*Alamat Korespondensi:
Asher Juniar
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: azher_juny@hotmail.com
Pendahuluan
Obesitas dan overweight, adalah dua istilah yang sering digunakan untuk
menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kedua istilah ini sebenarnya mempunyai
pengertian yang berbeda. Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit
yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.
Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat ideal
yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau nonlemak, misalnya
pada seorang atlet binaragawan, kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh
hipertrofi otot.1 Sindroma metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko
metabolik yang
penyakit
Obesitas
Obesitas adalah suatu kondisi medis, dimana terdapat penumpukan lemak berlebih
di dalam tubuh yang dapat menyebabkan efek negatif pada kesehatan yang dapat
mengurangi tingkat ekspektasi hidup. Untuk mendiagnosis suatu obesitas digunakan
pengukuran antropometri yaitu dengan menilai indeks massa tubuh (IMT), indeks
massa tubuh didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan
kuadrat (m). Seseorang dapat dikatakan menderita obesitas jika nilai IMT lebih dari
30 kg/m2. Sedangkan untuk mengetahui persentase lemak tubuh dapat diukur dengan
menggunakan Deurenberg equation.1
Deurenberg equation: 1.2(IMT) + 0.23(umur) - 10.8(gender) - 5.4
Klasifikasi Obesitas
Ada banyak klasifikasi obesitas yang dapat dipakai, namun yang paling banyak
digunakan klasifikasi berdasarkan IMT yang dikeluarkan oleh WHO.
Onset terjadinya: peningkatan IMT pada usia dewasa (24-40 tahun) berhubungan
dengan profil biomarker yang buruk
Sindrom Metabolik
Sindrom metabolik adalah kelainan penggunaan energi dan penyimpanan lemak, sindrom
metabolik dapat didiagnosis dengan 3 dari 5 kondisi medis obesitas abdominal, peningkatan
tekanan darah, peningkatan glukosa puasa, peningkatan trigliserida dan penurunan kadar
HDL-C. Sindrom metabolik meningkatkan resiko kelainan kardiovaskular, seperti gagal
jantung dan diabetes. Mekanisme terjadinya sindrom metabolik masih dalam investigasi,
patofisiologi dari sindrom metabolik sangat kompleks, kebanyakan penderita berumur lanjut,
memiliki obesitas, dan resisten insulin, serta stress. Faktor penyebab yang paling penting
adalah genetik, umur, diet, dan aktivitas fisik yang rendah. Beberapa marker inflamasi
sistemik seperti C-reactive protein meningkat, begitu juga fibrinogen, interleukin 6, TNFalpha.2
Antropometri
Distribusi Lemak Tubuh
Ketika asupan energi melebihi kebutuhan energi seseorang, kelebihan
energi akan diubah menjadi lemak dan disimpan di jaringan adiposa untuk
digunakan sebagai sumber energi di kemudian hari. Penyimpanan energi ini dapat
menguntungkan ketika dalam keadaan kekurangan makanan. Akan tetapi, kini
tidak banyak yang kekurangan makanan dan penyimpanan energi berlebih menjadi
tidak lagi menguntungkan karena perkembangan obesitas dan risiko kesehatan
yang berkaitan.
Jaringan adiposa tersebar merata diseluruh tubuh. Pada wanita bertubuh
sedang, 18% berat badannya adalah lemak, sementara pada pria hanya 16%.
Lemak akan didistribusikan ke dua kategori, disimpan di panggul dan kaki
(bentuk pir-obesitas perifer) atau disimpan di abdomen (bentuk apel-obesitas
sentral).
Distribusi dari lemak dapat diperiksa dengan mengitung rasio lingkar
perut/lingkar panggul (LPe/LPa). Rasio LPe/LPa seharusnya dibawah 1 untuk pria,
dan dibawah 0.85 untuk wanita dan harus dipertimbangkan bersama dengan hasil
IMT. Obesitas sentral dikaitkan dengan peningkatan trigliserida plasma dan
berkurangnya HDL plasma, ketika dikaitkan dengan pola kadar lipoprotein plasma
3 | Obesitas dan Sindroma Metabolik
pada obesitas perifer. Oleh karena itu, obesitas sentral diasosiasikan dengan
insidens penyakit yang lebih tinggi daripada obesitas perifer. Disebutkan bahwa
LPe merupakan pengukuran yang baik untuk lemak intraabdominal. Lean et al
menyarankan ketika LPe lebih dari 80 cm untuk wanita dan 94 cm untuk pria, berat
badan tidak boleh bertambah lagi, dan penurunan berat badan harus dilakukan jika
LPe lebih dari 88 cm untuk wanita dan 102 cm untuk pria.
Lemak abdomen lebih mudah dipecah dibandingkan lemak subkutan, jadi
lebih mudah bagi orang dengan obeitas sentral untuk memperbaikinya dengan
membatasi asupan energi.
Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan
saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta
perbandingan lingkar pinggang dan panggul. Sebuah studi menyatakan bahwa
pengukuran lingkar leher juga dapat digunakan sebagai screening obesitas. Berikut
ini penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri tubuh:
a. IMT
Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu
BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi
badan dalam meter (Caballero B., 2005). Klasifikasi IMT dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi IMT (International Diabetes Federation, 2005)1
Klasifikasi IMT
BB kurang (underweight)
Normal
BB lebih (overweight)
b.
(kg/m2)
<18,5
18,5-24,9
25
Pra-Obes
25,0-29.9
Obesitas, kelas I
30,0-34,9
Obesitas, kelas II
35,0-39,9
>40
Lingkar Pinggang
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan
merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk
pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar
pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit
dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun
4 | Obesitas dan Sindroma Metabolik
Wanita
< 0.85
Pria
<0.90
Dan pada pemeriksaan fisik secara umum, hasil yang didapati adalah sebagai berikut;
TD:130/90mmHg, TB 150cm, BB 80kg, Lpe 95cm, Lpa 105cm.
Epidemiologi
Prevalensi Sindrom Metabolik bervariasi tergantung pada definisi yang digunakan
dan populasi yang diteliti. Berdasarkan data dari the Third National Health and Nutrition
Examination Survey (1988 sampai 1994), prevalensi sindrom metabolik (dengan
menggunakan kriteria NCEP-ATP III) bervariasi dari 16% pada laki2 kulit hitam sampai 37%
pada wanita Hispanik. Prevalensi Sindrom Metabolik meningkat dengan bertambahnya usia
dan berat badan. Karena populasi penduduk Amerika yang berusia lanjut makin bertambah
dan lebih dari separuh mempunyai berat badan lebih atau gemuk , diperkirakan Sindrom
Metabolik melebihi merokok sebagai faktor risiko primer terhadap penyakit kardiovaskular.
Sindrom metabolik juga merupakan prediktor kuat untuk terjadinya DM tipe 2 dikemudian
hari.2,3
Etiologi
Sindroma metabolik terdiri dari resistensi insulin/ hiperinsulinemia, intoleransi
glukosa/ diabetes mellitus, dislipidemia, hiperurisemia, gangguan fibrinolisis, hiperfibrinogenemia dan hipertensi. Pada kebanyakan orang didapatkan sindroma metabolik
terjadi akibat obesitas, gangguan profil lipid (dislipidemia) dan hipertensi dengan
meningkatkan faktor risiko untuk kelainan kardiovaskular.4
Faktor lain pencetus sindrom metabolic yaitu
1. Diet yang salah
Pada sindrom metabolik yang menjadi perhatian adalah bukan berapa banyak
makanan yang dimakan, tapi apa jenis makanan yang dimakan. Konsumsi makanan dengan
tinggi karbohidrat yang mengandung gula putih dan tepung terigu menyababkan terjadinya
sindrom metabolik dalam masyarakat modern sekarang ini.
2. Kelebihan berat badan
Sindrom metabolic lebih banyak ditemui pada orang dengan kelebihan berat badan,
dengan penimbunan lemak pada tubuh bagian atas. Jadi sindrom metabolic banyak ditemui
pada orang dengan bentuk tubuh seperti apel. Timbunan lemak pada daerah atas tubuh
mempermudah produksi hormone pria seperti androstenedione. Bila kadar hormone tersebut
meningkat maka dapat menyebabkan resistensi insulin.
6 | Obesitas dan Sindroma Metabolik
Patofisiologi
Jaringan adiposa merupakan jaringan yang berperan dalam terjadinya obesitas, dapat
meningkat ukuran dan jumlahnya pada penderita obesitas. Obesitas hipertrofi memiliki
karakteristik pembesaran jaringan lemak, biasanya ditemukan pada penderita obesitas tipe
android. Sedangkan obesitas hiperselular biasanya muncul pada penderita obesitas yang
dimulai dari masi kanak-kanak. Obesitas hipertrofi biasanya dimulai dari dewasa, dapat
meningkatkan resiko kelainan jantung.
Friedman dan rekan menemukan leptin (dari kata Leptos Yunani, yang berarti tipis)
pada tahun 1994 dan mengantar ledakan penelitian dan peningkatan besar dalam pengetahuan
tentang peraturan makan dan kekenyangan siklus manusia. Leptin adalah protein 16-kd yang
diproduksi terutama di jaringan adiposa subkutan putih dan, pada tingkat lebih rendah, di
plasenta, otot rangka, dan fundus lambung pada tikus. Leptin memiliki fungsi segudang
karbohidrat, tulang, dan metabolisme reproduksi yang masih terurai, namun perannya dalam
7 | Obesitas dan Sindroma Metabolik
regulasi berat tubuh adalah alasan utama itu menjadi terkenal. Peran utama leptin dalam
peraturan tubuh-berat badan adalah dengan sinyal kenyang ke hipotalamus dan dengan
demikian mengurangi asupan makanan dan penyimpanan lemak sementara modulasi
pengeluaran energi dan metabolisme karbohidrat, mencegah kenaikan berat badan lebih
lanjut. Berbeda dengan model tikus Ob / Ob di mana peptida ini pertama kali ditandai,
kebanyakan manusia yang mengalami obesitas tidak leptin kekurangan tetapi bukan leptin
tahan. Oleh karena itu, mereka mengalami peningkatan kadar leptin yang bersirkulasi.
Tingkat leptin lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria dan sangat berkorelasi dengan
BMI.
Penelitian laboratorium awal pada pasien yang diduga menderita sindrom metabolik
harus mencakup kimia standar untuk menilai hiperglikemia dan disfungsi dan lipid studi
ginjal untuk menilai hipertrigliseridemia atau HDL rendah tingkat. Jika riwayat keluarga awal
penyakit aterosklerosis koroner atau lainnya hadir, pertimbangkan termasuk, selain HDL-C
dan low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C), studi lipoprotein (a), apolipoprotein-B100,
tinggi-sensitivitas C protein -reactive (CRP), dan (jika pasien sudah tidak pantas target LDLC terendah [<70]), homosistein dan difraksinasi LDL-C. Mengingat berbagai asosiasi antara
sindrom metabolik dan kondisi lain yang dibahas di tempat lain dalam artikel ini, tambahan
bermanfaat tes darah mungkin termasuk tiroid dan hati studi, kadar hemoglobin A1C, dan
asam urat. Peningkatan thyroid stimulating hormone (TSH) telah dikaitkan dengan prevalensi
yang lebih tinggi dari sindrom metabolik. Hyperuricemia tampaknya jauh lebih umum pada
pasien dengan sindrom metabolik dibandingkan dengan populasi umum, dan ini dikaitkan
dengan efek inflamasi dari sindrom metabolik, penelitian lebih lanjut harus dilakukan.
sebagai temuan klinis mendikte. Studi pencitraan tidak secara rutin diindikasikan dalam
diagnosis sindrom metabolik. Namun, mereka mungkin cocok untuk pasien dengan gejala
atau tanda-tanda dari banyak komplikasi sindrom, termasuk penyakit jantung. Keluhan nyeri
dada,
dyspnea,
atau
klaudikasio
dapat
menjamin
pengujian
tambahan
dengan
antara apnea tidur obstruktif dan sindrom metabolik terletak pada bagian dengan efek
pengganggu obesitas. Namun demikian, pasien melaporkan gangguan tidur yang signifikan,
mendengkur, mungkin jeda, dan / atau siang hari mengantuk dapat mengambil manfaat dari
penelitian lebih lanjut untuk gangguan pernapasan terkait tidur dapat diobati, termasuk
melalui polisomnografi.
D. Aterosklerosis
Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit pembuluh darah koroner dan
stroke. Sebagian besar risiko ini diperantarai oleh hipertensi, hiperlipoproteinemia dan
diabetes. Tidak diragukan lagi bahkan jika abnormalitas-abnornmsalitas ini disingkirkan,
suatu risiko yang lebih kecilm dapat diberikan oleh kegemukan saja.
KEBUTUHAN ENERGI
Kebutuhan kalori total ditentukan oleh basal metabolisme rate (BMR), aktivitas fisik,
dan specific dynamic action (SDA)/ efek termis makanan. Sebelum menentukan jumlah
kebutuhan kalori total, maka harus ditentukan BMR terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa
cara untuk mengukur BMR, yaitu:
1. Rumus Harris Benedict yang dikenal dengan rumus REE (Resting Energy
Expenditure)
BMR (laki-laki)
BMR (perempuan)
2. Metode faktorial
BMR (laki-laki)
BMR (perempuan)
Langkah selanjutnya menentukan berat/ ringan jenis aktivitas yang dilakukan seharihari oleh pasien. Berikut ini adalah penggolongan aktivitas:
1.
2.
3.
4.
5.
Ringan sekali
Ringan
Sedang
Berat
Berat sekali
= 30 %
= 50 %
= 75 %
= 100 %
= 125 %
Contoh aktivitas yang termasuk dalam golongan ringan adalah pegawai kantor, ahli
hokum, dokter, guru. Aktivitas sedang adalah pekerja industri ringan, mahasiswa, pekerjaan
rumah tangga. Aktivitas berat adalah buruh kasar, penari balet, olahragawan.
Langkah terakhir yaitu menghitung besarnya efek termis makanan yang diperkirakan
besarnya adalah 10% dari jumlah energi basal dan energi aktivitas. Maka rumus untuk
menghitung jumlah kebutuhan kalori total adalah:5
Total energi = energi basal (BMR) + energi aktivitas + SDA
Karbohidrat
10 | O b e s i t a s d a n S i n d r o m a M e t a b o l i k
Zat gizi
Karbohidrat
Protein
Lemak total
Asam lemak jenuh (saturated)
Asam lemak monosaturated
Asam lemak polysaturated
Kolesterol
Serat
Komposisi (%)
55-65
15-20
20-30
8-10
15
10
< 300 mg/hari
20-30 g
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Obat-obatan dapat dipakai sebagai bagian pengaturan berat badan. Obat yang dapat
diberikan adalah sibutramin dan orlistat. Sibutramin bekerja disentral memberikan efek
mengurangi asupan energi melalui efek memberikan rasa kenyang dan mempertahankan
pengeluaran energi. Demikian pula dengan efek metabolik, sebagai efek penurunan berat
badan pemberian sibutramin setelah 24 minggu yang disertai dengan diet dan aktifitas
fisik, memperbaiki kolesterol HDL dan kadar trigliserida.
Untuk hipertensi pada sindrom metabolik, dapat digunakan golongan ACE-inhibitor yang
memiliki makna dalam meregresi hipertrofi ventrikel. Selain itu, valsartan sebagai
penghambat reseptor angiotensin dapat mengurangi mikroalbuminuria yang diketahui
sebagai faktor risiko independen kardiovaskular. Tiazolidindion juga memilki pengaru
persisten dalam menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tiazolidindion dan
metformin juga dapat menurunkan kadar asam lemak bebas.
Koreksi level LDL-C dan HDL-C: penatalaksanaan untuk meningkatnya nilai LDL-C
mencakup semua golongan statin (3-hydroxy-3-methylgluraryl coenzym A [HMG-CoA]
reductase inhibitor). Sedangkan terapi untuk kadar HDL-C yang turun masih
kontroversial, tetapi direkomendasikan untuk mengubah pola diet atau olahraga yang
mengandung niacin.
Koreksi trigliserida: jika modifikasi gaya hidup gagal, terapi medis menggunakan niacin
(gemfibrozil) dan fibrat ( asamfenofibrate/ fenofibric). Penambahan asam lemak Omega 3
dapat membantu menurunkan angka trigliserida
12 | O b e s i t a s d a n S i n d r o m a M e t a b o l i k
Pencegahan
gangguan
kardiovaskular:
terapi
menggunakan
aspirin
merupakan
Terapi alternatif: terapi menggunakan ramuan herbal dari China seperti ginseng,
berberine, dan labu pahit menunjukan perubahan metabolik yang menguntungkan, tetapi
trial klinik diperlukan untuk melihat keamanan.8
Non medikamentosa
1. Latihan Fisik
Otot rangka merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap insulin didalam tubuh,
dan merupakan target utama terjadinya resistensi insulin. Latihan fisik terbukti dapat
menurunkan kadar lipid dan resistensi insulin didalam otot rangka. Pengaruh latihan fisik
terhadap sensitivitas insulin terjadi dalam 24 48 jam dan hilang dalam 3 sampai 4 hari.
Jadi aktivitas fisik teratur hendaklah merupakan bagian dari usaha untuk memperbaiki
resistensi insulin. Pasien hendaklah diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
derajat aktifitas fisiknya. Manfaat paling besar dapat diperoleh bila pasien menjalani
latihan fisik sedang secara teratur dalam jangka panjang. Aktivitas fisik aerobik intensitas
sedang ditambah selama 30-60 menit ditambah dengan peningkatan aktivitas dalam gaya
hidup sehari-hari seperti berjalan cepat, berjalan saat istirahat kerja, berkebun,atau
mengerjakan perkerjaan rumah. Kombinasi latihan fisik aerobik dan latihan fisik
menggunakan beban merupakan pilihan terbaik. Dorong latihan tahanan 2 hari/ minggu
Sarankan program yang diawasi secara medis untuk pasien beresiko tinggi. Dengan
menggunakan dumbbell ringan dan elasticexercise band merupakan pilihan terbaik untuk
latihan dengan menggunakan beban. Jalan kaki dan jogging selama 1 jam perhari juga
terbukti dapat menurunkan lemak viseral secara bermakna pada laki-laki tanpa
mengurangi jumlah kalori yang dibutuhkan.9
2. Perubahan Pola Hidup
Sasaran utama dari diet terhadap Sindrom Metabolik adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Review dari Cochrane Database
mendukung peranan intervensi diet dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Bukti-bukti dari suatu studi besar menunjukkan bahwa diet rendah sodium dapat
membantu mempertahankan penurunkan tekanan darah. Hasil dari studi klinis, diet
13 | O b e s i t a s d a n S i n d r o m a M e t a b o l i k
rendah lemak selama lebih dari 2 tahun menunjukkan penurunan bermakna dari kejadian
komplikasi kardiovaskular dan menurunkan angka kematian total.
Berdasarkan studi dari the Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), pasien
yang mengkonsumsi diet rendah lemak jenuh dan tinggi karbohidrat terbukti mengalami
penurunan tekanan darah yang berarti walaupun tanpa disertai penurunan berat
badan.target. Studi dari the Coronary Artery Risk Development in Young Adults
mendapatkan bahwa konsumsi produk-produk rendah lemak dan garam disertai dengan
penurunan risiko sindrom metabolik yang bermakna. Diet rendah lemak tinggi
karbohidrat dapat meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar. HDL
kolesterol, sehingga memperberat dislipidemia. Untuk menurunkan hipertrigliseridemia
atau meningkatkan kadar HDL kolesterol pada pasiendengan diet rendah lemak, asupan
karbohidrat hendaklah dikurangi dan diganti dengan makanan yang mengandung lemak
tak jenuh (monounsaturated fatty acid = MUFA) atau asupan karbohidrat yangmempunyai
indeks glikemik rendah. Diet ini merupakan pola diet Mediterrania yang terbukti dapat
menurunkan mortalitas penyakit kardiovaskular. Suatu studi menunjukkan adanya
korelasi antara penyakit kardiovaskular dan asupan biji-bijian dan kentang. Para peneliti
merekomendasikan diet yang mengandung biji-bijian, buah-buahan dan sayuran untuk
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Efek jangka panjang dari diet rendah
karbohidrat belum diteliti secara adekuat, namun dalam jangka pendek, terbukti dapat
menurunkan kada trigliserida, meningkatkan kadar HDL-cholesterol dan menurunkan
berat badan. Pilihan untuk menurunkan asupan karbohidrat adalah dengan mengganti
makanan yang mempunyai indeks glikemik tinggi dengan indeks glikemik rendah yang
banyak mengandung serat. Makanan dengan indeks glikemik rendah dapat menurunkan
kadar glukosa post prandial dan insulin.
3. Diet
Kelebihan berat badan 10 kg setara dengan 80000 kkal yang tersimpan. Mayoritas
orang dengan aktivitas sedang akan kehilangan berat badannya jika asupan energinya
dikurangi 500-1000 kkal. Akan tetapi diet untuk menurunkan berat bersifat individual.
Untuk mengoreksi obesitas dalam jangka waktu panjang membutuhkan perubahan
permanen dari kebiasaan makan seseorang.
Banyak orang dengan obesitas grade 1 tidak membutuhkan diet rendah kalori yang
spesifik. 10 kata kunci untuk perubahan diet pada obesitas:
-
14 | O b e s i t a s d a n S i n d r o m a M e t a b o l i k
Gunakan mentega tipis-tipis pada roti, atau ganti ke mentega rendah lemak
Pilih keju dengan lemak lebih rendah dan makanlah lebih sedikit
dahulu. Operasi bypass intestinal, dapat menyebabkan diare kronik karena malabsorbsi,
anemia, defisiensi vitamin dan kerusakan hati. Gastric reduction procedures mengurangi
ukuran gaster, sehingga membatasi jumlah makanan yang masuk dalam satu waktu. Prosedur
bedah terbaru yang dikembangkan adalah laparoscopic insertion of gastric band, yang
mempertahankan penurunan berat badan selama 6 tahun. Jaw wiring membatasi kecepatan
makanan dapat dikonsumsi dan konsistensinya. Hal ini dapat berhasil pada beberapa situasi,
tetapi bukan solusi yang permanen.9
Perencanaan Diet
Berat badan ideal: 0.9 x (TB-100) = 45 kg
Indeks massa tubuh: BB/(TB2) = 35.6 Kg/m2
Kebutuhan basal (KB): BB ideal x 25 Kkal = 1125 Kkal
Aktivitas fisik (AF): manajer perusahaan swasta, tergolong aktivitas sedang (30%) = 30% x
Kebutuhan basal = 337.5 Kkal
Koreksi usia (KU): 5% x kebutuhan basal = 56.25 Kkal
Total kalori yang dibutuhkan: KB + AF - KU = 1406.25 Kkal
Target konsumsi karbohidrat perhari: (55% x total kalori)/ 4 Kkal: 193.3593 gr
Target konsumsi protein perhari: (18% x total kalori)/ 4 Kkal: 63.2812 gr
Target konsumsi lemak perhari: (27% x total kalori)/ 9 Kkal: 42.1875 gr
Prognosis
Komplikasi dari sindrom metabolik sangat luas, dapat meliputi kelainan kardiovaskular,
CHD, stenosis aorta, stroke iskhemik, DVT. Sindrom metabolik juga dikaitkan dengan
kanker payudara yang kemungkinan karena disregulasi dari plasminogen activator inhibitor-1
(PAI-1).
Kesimpulan
Sindrom metabolik adalah kelompok berbagai komponen faktor risiko yang terdiri
dari hipertensi, gangguan toleransi glukosa, obesitas sentral dan dislipidemia yang ditandai
dengan meningkatnya trigliserida dan menurunnya kolesterol HDL yang dapat menimbulkan
konsekuensi klinik yang serius berupa penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus tipe 2,
16 | O b e s i t a s d a n S i n d r o m a M e t a b o l i k
sindrom ovarium polikistik dan perlemakan hati non-alkoholik. Sindrom metabolik dapat
didiagnosis dengan menggunakan kriteria NCEP ATP dengan modifikasi. Faktor resiko yang
mendasari terdiri dari faktor genetik, diet, inaktifitas fisik dan usia. Patofisologi mendasar
terjadinya gangguan adalah obesitas sentral dan resistensi insulin. Penatalksanaan sindrom
metabolic terutama berujuan untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular aterosklerosis
dan risiko diabetes mellitus tipe 2 pada pasien yang belum diabetes. Apabila kondisi tersebut
ada maka perlu di ajukan pengobatan untuk sindrom metabolic. Penatalakasanaan sindrom
metabolic terdiri atas 2 pilar yaitu tatalaksana penyebab (berat badan lebih / obesitas dan
inaktif fisik) serta tatalaksana faktor resiko lipid dan non lipid. Pengaturan berat badan
merupakan dasar, tidak hanya bagi obesitas tapi juga sindrom metabolic. Penurunan 5-10%
sudah dapat memberikan perbaikan profil metabolic. Penanganannya yang terintegrasi
mencakup diet, aktivitas fisik yang terpenting adalah perubahan perilaku. Tindakan
pengobatan sangat bermanfaatuntuk mencegah manifestasi klinis akibat perkembangan
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gleadle J. At A Glance: Anamesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.32-3.
2. Sastroamidjojo S, Lestiani L, sukmaniah S, Sayogo S, Titus J, Lukito W, et al. Pegangan
penatalaksanaan nutrisi pasien. Jakarta: Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia;
2000.
3. Asmadi. Teknik prosedural konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba
Medika; 2008.h.68-70,83-5.
4. Escott-stump S. Nutrition and diagnosis-related care. North Carolina: Lippincott
Williams & Wilkins. Fifth edition; 2000.p.436-9
5. Villareal DT, Apovian CM, Kushner RF, Klein S. Obesity in older adults: technical
review and position statementof the American society for nutrition and NAASO, the
obesity society. Am J Clin Nutr 2005;82:92334.
6. Barasi ME. At a glance ilmu gizi. Jakarta: Erlangga; 2007.h.26,106-10.
7. Davet P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2004.h.54-5.
8. Vetter ML, Faulconbridge LF, Webb VL, Wadden TA. Behavioral and pharmacologic
therapies for obesity. Nat Rev Endocrinol.2010 October; 6(10): 578-588.
17 | O b e s i t a s d a n S i n d r o m a M e t a b o l i k
18 | O b e s i t a s d a n S i n d r o m a M e t a b o l i k