Anda di halaman 1dari 17

[TYPE THE COMPANY NAME]

STUDI TEKS DAN


DOKUMENTASI

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah:


Metodologi Penelitian Komunikasi II
OLEH:

Salman Hasibuan

(147045014)

Fernando Silalahi

(147045015)

Francisca Wenny AWS

(147045021)

Karina Megawati

(147045017)

Thufeil Alfarisi Siregar

(147045020)

Dedy Husaini

(147045016)

Feri Nanta Sebayang

(147045019)

Ita Fadhliah

(147045018)

Pendahuluan
Penelitan merupakan upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih
membenarkan kebenaran. Penelitian Kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang
digunakan untuk mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi
pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olah raga, seni dan budaya,
dan lain-lain sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk dilaksankan demi kesejahteraan
bersama. Menurut Sugiono, ( 2007 : 238 ) Masalah dalam penelitian kualitatif bersifat
sementara, tentative dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.
Dalam penelitan kualitatif temuan tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami (to understand)
fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap
tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling
terkait. Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk
selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena tujuannya berbeda dengan penelitian kuantitatif,
maka prosedur perolehan data dan jenis penelitian kualitatif juga berbeda.
Dalam penelitian kualitatif akan terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah yang
akan dilteliti oleh peneliti yaitu (1) masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sejak awal
sampai akhir penelitian sama, sehingga judul proposal dengan judul laporan penelitian sama,
(2) masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu
diperluas/diperdalam masalah yang telah disiapkan dan tidak terlalu banyak perubahan
sehingga judul penelitian cukup disempurnakan, (3) masalah yang dibawa peneliti setelah
memasuki lapangan berubah total sehingga harus ganti masalah sebab judul proposal dengan
judul penelitian tidak sama dan judulnya diganti.
Peneliti kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul penelitiannya setelah
memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai merupakan peneliti kualitatif yang lebih
baik, karena dipandang mampu melepaskan apa yang dipikirkan sebelumnya, dan selanjutnya
mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan
berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Asumsi tentang gejala dalam penelitian kualitatif
adalah bahwa gejala dari suatu obyek itu sifatnya tunggal dan parsial. Berdasarkan gejala
tersebut peneliti dapat menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Gejala itu bersifat

1|Studi

Te k s

dan

Dokumentasi

holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) yaitu situasi sosial yang meliputi (1)
aspek tempat place, (2) aspek pelaku actor, (3) aspek aktivitas activity, yang ketiganya
berinteraksi secara sinergis.
Studi teks dan dokumentasi merupakan salah satu metodologi dalam lingkup kajian
penelitian kualitatif yang merupakan kajian dengan titik berat pada analisis atau interpretasi
bahan tertulis berdasarkan konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang terpublikasikan,
buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan
sejenisnya. Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen harus yakin bahwa
naskah-naskah itu otentik. Penelitian jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran seseorang
yang tertuang di dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan. Para pendidik
menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji tingkat keterbacaan sebuah teks, atau
untuk menentukan tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dari sebuah teks.
Studi ini memberikan fokus dan analisis terhadap teks secara mendalam, baik mengenai isi
dan makna, maupun strukturnya. Akhir-akhir ini, pendekatan studi teks dan dokumentasi
semakin banyak digunakan dan menarik minat peneliti seiring dengan semakin
berkembangnya dimensi dan aktivitas manusia yang melibatkan suatu teks maupun
dokumentasi.
Contoh penelitian kualitatif studi teks/ dokumen:
1. PESAN KOMUNIKASI POLITIK ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR) DALAM
GERAKAN DEMOKRASI DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP
KALANGAN NAHDLIYIN DI X
2. ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF MENGENAI AKTIFITAS KOMUNIKASI
PEMASARAN WISATA X DI KOTA X DALAM MEMBIDIK WISATAWAN
DOMESTIK
3. ANALISIS FRAMING BERITA CALON PRESIDEN DAN KONFLIK PKB PADA
SURAT KABAR HARIAN KOMPAS, JAWA POS DAN SEPUTAR INDONESIA
Pembahasan
A. Studi Teks
Studi teks pada dasarnya merupakan analisis data yang mengkaji teks secara
mendalam baik mengenai isi dan maknanya maupun struktur dan wacana. Menurut Lockyer
(dalam Given 2008: 865), teks yang dimaksudkan tidak saja berupa narasi tertulis yang
diambil dari koran, majalah, acara TV, naskah pidato, tetapi juga melebar hingga arsitektur,

2|Studi

Te k s

dan

Dokumentasi

model pakaian, bahkan perabot rumah tangga, perkantoran, rumah makan dan sarana-sarana
di ruang publik. Apa pun yang bisa ditafsir diperlakukan sebagai teks.
Pengkaji teks memusatkan perhatian pada bagaimana teks dikonstruksi, bagaimana
makna diproduksi, dan apa hakikat makna tersebut. Semula studi teks hanya dipakai di
bidang komunikasi, khususnya komunikasi politik, tetapi sekarang sudah berkembang ke
banyak disiplin seperti sosiologi, geografi, sejarah, bahasa, seni, sastra, media dan bahkan
perfilman.
Istilah studi atau analisis teks pada dasarnya merujuk ke jenis atau model metode
penelitian kualitatif. Ada beberapa macam jenis studi teks, yaitu:
1. Analisis Isi (Content Analysis), semula menggunakan pendekatan kuantitatif, tetapi
belakangan juga berkembang pendekatan Analisis Isi Kualitatif
2. Semiotika (semiotics)
3. Fenomenologi (phenomenology), dan
4. Hermeneutika (hermeneutics) yang lebih filosofis. Metode hermeneutika juga ada dua
macam: hermeneutika intensionalisme dan Gadamerian.
Metode yang dipakai untuk mengkaji struktur teks dan wacana pun ada beberapa
macam, yaitu:
1. Analisis Gaya Teks
2. Analisis Naratif
3. Analisis Wacana
Analisis Wacana dikembangkan menjadi Analisis Wacana Kritis. Jika Analisis Wacana
lebih menekankan murni aspek-aspek linguistik, maka Analisis Wacana Kritis atau
sering disebut Critical Discourse Analysis (CDA) lebih memusatkan pada pertarungan
kekuasaan (power struggle) melalui wacana, feminisme, dan dominasi kekuasaan
(politik). Terdapat juga analisis framing yang merupakan versi terbaru dari
pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan
mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo,
1999a:23). Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, serta yang
menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini
kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan
frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing individu dalam
membaca realitas.
4. Analisis Struktural
3|Studi

Te k s

dan

Dokumentasi

5. Analisis Pos-struktural, dan


6. Analisis Teks Pos-modernisme.
Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, para
pengkaji teks mencoba menggunakan metode gabungan untuk mengurangi kelemahan
tersebut. Misalnya, metode Analisis Isi dengan analisis semiotika. Yang pertama menekankan
frekuensi penggunaan kata yang dipakai dalam teks dan berparadigma positivistik, dan yang
kedua lebih menekankan simbol sebagai tempat tersimpannya makna.
Sebagaimana diketahui paradigma positivistik memiliki kelemahan mendasar, yakni
tidak mampu mengungkap hakikat makna yang lebih dalam karena bertumpu pada apa yang
ada (tertulis) secara empirik. Sementara, semiotika juga memiliki kelemahan yakni terlalu
dominannya subjektivitas pengkaji. Dengan menggabungkan keduanya diharapkan semakin
diperoleh makna yang lebih objektif. Para pengkaji teks juga mengembangkan wilayah
pencariannya, tidak saja menggali makna teks secara tesktual, melainkan juga memahami
implikasi ideologis dari teks, baik teks riel maupun fiksi.
Pada dasarnya, semua teks memiliki struktur naratif dan kekuatan persuasif serta
dimaksudkan untuk menyampaikan makna tertentu sesuai maksud penulisnya. Yang perlu
menjadi perhatian penting bagi semua pengkaji teks adalah studi teks tidak dimaksudkan
untuk mencari interpretasi yang benar mengenai teks, melainkan untuk mencari interpretasi
macam apa yang digunakan. Sebab, kebenaran makna teks secara utuh mustahil dapat
diperoleh. Maka, tidak mengherankan jika hasil interpretasi sering kali lebih luas daripada
maksud pengarangnya. Dan, itu sah-sah saja dengan asumsi teks yang sudah berada di ruang
publik telah lepas dari pengarangnya (the author is dead).
Teks bersifat polisemik, sehingga multimakna dan multitafsir. Jadi, makna teks tidak
pernah tunggal. Namun demikian, tidak berarti penafsir teks bisa dengan sesuka hati
menafsir teks sesuai yang diinginkan. Sebab, makna dibawa oleh kode (kata), konvensi, dan
yang lebih penting lagi oleh gaya (genre) bagaimana teks ditulis, konteks sosial, kultural,
historis, dan ideologis yang melingkupi teks tersebut. Semuanya menyatu mengantarkan
makna teks secara utuh. Dengan demikian, pengkaji teks tidak dapat dengan sebebasbebasnya menafsir teks berdasarkan kemauan dan kepentingan pribadinya.
Studi atau analisis teks merupakan metodologi yang sangat menarik dan berkembang
cepat seiring dengan perkembangan teks-teks sosial dan kemanusiaan. Studi teks dapat
dipakai untuk memahami konstruksi makna teks dari berbagai teks kultural. Melalui
pengkajian yang mendalam, analisis teks bisa melahirkan lahan diskusi akademik yang hidup
dan luas, karena luasnya cakupan makna yang dibawa oleh teks. Salah satu kelebihan studi
4|Studi

Te k s

dan

Dokumentasi

teks adalah menyangkut kealamiahan data. Teks lebih dulu ada di masyarakat sebelum
peneliti teks memulai mengkajinya. Namun demikian, mampu memahami konstruksi makna
teks dan implikasi ideologisnya tidak berarti pengkaji bisa lepas dari bias yang muncul. Bias
tafsir sulit dihindari. Untuk itu, upaya yang dilakukan oleh setiap pengkaji teks ialah
mengurangi sebanyak mungkin bias yang timbul pada saat analasis dan saat data
dikumpulkan.
Ahli studi teks, seperti

Paula Saukko menggarisbawahi bahwa sebuah teks

sebenarnya tidak pernah bisa dipahami secara lengkap. Sebab, aktivitas membaca dan
mengkaji teks sangat ditentukan oleh kondisi sosial yang sedang terjadi baik pada saat teks
dibuat maupun dikaji.
Pengkaji teks harus mampu secara kritis melakukan refleksi atas apa yang telah
dilakukan, dengan melihat aspek-aspek politis dan sosial yang ada. Untuk mencapai hal itu,
Saukko menyarankan pengkaji teks bisa menggunakan model analisis teks multiperspektif
dengan cara menggabungkan beberapa pendekatan studi teks secara bersamaan. Misalnya,
pendekatan semiotika dengan pos-modernisme, Analisis Wacana dengan Hermeneutika,
Analisis Isi (yang kuantitatif) dan mengkajinya secara kualitatif (Qualitative Content
Analysis).
Jika selama ini Content Analysis dikenal sebagai metode studi teks berparadigma
positivisme yang tentu menggunakan metode penelitian kuantitatif, maka dengan
kelahiran Qualitative Content Analysis asumsi tersebut telah bergeser. Jika dalam penelitian
lapangan belakangan ini dikenalkan metode campuran yang mencoba menggabungkan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan, mengingat masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan atau yang dikenal dengan istilahmixed method, maka studi teks
pun tidak mau ketinggalan, yakni dengan menawarkan pendekatan sejenis yang
disebut Qualitative Content Analysis.
Sebagai sebuah disiplin, metodologi penelitian seperti halnya disiplin-disiplin yang
lain, senantiasa terus berkembang dan berubah. Metode yang sudah baku sekian lama pun
bisa bergeser untuk mengikuti tuntutan dan tantangan jaman. Untuk itu, selalu mengikuti
perkembangan keilmuan atau updating knowledge merupakan salah satu tugas seorang
ilmuwan dan para pencari ilmu pengetahuan pada umumnya.
Tujuan dan Manfaat Pentingnya Studi Teks
Dari uraian tentang penertian studi teks, jelaslah bahwa tujuan studi pustaka adalah
usaha mencermati (anlisa), mengenali dan membahas rencana penelitian secara teoritik,
konseptual dan menemukan berbagai variable penelitian dengan hubungannya, serta hasil5|Studi

Te k s

dan

Dokumentasi

hasil penelitian terdahulu. Kesemuanya ini merupakan bahan yang sangat penting sebagai
persiapan untuk melakukan kegiatan penelitian. Bahan bacaan ini sebagai referensi yang
merupakan landasan yang kokoh dalam melakukan suatu kegiatan penelitian.
Menurut Mestika Zed, setidaknya ada tiga alasan mengapa para peneliti ingin
membatasi penelitiannya pada studi teks :
Pertama, karena persoalan penelitian tersebut hanya bisa dijawab lewat penelitian
teks dan sebaliknya tidak mungkin mengaharapkan datanya dari riset lapangan. Studi sejarah
umumnya, termasuk sejarah kedokteran, sejarah sensus, sejarah pemikiran, atau sejarah
ekonomi, tidak bisa lain kecuali dengan mengandalkan riset pustaka. Namun begitu, sejumlah
disiplin tetentu seperti studi Islam atau sastra adakalanya juga berurusan dengan riset pustaka.
Kedua, studi teks diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu studi
pendahuluan (prelimanry research) untuk memahami lebih dalam gejala baru yang tengah
berkembang di lapangan atau dalam masyarakat. Ahli kedokteran, atau biologi, misalnya,
terpeksa melakukan riset teks/pustaka untuk mengetahui sifat dan jenis-jenis virus atau
bakteri penyakit yang belum dikenal baru-baru ini, misalnya SARS (servere acute
respiratory syndrome) contih lainnya adalah tergugahnya pakar agama untuk kembali
membuka literatur untuk mencari jawaban yang lebih tegas tentang sikap Islam terhadap
perang dan kedamaian di saat berkecamjuknya perang di negeri-negeri Islam dewasa ini. para
pakar Islam juga terdorong memmpelajari kembali gejala ideology dalam agama Islam di
masa lalu pada saat maraknya aliran-aliran Islam sampelan dewasa ini.
Ketiga, data pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan penelitiannya. Bukankah
perpustakaan merupakan tambang emas yang sangat kaya untuk riset ilmiah. Informasi atau
data empirik yang telah dikumpulkan orang lain, baik berupa laporan hasil penelitian, atau
laporan-laporan resmi, buku-buku yang tersimpan di perpustakaan tetap dapat digunakan oleh
periset kepustakaan. Dalam kasus tertentu data lapangan diperkirakan tidak cukup signifikan
untuk menjawab pertanyaan peneliti yang akan dilakukan.
Selain alasan-alasan tersebut di atas, para peneliti dengan cara studi teks/pustaka ini
menurut Suharsimi Arikunto juga akan memperoleh beberapa manfaat secara konstruktif,
antara lain :
1. Peneliti akan mengetahui dengan pasti apakah permasalahan yang dipilih untuk
diupecahkan melalui penelitian betul-betul belum pernah diteliti oleh orang yang
terdahulu. Agar ada semacam antisipatif , apa yang ia lakukan bukan sekedar meneliti
tanpa arti.

6|Studi

Te k s

dan

Dokumentasi

2. Dengan mengadakan kajian literatur, peneliti dapat mengetahi masalah-masalah lain


yang mungkin ternyata lebih menarik dibandingkan dengan masalah yang telah dipilih
terdahulu.
3. Dengan mengetahui banyak hal yang tercantum di dalam literatur (dan ini merupakan
yang terpenting bagi pelaksanaan penelitiannya), peneliti akan dapat lancar dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Dalam tonggak-tonggak tertentu dari langkahnya
meneliti, peneliti memang diharuskan untuk mengacu pada pengetahuan, dalil,
konsep, atau ketentuan yang sudah ada.
4. Sehubungan dengan manfaat nomor 3, yakni keharusan peneliti mengacu pada
pengetahuan, dalil, konsep, atau ketentuan yang sudah ada, maka kedudukan peneliti
sebagai ilmuan menjadi mantap, kokoh, tegar, karena dalam kegiatannya tersebutia
telah bekerja dengan baik, telah menggunakan aturan-aturan akademik yang berlaku.
Karena menurut Arikunto sendiri, penelitian merupakan kegiatan akademik. Peneliti
adalah ilmuan, jadi harus bersifat terbuka dan bertanggung jawab atas apa yang di
lakukan.
Ciri-ciri Utama Studi Teks
Setidaknya ada empat ciri utama penelitian pustaka/teks yang perlu diperhatikan oleh
mahasiiswa atau calon peneliti dan keempat cirri itu akan mempengaruhi sifat dan cara kerja
penelitian. Ciri-ciri tersebut antara lain :
1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan bukan dengan
pengetahuan lansung dari lapangan atau saksi mata (eyewitness) berupa kejadian,
orang atau benda-benda lainnya. Teks memiliki sifat-sifatnya sendiri dan memerlukan
pendekatan tersendiri pula. Kritik teks merupakan metode yang bisasa dikembangkan
dalam studi filologi, sedang ilmu sejarah mengenal metode kritik sumber sebagai
metode dasarnya. Demikian juga studi ilmu Hadist juga memiliki semacam metode
kritik teks yang khas sebagaimana yang bisa dipelajari dalam musthla al-hadis. Jadi
perpustakaan adalah laboratorium studi teks/pustaka dank arena itu membaca teks
(buku atau artikel, dokumen, dll) menjadi bagian yang fundamental dalam penelitian
kepstakaan (studi teks)
2. Data pustaka bersifat siap pakai (ready made). Artinya peneliti tidak pergi kemanamana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia
di perpustakaan. Ibarat belajar sepeda, kita tidak perlu membaca buku tentang
7|Studi

Te k s

dan

Dokumentasi

bagaimana teori naik sepeda, begitu pula halnya dengan riset pustaka/teks, untuk
melakukannya kita tidak perlu menguasai ilmu perpustakaan secara matang. Satusatunya cara untuk belajar menggunakan perpustakaan dengan tepat ialah langsung
saja menggunakannya. Meskipun demikian, tentu masih perlu mengenal seluk-beluk
studi perpustakkaan untjuk kepentingan penelitian atau untuk kepenntingan membuat
makalah.
3. Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam artian bahwa peneliti
memperoleh bahan dari tanga kedua dan budan data orisinil dari tangan pertama di
lapangan. Sumber pustaka sedikit banyak mengandung bias (prasangka) atau titik
pandang orang yang membuatnya. Namun demikian, data pustaka, sampai tingkat
tertentu, terutama dari sudut metode sejarah, juga bisa berarti sumber primer, sejauh ia
ditulis oleh tanga pertama atau oleh pelaku sejarah itu sendiri.
4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peneliti berhadapan dengan
informasi statik, tetap. Artinya kapanpun ia datang dan pergi, data tersebut tidak akan
pernah berubah karena ia sudah merupakan data mati yang tersimpan dalam
rekaman tertulis. Karena alasan itu pula, maka peneliti yang menggunakan bahan
kepustakaan memerlukan pengetahuan teknis yang memadai tentang system informasi
dan teknik-teknik penelusuran data pustaka secukupnya

B. Studi Dokumentasi
Menurut Burhan Bungin (2007:121), metode dokumenter adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri data
histories. Sedangkan Sugiyono (2007:329) menyatakan bahwa Dokumen merupakan catatan
peristiwa

yang

sudah

berlalu

yang berbentuk tulisan,

gambar,

atau

karya-karya

monumental dari seseorang.


Metode atau studi dokumen, meski pada mulanya jarang diperhatikan dalam
metodologi penelitian kualitatif, pada masa kini menjadi salah satu bagian yang penting dan
tak terpisahkan dalam metodologi penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan oleh adanya
kesadaran dan pemahaman baru yang berkembang pada para peneliti, bahwa banyak sekali
data yang tersimpan dalam bentuk dokumen dan artefak, sehingga penggalian sumber data
lewat studi dokumen menjadi pelengkap bagi proses penelitian kualitatif. Bahkan Guba
seperti dikutip oleh Bungin (2007) menyatakan bahwa tingkat kredibilitas suatu hasil
8|Studi

Te k s

dan

Dokumentasi

penelitian kualitatif sedikit banyaknya ditentukan pula oleh penggunaan dan pemanfaatan
dokumen yang ada.
Sebelum membicarakan lebih lanjut mengenai studi dokumen dalam penelitian
kualitatif, maka perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu mengenai konsepsi atau pengertian
dari istilah dokumen itu sendiri. Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang
berarti mengajar. Pengertian dari kata dokumen ini menurut Louis Gottschalk (1986; 38)
seringkali digunakan para ahli dalam dua pengertian, yaitu: pertama, berarti sumber tertulis
bagi informasi sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalanpeninggalan terlukis, dan petilasan-petilasan arkeologis. Kedua, diperuntukan bagi surat-surat
resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi, dan
lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam
pengertiannya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis
sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.
G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University College London, (1997; 104)
menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama dalam arti luas, yaitu yang
meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun sumber lisan; kedua dalam arti sempit,
yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu hanya yang
meliputi surat-surat resmi dan surat-surat negara, seperti surat perjanjian, undang-undang,
konsesi, hibah dan sebagainya.
Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2007; 216-217) menjelaskan istilah dokumen
yang dibedakan dengan record. Definisi dari record adalah setiap pernyataan tertulis yang
disusun oleh seseorang/lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan
akunting. Sedang dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang
tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Sedangkan menurut Robert
C. Bogdan seperti yang dikutip Sugiyono (2005; 82) dokumen merupakan catatan peristiwa
yang telah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari seseorang.
Macam-Macam Bahan dan Jenis Dokumen
Menurut Burhan Bungin (2008; 122) bahan dokumen itu berbeda secara gradual
dengan literatur, dimana literatur merupakan bahan-bahan yang diterbitkan sedangkan
dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan
dokumenter. Mengenai bahan-bahan dokumen tersebut, Sartono Kartodirdjo (dikutip oleh
Bungin, 2008; 122) menyebutkan berbagai bahan seperti: otobiografi, surat pribadi, catatan
harian, momorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta, cerita roman / rakyat, foto, tape,
9|Studi

Te k s

dan

Dokumentasi

mikrofilm, disc, compact disk, data di server/flashdisk, data yang tersimpan di web site, dan
lainnya.
Dari bahan-bahan dokumenter di atas, para ahli mengklasifikasikan dokumen ke
dalam beberapa jenis diantaranya;
1) Menurut Bungin (2008; 123), dibedakan atas dokumen pribadi dan dokumen resmi
Dokumen pribadi adalah catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman, dan kepercayaannya. Berupa buku harian, surat pribadi, & otobiografi.
Dokumen Resmi terbagi dua, yaitu intern: memo, pengumuman, instruksi, aturan
lembaga untuk kalangan sendiri, laporan rapat, keputusan pimpinan, konvensi.
Kedua ekstern: majalah, buletin, berita yang disiarkan ke mass media, pemberitahuan.
(termasuk dalam klasifikasi di atas, pendapat lexy Moleong dan Nasution)
2) Menurut Sugiyono (2005; 82), dibedakan atas berbentuk tulisan, gambar, dan karya
Bentuk tulisan, seperti: catatan harian, life histories, ceritera, biografi, peraturan,
kebijakan, dan lainnya. Bentuk gambar, seperti: foto, gambar hidup, sketsa, dan
lainnya. Bentuk karya, seperti; karya seni berupa gambar, patung, film, dan lainnya.
3) Menurut E. Kosim (1988; 33) jika diasumsikan dokumen itu merupakan sumber data
tertulis, maka terbagi dalam dua kategori yaitu sumber resmi dan tak resmi
Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh lembaga/perorangan
atas nama lembaga. Ada dua bentuk yaitu sumber resmi formal dan sumber resmi
informal.

Sementara

sumber

tidak

resmi

merupakan

dokumen

yang

dibuat/dikeluarkan oleh individu tidak atas nama lembaga. Sumber tidak resmi terdiri
dari dua bentuk yaitu sumber tak resmi formal dan sumber tak resmi informal.
Posisi Studi Dokumen dalam Penelitian Kualitatif
Metode dokumenter merupakan salah satu jenis metode yang sering digunakan dalam
metodologi penelitian sosial yang berkaitan dengan teknik pengumpulan datanya. Terutama
sekali metode ini banyak digunakan dalam lingkup kajian sejarah. Namun sekarang ini studi
dokumen banyak digunakan oleh lapangan ilmu sosial lainnya dalam metodologi
penelitiannya, karena sebagian besar fakta dan data sosial banyak tersimpan dalam bahanbahan yang berbentuk dokumenter. Oleh karenanya ilmu-ilmu sosial saat ini serius
menjadikan studi dokumen dalam teknik pengumpulan datanya.
Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia
atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan
manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi
dokumen yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai
10 | S t u d i

Te k s

dan

Dokumentasi

nara sumber yang dapat menjawab pertanyaan: Apa tujuan dokumen itu ditulis?, Apa latar
belakangnya?, Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?, Dalam keadaan apa
dokumen itu ditulis?, Untuk siapa? dan sebagainya (Nasution, 2003; 86).
Menurut Sugiyono (2005; 83) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil
penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan/menggunakan studi dokumen ini
dalam metode penelitian kualitatifnya. Hal senada diungkapkan Bogdan (seperti dikutip
Sugiyono) in most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used
broadly to refer to any first person narrative produce by an individual which describes his or
her own actions, experience, and beliefs.
Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip
wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak lainnya. Data
tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini
dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut
pandang partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif
umumnya bersifat induktif. Selain itu, di dalam penelitian kualitatif juga dikenal tata
cara pengumpulan data yang lazim, yaitu melalui studi pustaka dan studi lapangan. Studi
pustaka (berbeda dengan tinjauan pustaka) dilakukan dengan cara mengkaji sumber tertulis
seperti dokumen, laporan tahunan, peraturan perundangan, dan diploma/sertifikat. Sumber
tertulis ini dapat merupakan sumber primer maupun sekunder, sehingga data yang diperoleh
juga dapat bersifat primer atau sekunder. Pengumpulan data melalui studi lapangan terkait
dengan situasi alamiah. Peneliti mengumpulkan data dengan cara bersentuhan langsung
dengan situasi lapangan, misalnya mengamati (observasi), wawancara mendalam, diskusi
kelompok

(Focused

Group

Discussion)

atau

terlibat

langsung

dalam

penilaian.

(Dwiyanto, djoko_dwiy@ugm.ac.id)
Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau
informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis
kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode pencarian data ini sangat
bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian.
Peneliti dengan mempelajari dokumen-dokumen tersebut dapat mengenal budaya dan nilainilai yang dianut oleh obyek yang diteliti. Pengumpulan data perlu didukung pula dengan
pendokumen tasian, denganfoto, video, dan VCD. Dokumentasi ini akan berguna untuk
mengecek data yang telah terkumpul. Pengumpulan data sebaiknya dilakukan secara bertahap
dan sebanyak mungkin peneliti berusaha mengumpulkan. Maksudnya, jika nanti ada yang
terbuang atau kurang relevan, peneliti masih bisa memanfaatkan data lain. Dalam fenomena
11 | S t u d i

Te k s

dan

Dokumentasi

budaya, biasanya ada data yang berupa tata cara dan perilaku budaya serta sastra lisan.
(Endraswara, http://fisip.untirta.ac.id/teguh/?p=16/).
Penggunaan Studi Dokumen dalam Penelitian Kualitatif
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa studi dokumen menjadi metode pelengkap
bagi penelitian kualitatif, yang pada awalnya menempati posisi yang kurang dimanfaatkan
dalam teknik pengumpulan datanya, sekarang ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
teknik pengumpulan data dalam metodologi penelitian kualitatif. Hal senada diungkapkan
Nasution (2003; 85) bahwa meski metode observasi dan wawancara menempati posisi
dominan dalam penelitian kualitatif, metode dokumenter sekarang ini perlu mendapatkan
perhatian selayaknya, dimana dahulu bahan dari jenis ini kurang dimanfaatkan secara
maksimal. Ada catatan penting dari Sugiyono (2005; 83) mengenai pemanfaatan bahan
dokumenter ini, bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi, sehingga
harus selektif dan hati-hati dalam pemanfaatannya.
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif,
seperti yang dikemukakan Nasution (2003; 85):
1) Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai.
2) Penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk
mempelajarinya.
3) Banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan cermat, yang
berguna bagi penelitian yang dijalankan.
4) Dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.
5) Dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data.
6) Merupakan bahan utama dalam penelitian historis.
Dokumen sebagai sumber data banyak dimanfaatkan oleh para peneliti, terutama
untuk untuk menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan. Lebih lanjut Moleong
(2007; 217) memberikan lasan-alasan kenapa studi dokumen berguna bagi penelitian
kualitatif, diantaranya:
1) Karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong.
2) Berguna sebagai bukti (evident) untuk suatu pengujian.
3) Berguna dan sesuai karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir, dan berada
dalam konteks.
4) Relatif murah dan tidak sukar ditemukan, hanya membutuhkan waktu.
5) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh
pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Kesimpulan

12 | S t u d i

Te k s

dan

Dokumentasi

1. Studi teks pada dasarnya merupakan analisis data yang mengkaji teks secara
mendalam baik mengenai isi dan maknanya maupun struktur dan wacana. Menurut
Lockyer (dalam Given 2008: 865), teks yang dimaksudkan tidak saja berupa narasi
tertulis yang diambil dari koran, majalah, acara TV, naskah pidato, tetapi juga melebar
hingga arsitektur, model pakaian, bahkan perabot rumah tangga, perkantoran, rumah
makan dan sarana-sarana di ruang publik. Apa pun yang bisa ditafsir diperlakukan
sebagai teks.
2. Istilah studi atau analisis teks pada dasarnya merujuk ke jenis atau model metode
penelitian kualitatif. Ada beberapa macam jenis studi teks, yaitu: Analisis Isi (Content
Analysis), Semiotika (semiotics), Fenomenologi (phenomenology), dan Hermeneutika
(hermeneutics).
3. Metode yang dipakai untuk mengkaji struktur teks dan wacana pun ada beberapa
macam, yaitu:Analisis Gaya Teks, Analisis Naratif, Analisis Wacana, Analisis
Struktural, Analisis Pos-struktural, dan Analisis Teks Pos-modernisme.
4. Menurut Burhan Bungin (2007:121), metode dokumenter adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk
menelusuri data histories. Menurut Endraswara, kajian dokumen merupakan sarana
pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca
surat-surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan
bahan-bahan tulisan lainnya. Sementara, menurut Sugiyono (2005; 83), studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif.
5. Adapun pemanfaatan studi dokumentasi saat ini oleh para peneliti (terutama ilmuwan
sosial dalam penelitian kualitatif) sudah selayaknya lebih diperhatikan dan
dioptimalkan penggunaannya, sebab ternyata banyak sekali sumber informasi yang
tersimpan dalam banyak bahan dan jenis dokumenter. Informasi dalam bahan dan
jenis dokumenter ini sangat kaya, sehingga penggaliannya (eksplorasi) sumber data
lewat metode dokumentasi akan sangat membantu kredibilitas hasil penelitian.

13 | S t u d i

Te k s

dan

Dokumentasi

Daftar Pustaka
1. Lisa M. Given, Qualitative Research Methods, London: A Sage Reference
Publication, 2008.
2. Bungin M. Burhan,Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2008.
3. LouisGottschalk, Understanding History: A Primer of Historical Method(terjemahan
4.

Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press, 1986.


Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007.

Contoh Penggunaan Studi Teks dalam Kajian Kualitatif


Judul Jurnal: ANALISIS FRAMING BERITA MUNDURNYA SURYA

PALOH DARI PARTAI GOLKAR DI VIVA.CO.ID


Penulis: Maya Losiyanti
Abstraksi:
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis portal media online
viva.co.id dalam membingkai pemberitaan mengenai keluarnya Surya Paloh dari partai
Golkar dan menyampaikan sebuah peristiwa kepada publik. Tipe penelitian ini
menggunakan deskripsi kualitatif dengan metode penelitian analisis framing. Fokus

14 | S t u d i

Te k s

dan

Dokumentasi

penelitian ini adalah analisis framing pada pemberitaan isu Keluarnya Surya Paloh dari
Partai Golkar pada portal media online viva.co.id. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah. Metode analisis framing dengan paradigma atau
pendekatan konstruksionis.Penelitian ini menggunakan pendekatan Analisis framing
model Pan dan
Kosicki dengan empat perangkatnya yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.Hasil
penelitian ini menunjukan viva.co.id sebagai salah salah satu portal berita online
terbesar di Indonesia masih mengedepankan objektivitas dan netralitas dalam melakukan
pemberitaan walaupun masih tersa samar. Framing yang dilakukan viva.co.id tentang
Keluarnya Surya Paloh dari Partai Golkar dapat dikatakan dalam batas yang tidak
wajar dan kurang cukup berimbang dan berpihak. Dari hasil penelitian menggunakan
perangkat framing Pan and Kosicki, dapat dilihat bahwa ideologi media viva.co.id masih
belum mengedepankan objektivitas dalam pemberitaannya. Kepemilikan media dirasa
memberi dampak terhadap isi pemberitaan yang dilakukan oleh viva.co.id

Penjelasan:
Dalam kajian kualitatif dokumen diperlukan sebagai sumber, sejak kapan
dokumen itu pertama kali muncul, apa keperluannya dalam aktiviti dan
bagaimana dokumen itu dibuat, semua itu diperlukan kaedah penelitian
kualitatif bukan kuantitatif. Untuk itu para ahli mencari jawaban atas
peninggalan-peninggalan dokumen agar dapat dianalisis ke asliannya.
Didalam kajian kualitatif banyak menggunakan manusia atau human
resources sebagai bahan penyelidikan, sedangkan yang menggunakan
bahan bukan manusia disebut human non resources, itulah yang kita
namakan dokumen. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri utama studi teks yaitu:

1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks (naskah) atau data angka dan bukan
dengan pengetahuan lansung dari lapangan atau saksi mata (eyewitness) berupa
kejadian, orang atau benda-benda lainnya. Dalam jurnal diatas teks yang
digunakan adalah pemberitaan isu keluarnya Surya Paloh dari Partai Golkar pada
portal media online viva.co.id.
2. Data pustaka bersifat siap pakai (ready made). Artinya peneliti langsung

menganalisis teks pemberitaan yang sudah tersedia di portal media online


viva.co.id.
3. Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder. Ini terlihat dari teks yang
digunakan sebagai sumber adalah hasil tulisan wartawan media online viva.co.id.
15 | S t u d i

Te k s

dan

Dokumentasi

4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalam hal ini teks yang
digunakan sebagai sumber isinya tetap dan tidak akan berubah.
Tipe penelitian jurnal diatas menggunakan deskripsi kualitatif dengan metode
penelitian analisis framing. Fokus penelitian ini adalah analisis framing pada
pemberitaan isu Keluarnya Surya Paloh dari Partai Golkar pada portal media online
viva.co.id. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis framing dengan paradigma atau pendekatan konstruksionis. Analisis framing
adalah salah satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi dan semiotika.
Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Sobur (2001:162)
mengatakan bahwa analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan
menulis berita. Cara pandang dan perapektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa
yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa
berita tersebut.

16 | S t u d i

Te k s

dan

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai