Sumeet Bedah
Sumeet Bedah
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Usia
: 55 tahun
Jenis kelamin
: Pria
Pekerjaan
: Buruh
Agama
: Islam
Status perkawinan : Menikah
Tanggal masuk RS : 1 September 2014
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada istri pasien
di Bangsal Bedah & Ruang IGD RSMM.
KeluhanUtama
Keluhan Tambahan
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Gizi
Sianosis
: (-)
Oedem umum
: (-)
Sesak napas
: (-)
Cara berjalan
Mobilitas
: baik
: normocephali
Rambut
Wajah
Mata
Mulut
Hidung
deviasi
septum
(-),
epistaksis
(-/-),
sekret
(-/-),
pernapasancuping
hidung (-)
Telinga
Tenggorokan
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
: bentuk dada nomal, bentuk tulang dada datar, sela iga normal,
retraksi sela iga (-/-), gerakan dinding dada saat statis dan
dinamis
simetris.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:-
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
(+), simetris
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Lengan dan Tungkai
Kanan
Kiri
Otot
Tonus
Normotoni
Normotoni
Massa
Tidak ada
Tidak ada
Sendi
Bebas
Bebas
Gerakan
Aktif
Aktif
Kekuatan
+5
+5
Oedem
Tidak ada
Tidak ada
10/9/14
Pemeriksaan
Natrium Na+
Kalium K+
Chlorida ClHemoglobin
Leukosit
Hematrokit
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Glukosa Sewaktu
Hasil
134
4
98
13.4
13910
38
35
35
41.2
0.95
135
Satuan
g/dl
/mm3
%
U/l
U/l
mg/dl
mg/dl
mg/dl
Normal
136-146
3.5-5.0
95-115
14-16
4000-10000
40-50
<42
<47
10-50
0.7-1.4
<140
Interpretasi
Menurun
Normal
Normal
Menurun
Meningkat
Menurun
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
echostruktur
massa/kalsifikasi
Kesan : Cystitis
2. Foto abdomen 3 posisi
Preperitoneal fat line jelas.
tampak
normal,
tak
tampak
Infus RL
Cefotaxime
Ketorolac
Ranitidine
Fladex supp.
VIII. FOLLOW UP
Tanggal : 10 September 2014
S.
O.
KU
Kesadaran
: compos mentis
TD
: 130/80 mmHg
: 90 x/menit
RR
: 18x/menit
suhu
: 36.5oC
P.
O.
KU
: baik
Kesadaran
: compos mentis
TD
: 130/80 mmHg
: 84 x/menit
RR
: 16x/menit
suhu
: 36.4oC
P.
Rawat Jalan.
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: Dubia Ad Bonam
IX. RESUME
Tn. N usia 55 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Marzoeki
Mahdi Bogor tanggal 9 September 2014 pukul 20.00 WIB dengan keluhan
nyeri perut menyeluruh dan kembung sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan nadi(104x) dan tensi(140/90mmHg) agak
meningkat. Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan nyeri tekan pada semua
kuadran abdomen, Dam Contour (-) Dam Steifung (-) dan shifting dullness (-).
Pada pemeriksaan lab didapatkan leukositosis. Pada hasil pemeriksaan
penunjang Foto abdomen 3 posisi didapatkan kesan susp. Ileus letak tinggi dan
USG Urologi mengarah ke cystitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
OBSTRUKSI USUS / ILEUS
I.
PENDAHULUAN
Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis
akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang
sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan
masif di rongga perut maupun saluran cerna.Infeksi, obstruksi atau strangulasi
sehingga menarik untuk diteliti mortalitas ileus pada pasien yang mengalami
operasi dengan pasien yang ditangani secara konservatif.
II.
DEFINISI
Ileus atau juga disebut sebagai obstruksi usus adalah gangguan pasase isi
III.
Fisiologi Usus
U s u s h alu s m e m p u n ya i dua fungsi utama : p e n c e r n a a n d a n a b s o r p s i
bahan- bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan
lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses
dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang
menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjad izat-zat yang lebih sederhana. Adanya
bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan
pH
optimal
untuk
kerja
satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai
kontinu isi lambung.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi
air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon
sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi
sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium , khlorida, dan asam lemak rant ai
pendek serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500
ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal. Kapasitas
sekitar 5 l/hari.
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi
dari kol on kanan, meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang
paling umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini
menurun oleh anti kolinergik, meningkat oleh makanan, kolinergik. Gerakan
massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen
panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg.
IV.
KLASIFIKASI
i. Ileus Mekanik
a. Lokasi Obstruksi
- Letak Tinggi: Duodenum-Jejunum
- Letak Tengah: Ileum Terminal
- Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum
b. Stadium
- Parsial: menyumbat lumen sebagian
- Simple/Komplit: menyumbat lumen total
- Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa.
c. Penyebab
- Intralumen
- Extralumen
- Extramural
i. Ileus Neurogenik
a. Adinamik: Ileus Paralitik
b. Dinamik: Ileus Spastik
ii. Ileus Vaskuler: Intestinal ischemia
V.
ETIOLOGI
13
oleh
tumor,
abses,
hematoma,
intususepsi,
j. Divertikulum Meckel
Kondisi yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atauhernia Littre.
k. Fibrosis kistik
14
Penyebab terjadinya ileus paralitik pula bisa disebabkan oleh pelbagai faktor
antaranya adalah seperti;
-
VI.
PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
VII.
DIAGNOSIS
Gejala Klinis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual,
muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah
16
umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi.Bila lokasi obstruksi di bagian distal
maka gejala yang dominant adalah nyeri abdomen.Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi.
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar
umbilikus atau bagian epigastrium.Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami
diare.Kadang-kadang dilatasi dari usus dapat diraba.Obstruksi pada kolon biasanya
mempunyai gejala klinis yang lebih ringan disbanding obstruksi pada usus
halus.Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi
abdomen.Muntah jarang terjadi.
Pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah.
Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika
obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus (jejenum dan
ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konstan atau menetap. Pada tahap awal,
tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan terjadi
dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh
biasanya normal tetapi kadang-kadang dapat meningkat.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan
gejala dehidrasi yang berat. Demam menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic meningkat
(bunyi Borborigmi). Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic
akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal
toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intusepsi.
Pemeriksaan Penunjang
i.
Laboratorium
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis,
tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam
17
Hemokonsentrasi
Leukositosis
Elektrolit yang abnormal
Serum amilase meningkat
Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya
terjadi pada 38% -50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada
obstruksi non-strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada
dehidrasi.Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit.Analisa gas
darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan
metabolik asidosis bila ada tanda-tanda shock, dehidrasi dan ketosis.
18
ii.
Radiologik
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran step ladder dan air fluid
levelpada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi.
Fotopolos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus
halus,sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.Pada foto polos abdomen
dapat ditemukan gambaran step ladder dan air fluidlevel terutama pada obstruksi
bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampakgas.
Gambar 1: gambaran air fluid level pada foto rontgen 3 posisi yang menandakan
adanya obstruksi
19
tanggayang disebut step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam
usushalus yang terdistensi dan air fluid level panjang-panjang di kolon
CT scan kadang-kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada
obstruksiusus halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit
danpada obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses maupun keganasan.Namun
dengan keterbatasan biaya, dengan penggunaan foto rontgen abdomen 3 posisi cukup
untuk membantu mendiagnosis.
IX.
PENATALAKSAAN
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit
dancairan,
menghilangkan
peregangan
dan
muntah
dengan
dekompresi,
21
a. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda-tanda
vital,dehidrasi dan syok.Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami
dehidrasidan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan
intravenaseperti ringer laktat.Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor
tanda-tanda vital dan jumlah urin yang keluar.Selain pemberian cairanintravena,
diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT) serta pemasangan katater untuk
monitor cairan masuk dan keluar.
b. Dekompresi
Isi lambung harus dikeluarkan agar dapat mengurangkan distensi usus
disamping mengurangkan tekanan didalam usus yang bisa menyebabkan perforasi
bahagian obstruksi yang menerima tekanan tinggi itu.Maka NGT digunakanuntuk
mengosongkan lambung, selain mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.
c. Farmakologis
Pemberian obat-obat
antibiotik
spektrum
luas
dapat
diberikan
bedah
yang
disesuaikan
dengan
hasil
eksplorasi
selama
o Obstruksi closed-loop
o Non-sigmoid colonic volvulus
o Sigmoid volvulus disertai toksisitas atau tanda peritoneal
o Obstruksi usus komplit
2. Kondisi darurat
o Tiada pembaikkan setelah terapi konservatif selama 24 jam
o Bila pasien tetap selamat bila tidak dilakukan operasi segara
o Obstruksi langsung setelah operasi
Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi,
maka tindakan lisis yang dianjurkan.Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi
intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah
yang dikerjakan pada obstruksi ileus.
i.
ii.
iii.
Fistula entero-cutaneus
Dilakukan pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca
stadium lanjut.
iv.
23
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul antara lain perforasi usus akibat berlakunya
peningkatan tekanan di bahagian peristaltic yang meninggi. Hasil dari perforasi bisa
menyebabkan sepsis.Pasien dengan ileus sering muntah-muntah selain penyerapan
cairan di usus terganggu. Maka hampir kebanyakkan pasien akan mengalami
dehidrasi dan dehidrasi yang lama tanpa koreksi bisa menyebabkan kepada syok
dehidrasi. Selain itu terjadinya abses, serta pneumonia aspirasi dari proses muntah
bisa terjadi dan kejadian-kejadian ini akan meningkatkan lagi mortalitas.
XI.
PROGNOSIS
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Ibrahim Ahmadsyah. Abdomen akut. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI.
Edisi ke-2.Jakarta. 2002. 51-72.
2. Wim De Jong, Sjamsuhidajat R. Gawat abdomen Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-2. 2003. Jakarta. 182-92.
3. Murray Longmore, Ian B. Wilkinson, Edward H. Davidson. The acute
abdomen. Oxford Handbook of Clinical Medicine. 8th edition. 2010.
Oxford New York. 608-9.
4. Marc Christhoper Winslet. Intestinal obstruction. Bailey & Love Short
Practice of Surgery. 25th edition. 2008. London. 1189-1203.
5. K. Rajgopal Shenoy, Anitha Nileshwar. Intestinal obstruction. Manipal
Manual of Surgery. 3rd edition. Manipal University, Karnataka. 2011. 597626
6. Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, Pollock. 2005. Colon,
rectum, and anus. In Schwartzs Principles of Surgery. 8th edition. USA:
McGraw-Hill.
25
7.
Saunders.
8. Jacob L. Heller. Intestine Obstruction. Medline Plus National Institute of
Health.2013.Diunduh dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000260.htm
9. Clifford R. Walles, Marcella L. Roenneburg. Anterior Resection of the
Colon With Low Anastomosis Using the Gambee Suture Technique. Atlas
of Pelvic Surgery. Diunduh dari
http://www.atlasofpelvicsurgery.com/7Colon/5AnteriorResectionoftheColo
nWithLowAnAnteriorResectionoftheColonWithLowAnas/chap7sec5.htm
26