TINJAUAN PUSTAKA
Lumut kerak ini bahkan bisa tumbuh di tengkorak binatang yang mati.
Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan
terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes tumbuh sangat
lambat dan umurnya pun panjang. Lichenes yang hidup pada batuan dapat
menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika
turun hujan bisa hidup kembali. Pertumbuhan talusnya sangat lambat, dalam 1
tahun jarang lebih dari 1 cm. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan
pertumbuhan vegetatif bertahun-tahun. Satu hal yang tak disukai oleh tumbuhan
ini adalah udara dan air yang beracun. Itulah sebabnya kita tidak akan bisa
menjumpai tumbuhan ini tumbuh dekat pabrik-pabrik. Karena sifatnya yang peka
ini lichenes sering dipakai sebagai penunjuk adanya pencemaran udara di suatu
daerah (Bold, 1987 ; Sutiyo dan Perkerti, 2010). Dengan pertumbuhan kerak tidak
hanya mengalami kemunduran di daerah yang terkena polusi berat tetapi menjadi
langka atau menghilang. Hampir sebagian besar spesies lichenes sangat sensitif
terhadap gas belerang dioksida (SO2) dan gas buang lainnya yang berasal dari
industri dan kendaraan bermotor. (Pratiwi, 2006 ; Suwarso, 1995)
Para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai pengelompokan
atau klasifikasi lichenes dalam dunia tumbuhan. Ada yang berpendapat bahwa
lichenes dimasukkan kedalam kelompok yang tidak terpisah dari jamur, tapi
kebanyakan ahli berpendapat bahwa lichenes perlu dipisahkan dari jamur atau
memiliki kelompok sendiri. Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah karena
jamur yang membangun tubuh lichenes tidak akan membentuk tubuh lichenes
tanpa alga. Hal lain didukung oleh karena adanya zat-zat hasil metabolisme yang
tidak ditemui pada alga dan jamur yang hidup terpisah. (Yurnaliza , 2002)
Menurut Pandey & Trivendi (1977), simbiosis antara alga dan fungi,
memberikan dua penafsiran yang berbeda, yaitu :
1) Disebut simbiosis mutualisme, bila dipandang ke dua simbion dapat
memperoleh keuntungan dari hidup bersama. Pada simbiosis tersebut alga
memberikan hasil fotosintesisnya, terutama yang berupa karbohidrat kepada
fungi, dan sebaliknya fungi memberikan air dan garam-garam kepada alga.
2)
Disebut helotisme, bila keuntungan yang timbal balik itu hanya sementara,
yaitu pada permulaannya saja, tetapi pada akhirnya alga akan diperalat oleh
fungi.
b. Foliose
d. Squamulose
ini tebal dan berguna untuk perlindungan. (Sutiyo dan Perkerti. 2010). Lapisan
teratas disebut sebagai lapisan hifa fungi. Lapisan ini tidak memiliki ruang
antar sel dan jika ada maka ruang antar sel biasanya diisi oleh gelatin. Pada
beberapa jenis lumut kerak yang bergelatin, kulit atas juga kekurangan satu
atau beberapa sel tipis. Namun, permukaan tersebut dapat ditutupi oleh
epidermis. Secara umum, lapisan atas alga diketahui dapat menerima cahaya
sinar matahari. Simbiosis yang terjadi mengakibatkan kedua komponen
tersebut saling tergantung satu sama lain. Lumut kerak dapat mengabsorbsi air
dari hujan, aliran permukaan, dan embun. (Misra & Agrawal, 1978).
b. Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah
korteks atas yang terdiri atas lapisan gonidial. Bagian ini terdiri dari jalinan
hifa yang longgar fungi yang bercampur dengan alga. Diantara hifa-hifa itu
terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella.
Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai
organ reproduksi. Berdasarkan penyebaran lapisan alga pada talusnya, lumut
kerak telah diklasifikasikan menjadi dua katagori yaitu homoiomerus dan
heteromerous. Pada homoimerus, sel alga tersebar merata pada jaringan
longgar hifa fungi sedangkan pada heteromerus sel-sel alga terbatas pada
lapisan atas talus (Misra & Agrawal, 1978).
c. Medulla, menurut Sutiyo dan Perkerti (2010), terdiri dari lapisan hifa yang
berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur
pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang
tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu
yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian
lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
Lapisan ini akan memberikan kekuatan dan penghubung antara lapisan bawah
dan atas atau bagian luar dan dalam talus.
d. Korteks bawah, menurut Sutiyo dan Perkerti (2010), lapisan ini terdiri dari
struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap
permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini
sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis lichenes tidak
mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis
yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi.
Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak bercanag terdapat pada
Anaptycis dan beberapa Parmelia.
e. Tomentum
Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan
lembaran serat dari rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya
muncul pada lapisan bawah seperti pada Collemataceae, Peltigeraceae dan
Stictaceae.
f. Cilia
Cilia berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang
muncul di sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya
berbeda pada cara tumbuh saja.
g. Cyphellae dan Pseudocyphellae
Cypellae berbentuk rongga bulat yang agak besar serta terdapat pada korteks
bawah dan hanya dijumpai pada genus Sticta. Pseudocyphellae mempunyai
ukuran yang lebih kecil dari cyphellae terdapat pada korteks bawah spesies
Cetraria, Cetralia, Parmelia dan Pasudocyphellaria. Rongga ini berfungsi
sebagai alat pernafasan atau pertukaran udara.
h. Cephalodia.
Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri dari
alga-alga yangg berbeda dari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa,
cephalodia mulai muncul ketika Nostoc jatuh pada permukaan thallus dan
terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan Nostoc biru kehijauan. Jenis ini
mampu
menyediakan
nitrogen
thallus
seperti
Peltigera,
Lecanora,
Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain. (Brown, 1987 ; Sutiyo
dan Perkerti, 2010)
diklasifikasikan
ke
dalam
kelompok
jamur
sebenarnya.
Bessey
memiliki
klasifikasi
yang
bervariasi
dan
dasar-dasar
Hymenomycetales.
Berasal
dari
jamur
Basidiomycetes
dan
alga
endolitik (Tjitrosoepomo, 1981). Lumut kerak juga dapat hidup dan tumbuh pada
habitat yang agak kering (Polunin, 1990).
Menurut Pandey & Trivendi (1977); habitat lumut kerak dapat dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu :
1) Saxicolous adalah jenis lumut kerak yang hidup di batu. Menempel pada
substrat yang padat dan di daerah dingin.
2) Corticolous adalah jenis lumut kerak yang hidup pada kulit pohon. Jenis ini
sangat terbatas pada daerah tropis dan subtropis, yang sebagian besar kondisi
lingkungannya lembab.
3) Terricolous adalah jenis lumut kerak terestrial, yang hidup pada permukaan
tanah.
Menurut Pandey & Trivendi (1977), penyebaran koloni lumut kerak dapat
terjadi secara vegetatif yaitu dengan cara fragmentasi, soredia, dan isidia serta
secara seksual. Penyebaran secara vegetatif secara tidak langsung dapat dibawa
oleh air, angin, serangga atau satwa. Air hujan sangat penting dalam penyebaran
soredia, meskipun dengan angin juga dapat terjadi penyebaran.
Fragmentasi merupakan salah satu cara penyebaran secara vegetatif yang
paling umum dijumpai. Lumut kerak yang kering dengan kondisi yang sangat
rapuh, bila terpisah dari talus utamanya maka potongan talus tersebut akan
terbawa oleh angin atau air sehingga akan jatuh pada tempat yang baru. Pada
tempat yang baru, potongan talus tersebut akan tumbuh menjadi talus yang baru.
Soredia merupakan struktur berbentuk bubuk yang berwarna putih keabuan atau
hijau keabuan, yang biasanya terletak pada permukaan talus atau pinggiran talus.
Isidia merupakan struktur yang memiliki bentuk seperti karang yang terdapat pada
permukaan atau pinggiran talus.
Untuk reproduksi seksual terbatas untuk pasangan fungi yang terdapat
pada lumut kerak, sebab sebagian besar komponen fungi pada lumut kerak
termasuk dalam golongan Ascomycetes. Reproduksi ini meliputi pembentukan
askokarp dalam struktur khusus yang disebut dengan asci, tumbuh pada apotesium
atau peritesium. Banyak jenis fungi pada lumut kerak membentuk askokarp,
tergantung pada golongannya.
: Plantae
Ordo
: Saxifragales
Famili
: Altingiaceae
Genus
: Altingia
Spesies