Anda di halaman 1dari 4

Optimalkan setting manual pada kamera anda

Biasa jadi semenjak pertama seseorang membeli kamera digital, mode yang senantiasa
dipakainya untuk memotret adalah mode AUTO. Alasan pertama karena mode ini memang
menjadi mode yang paling mudah dipakai dan relatif bisa diandalkan pada berbagai macam
situasi tanpa takut hasil fotonya akan mengecewakan. Alasan kedua mungkin karena kebetulan
pada kamera digital itu hanya tersedia mode AUTO saja, sehingga terpaksa tidak bisa berkreasi
lebih jauh dengan mode manual. Memang pada umumnya kamera digital berjenis point-andshoot dirancang amat simpel dan tidak dilengkapi dengan banyak fitur manual layaknya kamera
prosumer. Namun bagi anda yang memiliki kamera dengan fitur manual, masihkah anda tetap
memakai mode AUTO setiap saat?
Artikel ini akan mengajak anda untuk mengoptimalkan fitur-fitur manual yang ada pada kamera
digital anda. Sebagai langkah awal, pertama tentunya adalah kenali dulu fitur manual apa saja
yang tersedia di kamera anda, mengingat tiap kamera memiliki spesifikasi yang berbeda. Coba
kenali dan periksa kembali spesifikasi kamera anda, akan lebih baik bila semua fitur manual di
bawah ini tersedia pada kamera anda :

Manual sensitivity/ISO, artinya pada kamera tersedia pilihan untuk menentukan nilai
sensitivitas sensor/ISO mulai dari AUTO, 100, 200, 400 hingga 1600. Ada kamera yang
bahkan untuk menentukan nilai ISO sepenuhnya adalah AUTO, ada kamera yang nilai
ISO terendahnya di 50, dan ada kamera yang sanggup mencapai ISO amat tinggi (3200,
6400 hingga 10000). Artikel soal ISO ini pernah saya buat disini.

Advance Shooting Mode : P (Program), A (Aperture Priority), S (Shutter Priority), M


(Manual). Lebih lanjut akan kita bahas nanti.

Exposure Compensation (Ev), digunakan untuk mengkompensasi eksposure ke arah


terang atau gelap. Apabila eksposure yang ditentukan oleh kamera tidak sesuai dengan
keinginan kita, fitur ini dapat membantu. Naikkan Ev ke arah positif untuk membuat foto
lebih terang dan turunkan untuk mendapat foto yang lebih gelap. Biasanya tingkatan/step
nilai Ev ini dibuat dalam kelipatan 1/3 atau 1/2 step.

Manual focus, suatu fitur yang tidak begitu banyak dijumpai di kamera saku. Berguna
apabila auto fokus pada kamera gagal mencari fokus yang dimaksud, seperti pada objek
foto yang tidak punya cukup kontras untuk kamera mengunci fokus (karena kerja auto
fokus kamera berdasar pada deteksi kontras).

Manual White Balance, untuk mendapatkan temperatur warna yang sesuai dengan
aslinya. Bermacam sumber cahaya yang berlainan sumbernya memiliki temperatur warna
(dinyatakan dalam Kelvin) berbeda-beda, sehingga kesalahan dalam mengenal sumber
cahaya akan membuat warna putih menjdi terlalu biru atau terlalu merah. Umumnya
semua kamera digital termasuk kamera ponsel telah memiliki fitur auto White Balance
yang bisa beradaptasi pada berbagai sumber cahaya. Namun sebaiknya kamera anda

memiliki keleluasaan untuk mengatur White Balance secara manual seperti Daylight,
Cloudy, Tungsten, Flourescent dan manual adjust.

Flash intensity level, berguna untuk mengubah-ubah kekuatan cahaya dari lampu kilat
pada kamera. Hal ini kadang berguna saat hasil foto yang diambil dengan lampu kilat
ternyata terlalu terang atau justru kurang terang.

Fitur manual manakah yang paling berdampak langsung pada kualitas hasil foto? Karena
fotografi adalah permainan cahaya (exposure) dimana tiga unsur pada kamera yang menentukan
adalah Shutter speed (kecepatan rana), Aperture (diafragma) dan ISO, maka fitur manual paling
penting menurut saya adalah fitur manual P/A/S/M dan fitur manual ISO (sejauh yang saya
amati, apabila sebuah kamera telah memiliki fitur P/A/S/M, maka kamera tersebut juga telah
memiliki fitur manual ISO). Pada prinsipnya, kamera (dan fotografer) akan berupaya untuk
menghasilkan sebuah foto yang memiliki eksposure yang tepat. Artinya, foto yang dihasilkan
semestinya tidak boleh terlalu gelap atau terlalu terang. Gelap terangnya foto yang dibuat oleh
kamera ditentukan dari ketiga faktor tadi, dimana :

shutter bertugas mengatur berapa lama cahaya akan mengenai sensor (atau film pada
kamera analog), dinyatakan dalam satuan detik. Semakin singkat kecepatan shutter maka
semakin sedikit cahaya yang masuk, dan demikian pula sebaliknya. Biasanya kamera
memiliki kecepatan shutter mulai dari 30 detik hingga 1/4000 detik.

aperture memiliki tugas mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke lensa
(dengan memperbesar atau memperkecil ukuran difragma), dinyatakan dalam f-number
berupa skala pecahan mulai yang terbesar hingga terkecil (contoh : f/2.8, f/3.5, f/8 dsb).
Nilai f-number kecil menandakan bukaan diafragma besar, sedang nilai f besar
menunjukkan bukaan diafragma kecil. Nilai maksimum dan minimum dari diafragma
suatu kamera ditentukan dari lensanya, dan nilai ini akan berubah seiring dengan
perubahan jarak fokal lensa.

ISO menentukan tingkat sensitivitas sensor terhadap cahaya sehingga semakin tinggi nilai
ISO maka sensor akan semakin peka terhadap cahaya meski dengan resiko meningkatnya
noise pada foto. Faktor ISO ini menjadi pelengkap komponen eksposure selain shutter
dan aperture, terutama saat kombinasi shutter dan aperture belum berhasil mendapatkan
nilai eksposure yang tepat.

Pada kamera terdapat suatu alat ukur cahaya yang fungsinya amat penting dalam menentukan
eksposure yang tepat. Alat ukur ini dinamakan light-meter, fungsinya adalah untuk mengukur
cahaya yang memasuki lensa, biasa disebut dengan metering (biasanya terdapat dua macam
pilihan metering pada kamera, yaitu average/multi segment/matrix dan center weight/spot). Hasil
pengukuran ini dikirimkan ke prosesor di dalam kamera dan digunakan untuk menentukan
berapa nilai eksposure yang tepat. Setidaknya inilah cara kerja semua kamera yang diopersikan
secara otomatis melalui mode AUTO.
Tidak semua foto yang diambil memakai mode AUTO memberikan hasil eksposure yang
memuaskan. Terkadang nilai shutter dan aperture yang ditentukan secara otomatis oleh kamera

tidak sesuai dengan keinginan kita. Untuk itu keberadaan fitur manual P/A/S/M dapat membantu
mewujudkan kreatifitas kita dan pada akhirnya bisa membuat foto yang lebih baik.
Inilah hal-hal yang bisa anda lakukan dengan fitur manual eksposure P/A/S/M pada kamera anda
:
1. Program mode (P). Huruf P disini kadang artinya diplesetkan sebagai Pemula karena
sebenarnya di mode ini hampir sama seperti memakai mode AUTO (oleh karena itu mode
P ini relatif aman untuk dipakai sebagai mode standar sehari-hari). Bila pada mode
AUTO semua parameter ditentukan secara otomatis oleh kamera, maka pada mode P ini
meski kamera masih menentukan nilai shutter dan aperture secara otomatis, namun kita
punya kebebasan mengatur nilai ISO, white balance, mode lampu kilat dan Exposure
Compensation (Ev). Tampaknya tidak ada yang istimewa di mode P ini, tapi tunggu dulu,
beberapa kamera ada yang membuat mode P ini lebih fleksibel dengan kemampuan
program-shift. Dengan adanya program-shift ini maka kita bisa merubah variasi nilai
pasangan shutter-aperture yang mungkin namun tetap memberikan eksposure yang tepat
(konsep reciprocity) . Bila kamera anda memungkinkan program-shift pada mode P ini,
cobalah berkrerasi dengan berbagai variasi pasangan nilai shutter-aperture yang berbeda
dan temukan perbedaannya.
2. Aperture-priority mode (A, atau Av). Mode ini optimal untuk mengontrol depth-offield (DOF) dari suatu foto, dengan cara mengatur nilai bukaan diafragma lensa
(sementara kamera akan menentukan nilai shutter yang sesuai). Aturlah diafragma ke
bukaan maksimal (nilai f kecil) untuk mendapat foto yang DOFnya sempit (objek tajam
sementara latar belakang blur) dan sebaliknya kecilkan nilai diafragma (nilai f tinggi)
untuk mendapat foto yang tajam baik objek maupun latarnya. Biasanya pada lensa
kamera saku, bukaan diafragma maksimal di f/2.8 (pada saat wide maksimum) dan
bukaan terkecil berkisar di f/9 hingga f/11 (tergantung spesifikasi lensanya). Namun
dalam situasi kurang cahaya, memperkecil diafragma akan membuat eksposure jadi
gelap, untuk itu biarkan nilai diafragma pada posisi maksimal saat memotret di tempat
yang kurang cahaya.

Aperture priority mode pada DSLR


3. Shutter-priority mode (S, atau Tv). Mode ini kebalikan dari mode A/Av, dimana kita
yang menentukan kecepatan shutter sementara kamera akan mencarikan nilai bukaan
diafragma yang terbaik. Mode ini berguna untuk membuat foto yang beku (freeze) atau
blur dari benda yang bergerak. Dengan memakai shutter amat cepat, kita bisa menangkap
gerakan beku dari suatu momen olahraga, misalnya. Sebaliknya untuk membuat kesan
blur dari suatu gerakan (seperti jejak lampu kendaraan di malam hari) bisa dengan
memakai shutter lambat. Memakai shutter lambat juga bermanfaat untuk memotret lowlight apabila sumber cahaya yang ada kurang mencukupi sehingga diperlukan waktu
cukup lama untuk kamera menangkap cahaya. Yang perlu diingat saat memakai shutter
cepat, cahaya harus cukup banyak sehingga hasil foto tidak gelap. Sebaliknya saat
memakai shutter lambat, resiko foto blur akibat getaran tangan akan semakin tinggi bila
kecepatan shutter diturunkan. Untuk itu gunakan fitur image stabilizer (bila ada) atau
gunakan tripod. Sebagai catatan saya, nilai kecepatan shutter mulai saya anggap rendah
dan cenderung dapat mengalami blur karena getaran tangan adalah sekitar 1/30 detik,
meski ini juga tergantung dari cara dan kebiasaan kita memotret serta posisi jarak fokal
lensa. Pada kecepatan shutter sangat rendah di 1/8 detik, pemakaian stabilizer sudah tidak
efektif lagi dan sebaiknya gunakan tripod.
4. Manual mode (M). Di level mode full-manual ini, fotograferlah yang bertugas sebagai
penentu baik nilai shutter dan aperture. Light-meter pada kamera tetap berfungsi, namun
tidak digunakan untuk mengatur nilai eksposure secara otomatik melainkan hanya
sebagai pembanding seberapa jauh eksposure yang kita atur mendekati eksposure yang
diukur oleh kamera. Di mode ini dibutuhkan pemahaman akan eksposure yang baik,
dalam arti fotografer harus mampu untuk mengenal kondisi cahaya pada saat itu dan
dapat membayangkan berapa nilai shutter dan aperture yang diperlukan. Bila variasi
kedua parameter ini tidak tepat, niscaya foto yang dihasilkan akan terlalu terang atau
terlalu gelap. Namun bila sukses memakai mode manual ini, kita bisa mendapat foto yang
memiliki eksposure yang baik melebihi foto yang diambil dengan mode AUTO, Program,
Aperture-priority ataupun Shutter-priority. Contohnya pada saat mengambil foto sunset
di pantai dimana dibutuhkan feeling yang tepat akan eksposure yang diinginkan.
Dengan memahami fungsi-fungsi dari sitting manual pada kamera, diharapkan kita mau
mencoba-coba berkrea dengan setting tersebut dan mendapat hasil yang memuaskan. Selamat
berkeria

Anda mungkin juga menyukai