Anda di halaman 1dari 54

BANJIR BANDANG

DISERTAI LUMPUR
DI LUWU UTARA
SULAWESI SELATAN
TAHUN 2020
Kelompok 26
Hillalia Nurseha
Farras Jihan Afifah
Siti Alifah Nadia Putri
Risma Dianty K.P
Lilis Dwi Septiani
DAFTAR BAB YANG AKAN DIBAHAS

01 BAB III. ANALISIS KASUS KEJADIAN BENCANA

02 BAB IV. PEMBAHASAN KASUS


BAB III
ANALISIS KASUS
KEJADIAN BENCANA
Kronologi Kejadian Bencana 3.1
 Analisis tim LAPAN berdasarkan citra satelit Himawari-8 menyebutkan bahwa di Kabupaten
Luwu Utara, Sulawesi Selatan terjadi hujan dengan intensitas yang cukup lama pada 12 Juli 2020
dari sekitar jam 22.00 WITA sampai jam 6.00 WITA tanggal 13 Juli 2020. Kemudian pada siang
hari tanggal 13 Juli sekitar jam 13.00 WITA kembali terjadi hujan dengan intensitas yang lama
sampai malam hari yang menyebabkan bencana banjir bandang. Enam kecamatan yang terdampak
diantaranya kecamatan Sabbang, Baebunta, Masamba, Baebunta selatan, malangka, malangka
barat
 Menurut analisis tersebut, curah hujan membawa pengaruh yang signifikan dan karena wilayah
hulu Sungai Sabbang, Sungai Radda dan Sungai Masamba merupakan perbukitan yang sangat
terjal dan kasar. Kondisi tersebut terbentuk dari patahan-patahan sebagai pembawa material
lumpur dan ranting pohon dari wilayah hulu sungai karena banyaknya patahan yang terdapat di
wilayah ini menyebabkan struktur batuan atau tanahnya tidak cukup kuat untuk mempertahankan
posisinya. Kemudian kondisi ini menyebabkan mudah longsor dan apabila terakumulasi dapat
terjadi banjir bandang.
3.2
Dampak Kesehatan 3.2
• Kemenkes mengatakan ada enam tempat yang melakukan pelayanan kesehatan pasca banjir
bandang. Keenam tempat tersebut diantaranya TGC PKM Cendana Putih, Klinik At medika, PKM
Baebunta, PKM Tanalili, PKM Malili, dan PKM Wonokerto.
• Penyakit yang banyak dikeluhkan adalah hipertensi, ispa, gatal-gatal, dermatitis dan cefalgia.
ISPA itu ada 409, ini update data terakhir, kemudian diare 46, dermatitis (penyakit kulit yang
ditandai dengan ruam bengkak kemerahan dan gatal) 195, hipertensi 230. Selain itu terdapat
beberapa permasalahan yang terjadi di lokasi bencana seperti keterbatasan masker, vaksin TT,
kurangnya sumber air bersih, masih kurangnya fasilitas kesehatan lingkungan di beberapa pos
pengungsian. Pasca bencana ini, timbul beberapa penyakit yang menyerang para korban maupun
relawan dilokasi. Di lain sisi, dr. Budi Siylvana menyampaikan agar para relawan maupun korban
tetap memperhatikan protokol kesehatan guna menghindari penularan Covid-19.
• Dr. Budi Siylvana juga mengatakan Kemenkes dan Gugus Tugas BNPB akan mengirimkan rapid
test dan 200 ribu masker kain untuk Luwu Utara. Selain masker kain, Kemenkes juga
mengirimkan alat pengamanan pencegahan Covid-19 maupun penyakit lainnya seperti APD,
masker bedah, handschoon, faceshield dan kantong jenazah dewasa (Gunawan Bahruddin, 2020).
UPAYA PEMERINTAH 3.3

PetugasgabunganyangterdiridariBPBD,Dam
Pemerintahbersamamasyarakatlakukanpe
kar,Tagana, KSB, PMI,
mbersihanmaterialakibatbanjirbandangaga
KNLK,PolisidanPetugasTNImasihmelakukan
rjalanTransSulawesididaerahDesaRaddadap
pencarianterhadapkorbanhilangakibatbanji
atdilalui.
rbandang.

Pemerintahtelahmenyediakankontaksatgap
Petugasjugaditurunkanuntukmembantuwar
Pusdalopsuntukbisadihubungiolehmasyara
gamelakukanevakuasidanpembersihanmat
katyangdidaerahterdampaknamunbelumm
erialdilokasiterdampakbanjir.
endapatbantuanlogistik.
UPAYA MASYARAKAT SIPIL 3.3

PKBIHumanitarianKorwilSulawesi
JejaringMitraKemanusiaansedang –
melakukanpendataanawaldariinfo Kalimantanmengirimteamassesm
rmasiyangterpercaya. entuntukpemetaankondisibanjirb
andangyangmenerjangMasamba.

KoordinasiPKBIdenganBNPBdanTe
PenggalangandonasiolekPKBI se-
am TBMdanKSRUMI
Indonesiauntukbantuanbanjirban
(MitraProgramHumanitarian)
dang.
(CovidKemkes, 2020).
3.4

Kajian Aspek
Kesehatan Matra
Rapid Health Assessment (RHA) 3.4.1
Gambaran tentang bencana
1. Jenis bencana : Bencana alam (banjir bandang disertai lumpur)
2. Waktu kejadian : 13 Juli 2020, pukul 21.00 WITA
3. Ketinggian : Kecamatan Masamba 1-2 meter, kecamatan Baebunta (desa Rada) dan kecamatan Sabbang (desa
Malimbu dan desa Salama) 3-4 meter. Curah hujan tinggi dengan intensitas diatas 100 mm/hari.
4. Faktor penyebab : Curah hujan dengan intensitas tinggi dan lama sebelum terjadi gerakan tanah dan
banjir bandang menjadi pemicu utama terjadinya bencana, sifat tanah pelapukan pada bagian hulu berupa
endapan vulkanik yang sarang dan mudah luruh jika terkena air, longsoran pada bagian hulu yang kemudian
terbawa oleh arus air permukaan melalui alur-alur sungai, pengerosian secara lateral sepanjang alur yang
dilalui menambah volume material bahan rombakan yang dibawa sehingga menambah daya
rusak

Lokasi bencana
1. Nama desa/dusun, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi :
Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke, Malangke Barat. Kelurahan Bone, Kabupaten Luwu
Utara, Provinsi Makassar.
2. Topografi :
Lokasi bencana berupa pedaratan di sekitar kota Masamba dengan ketinggian 40-60 mpl dan perbukitan bergelombang di
bagian hulu sungai Masamba yang terletak di bagian utara dengan ketinggian antara 70 hingga 250 mdpl
Peta 3.4.1
Populasi
3.4.1
 Perkiraan jumlah populasi :
15.994 jiwa dari total 4.202 Korban
kepala keluarga  Korban meninggal, rawat inap, rawat jalan,
 Distribusi populasi (sex, umur,
pengungsi, hilang :
risti) : Korban meninggal 38  Korban meninggal 38 orang, korban luka/di
orang dengan kisaran usia rawat 106 orang (rawat inap 22 orang & rawat
anak-anak (10 tahun) sampai jalan 84 orang), korban pengungsi 13.438
lansia (85 tahun) serta jenis orang dan korban hilang 10 orang.
kelamin 15 orang laki-laki dan  Penyakit terbanyak: infeksi saluran pernapasan
23 orang perempuan, kelompok akut (ISPA) 55 orang, dermatitis 288 orang,
rentan 2.530 lansia, 870 balita, hipertensi 225 orang dan gejala diare 61 orang.
124 bayi dan 137 ibu hamil.  Penyakit berpotensi KLB :
  ISPA, diare
 Penyakit endemik :
ISPA, dermatitis, hipertensi, diare
3.4.1
Fasilitas kesehatan
- Kerusakan fisik bangunan :
Rumah, lahan, fasilitas kesehatan dan fasilitas umum
- Kerusakan sarana dan prasarana :
5 fasilitas kesehatan, 3 fasilitas umum, 4.037 rumah warga, 14 rumah ibadah, 10 unit sekolah, 1 unit pasar, 10
unit kantor, 1 unit bandara, 93 unit kos, 2 unit pipa air minum, 16 unit jembatan gantung, 2 unit rumah dinas,
3 unit bendungan irigasi, 3 unit jembatan beton, 13 unit bengkel, 1.986 hektar lahan sawah, 505 hektar kebun
jagung, 2 hektar kebun cengkeh dan 244 hektar kebun kakao.
- Jumlah tenaga kesehatan :
1.299 personil gabungan (tim SAR, relawan dan BNPB)
- Akses :
Kerusakan 12 km jalan aspal dan 51.755 motor jalan kabupaten, provinsi dan nasional
- Bantuan yang dibutuhkan :
Air bersih, suplemen, makanan balita, pembalut wanita, popok balita dan pempers lansia, selimut dan sarung,
mobil tangki, makanan siap saji, pakaian dalam wanita dan pria, tenda pengungsi, mobil serbaguna, lampu
portable, perahu karet, genset, peralatan dapur, family kit, pompa air, perlengkapan mandi, beras, WC
portable.
Penampungan pengungsi
- Nama lokasi pengungsian : 3.4.1
75 titik pengungsian di tiga kecamatan yaitu Masamba, Baebunta dan Sabbang

- Status fisik tempat penampungan :


Tenda penampungan sebanyak 61 dan tenda lain sebanyak 157

- Sanitasi dan air bersih :


Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulsel menyiapkan 15 titik bantuan air
berkapasitas 2.000 liter beserta mobil tangki dan hidran. Pengisian air bersih dilakukan
setiap dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Lalu PMI menyediakan alat pengolahan
air bersih di beberapa titik lokasi pengungsi seperti Radda, Meli dan Masamba
dilengkapi dengan 10 unit mobil tangka berkapasitas 3.500 liter/jam. Baru dua hari
berfungsi alat ini sudah menghasilkan air bersih 120.000 liter.

- Jumlah pengungsi dalam 1 lokasi penampungan :


70 hingga 100 orang pengungsi
 
3.4.1
Upaya Medis
Terdapat 4 rumah sakit di kabupaten
Luwu Utara yang dijadikan sebagai
tempat perawatan korban, mendirikan pos
kesehatan, memberikan pelayanan
kesehatan termasuk obat-obatan dan
suplemen serta pembagian masker dan
hand sanitizer. APD coverall 1.600 pcs, Upaya Kesmas
masker bedah 4.000 pcs, kacamata google Mendirikan 61 tenda penampungan & 157
100 pcs, PMT ibu hamil 1 ton dan PMT tenda lain, 6 unit dapur umum, 116
balita 1 ton. WC/jamban, 114 tandon, 46 alat berat
(unit eksavator untuk membersihkan
lumpur) dan 820 tempat sampah.
Rekomendasi
- Aspek medis : Kuota
3.4.1
pendistribusian APD
ditambah, masker
dan alat rapid test
dengan jumlah yang -Rekomendasi teknis :
cukup, mengirim Mengingat curah hujan yang diperkirakan masih tinggi, masyarakat yang berada di sekitar
ambulans untuk lokasi bencana dan pada alur sungai agar selalu meningkatkan kewaspadaan terutama
menjemput korban pada saat dan setelah hujan deras yang berlangsung lama untuk mengantisipasi
bencana. terjadinya gerakan tanah susulan yang berkembang kembali menjadi aliran bahan
- Aspek epidemiologis rombakan atau banjir bandang.
: Penyakit pada Tidak membangun rumah atau tempat berkumpul warga di sekitar aliran sungai terutama
populasi terbanyak yang berhulu di daerah perbukitan yang rawan longsor
yaitu ISPA, anak-anak Perlu ditanam vegetasi berakar dalam dan kuat untuk menahan lereng pada bekas longsor
mengalami hipotermia serta untuk menahan laju erosi dan aliran bahan rombahakan
- Aspek kesehatan Agar dilakukan pemantauan mandiri pada aliran sungai yang melibatkan peran serta
lingkungan : Sarana masyarakat. Jika ditemukan material longsor yang menghambat aliran sungai, segera
cuci tangan pakai normalisasi aliran sungai tersebut karena berpotensi berkembang menjadi aliran bahan
sabun di setiap pos rombakan atau banjir bandang saat debit sungai meningkat
pengungsi, Sebagai pencegahan jika ditemukan retakan pada tebing atas, maka segera menutup
penerapan social retakan dengan tanah liat dan dipadatkan
distancing, Lokasi ini masih berpotensi untuk terjadi gerakan tanah dan banjir bandang susulan,
pembagian makanan sehingga perlu sosialisasi dan kewaspadaan bagi masyarakat di sekitar lokasi bencana
menyeluruh Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah atau
BPBD setempat.
3.4.2

Penanganan Awal
(Triage, Stabilisasi dan
Evakuasi)
a. Triage - Prioritas 1 (kategori merah)
3.4.2
Sejumlah korban mengalami hambatan airway dan breathing
- Prioritas 2 (kategori kuning)
Beberapa korban mengalami patah tulang dan trauma
- Prioritas 3 (kategori hijau)
106 orang mengalami luka-luka
Prioritas 4 (kategori hitam)
38 orang meninggal dunia
b. Stabilisasi - Mengamankan jalan napas
- Menangani trauma dan syok
- Menstabilkan patah tulang
- Perawatan luka
c. Evakuasi Petugas SAR dan relawan mengevakuasi jenazah korban banjir,
melakukan pencarian terhadap korban yang hanyut, membawa
korban untuk dilakukan perawatan ke rumah sakit dan
puskesmas
3.4.3

Penanganan Lanjutan (RS Rujukan)


Sebanyak 106 korban luka-luka dievakuasi di dua RS
tersebut dengan rawat inap sebanyak 22 orang dan rawat
jalan sebanyak 84 orang. Terdapat dua RS yang dijadikan
tempat rujuk yaitu RS Hikmah dan RS Andi Djemma .
Namun, penanganan pelayanan kesehatan masih kurang
terkoordinir dengan baik dan Beberapa puskesmas yang ikut
serta memberikan pelayanan kesehatan juga masih jalan
sendiri-sendiri.
3.4.4

Pembanding Penanganan Banjir dari


Negara atau Daerah lain Dilihat dari
Segi Kesehatannya
3.4.4
Pembanding Penanganan Banjir dari
Negara Malaysia

1. Judul : Health Major Incident : The Experiences Of Mobile Medical Team During Major Flood
2. Penulis : (Ahmad, 2008) – Malaysia
3. Hasil Penelitian :
Tim Medis Bencana dan Darurat (DEMAT) Rumah Sakit Universitas Sains Malaysia
(HUSM) bersama dengan lembaga swadaya masyarakat bernama Medic Asia berinisiatif
membentuk tim dengan tujuan utama untuk memberikan bantuan medis dan kemanusiaan kepada
korban banjir di daerah terpencil di daerah Muar Johor. Pemilihan pusat pertolongan dilakukan
oleh tim Pengintai Medic Asia yang melakukan penilaian bencana kesehatan lebih awal sebelum
melakukan tugas.
3.4.4
Pembanding Penanganan Banjir dari
Negara Malaysia

Tim Medis ini terdiri dari empat petugas medis dari Rumah Sakit Universitas Sains Malaysia dan empat
lainnya merupakan perwakilan dari organisasi Medic Asia yang berbasis di Kuala Lumpur. Peralatan medis dan
obat-obatan yang disumbangkan oleh pihak Rumah Sakit dan persediaan tambahan disediakan oleh Klinik
Kesehatan Pagoh dan Lenga.
Tempat yang dikunjungi adalah Kampung Sungai Berani, Balai Raya Kampung Jawa, Masjid Kampung
Jawa, Kampung Tulang Gajah dan Kampung Sentosa. Transportasi yang digunakan adalah kendaraan roda empat
yang disediakan oleh organisasi Medic Asia. Mereka melakukan tugas mereka dimulai pada 3 Januari 2007
sampai 6 Januari 2007 dengan mengunjungi klinik-klinik di setiap tempat tersebut.
Mereka melakukan sesi pengarahan pagi setiap hari. Tujuan dari sesi ini adalah untuk memastikan semua
orang dalam kondisi yang baik, semua peralatan telah siap dan tersedia, namun tetap menginformasikan setiap
perubahan yang dilakukan dari rencana sebelumnya.
Malam harinya para relawan mengikuti sesi tanya jawab. Sebuah tanya jawab atau disebut juga dengan
pembekalan psikologis. Tujuan dari pembekalan adalah untuk mengurangi kemungkinan bahaya psikologis
dengan berbagi pengalaman mereka atau membiarkan mereka membicarakannya.
3.4.4
Pembanding Penanganan Banjir dari
Negara Malaysia

Kesimpulan :
Tim Bantuan Medis Keliling adalah pilihan yang bagus dalam memberikan perawatan medis
kepada orang sakit yang menjadi korban banjir yang tidak dapat mengakses layanan kesehatan
karena kesulitan logistik dan fasilitas perawatan kesehatan yang rusak. Bahkan, tim keliling relawan
mampu mendampingi tim kesehatan yang diorganisir oleh Dinas Kesehatan setempat. Lembaga
pemerintah dan non-pemerintah yang memberikan bantuan tersebut harus bekerja sama dan
memiliki hubungan komunikasi untuk kepentingan penduduk yang terkena dampak. Jenis layanan
ini harus dikoordinasikan antara Kementerian Kesehatan dan lembaga non-pemerintah dengan cara
yang lebih terorganisir tanpa mengorbankan persyaratan peraturan dan etika. Itu Kontribusi tim ini
dalam misi semacam itu mungkin tidak terlalu banyak. Namun, hal itu bisa mengurangi beban dinas
kesehatan setempat.
3.4.4
Pembanding Penanganan Banjir dari
Negara Vietnam

Judul : Primary healthcare system capacities for responding to storm and


flood-related health problems: a case study from a rural district in central
Vietnam
Penulis : (Minh et al., 2014) – Malaysia
Hasil Penelitian :
 Pemberian layanan.
Layanan darurat medis, terutama operasi bedah dan sistem rujukan, tidak
selalu tersedia selama musim badai dan banjir. Layanan darurat medis, terutama
operasi bedah dan sistem rujukan, tidak selalu tersedia selama musim badai dan
banjir.
Pembanding Penanganan Banjir dari 3.4.4
Negara Vietnam
 Tata Kelola.
Rencana kedaruratan kabupaten sebagian besar berfokus pada respons bencana daripada pencegahan. Rencana tersebut
tidak secara jelas mendefinisikan peran layanan kesehatan primer dan tidak memiliki informasi yang jelas tentang
mekanisme koordinasi antara berbagai sektor dan organisasi.
 Pembiayaan.
Anggaran untuk pencegahan dan pengendalian kegiatan banjir dan badai terbatas dan tidak ada item khusus untuk
kegiatan kesehatan. Hanya tersedia sedikit dana tambahan, tetapi prosedur untuk mendapatkan dana ini biasanya
memakan waktu.
 Sumber Daya Manusia.
Tim penyelamat medis dibentuk, tetapi tidak ada ahli epidemiologi atau spesialis kesehatan lingkungan yang menangani
masalah epidemiologi. Pelatihan pencegahan dan pengendalian perubahan iklim dan masalah kesehatan terkait bencana
ternyata tidak memenuhi kebutuhan yang sebenarnya.
 Informasi dan Penelitian.
Data yang dapat digunakan untuk perencanaan dan pengelolaan (termasuk data populasi dan epidemiologi) sebagian
besar masih kurang. Kabupaten tidak memiliki sistem peringatan dini penyakit.
Produk dan Teknologi Medis
Protokol perawatan darurat tidak tersedia di setiap fasilitas kesehatan yang diteliti.
3.4.4
Pembanding Penanganan Banjir dari
Negara Vietnam
Kesimpulan :
Kapasitas sistem perawatan primer di pedesaan Vietnam tidak memadai untuk
menanggapi masalah kesehatan terkait badai dan banjir dalam hal perawatan kesehatan
preventif dan pengobatan. Mengembangkan rencana kesiapsiagaan fasilitas yang jelas,
yang merinci prosedur operasi standar selama banjir dan mengidentifikasi uraian tugas
tertentu, akan memperkuat tanggapan terhadap banjir di masa mendatang. Fasilitas
kesehatan harus memiliki dana darurat yang tersedia untuk tanggap darurat jika terjadi
badai dan banjir. Fasilitas kesehatan harus memastikan bahwa ada protokol standar
untuk meningkatkan respons saat terjadi banjir. Pengenalan sistem informasi kesehatan
yang terkomputerisasi akan mempercepat pemrosesan informasi dan data. Kebijakan
nasional dan lokal perlu diperkuat dan dikembangkan dengan cara yang dapat
diterapkan di komunitas pedesaan lokal.
3.4.5
Manajemen Pengungsi

 Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)


Kabupaten Luwu Utara yaitu Hermansyah mengatakan bahwa para
pengungsi sudah diberikan fasilitas seperti pasokan air bersih,
dapur umum, baju layak pakai hingga toilet. Terdapat 6 unit dapur
umum, 116 wc/jamban, dan 61 tenda pengungsian. Berdasarkan
data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB sebanyak
13.438 warga mengungsi dan terdapat 75 titik pengungsian yang
ada di 3 kecamatan yaitu kecamatan Sabbang, Baebunta, dan
Masamba.
3.4.5
Manajemen Pengungsi

 Lokasi-lokasi pengungsian yang digunakan yaitu gedung sekolah,


rumah ibadah, rumah keluarga terdekat, dan Desa Radda.
 Kebutuhan yang mendesak bagi para korban yaitu obat-obatan,
makanan siap saji, selimut atau pakaian layak pakai, tenda atau
terpal, peralatan memasak, beras, lauk pauk, popok balita,
perlengkapan mandi, lampu portable, suplemen, family kit, pompa
air, dan kebutuhan kelompok rentan.
3.4.5
Manajemen Pengungsi

 Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian


Penduduk dan Keluarga Bencana (PPAPPKB) Sulawesi Selatan
melakukan trauma healing yaitu dengan menggunakan metode
play therapy, menggambar, bernyanyi bersama dan menari.
 Tujuan dilakukannya trauma healing ini dengan harapan trauma
yang dirasakan oleh anak-anak tersebut dapat hilang.
3.4.6
Penatalaksanaan Korban Meninggal

Tim gabungan Search and Rescue (SAR) terus


mencari korban yang hilang. Hingga pada hari
Senin 20 Juli 2020 ditemukan terdapat 38 korban
meninggal namun 4 korban belum teridentifikasi
dan 10 orang masih dalam pencarian. Sebanyak
10 alat berat juga dikerahkan dalam pencarian
korban. Korban meninggal yang telah ditemukan
dievakuasi ke RS Andi Djemma dan beberapa di
Puskesmas Baebunta.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pembelajaran Baik (Lesson Learned) yang Bisa
4.1 Diperoleh dari Penanganan Bencana Banjir Di
Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan

Bencana banjir merupakan salah satu bencana yang sangat sering terjadi di Indonesia.
Keadaan lingkungan yang kurang baik, hujan deras, kesadaran masyarakat yang masih kurang,
penebangan hutan secara besar-besaran, dan pemanfaatan lahan yang kurang baik menjadi
penyebab banjir yang terjadi di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Maka dari itu,
masyarakat dituntut untuk mengetahui mengenai langkah-langkah antisipasi bencana banjir,
baik saat sebelum banjir, saat terjadi banjir, dan saat setelah banjir

1. Sebelum Terjadi Banjir


a) Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan bencana banjir, seperti
siaga 1, siaga 2, dan langkah-langkah yang harus diperhatikan.
b) Memperhatikan dan menyimak informasi dari berbagai media mengenai banjir untuk
meningkatkan kesiapsiagaan.
Pembelajaran Baik (Lesson Learned) yang Bisa
4.1 Diperoleh dari Penanganan Bencana Banjir Di
Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan

c) Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai


banjir dan ancaman dari banjir serta cara mencegahnya.
2. Saat Terjadi Banjir
d) Mempersiapkan tas bencana pada setiap anggota
a) Segera evakuasi ke tempat yang lebih
keluarga. Tas bencana yang berisi dokumen-dokumen
tinggi.
penting, pakaian, persediaan makanan dan obat-obatan,
b) Amankan perabot rumah ke tempat
dan lain-lain.
yang aman dari banjir. Barang-barang
e) Mengetahui bagaimana cara mematikan air, listrik, dan
berharga diletakkan pada bagian yang
gas.
lebih tinggi di dalam rumah.
f) Menyimpan dokumen-dokumen penting di tempat yang
aman.
Pembelajaran Baik (Lesson Learned) yang Bisa
4.1 Diperoleh dari Penanganan Bencana Banjir Di
Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan

c) Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang. Cabut alat-alat yang
masih tersambung dengan listrik
d) Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila berdiri di dalam air.
e) Jika ada perintah untuk evakuasi, jangan berjalan di arus air. Berjalan di arus air akan
mengakibatkan kita jatuh.
f) Apabila harus berjalan di air, gunakan tongkat atau sejenisnya untuk membantu kita berjalan.
g) Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir.
h) Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga seandainya kehabisan air bersih.
Pembelajaran Baik (Lesson Learned) yang Bisa
4.1 Diperoleh dari Penanganan Bencana Banjir Di
Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan

3. Setelah Terjadi Banjir


a) Hindari air banjir karena kemungkinan terkontaminasi zat-zat berbahaya dan ancaman
kesetrum
b) Waspada dengan instalasi listrik
c) Hindari air yang bergerak
d) Hindari area yang airnya baru saja surut karena kemungkinan jalanan bisa amblas
e) Kembali keruma sesuai perintah pihak yang berwenang
f) Tetap diluar gedung/rumah yang masih dikelilingi air
g) Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan fondasi
h) Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan menggunakan
sabun dan air bersih
i) Buang makanan yang terkontaminasi air banjir
j) Bersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah dari sisa-sisa banjir
k) Lakukan pemberantasan sarang nyamuk
4.2

Strategi penanganan bencana


selain yang sudah dilakukan
Berdasarkan Modul Penanggulangan Bencana Banjir oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber
4.2 Daya Air dan Konstruksi tahun 2017, penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri dari 3 tahap
meliputi :
Pra bencana
Situasi tidak terjadi bencana, meliputi :
- Perencanaan penanggulangan bencana, yang terdiri atas : pengenalan dan pengkajian ancaman
bencana, pemahaman tentang kerentanan masyarakat, analisis kemungkinan dampak bencana, pilihan
tindakan pengurangan risiko bencana, penentuan mekanisme kesiapan, penanggulangan dampak
bencana dan alokasi tugas, kewenangan serta sumber daya yang tersedia.
- Pengurangan risiko bencana, terdiri atas : pengenalan dan pemantauan risiko bencana, perencanaan
partisipatif penanggulangan bencana, pengembangan budaya sadar bencana, penngkatan komitmen
terhadap pelaku penanggulangan bencana dan penerapan upaya fisik, non fisik serta pengaturan
penanggulangan bencana.
- Pencegahan, yang terdiri atas : identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana, kontrol terhadap penguasaan dan pengolaan sumber daya alam yang secara tiba-tiba
dan berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana, pemantauan penggunaan teknologi yang
secara tiba-tiba dan berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana, penataan
ruang dan pengolaan lingkungan hidup serta penguatan ketahanan sosial masyarakat.
- Pemaduan dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan dengan cara mencatumkan unsur-unsur
rencana penanggulangan bencana ke dalam rencana pembangunan pusat dan daerah, dilakukan secara
berkala dikoordinasikan oleh suatu badan.
- Analisis risiko bencana
4.2 - Pelaksanaan dan penegakkan rncana tata ruang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang
mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan dan penerapan saksi
terhadap pelanggar.
- Pendidikan dan pelatihan
- Persyaratan standar teknis penanggulanan bencana

Saat bencana (tanggap darurat)


- Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya untuk mengidentifikasi cakupan
lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan prasarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta
pemerintahan dan kemampuan sumber daya alam maupun bantuan.
- Penentu status keadaan darurat bencana
- Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya pencarian dan penyelamatan korban,
pertolongan darurat dan evakuasi korban.
- Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan,
pelayanan psikososial dan penampungan serta tempat hunian.
- Perlindungan terhadap kelompok rentan yaitu dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan (bayi,
balita, anak-anak, ibu yang sedang mengandung atau menyusui, penyandang cacat dan orang lanjut usia) berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan dan psikososial.
- Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital, dilakukan dengan memperbaiki atau mengganti kerusakan
akibat bencana.
4.2
Pasca bencana
- Rehabilitasi, melalui perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan
sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial
psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial
ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan
dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
- Rekonstruksi, dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi
pembangunan kembali prasarana dan sarana, pembangunan kembali sarana sosial
masyarakat, pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat, penerapan
rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan
bencana, partisipasi peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha
dan masyarakat, peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, peningkatan fungsi
pelayanan publik dan peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
4.3

Pedoman dan Instrumen


Edukatif yang Bisa Digunakan
Dari Aspek Kesehatan
Segi Pelayanan Kesehatan
Membuka pos Melakukan Melakukan
kesehatan desa maupun penyuluhan kepada penyuluhan kepada
pusat kesehatan masyarakat yang masyarakat yang
keliling (mobile) di terdampak untuk terdampak untuk
beberapa tetap menjaga selalu waspada
titik bencana kesehatan dengan terhadap penularan
aktivitas fisik penyakit

Segi Penyehatan Lingkungan


Memberikan bantuan berupa kaporit dan abate untuk
disinfektan air dalam mencegah perkembangan jentik nyamuk,
serta memberikan penyuluhan cara penggunaannya
Segi Pencegahan & Deteksi Dini yang Terinfeksi
Mencuci makanan dan
bahan makanan dengan air
Menggunakan garam bersih dan menghindari
rehidrasi oral untuk dari kontak dengan air
mencegah dehidrasi banjir

1 2 3 4 5

Tetap mengkonsumsi Menggunakan Mencuci semua


air minum bersih antibiotik untuk pakaian yang telah
mencegah infeksi terkontaminasi air
banjir dengan air
bersih dan sabun
Segi Pencegahan & Deteksi Dini yang Terinfeksi

Selalu waspada saat


nyamuk aktif (saat
Vaksinasi hepatitis A fajar dan senja)

6 7 8 9 10

Desinfeksi benda- Menggunakan obat Selalu cuci tangan


benda yang kontak nyamuk dengan air bersih
dengan air banjir dan sabun
Segi Kerusakan Lingkungan

01 02
Segera memperbaiki Mengelola air bersih
kualitas lingkungan dengan maksimal

03 04
Manajemen sampah dan Mengendalikan vektor
menghindari kontak pembawa penyakit
dengan sampah yang
membusuk
4.3 Berdasarkan Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana oleh BNPB tahun 2017
Tahap Perencanaan
a. Membentuk tim perencana (pengarah, penanggung jawab, bidang perencanaan)
b. Menyusun rencana latihan kesiapsiagaan
Tahap persiapan
c. Briefing untuk mematangkan perencanaan latihan, terdiri dari waktu, batasan simulasi, lokasi dan keamanan
d. Memberikan poster, leaflet atau surat edaran kepada siapa saja yang terlibat
e. Menyiapkan gedung dan beberapa peralatan pendukung
f. Memasang peta lokasi dan jalur evakuasi di tempat umum yang mudah dilihat
1. Tahap pelaksanaan
a. Tanda peringatan (tanda latihan dimulai, tanda evakuasi, tanda latihan berakhir)
b. Reaksi terhadap peringatan
c. Dokumentasi
Tahap evaluasi dan rencana perbaikan
Evaluasi adalah salah satu komponen yang paling penting dalam latihan. Tanpa evaluasi, tujuan dari latihan tidak dapat
diketahui apakah tercapai atau tidak.
4.3
Latihan evakuasi bencana banjir
Tindakan sebelum bencana
- Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi bencana banjir
- Membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir
- Memilih dan menentukan beberapa lokasi yang dijadikan tempat penampungan ketika banjir melanda
- Mempersiapkan tas siaga bencana berisi keperluan yang dibutuhkan 
Saat latihan evakuasi
- Petugas membunyikan tanda peringatan dini untuk evakuasi, seluruh peserta menuju tempat berhimpun sementara
- Ketika melihat air datang, jauhi secepat mungkin daerah banjir, segera selamatkan diri menuju tempat yang lebih tinggi
- Hindari berjalan di dekat saluran air sebab berisiko terseret arus banjir
- Matikan listrik di dalam rumah atau menghubungi PLN untuk mematikan listrik di wilayah terdampak
- Perhatikan jalur evakuasi yang tersedia
- Setelah semua warga berada di tempat pengungsian petugas membunyikan peluit tanda Latihan berakhir
- Tim pengendali latihan menyatakan latihan selesai dilaksanakan dan memberitakuan hasil evaluasi berupa rekomendasi
untuk penyelenggara maupun substansi latihan
4.3
Tindakan setelah bencana
- Berikan bantuan tempat perlindungan darurat kepada mereka yang membutuhkan
- Selamatkan diri sendiri, kemudian selamatkan orang lain sesuai kapasitas yang dimiliki
- Segera bersihkan rumah menggunakan antiseptic untuk membunuh kuman penyakit
- Cari dan siapkan air bersih untu terhindar dari diare
- Hindari kabel atau instalasi listrik
- Hindari pohon, tiang atau bangunan yang berpotensi roboh
- Periksa ketersediaan makanan dan minuman. Jangan minum air sumur terbuka karena
telah terkontaminasi
Waspada Banjir

Pedoman dan Instrumen Edukatif yang Bisa


Digunakan Dari Aspek Kesehatan

POSTER
THANKS !!!

Anda mungkin juga menyukai