
Pendidikan.Yogyakarta: Aditya Media

2012.

Manajemen

Tim Dosen UPI. 2006. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai