LATAR BELAKANG
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan anak usia dini jalur
formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai
masuk pendidikan dasar, (Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 28). Pendidikan TK diselenggarakan dalam
upaya membantu meletakkan dasar perkembangan semua aspek tumbuh
kembang bagi anak usia sebelum memasuki sekolah dasar.
Pendidikan TK merupakan tahapan pendidikan yang penting untuk mengembang-kan
kemampuan-kemampuan anak sesuai dengan tahap perkembangannya
(developmental task) dan menyiapkan anak usia TK untuk siap memasuki sekolah.
Usia TK merupakan usia emas (golden
age) untuk menerima rangsangan yang
hanya datang sekali dan tidak dapat diulang
sekaligus fase yang sangat menentukan
untuk pengembangan kualitas manusia
selanjutnya. Bagi anak yang memperoleh
pendidikan TK akan dapat mempersiapkan
diri memasuki sekolah dasar dengan lebih
baik.
Berdasarkan data Pusat Statistik Pendidikan
(PSP), Balitbang, Depdiknas Tahun 2008
menunjukkan bahwa layanan pendidikan TK masih sangat terbatas. Lembaga TK
di Indonesia yang berjumlah 54.742 TK, hanya sebesar 708 TK (1,3%) yang
merupakan TK Negeri Pembina sebagai TK percontohan, sedangkan TK lain
yang berjumlah 54.034 (98,2%) adalah TK Swasta. Peningkatan akses layanan
pendidikan TK pada milestone tahun 2009 ditargetkan sebesar 45%, namun
sampai saat ini kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa layanan pendidikan
TK baru mencapai 23% dari anak usia 5-6 tahun sebesar 7.861.400 anak.
Kenyataan di lapangan berdasarkan data PSP
Balitbang
Depdiknas
tahun
2006,
menunjukkan bahwa jumlah siswa baru SD
kelas I sebesar 4.440.896 siswa, dengan
rincian siswa baru yang berasal dari TK
sebesar 1.819.345 siswa (40.97%) dan siswa
baru yang tidak berasal dari TK, sebesar
2.621.551 siswa (59,03%). Hasil penelitian
Direktorat
Pendidikan
Dasar,
Ditjen
Dikdasmen,
Depdiknas
tahun
2000,
menunjukkan bahwa Pendidikan TK memiliki
Penyelenggaraan TK dan SD Satu Atap
Direktorat Pembinaan TK dan SD, Ditjen MPDM, Depdiknas
kontribusi terhadap kesiapan belajar siswa SD kelas 1. Kontribusi ini terjadi pada
semua aspek kesiapan belajar, termasuk bahasa, kecerdasan, sosial, motorik,
moral, perasaan, daya cipta, dan kedisiplinan.
Program Wajar Dikdas sembilan tahun yang
dicanangkan pemerintah sejak tahun 1984,
sesuai dengan Inpres No 1 Tahun 1984 tentang
Pelaksanaan Wajar Dikdas, masih menghadapi
permasalahan-permasalahan
yang
mengakibatkan penuntasan Wajar Dikdas
sembilan tahun diharapkan tuntas tahun
2008. Hal ini dapat dilihat pada angka
mengulang kelas di SD/MI, dari data PSP
Balitbang Depdiknas pada tahun 2004,
sebesar 841.662 siswa, dengan rincian untuk
kelas I sebesar 292.462 siswa (34%), kelas II
sebesar 165.888 siswa (20), kelas III sebesar 131.159 siswa (16%), kelas IV
sebesar 94.829 siswa (16%), kelas V sebesar 56.776 siswa (7%), dan kelas VI
sebesar 8.424 siswa (15) serta MI sebesar 92.124 siswa (11%). Dari data
tersebut menunjukkan bahwa angka mengulang kelas di SD/MI masih cukup
tinggi terutama untuk kelas I, II, dan III. Dengan melihat kenyataan di atas maka
upaya pengurangan angka mengulang kelas perlu mendapat perhatian serius
dalam penyusunan program pembangunan pendidikan di Sekolah Dasar.
Di samping itu terjadi miskonsepsi pada transisi pendidikan TK dan SD kelas awal
yang harus segera dicarikan solusinya. Beberapa kasus sering dijumpai pada
siswa SD kelas awal. Di TK, anak terbiasa dengan kebebasan dalam bermain dan
bersosialisasi dengan teman. Setelah masuk SD kelas awal, anak langsung
dihadapkan pada aktivitas akademik dan masa peralihan dari penggunaan
bahasa ibu ke bahasa nasional. Bila pada SD kelas awal diterapkan disiplin yang
kaku, tentunya akan menimbulkan rasa takut pada anak sehingga anak menjadi
takut (phobia) bersekolah.
Fenomena lain yang terjadi di masyarakat
menunjukkan bahwa anak-anak yang masuk
SD harus mempunyai kemampuan yang
memadai. Fenomena ini menyebabkan
beberapa SD menetapkan syarat bagi calon
siswa kelas 1 harus menguasai baca, tulis
dan hitung. Tuntutan persyaratan ini
menciptakan pola pembelajaran di TK
menekankan programnya untuk mengajar
anak berkemampuan membaca, menulis dan
berhitung, yang diselenggarakan seperti di SD
dengan
mengabaikan
prinsip-prinsip
pembelajaran di TK. Bahkan banyak TK yang melaksanakan les baca, tulis dan
hitung untuk memper-siapkan anak masuk SD. Selain tuntutan tersebut, orangtua
juga ingin agar anaknya cepat pintar. Fenomena ini tentunya secara psikologis
bertentangan dengan prinsip-prinsip perkembangan anak.
PENGERTIAN
TK-SD Satu Atap adalah penyelenggaraan
Taman Kanak-kanak yang berada dalam satu
kesatuan dengan SD, baik secara terpadu
maupun terpisah, baik dalam satu lokasi
maupun beda lokasi.
DASAR
Dasar penyelenggaraan TK-SD Satu Atap
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah.
4. Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional Tahun 20052009.
5. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 60 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pendirian Sekolah
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2005 tanggal 3
Agustus 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar Menengah.
TUJUAN
Tujuan penyelenggaraan TK-SD Satu Atap
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemerataan dan perluasan
akses
untuk
memperoleh
layanan
pendidikan TK.
2. Mendekatkan
pola
pembelajaran
pendidikan di TK dan SD kelas awal
sebagai inovasi pembelajaran dalam
pendidikan.
3. Memfasilitasi proses masa transisi dari
TK ke SD kelas awal.
PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN
Prinsip-prinsip penyelenggaraan TK-SD Satu Atap adalah sebagai berikut:
1. Pemerataan dan perluasan akses
Penyelenggaraan pendidikan TK-SD Satu Atap diarahkan untuk menampung
anak usia TK di wilayah yang belum terjangkau oleh pendidikan TK.
2. Transisional
Penyelenggaraan pendidikan TK-SD Satu Atap diarahkan untuk menfasilitasi
transisi
dan
mendekatkan
pola
pembelajaran anak dari TK ke SD kelas
awal.
3. Pemberdayaan masyarakat
Penyelenggaraan
TK-SD
Satu
Atap
dilakukan dengan memberdayakan semua
potensi anggota masyarakat. Melalui
pemberdayaan ini, diharapkan masyarakat
dapat memberikan perhatian, pembinaan,
dan
kerjasama
yang
baik
untuk
kelangsungan penyelenggaraan TK-SD
Satu Atap.
KELEMBAGAAN/PENGORGANISASIAN
1. Kelembagaan/Pengorganisasian pada manajemen terpadu
a. Dalam penyelenggaraan ini hanya ada satu kepala sekolah yaitu kepala
SD merangkap sebagai kepala TK.
b. Kepala SD bertanggung jawab terhadap pengelolaan SD dan TK. Dalam hal
penanganan sehari-hari, untuk TK dibantu oleh penanggung jawab TK,
sedangkan di SD dibantu oleh penanggung jawab SD.
c. Struktur organisasinya sebagai berikut.
KOMITE SEKOLAH
Kep TK-SD
Penanggungjawab TK
Kelompok Jabatan
Fungsional
Penanggungjawab SD
Kelompok Jabatan
Fungsional
Gambar 2.1
Struktur Organisasi TK-SD Satu Atap Manajemen Terpadu
Status SD
Status TK
1.
SD Negeri
TK Swasta
2.
SD Negeri
TK Negeri
3.
SD Swasta
TK Swasta
KEP TK
KOMITE SEKOLAH
KEP SD
Jabatan
Fungsional TK
Jabatan
Fungsional SD
Gambar 2.2.
Struktur Organisasi TK-SD Satu Atap Manajemen Terpisah
dengan Satu Komite Sekolah
KKKS
KOMITE SEKOLAH
KEP TK
KEP SD
KOMITE SEKOLAH
Jabatan
Fungsional TK
Jabatan
Fungsional SD
Gambar 2.3.
Struktur Organisasi TK-SD Satu Atap Manajemen Terpisah
dengan Masing-masing Komite Sekolah
d. Tugas dan tanggung jawab personalia adalah sebagai berikut:
Kinerja kepala TK, kepala SD, guru TK, guru SD, TU, dan kinerja komite
sekolah sama dengan pada TK-SD Satu Atap manajemen terpadu.
e. Status kelembagaan TK-SD Satu Atap pada manajemen terpisah sama
dengan status kelembagaan pada manajemen terpadu.
PROVINSI
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
2
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta
Jawa Timur
N.A. Darussalam
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Lampung
Bengkulu
Banten
Bali
Bangka Belitung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Maluku
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timu
Papua
Maluku Utara
Gorontalo
Irian Jaya Barat
Sulawesi Barat
JUMLAH KESELURUHAN
TAHUN
2003
3
2
10
10
2
10
5
8
2
5
5
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
2
2
2
103
2004
4
5
10
10
10
10
10
10
10
5
5
5
5
5
5
5
2
5
10
5
5
5
5
10
5
5
10
5
5
5
5
197
2005
5
6
16
11
2
10
2
11
4
4
1
2
6
6
1
8
2
1
4
2
2
2
1
2
7
2
1
4
4
1
1
1
1
128
2006
6
1
5
7
1
7
6
5
4
2
1
2
3
2
2
1
2
1
2
3
3
2
2
2
4
2
2
2
3
4
2
2
2
2
91
2007
7
13
31
62
23
53
26
23
18
13
11
6
19
14
7
9
19
4
14
6
12
8
18
6
20
10
5
21
17
4
7
6
4
5
514
2008 JUMLAH
8
9
11
27
55
72
65
100
17
38
70
90
30
49
31
57
15
38
15
29
10
13
10
20
13
36
15
29
12
17
24
25
13
30
6
10
11
28
12
23
11
24
7
19
15
28
10
17
15
43
10
21
10
15
22
39
15
33
10
16
10
17
10
16
6
7
10
7
596
1.629
Catatan:
Tahun Anggaran 2009 sasaran Penyelenggaraan TK-SD Satu Atap, sejumlah 500 sekolah.
Sehingga, jumlah TK-SD Satu Atap s.d. 2009 sejumlah 2.129 Sekolah