ANALISISKUALITASAIRSUMURDANGKALDIKECAMATAN
MANGGALAKOTAMAKASSAR
FATHUNFAKHRULSHAFAATULLAH
D11108302
JURUSANSIPILFAKULTASTEKNIK
UNIVERSITASHASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ANALISISKUALITASAIRSUMURDANGKALDIKECAMATAN
MANGGALAKOTAMAKASSAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Air merupakan inti dari kehidupan.
Denganadanyaair,semuamakhlukhidupyang
adadibumiinidapattumbuhdanberkembang
dengan baik. Air meliputi sekitar 75%
permukaan bumi ini. Air sangat penting bagi
tubuh manusia karena meliputi 5070% dari
seluruhberattubuh(Fakhrurroja,H.2010:5)
Dewasa ini, air menjadi masalah yang
perlu mendapat perhatian yang serius, karena
air sudah banyak tercemar oleh bermacammacam limbah dari berbagai hasil kegiatan
manusia. Sehingga secara kualitas sumber daya
air telah mengalami penurunan. Demikian pula
secara kuatitas sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat (Warlina. L,
2004. Di Indonesia, sumur dangkal merupakan
sarana air bersih yang banyak digunakan
Guru Besar, Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, Indonesia
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, Indonesia
air
sungai,Jurusan
air hujan,
air sumber
(mata
air) dan
3
Mahasiswa
Teknik Sipil,
Universitas
Hasanuddin,
Makassar menjadi
90245, Indonesiamenurun.
2
Disamping
dapat
mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau
yang kurang enak serta menyebabkan warna
kuning pada dinding bak, peralatan rumah
tangga dari bahan plastik serta bercak-bercak
kuning pada pakaian.
Jarak sumur ke sumber pencemar,
konstruksi sumur dangkal serta struktur tanah
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya pencemaran air sumur. Makin dekat
jarak horizontal dan vertikal antara sumur
dengan sumber pencemar makin besar
kemungkinan air tanah dalam sumur
mengalami pencemaran (Le Grand dan Todd
1983 dikutip dalam Novran. M. D, 2009).
Sedangkan
struktur
tanah
yang
kasar/pori-pori besar mempunyai daya hambat
sangat kecil terhadap bahan-bahan pencemar
sehingga memungkinkan kontaminan dapat
mengalir dengan cepat dan masuk ke dalam
sumur, demikian sebaliknya struktur tanah
yang
halus/pori-pori
kecil
mempunyai
kemampuan yang besar untuk menahan bahan
pencemar masuk ke dalam sumur. Letak sumur
dangkal dengan sumber pencemar lain juga
cenderung lebih rawan terkontaminasi dengan
bahan pencemar.
METODOLOGI
Langkah awal studi ini adalah
mengidentifikasi permasalahanpermasalahan
sehinggasasarandantujuanyangingindicapai
dapat ditentukan. Langkah awal ini sangat
perlu dalam hubungannya dengan peralatan
peralatandanbahanyangakandigunakanserta
metodesurveimanayangpalingcocokdipakai
saat pengumpulan data. Dengan demikian
biayapenelitiandapatdiestimasidenganbaik.
Setelah sasaran dan tujuan penelitian sudah
matang, dilanjutkan dengan pemilihan lokasi
studi yang kirakira dapat menunjang
pencapaiantujuanstudisambilmempersiapkan
kegiatankegiatan survei untuk pengumpulan
data. Setelah penentuan lokasi studi telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan kegiatan
pengumpulan data primer dan datadata
sekunder yang menunjang pencapaian tujuan
studiyangdilakukan.Setelahsemuadatadata
terkumpuldilanjutkandenganproseskompilasi
dan reduksi data. Proses kompilasi data
meliputitabulasidatasementaraprosesreduksi
dataadalahmereduksidatadatayangabnormal
sehingga datadata seperti ini tidak akan
dipakaipadaprosesanalisisdanpembahasan.
Setelah proses tabulasi dan reduksi data
langkahselanjutnyaadalahmenganalisisdata
data tersebut sehingga dapat memberikan
informasiuntukmenunjangpencapaiantujuan
studi. Proses pembahasan dilakukan setelah
prosesanalisisdata.Darihasilanalisisdatadan
pembahasannya akan dapat ditarik suatu
kesimpulanstudi.
PENGAMBILAN DATA
Teknik Pengambilan Sampel (teknik sampling)
Jumlah pengguna sumur yang masih
digunakan disekitar wilayah Manggala
(populasi) berdasarkan hasil survey dengan
Titik 3
Titik 4
Titik 5
Titik 6
Sumber:
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003
Metode Indeks Pencemaran
Pada metode IP (indeks pencemaran)
digunakan berbagai parameter kualitas air,
maka pada penggunaannya dibutuhkan nilai
rerata dari keseluruhan nailai Ci/Lij sebagai
tolak ukur pencemaran, tetapi nilai ini tidak
akan bermakna jika salah satu nilai Ci/Lij
bernilai >1. Jadi indeks ini harus mencakup
nilai Ci/Lij yang maksimum. Sumur akan
semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j)
jika nilai (Ci/Lij R ) atau (Ci/Lij M) adalah
lebih besar dari 1,0. Jika nilai (Ci/Lij)M dan
atau nilai (Ci/Lij)R makin besar, maka tingkat
pencemaran suatu badan air akan semakin
besar pula.
Harga Indeks pencemaran ini dapat
ditentukan dengan cara :
1. Pilih parameter-parameter yang jika harga
parameter rendah maka kualitas air akan
membaik.
2. Pilih konsentrasi parameter baku mutu yang
tidak memiliki rentang.
3. Hitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter
pada setiap lokasi pengambilan cuplikan.
4. a. Jika nilai konsentrasi parameter yang
menurun menyatakan tingkat pencemaran
meningkat, misal DO. Tentukan nilai teoritik
atau nilai maksimum Cim (misal untuk DO,
maka Cim merupakan nilai DO jenuh).
Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran
digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil
perhitungan, yaitu :
- untuk Ci Lij rata-rata
(2)
C C j(hasil pengukuran)
Ci
=
Lij baru
C Lij
b. Jika nilai baku Lij memiliki rentang
- untuk Ci Lij rata-rata
( )
(3)
Ci
Lij
( )
-
baru
Ci
Lij
( )
baru
[ C i( Lij )ratarata ]
{( Lij )maksimum( Lij )rata rata }
0 Pij 1,0
(kondisi baik)
1,0 Pij 5,0
5,0 Pij 10
Pij 10
Gam
bar 1 Diagram Skor Mutu Air dengan Metode
Storet
1. Diharapkan
adanya
studi
yang
dilakukan dengan menggunakan metode
lain, sehingga didapatkan hasil yang
saling melengkapi antara satu dengan
lainnya.
2. Diharapkan
adanya
perhatian
pemerintah untuk mencari solusi untuk
mengadakan sumber air yang lain agar
masyarakat tidak bergantung kepada air
tanah dangkal (air sumur) misalnya
dengan memperluas pengadaan aliran
air dari PDAM atau bak-bak
penampungan air baku di setiap daerah
yang belum terjangkau instalasi PDAM.
3. Pemerintah Kota Makassar perlu
melakukan sosialisasi untuk mengatasi
pencemaran air, khususnya air sumur
dangkal, dengan item konstruksi sumur
(dinding
beton,
lantai
sumur),
menjauhkan sumber pencemar lain
terhadap sumur dan juga melakukan
sanitasi.
4. Pemerintah Kota Makassar perlu
melakukan sosialisasi dalam membuat
penyaringan air yang sederhana dan
murah.
5. Pemerintah Kota Makassar perlu
melakukan
sosialisasi
pentingnya
membuat sumur resapan di tiap rumah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Badan Lingkungan Hidup Daerah Sulawesi
Selatan. 2010. Peraturan Gubernur
Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun
2010 tentang Baku Mutu Air dan
Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup.
Makassar: Pengurus Provinsi Sulawesi
Selatan.
Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup. 2003.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Jakarta:
Kementerian
Negara
Lingkungan Hidup RI.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta:
Kanisius.
Fakhrurroja, H. 2010. Membuat Sumur Air di
Berbagai Lahan. Jakarta: Griya Kreasi.
Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan
Pengambilan Sampel Lingkungan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hanafiah, A.K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Jurusan
Psikologi
Universitas
Negeri
Makassar. 2004. Panduan Penulisan
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Makassar.
Kurniawan, B. 2006. Analisis Kualitas Air
Sumur Sekitar Wilayah Tempat
Pembuangan Akhir Sampah (Studi
Kasus di TPA Galuga Cibungbulang
Bogor). Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Lestari, Ika Ayu., & Setiyono, A. 2012.
Perbedaan Kandungan Mangan (Mn)
dalam Air Sumur Gali Berdasarkan
Syarat Fisik Sumur Gali di Dusun
Karangsari
Desa
Karangnunggal
Kecamatan Karangnunggal Kabupaten
Tasikmalaya. Tasikmalaya. Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.
11