Anda di halaman 1dari 18

NAMA : BELLA AMMARA KARLINDA

NIM : 030.10.051
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
01 FEBRUARI 09 APRIL 2016

Penanggulangan Bencana Alam


Skenario: Banjir, Kabupaten Tangerang, Banten

Rekayasa Kasus

Pada hari Minggu, tanggal 6 April 2014, Hujan lebat turun dimulai dari sabtu malam
pukul 10.00 malam hari sampai dengan pukul 09.00 pagi. Hujan lebat tersebut menyebabkan
peningkatan debit air pada sungai cisadane. Hujan juga terjadi di hampir semua wilayah
JABODETABEK. Sungai Cisadanepun kembali meluap akibat ditambahnya air kiriman dari
Bogor, Jawa Barat, sejak Sabtu 5 April 2014 malam. Mengakibatkan sejumlah perumahan di
Kota Tangerang terendam banjir. Di antaranya di daerah Panunggangan, Kali Pasir, Pondok
Arum, Karawaci, Sukajadi dan Nambo Jaya. Ketinggian air rata-rata mencapai selutut orang
dewasa. Luapan Sungai Cisadane kali ini lebih disebabkan oleh kondisi curah hujan yang
tinggi di wilayah Bogor, sehingga ketinggian air di Bendungan Batu Belah, Bogor yang
merupakan muara Kali Cisadane, pada Sabtu malam mencapai 720 meter..
.

1. Hazard Mapping
Sebagian besar wilayah Tangerang merupakan dataran rendah. Sungai Cisadane, sungai
terpanjang di Tangerang, mengalir dari selatan dan bermuara di Laut Jawa.
Berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan/banjir dapat dikategorikan dalam tiga
kategori:
(a) Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem
pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia;
(b) Banjir yang disebabkan oleh meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut
maupun meningginya gelombang laut akibat badai; dan
(c) Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, tanggul dan
bangunan pengendali banjir .

2. Vulnerability
Fisik
Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat
10620'-10643' Bujur Timur dan 600'-620' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten
Tangerang 1.110,38 Km2 atau 12,62 % dari seluruh luas wilayah Propinsi Banten dengan
Batas wilayah: Dari sebelah Utara wilayah ini berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah
Timur berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak. Secara Topografi, Kabupaten Tangerang
berada pada wilayah dataran yang terdiri dari wilayah dataran rendah dan dataran tinggi
Faktor iklim yang mencakup antara lain aspek lamanya musim kemarau dan musim
penghujan serta banyaknya curah hujan juga akan berpengaruh terhadap lingkungan
seperti terhadap tingkat kesuburan lahan, kekeringan, banjir dan sebagainya, yang pada
gilirannya berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat Musim kemarau di
Kabupaten Tangerang biasanya pada bulan Mei sampai September (5 Bulan) sedangkan
musim hujan terjadi bulan Oktober sampai April dengan curah hujan rata-rata adalah 166
mm2, serta curah hujan tertinggi dan terendah masing-masing adalah 377 mm2 dan 15
mm2

.Sosial
Jumlah penduduk seluruhnya sebesar 2.838.621 yang terdiri dari laki-laki
sebesar 51% (lima puluh satu persen) dan perempuan sebesar 49% (empat puluh
sembilan persen). Berdasarkan data tahun 2009 penduduk Kabupaten Tangerang ini
bertambah 13 persen per tahun. Menurut catatan terakhir, pada tahun 2010 kepadatan
penduduk adalah 2.958 per km2 dengan kecamatan Pasarkemis sebagai kecamatan
terpadat (9.133 per km2) dan kecamatan Kemeri sebagai kecamatan terjarang (1.235
per km2)
Adat istiadat yang sampai sekarang hidup di kalangan masyarakat dapat
digambarkan sebagai berikut.
a) Gotong royong masyarakat dalam menuntaskan kemiskinan;
b) Gerakan rereongan berhias dan rereongan sarupi;
c) Gerakan santri raksa desa dan Jumat bersih;
d) Gerakan Penghijauan Lingkungan.

Gambaran keadaan keagamaan dapat diuraikan bahwa jumlah penduduk beragama Islam
sebanyak 2.691.297 orang (94,81persen), Protestan sebanyak 60.179 orang (2,12 persen),
Katolik 40.308 orang (1,42 persen), Hindu sebanyak 6.529 orang (0,23 persen), Budha
sebanyak 34.915 Orang (1,23 persen), dan khonghucu sebanyak 5.393 Orang (0,19 persen).
Untuk

mengamalkan

ibadahnya,

pemeluk

agama

tersebut

didukung

oleh

4.956

mesjid/mushalla, 42 gereja, 14 Vihara (Tabel 2.6). Keadaan kesehatan masyarakat dapat


digambarkan bahwa gizi masyarakat pada umumnya bervariasi, yaitu ada yang baik, kurang
atau buruk. Puskesmas induk sebanyak 35 buah dan puskesmas pembantu 38 buah, rumah
sakit sebanyak 9 Buah sedangkan balai pengobatan sebanyak 395 buah. Jumlah puskesmas
terhadap kecamatan adalah 252 persen. Demikian juga halnya dengan jumlah rumah sakit
terhadap Kecamatan adalah 31 persen maka masih terdapat 20 Kecamatan yang belum
memiliki rumah sakit atau sudah mencukupi.

Ekonomi
Bidang ekonomi merupakan penggerak utama pembangunan seiring dengan
pengembangan kualitas SDM. Oleh karena itu, pembangunan di bidang pendidikan
yang merupakan bagian dari upaya peningkatan SDM memegang peranan yang sangat
penting. Melalui pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia yang berkualitas
sebagaimana yang dicita-citakan, yaitu manusia yang memiliki kemampuan
memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diperlukan untuk mendukung pembangunan ekonomi, sosial budaya dan
berbagai bidang lainnya secara serasi dan seimbang (harmonis).

Tingkat pendapatan suatu daerah dapat diukur antara lain dari pendapatan per
kapita, penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB), pendapatan asli daerah (PAD),
produk domestik regional bruto (PDRB), anggaran belanja dan pendapatan daerah
(APBD) serta gambaran kualitatif tentang keadaan sandang, pangan dan perumahan
masyarakat.

PAD

tahun

2009

Kabupaten

Tangerang

adalah

sebesar

Rp

336.934.801.000, penerimaan dari PBB sebesar Rp 148.148.806.000, PDRB sebesar


Rp 2.500.000.000, APBD sebesar Rp 4.000.000.000.000 dan rata-rata pendapatan per
kapita adalah Rp 8.084.856 sedangkan UMR yang berlaku adalah Rp 1.050.000
(Tabel 2.5) Jumlah koperasi di Kabupaten Tangerang terinci sebagai berikut: Koperasi
Angkutan 4, Koperasi Distribusi 20, Inkra 10, Kopkar 182, Koppas 23, KPRI 42,
KSU 293, KUD 20, Masjid 33, PD K5 3, Pembiayaan 13, Pemuda 2, Pensiunan 13,
Perikanan 6, Pertanian 37, KWP 16, Peternak 3, Pol/ABRI 3, Pontren 71, Profesi 2,
Pusat 4, Simpan Pinjam 27, Wanita 8, Wisata 2, Lain lain 103. Jumlah keseluruhan
koperasi sebanyak 940.
Jumlah angkatan kerja pada tahun 2010 dapat diuraikan sebagai berikut 1)
jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 1.366.228 orang (48,13 persen) dan 2)
jumlah penduduk yang mencari pekerjaan sebanyak 186.781 orang (6,58 persen),
sehingga jumlah angkatan kerja adalah 1.553.010 orang. Penduduk bukan angkatan
kerja terdiri atas 1) jumlah penduduk bersekolah 814.117 orang (28,68 persen), 2)
jumlah penduduk mengurus rumah tangga 346.028 orang (12,19 persen); dan 3) lainlain 125.467 orang (4,42 persen), sehingga jumlah penduduk bukan angkatan kerja
adalah 1.285.611 orang. Jumlah penduduk miskin di daerah desa (yang

berpenghasilan Rp 8.084.856 /kapita/bulan ke bawah sebanyak 172.591 orang (6,08


persen) dari penduduk seluruhnya
Pendidikan
Penduduk usia 0-6 tahun adalah penduduk usia PAUD sebesar 435.979.
Penduduk usia 4-5 tahun adalah penduduk usia masuk TK sebesar 126.038. Penduduk
usia 4-6 tahun adalah penduduk usia TK sebesar 188.436. Penduduk usia 6-7 tahun
dalah penduduk usia masuk SD sebesar 124.100. Penduduk usia 7-12 tahun adalah
penduduk usia SD sebesar 356.786. Penduduk usia 13-15 tahun adalah penduduk usia
SMP sebesar 170.997. Penduduk usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM sebesar
173.308.

Tingkat pendidikan penduduk yang dirinci menjadi 9 kategori dapat


digambarkan sebagai berikut 1) tidak/belum pernah sekolah sebanyak 187.633 orang (
6,61 persen), 2) tidak/belum tamat SD sebanyak 433.173 orang (15,26 persen), 3)
tamat SD sebanyak 784.705 orang (27,64 persen), 4) tamat SMP sebanyak 565.169
orang (19,91 persen), 5) tamat SMA sebanyak 481.714 orang (16,97 persen), 6) tamat
SMK sebanyak 179,969 orang (6,34 persen), 7) tamat Diploma I dan II sebanyak
28.953 orang (1,02 persen), 8) tamat Diploma III/Sarmud sebanyak 55.069 orang
(1,94 persen), 9) tamat Sarjana 103.325 orang (3,64 persen, sedangkan yang tidak
terjawab 18,911 orang (0,67persen). Penduduk yang dapat membaca menulis
sebanyak 2.632.077 (92,72 persen) sedangkan yang buta huruf sebanyak 19.787 (0,70
persen).
Teknologi
Teknologi pompa penghisap banjir sudah digunakan pada beberapa titik banjir.
Sistem peringatan dini digunakan untuk memberikan informasi tentang sesuatu hal
7

yang akan terjadi, agar bisa memberikan peringatan sedini mungkin untuk
menghindari atau meminimalkan akibat yang akan ditimbulkan. Sistem peringatan
dini banjir sangat penting, karena: (1) intensitas dan keragaman hujan menurut ruang
dan waktu sangat tinggi sehingga banjir bisa terjadi secara tibatiba, (2) hujan besar
umumnya terjadi dari sore sampai malam hari. Sistem penyampaian peringatan dini
tentang banjir kepada masyarakat sudah dilakukan melalui berbagai peralatan
komunikasi seperti telepon, radio dan televisi

Penyakit
Penyakit yang banyak menyerang warga di daerah rawan bencana banjir
adalah Diare, dermatitis, ispa, leptospirosis.

3. Capacity
Kapasitas yang dimiliki oleh Institusi dan masyarakat dalam menghadapi ancaman
banjir antara lain :
o Tingkat gotongroyong masyarakat tinggi dalam menghadapi bencana.
o Institusi dan tokoh masyarakat yang bergerak dalam bidang penanggulangan
bencana bekerja secara cepat.
o Terdapatnya tempat pengungsian untuk para korban bencana seperti di rumah
ibadah maupun sekolah-sekolah.

Jumlah tenaga kesehatan pada Kabupaten Tangerang

Jumlah Tenaga Medis menurut Rumah Sakit di Kabupaten


Tangerang
Number of Medical Personel by Hospital in
Tangerang Regency

2013

Unit Kerja
Unit of Work

(1)
1
2
3
4

RS Siloam
Lippo Karawaci
RSI Q a d
r
RSB Permata
Hati
RSIA
Tiara

Klasifikasi Ketenagaan / Clasification


Dokter
Dokter
Dokter Umum
Bidan
Spesialis
Gigi
Midwif
Specialist
Doctor
Dentist
e
(2)
(3)
(4)
(5)

Pera
wat
Nurse
(6)

161

28

21

26

364

31

11

79

18

21

12

13

RS Mulia Insani

18

12

13

74

RSU Tangerang

87

28

68

360

RS Paramita

11

40

RSIA Selaras

11

33

12

29

55

35

12

12

17

81

12

25

19

16

28

24

12

13

19

16

13

16

20

21

23

RS Bethsaida

60

14

11

23

88

Jumlah / Total

541

189

90

354

9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8

RSIA St.Carolus
Serpong
Ciputra
Hospital
RS.Mitra
Husada
RSIA.Keluarga
Kita
RSIA Murni
Asih
RSUD Balaraja
RS
Selaras
RSIA Bunda
Sejahtera
RSIA Harapan
Mulia

1,2
83

Sumber/Source : Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

Jumlah Tenaga Medis menurut Sarana Kesehatan di


Kabupaten Tangerang
Number of Medical Personel by Health Facilities in

Tangerang Regency
2013
Kecamatan

1
2
3

District

Puskesmas
Health
Centres

(1)

(2)

Balaraja
Jayanti
Tigarak
sa

Klasifikasi Ketenagaan / Clasification


Dokter
Dokter
Dokter
Pera
Bidan
Spesialis
Umum
Gigi
wat
Specialist
Doctor
Dentist Midwife Nurse
(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Balaraja

18

Gembong

Jayanti

11

Tigaraksa

16

Pasir Nangka

18

Jambe

Jambe

24

Cisoka

Cisoka

12

Kresek

Kresek

20

Kronjo

Kronjo

19

Mauk

Mauk

26

9
1
0
1
1

Kemiri
Sukadir
i

Kemiri

16

Sukadiri

16

Rajeg

Rajeg

17

Sukatani

15

1
2
1
3

Pasar
Kemis
Telukna
ga

Kutabumi

18

Teluknaga

22

Tegal Angus

14

Kosambi

12

Salembaran
Jaya

12

Pakuhaji

21

Sukawali

16

Sepata
n

Sepatan

21

Curug

Curug

21

11

Binong

Cikupa

21

Pasir Jaya

13

Panong
an

Panongan

15

Legok

Legok

15

1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0

Kosamb
i
Pakuhaj
i

Cikupa

10

Bojong
Kamal
Caringin
2
1
2
2
2
3
2
4

2
5
2
6
2
7
2
8
2
9

12

Pagedang
an

Pagedangan

19

Cisauk

Cisauk

Suradita

Sukamulya

17

Kelapa Dua

Jl. Emas

11

Jl. Kutai
Bojong
Nangka

Sindang Jaya

18

Kedaung
Barat

18

Solear

Cikuya

15

Gunung
Kaler
Mekar
Baru

Gunung
Kaler

15

Mekar Baru

14

41

42

73
8

20
3

Sukamuly
a
Kelapa
Dua

Sindang
Jaya
Sepatan
Timur

Jumlah / Total

Sumber/Source : Dinas Kesehatan Kabupaten


Tangerang

4.

Siklus Bencana
Penanganan bencana berdasar siklus bencana berikut:

11

Kegiatan dalam Siklus Penanggulangan Banjir


Siklus

Kegiatan
Upaya - upaya Struktural

PENCEGAHAN

- Upaya di dalam badan Sungai ( In-Stream)

( Prevention)

- Upaya di luar badan Sungai ( Off- Stream)


Upaya - upaya Non-Struktural
- Upaya Pencegahan Banjir Jangka Panjang
- Upaya Pengelolaan Keadaan Darurat Banjir dalam Jangka Pendek
Pemberitahuan dan Penyebaran Informasi Prakiraan Banjir

PENANGANAN

Reaksi Cepat dan Bantuan Penanganan Darurat Banjir

( Intervention/ Response)

Perlawanan terhadap Banjir

12

PEMULIHAN

Bantuan Segera Kebutuhan Hidup Sehari-hari dan Perbaikan

( Recovery

Sarana dan Prasarana


- Pembersihan dan Rekonstruksi Pasca Banjir
- Rehabilitasi dan Pemulihan Kondisi Fisik dan Non-Fisik
Penilaian Kerusakan/Kerugian dan Asuransi Bencana Banjir
Kajian Penyebab Terjadinya Bencana Banjir

PRA BENCANA
PENCEGAHAN
1. Menyusun peraturan dan menertibkan daerah bantaran sungai
2. Membangun, meningkatkan, memperbaiki atau normalisasi, dan memelihara sungai,
3.
4.
5.
6.
7.
8.

tampungan air dan drainase beserta peralatan dan fasilitas penunjangnya


Menegakkan hukum terhadap pelanggaran pengelolaan daerah aliran sungai
Membuat sumur resapan
Merevisi tata ruang propinsi maupun kota secara terkoordinasi dan terintegrasi
Mengendalikan perkembangan lingkungan dan pengembangan daerah hulu
Membuat penampungan air berteknologi tinggi
Menerapkan pengelolaan sungai terpadu berdasarkan satuan wilayah sungai (SWS)

dan memberdayakan kelembagaan pengelolaan SWS


9. Membangun fasilitas pengolah limbah dan sampah
10. Mereboisasi kota dan daerah hulu
MITIGASI
1. Membuat peta rawan bencana
2. Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
3. Memperbaharui rencana kegawatdaruratan dengan informasi, penyuluhan dan
pelatihan penyelamatan dan tanggap darurat yang melibatkan masyarakat.
4. Membuat peta daerah genangan banjir, daftar sarana kesehatan dan tenaga kesehatan,
jumlah lansia, balita dan ibu hamil daerah setempat serta buat penilaian skala resiko
bencana.
5. Sosialisasi dan pelatihan prosedur tetap penanggulangan dan kesiapsiagaan banjir
6. Mendirikan Posko banjir di wilayah RT/ RW
7. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-informasi, baik dari
Pemerintah maupun pemerintah daerah, berkaitan dengan masalah banjir

13

8. Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya, dan tindakan yang


harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana
9. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus
10. Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir
11. Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman
12. Penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer, dan lain-lain) dan
disiapsiagakan pada lokasi yang strategis, sehingga sewaktu-waktu mudah
dimobilisasi;
13. Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed boat, perahu,
pelampung, dan lain-lain.
KESIAPSIAGAAN
1. Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen pengendalian banjir dengan
menyiapkan dukungan sumber daya yang diperlukan dan berorientasi kepada
pemotivasian individu dalam masyarakat setempat agar selalu siap sedia
mengendalikan ancaman/bahaya
2. Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti: karung plastik,
bronjong kawat, dan material-material pengisinya (pasir, batu ,dan lain-lain), dan
disediakan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan rawan/kritis
3. Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara:

analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall runoff relationship),

metode perambatan banjir (flood routing),

metode lainnya.

4. Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim warga tentang curah
hujan dan kondisi air.
5. Menyediakan cadangan pangan dan sandang serta peralatan darurat banjir lainnya,
antara lain radio baterai, senter, korek gas, dan lilin.
6. Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih.
7. Siapkan obat-obatan darurat.
8. Amankan dokumen penting.
SAAT TERJADI BENCANA
TANGGAP DARURAT
1. Mendata lokasi dan jumlah korban bencana.
2. Pencarian dan penyelamatan korban bencana
3. Pelayanan kesehatan darurat kepada korban bencana
4. Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning system), pemberitahuan
dini kepada masyarakat tentang kondisi cuaca

14

5. Mengevakuasi dan mengungsikan penduduk ke daerah aman, sesuai yang telah


direncanakan
6. Menempatkan petugas pada pos-pos pengamatan, penyelenggaraan piket banjir di
setiap posko
7. Memberikan bantuan pangan, pakaian, dan peralatan kebutuhan lainnya, serta
pelayanan
8. Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik pantau.
9. Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat siaga kepada
dinas/instasi terkait, untuk kemudian diinformasikan kepada masyarakat sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional Banjir.
10. Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan) dilakukan dengan sirine, kentongan,
dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos pengamatan berdasarkan
informasi dari posko banjir.
3.3. PASCA BENCANA
a. REHABILITATIF
Fase rehabilitasi umumnya berlangsung selama 1 bulan dan diikuti fase rekontruksi
selama 6 bulan.Tahapan pada fase ini adalah,
a. inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber daya air, kerusakan
lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan;
b. merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa: rehabilitasi, rekonstruksi
atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumber daya air; dan memperbaiki prasarana
dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya,
keamanan, lingkungan, prasarana transportasi, penyusunan kebijakan dan pembaharuan
struktur penanggulangan bencana di pemerintahan.
b. REKONSTRUKSI
Fase ini meliputi pembangunan prasarana dan pelayanan dasar fisik, umum,
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, pembaharuan
rencana tata ruang wilayah, sistem pemerintahan dan lainnya yang memperhitungkan faktor
risiko bencana.
4. Pengawasan
Salah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang mengelola wilayah sungai adalah
melaksanakan pengendalian banjir. Agar tugas tersebut dapat terlaksana sebagaimana
mestinya, maka diperlukan pengawasan oleh BPBD provinsi (atau Satkorlak) dan BPBD
kabupaten/kota (Satlak) yang meliputi:
o
pengawasan terhadap dampak dari banjir
o
pengawasan terhadap upaya penanggulangannya.
5. Kelembagaan
Pengaturan pengendalian banjir di suatu wilayah sungai diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, atau badan hukum sesuai kewenangan masing-masing, yang

15

pelaksanaannya dikoordinasikan oleh BNPB, BPBD provinsi (atau Satkorlak), dan BPBD
kabupaten/kota (Satlak).

6. Organisasi
Pengendalian banjir merupakan sebagian tugas yang diemban oleh pengelola sumber
daya air wilayah sungai. Untuk melaksanakan tugas tersebut, di dalam struktur organisasi
pengelola sumber daya air wilayah sungai terdapat unit yang menangani pengendalian banjir.
Tugas-tugas unit yang menangani pengendalian banjir adalah:
a. Melaksanakan pengumpulan data, pembuatan peta banjir, penyusunan rencana
teknis pengendalian banjir;
b. Melaksanakan analisis hidrologi dan penyebab banjir;
c. Melaksanakan penyusunan prioritas penanganan daerah rawan banjir;
d. Melaksanakan pengendalian bahaya banjir, meliputi tindakan darurat pengendalian
dan penanggulangan banjir;
e. Menyusun dan mengoperasikan sistem peramalan dan peringatan dini banjir;
f. Melaksanakan persiapan, penyusunan, dan penetapan pengaturan dan petunjuk
teknis pengendalian banjir; dan
g. Menyiapkan rencana kebutuhan bahan untuk penanggulangan banjir.
7.Sumber Daya Pendukung
Personil
a. Kelompok tenaga ahli
Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi di bidang
sumber daya air, antara lain: bidang hidrologi, klimatologi, hidrolika, sipil, elektro mekanis,
hidrogeologi, geologi teknik, dan tenaga ahli lainnya yang berhubungan dengan masalah
banjir.
b. Kelompok tenaga lapangan
Dalam pelaksanaan pengendalian banjir, dibutuhkan petugas lapangan dalam jumlah
cukup, utamanya untuk kegiatan pemantauan dan tindakan turun tangan.
8. Sarana dan Prasarana
Peralatan dan bahan dalam rangka pengendalian banjir terdiri dari:

peralatan hidrologi dan hidrometri (antara lain: peralatan klimatologi, AWLR, ARR,
extensometer);

peralatan komunikasi (antara lain: radio komunikasi, telepon, faksimili);

alat-alat berat dan transportasi (antara lain: bulldozer, excavator, truk);

perlengkapan kerja penunjang (antara lain: sekop, gergaji, cangkul, pompa air);

perlengkapan untuk evakuasi (antara lain: tenda darurat, perahu karet, dapur umum,
obat obatan);

bahan banjiran (a.l. karung plastik, bronjong kawat, bambu, dolken kayu).
9. Dana
16

Dalam pengendalian banjir, diperlukan alokasi dana yang diupayakan selalu tersedia.
Dana yang diperlukan tersebut harus dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber
dari APBN, APBD, atau sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai ketentuan
yang berlaku.
10. Koordinasi
Lembaga Koordinasi
Berkaitan dengan pengendalian banjir, lembaga koordinasi yang ada adalah Tim
Penanggulangan

Bencana

Alam.

Pada

tingkat

nasional

adalah

Badan

Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tingkat provinsi adalah BPBD provinsi (jika belum
dibentuk dikoordinir oleh Satkorlak PB), dan pada tingkat kabupaten/kota adalah BPBD
kabupaten/kota (jika tidak dibentuk dikoordinir oleh Satlak PB).
Obyek yang dikoordinasikan dalam pengendalian serta penanggulangan banjir dapat
dipisahkan menjadi tahapan sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir.
Sebelum Banjir
a.
Perencanaan rute evakuasi dan tempat penampungan penduduk.
b.
Perencanaan program penyelamatan dan pertolongan kepada masyarakat.
c.
Perencanaan rute pengiriman material penanggulangan pada tempat-tempat kritis.
d.
Perencanaan rute pengiriman logistik kepada masyarakat.
e.
Perencanaan jenis dan jumlah bahan serta peralatan banjiran.
f.
Penyiapan sarana dan prasarana pendukung serta Sumberdaya Manusia.
Saat Banjir
a.
Evakuasian penduduk sesuai dengan prosedur.
b.
Memberikan bantuan kepada penduduk.
Sesudah Banjir
a.
Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana umum, bangunan pengendali
banjir, dan lain-lain.
b.
Pengembalian penduduk ke tempat semula.
c.
Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir.
Mekanisme Koordinasi
Koordinasi dalam pengendalian banjir dilakukan secara bertahap melalui BPBD
kabupaten (Satlak PB), BPBA, dan BNPB. Dalam forum koordinasi tersebut, dilakukan
musyawarah untuk memutuskan sesuatu yang sebelumnya mendengarkan pendapat dari
anggota yang mewakili instansi terkait.
Sistem Pelaporan
Dinas/Instansi/Badan hukum pengelola wilayah sungai melaporkan hal-hal sebagai berikut:
a.
Karakteristik banjir (antara lain: hidrologi banjir, peta daerah rawan banjir,
banjir
b.
c.
d.

bandang);
Kejadian banjir (antara lain: waktu, lokasi, lama dan luas genangan banjir);
Kerugian akibat banjir (antara lain: korban jiwa, harta benda, sosial ekonomi);
Kerusakan (antara lain: sarana dan prasarana, permukiman, pertanian,

perikanan,
lingkungan);
e.
Penanggulangan darurat; dan
17

f.
Usulan program pemulihan secara menyeluruh.
Laporan tersebut di atas disampaikan kepada Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri
sesuai dengan jenis dan tingkatannya.

18

Anda mungkin juga menyukai