Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bentonit

Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia
perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari
penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-lain.
Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alumunium silikat
hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang
memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan

melalui pengolahan

tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool
dari lemak.(Tekmira)
Bentonit berasal dari sebuah kota yaitu Ford Benton Wyoming di Amerika Serikat
yang diabadikan sebagai nama lempung (clay mineral), karena lempung yang pertama kali
pada daerah tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan lempung yang ditemukan pada
daerah dengan lempung yang ditemukan sebelumnya. Keunikan sifat bentonit kemampuan
untuk mengembang dan membentuk koloid jika dimasukkan ke dalam air.
Bentonit merupakan mineral alumina silikat hidrat yang termasuk dalam pilosilikat,
atau silikat berlapis yang terdiri dari jaringan tetrahedral (SiO 4 )2- yang terjalin dalam bidang
tak hingga membentuk jaringan anion (SiO 3 )2- dengan perbandingan Si/O sebesar 2/5.
Rumus kimia umum bentonit adalah Al 2 O 3 .4SiO 2 .H 2 O. 85 % kandungan bentonit adalah
montmorilonit. (Megawati Aviantari, 2008)

Komposisi Bentonit berdasarkan hasil analisa terhadap sampel bentonit yang diambil
langsung di lapangan, diperoleh komposisi bentonit adalah sebagai berikut :

Tabel. 2.1. Komposisis Bentonit


KOMPOSISI

Kalsium Oksida (CaO)

Magnesium Oksida (MgO)

Alumunium Oksida (Al 2 O 3 )

22,9

Ferri Oksida (Fe 2 O 3 )

5,1

Silika (SiO 2 )

55,5
( Zuriah Sitorus)

Menurut Hasil analisis kimia contoh lempung serap/bentonit yang diambil dari
Dengok, Kelurahan Tanjungharjo, kecamatan Naggulan Yogyakarta. (Ir. AY Humbarsono,Ejurnal )

Tabel.2.2. Komposisi Bentonit/serat lempung Dengok, Yogyakarta


Senyawa
SiO 2
Al 2 O 3
Fe 2 O 3
CaO
MgO
Na 2 O
K2O
MnO
Ti 2
H2O

% Berat
66,03
16,69
2,17
1,93
0,51
2,19
2,09
0,06
0,15
0,68
(AY HUMBARSONO)

2.1.1. Jenis-Jenis Bentonit


Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu
1. Tipe Wyoming (Na-bentonit Swelling bentonite)
Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke
dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna
putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap.
Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat
diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).
2. Mg, (Ca-bentonit non swelling bentonite)
Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap
terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat
menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal
memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan
magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning,
merah dan coklat. Penggunaan bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng perlu
aktivasi terlebih dahulu. (Tekmira)
Sedangkan menurut (Megawati ,2008) bentonit dibagi dua yaitu:
a. Natrium Bentonit
Bentonit jenis ini disebut juga bentonit type Wyoming atau drilling bentonit
mengandung ion Na+ relative lebih banyak jika dibandingkan dengan ion Ca 2 + dan in Mg 2 +.
Natrium bentonit mempunyai sifat mengembang apabila dicelupkan ke dalam air hingga
delapan kali lipat dari volume semula, sehingga keadaan suspensi akan lebih kental. pH
suspensi bernilai 8,5-9,8 (bersifat basa). Mineral ini sering dipergunakan untuk Lumpur
pemboran, penyumbat kebocoran bendungan, bahan pencampur pembuatan cat, bahan baku
farmasi, dan perekat pasir cetak pada industri pengecoran logam. Berdasarkan kandungan
bentonit yang digunakan peneliti, termasuk bentonit jenis Natrium.
b. Kalsium bentonit
Bentonit jenis ini disebut Mg, Ca-bentonit. Jenis ini mengandung kalsium (K 2 O) dan
magnesium (MgO) lebih banyak dibandingkan natriumnya dan mempunyai sifat sedikit

menyerap air sehingga apabila didipersikan

dalam air akan cepat mengendap (tidak

membentuk suspensi). pH kalsium bentonit 4,0-7,0 (bersifat asam). Mineral ini dipergunakan
untuk bahan pemucat warna untuk minyak.

2.2. Keramik

Keramik adalah semua benda-benda yang terbuat dari tanah liat/lempung yang mengalami
suatu proses pengerasan dengan pembakaran suhu tinggi. Pengertian keramik yang lebih luas
dan umum adalah Bahan yang dibakar tinggi termasuk didalamnya semen, gips, metal dan
lainnya.(Kamus ilmiah)

2.2.1. Pembagian Keramik

Pada prinsipnya keramik dapat dibagi dua bagian yaitu keramik tradisional dan keramik
modern Keramik tradisonal adalah keramik yang terbuat dari bahan alam seperti kaolin,
feldspar, clay dan kwarsa. Yang termasuk keramik ini adalah barang pecah (dinner ware),
keperluan rumah tangga (tile brick) dan untuk industry (refractory). Keramik modern (fine
keramik) adalah keramik yang dibuat dengan oksida oksida logam atau logam, seperti
oksida. Pengguanannya sebagai elemen pemanas semikonduktor, komponen turbin.
(Joeliningsih, 2004)

2.2.3. Sifat-Sifat Keramik

Sifat sifat keramik dapat dilihat dibawah ini


1. Kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah.
2. Tahan terhadap korosi.
3. Dapat bersidat magnetic dan non magnetic.
4. Keras, dan kuat.
5. Rapuh.

6. Sifat listriknya dapat menjadi isolator, semikonduktor, konduktor bahkan


superkonduktor.

2.3. Karakteristik Bahan

2.3.1. Sifat Fisis

2.3.1.1. Penyusutan

Penyusutan terjadi akibat menurunnya porositas dimana keporian terisi oleh bahan-bahan
yang mudah melebur. Penyusutan suatu produk sangat erat kaitannya dengan proses
pembuatan bahan tersebut.
Temperatur pembakaran sangat berpengaruh terhadap penyusutan. Semakin tingi temperatur
pemabakaran yang diberikan terhadap bahan maka keporian akan semakin tertutupi oleh
bahan yang mudah melebur sehingga terjadi penyusutan yang semakin besar. Besar
Penyusutan keramik normal adalah 30 %. (Kenneth, 1996)

Penyusutan bakar adalah persentase penyusutan diameter sebelum dan sesudah dibakar, dan
secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

% susutbakar =

do di
x100% ...(2.1)
do

Dimana :
d 0 = diameter sebelum dibakar
d i = diameter sesudah dibakar

2.3.1.2. Porositas

Porositas dalam suatu keramik dinyatakan dalam % rongga atau fraksi volume dari suatu
rongga yang ada dalam bahan tersebut. Porositas sangat dipengaruhi oleh bentuk dan
distribusinya. Porositas dintakan dalam % yang menghubungkan antar volume pori terbuka
terhadap volume benda keseluruhan, secara persamaan dapat dilihat :

Porositas (%) =

mk mk
1
x
x100% .................................................(2.2)
Vk
air

Dimana :
m k = massa kering sampel setelah dibakar (gram)
m b = massa basah sampel setelah direndam selama 1 x 24 jam (gram)
V k = volume sampel setelah dibakar

air = massa jenis air (gram/cm3)


2.3.1.3. Densitas

Densitas merupakan pengukuran massa setiap satuan volum benda. Semakin tinggi densitas
(massa jenis) suatu benda, maka semakin bessar pula massa setiap volumnya. Densitas ratarata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumnya. Sebuah benda yang
memiliki densitas lebih tinggi akan memiliku volume yang lebih rendah dari pada benda
bermassa sama yang memiliki densitas lebih rendah. Densitas keramik konvensional adalah
sebesar 3.980 kg/m3. (Menurut Kenneth, 1996)
Secara matematis densitas dirumuskan sebagai berkut:
=

.(2.3)

Dimana:
= densitas ( gram / cm 3 );
m = massa (gram);
v = volume (cm3)

2.3.2. Sifat Mekanik

Berbagai jenis keramik termasuk semen, bata untuk bangunan, bata tahan api dan
gelas dipergunakan sejak lama sebagai bahan konstruksi bangunan. Bidang penggunaan baru
bagi keramik sebagai bahan konstruksi telah dikembangkan, sebagaimana telah terlihat dalam
studi yang luas mengenai karbida silicon dan nitride silicon sebagai bahan untuk turbin adan
motor yang sangat efisiean. Pada umumnya keramik memiliki sifat-sifat yang baik yaitu :
keras, kuat dan stabil pada temperatur tinggi, tetapi keramik bersifat getas dan mudah padah
seperti halnya porselen, keramik cina ataupun gelas. Dalam bab ini dikemukakan penejelasan
dasar yang diperlukan agar sifat-sifat mekanik dari keramik diketahui lebih baik. (Tata
Surdia,2005). Adapun sifat mekanik bahan keramik dapat ditinjau dari kuat tekan dan
kekerasan dapat dijelaskan sebagai berikut :

2.3.2.1. Kuat Tekan

Besarnya kekuatan tekan suatu bahan merupakan perbandingan besarnya beban maksimum
yang dapat ditahan bahan dengan luas penampang bahan yang dapat mengalami gaya
tersebut. Secara matematis besarnya kuat tekan suatu bahan dapat dirumuskan sebagai berikut
:

fc =

P
.. (2.4)
A

Dengan
f c = kuat tekana(Pascal)
P = Beban Maksimum (N)
A = Luas Permukaan (m2)

2.3.2.2. Kekerasan

Kekerasan adalah kriteria untuk menyatakan intensitas terhadap suatu bahan terhadap
deformasi yang disebabkan objek lain. Kekerasan adalah salah satu ciri khas bahan keramik
dengan kekerasannya yang sangat tinggi. (Tata Surdia,2005). Besarnya kekerasan keramik
normal/konvensional adalah sebesar 2600 MPa. (Menurut Kenneth, 1996).

Kekerasan dapat juga didefinisikan sebagai ketahanan bahan terhadap penetrasi pada
permukaan, namun pada umumnya terhadap deformasi platis karena pada bahan yang ulet
kekerasan memiliki hubungan yang sejajar dengan kekuatan. Cara pengukuran kekerasn
dapat ditentukan dengan deformasi yang berbeda, yaitu dengan kekerasan Brinnel,
Rocwkwell, Vickers. Pengujian kekerasan dapat dilakukan dengan Harness Vickers. Alat uji
kekerasan menggunakan indektor yang bentuknya berupa bola kecil, piramida, atau titik
indentor berfungsi sebagai pembuat jejak pada logam (sample) dengan pembebanan tertentu,
nilai kekerasan diperoleh setelah diameter jejak diukur.
Kekerasan suatu bahan dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
= 1,8544
Dengan:

. (2.5)

Hv = kekerasan Vickers (kgf/mm2)


P = beban yang diberikan (kgf)
D = panjang rata-rata garis diagonal bekas penekanan (mm)

Secara rinci sifat mekanik dan sifat fisis keramik konvensional dapat dilihat dalam table
berikut ini ;

Tabel.2.3. Sifat fisis dan mekanik keramik konvensional


Sifat Keramik
Sifat Mekanik
Kekerasan
Kuat Tarik
Sifat Fisis
Densitas
Penyusutan
Titik Leleh

Besar Parameter
2600 MPa
0.6 GPa
3,980 g/cm3
30 %
5000 0C

Beberapa kekerasan dari jenis jenis keramik dapat dilihat pada table berikut :

Table.2.4. Beberapa kekerasan dari jenis jenis keramik

Jenis Keramik

Kekerasan (MPa)

Magnesium Oksida

700

Silikon Oksida

820

Aluminium Oksida

2100

Diamond

8000
(Sumber, Kenneth, 1996)

Sifat sifat fisik keramik standard ISO


Table.2.5. Sifat sifat fisik keramik standard ISO

Kandungan (% berat)

Keramik
AluminaTinggi
Al 2 O 3 > 99,8

Standar ISO 6474


Alumina
Al 2 O 3 > 99,5

Rapatan (gram/cm3)

>3,98

> 3,90

Ukuran butiran (micron)

3-6

<7

Kekasaran permukaan (micron)


Kekerasan (Vickers)
Kuat tekan (MPa)
Kuat tekuk (MPa) setelah diuji
dengan larutan Ringer
Modulus Young (GPa)

0,02
2300
4500
550

>2000
400

380

( Anton J, Hartono )

2.4 Struktur Kristal

2.4.1 Fasa Kristalin

Dalam konteks ilmu dan rekayasa material ,fasa adalah bagian dari suatu material yang
berbeda dengan bagian bagian lainnya dalam hal struktur atau komposisi . Perhatikan es
air . Meskipun keduanya memiliki komposisi yang sama,air adalah cairan yang fluid
sedangkan es adalah padatan yang kristalin. Batas fasa antara keduanya menunjukkan adanya
diskontiniutas pada strukturnya ; ke duanya merupakan fasa yang berbeda. Demikian pula
halnya,baik garam biasa maupun garam laut ,keduanya mengandung NaCl tetapi keduanya
merupakan fasa yang berbeda diskontiniutas pada batas yang mereka miliki menandakan
adanya perubahan baik dalam hal komposisi maupun struktur. Sekarang perhatikan suatu
kombinasi 50-50 antara air dan alkohol ; keduanya dapat saling melarutkan (soluble) atau
saling tercampur (miscible),sehingga hanya ada satu fasa. Akan tetapi ,suatu campuran 50-50

antara air dan minyak tidak saling tercampur (immiscible) ; pasangan yang disebut
belakangan ini terdiri dari dua fasa yang berbeda dengan diskontiniutas komposional pada
batas fasanya.

2.4.2 Kristal

Pada hakekatnya semua logam ,sebagian besar material keramik ,dan beberapa polimer
tertentu berkristalisasi ketika mereka memadat. Bagi orang awam ,kata Kristal mengandung
makna suatu material yang memiliki permukaan,transparan,bahkan bernilai tinggi. Namum
demikian ,fasa kristalin memiliki satu karakteristik yang lebih mendasar lagi,yang harus kita
telaah jika kita ingin memahami struktur internal dari logam dan material material lainnya.
Kristal mempunyai perioditas sehinnga menghasilkan tatanan rentang-panjang(longrange order). Maksud nya adalah susunan atomik lokalnya berulangdengan interval yang
teratur jutaan kali dalam ketiga dimensi ruang.
Tatanan

yang di jumpai pada Kristal dapat digambarkan sebagian dengan

menggunakan koordinasi-koordinasi atomic yang sketsa nya di perlihat kan pada gambar
2.4.1,dimana setiap ion Na+

hanya memiliki ion ion Cl- sebagai tetangga terdekat, dan

setiap ion Cl- hanya memiliki ion-ion Na+ sebagai tetangga terdekat , jarak antara tetangga
terdekat pada Naclsudah tetap,dengan kata lain (r Na + + R Cl - ) selalu sama dengan 0,097 nm
ditambah 0,181 nm,atau 0,278 nm, tetangga tetangga dari setiap ion individual selalu
ditemukan pada arah yang identik begitu juga tetangga untuk ion ion lainnya yang serupa.
Meskipun semua hubungan lokal ini penting,yang lebih penting lagi adalah bahwa
salah satu perpanjangan dari koordinasikoordinasi atomik (atau ionik) dalam tiga dimensi ini
menghasilkan periodisitas rentang panjang yang khas. Perpanjangan itu menggambarkan
ekstrapolasi yang tak terbatas. Atom ( atau ion ) dari suatu volumeberukuran kecil yang
disebut sel satuan/unit cell berulang pada interval yang spesifik. Semua sel satuan di dalam
suatu kristal identik . jika kita mendiskripsikan salah satunya,berarti kita telah
mendiskripsikan semuanya. Ini akan mempermudah proses analisis dan deskripsi struktur
internal kita nantinya.

Gambar 2.4.1 Struktur Kristal Nacl.


2.4.3 Sistem Kristal
Periodisitas tiga dimensi yang merupakan karakteristik kristal , dapat dipahami dengan
menggunakan beberapa geometri yang berbeda . Sel satuan pada gambar 2.4.1 adalah sel
kubik : ke tiga dimensinya sama dan saling tegak lurus sesamanya. Kristal ini di golongkan
kedalam sistem kubik.
Sebelum membahas sistim-sistim Kristal yang lain ,kita harus memilih kerangka
referensi. Sesuai konvensi ,kita menempatkan sumbu x,y,dan z beserta titik asalnya pada
sudut belakang kiri bawah. Sudut sudut aksialnya di beri tanda huruf yunani , alpha ( ),
beta ( ) , gamma ( ). Juga sesuai konvensi ,dimensi dimensi sel satuan nya masing
masing dinamai sebagai a,b,dan c untuk ketiga arah sumbu.

Gambar 2.4.2 Sumbu Kristal

Variasi variasi sudut aksial dan variasi ukuran relatif dari dimensi a ,b, danc akan
menghasilkan tujuh ( dan hanya tujuh ) sistim kristal. Sistim ini di muat dalam Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Sistim Kristal


SISTIM

SUMBU

SUDUT SUMBU

Kubik

a=b=c

= = = 90

Tetragonal

a=b c

= = = 90

Ortorhombik

a b c

= = = 90

Monoklinik

a b c

= =90

Triklinik

a bc

90

Heksagonal

a=b c

= = 90; = 120

Rombohedral

a=b=c

= = 90

2.4.4. Kisi

Sesuai dengan ringkasan tabel 2.6 , kita dapat membagi ruang menjadi tujuh sistim pengisian
ruang. Sesuai dengan ke tujuh sisti ini terdapat 14 pola titik ,disebut kisi kisi Bravais (
Bravais lattices). Tiga diantara nya adalah sistim kubik sederhana (sc : simple cubik), kubik
pemusat ruang (bcc), dan kubik pemusat sisi (fcc)
Secara abstrak ,kisi mendefenisikan suatu pengulangan titik yang periodik ,yang mana
setiap titik kisi memiliki lingkungan sekitar yang identik dengan lingkungan sekitar dari titik
titik kisi yang lain. Jarak ke titik tetangga ,dan arah atom tetangga selalu berulang. Pada kisi
kisi kubik sederhana ,pengulangan terjadi hanya pada ke tiga arah orthogonal dari sumbu
sumbu kubik tersebut. Pada sisi kubik pemusat ruang, pengulangan juga terjadi di pusat
setiap sel satuan. Pada kisi kubik pemusat sisi ,pengulangan terjadi pada pusat dari setiap
bidang permukaan kubus dan pada sudut sudut kubus (tidak ada pengulangan pada pusat
kubus).

Kita dapat dapat menggantung atom atom ,molekul molekul ,atau kombinasi atom
lain di titik kisi,namun demikian ketika melakukan keadaan tersebut keadaannya akan
semakin kompleks. Akan tetapi ,sel satuannya tetap menyediakan modul struktural untuk fasa
yang bersangkutan.

Gambar 2.4.3 Kisi Ruang. (Ke -14 kisi Bravais)

2.4.5 Struktuk Kubik


2.4.5.1 Logam Kubik Pemusat Ruang (bcc)
Besi berkristalisasi dalam sistim kubik. Pada suhu ruang ,terdapat sebuah atom besi di setiap
sudut dari sel satuan sel tersebut , dan sebuah atom lain di pusat ruang sel satuan. Besi
merupakan jenis logam berstruktur kubik pemusat ruang (bcc) yang paling sering
ditemui,namun bukan satu satu nya. Kromium dan tungsten (wolfram),termasuk logam logam
lain yang juga memiliki struktur logam bcc.
Setiap atom besi di dalam strukrur logam bccini dikelilingi oleh delapan atom besi
terdekat, apakah atom tersebut terletak di sudut ataupun di pusat sel-satuan. Oleh karena itu,
setiap atom memiliki lingkungan sekitar yang sama. Ada dua atom logam dalam setiap sel

stuan bcc. Satu atom terletak di pusat dan delapan oktan(seperdelapan bagian dalam sebuah
lingkaran), terletak pada kedelapan sudut.

Gambar 2.4.4 Struktur Kubik Pemusat Ruang (bcc)


Material dengan struktur logam bcc memiliki kontak atom di sepanjang diagonal
ruang(d.r) dari sel satuan. Jadi kita dapat menulis :
(d.r) logam bcc = 4R = a

3 .(2.6)

logam bcc

Atau
a

logam bcc

4R/ 3 ..(2.7)

dimana a adalah konstanta kisi .


Kita dapat mengembangkan konsep mengenai faktor penumpukan(PF, packing
factor)atomic dari suatu logam bcc dengan mengasumsikan atom-atomnya berbuntuk bola
(model bola-keras) dan kemudian menghitung fraksi volume dari sel satuan yang ditempati
oleh atom-atom tersebut:
Faktor penumpukan =

volumeatom
.(2.8)
volumeselsatuan

Ada dua atom per sel satuan di dalam suatu logam bcc, dan kita menganggap atom berbentuk
bola, sehingga:

[4R / 3] = 2 [4R / 3]
2
3

FP =

a3

[4R

/ 3

= 0,68(2.9)

2.4.5.2 Logam Kubik Pemusat Sisi (fcc)


Susunan atomik dalam tembaga tidak sama dengan susunan atomic dalam besi, meski
keduanya berstruktur kubik. Selain sebuah di setiap sudut sel satuan tembaga, ada satu atom
lagi di pusat setiap sisi kubus, tetapi tidak ada satu atom pun di pusat kubus.

Struktur kubik pemusatan-sisi (fcc) ini,seperti halnya bcc, meerupakan struktur umum
dari berbagai logam. Aluminium, tembaga, timbale, perak, dan nikel memiliki struktur ini
(begitu pula besi pada suhu tinggi).
Struktur logam fcc memiliki empat atom per sel satuan. Kedelapan oktan sudutnya
jika dijumlah menghasilkan satu atom, dan masing-masing dari keenam pemusatan-sisi
menambahkan setengah atom sehingga jumlah atom totalnya adalah empat atom per sel
satuan . karena atom-atom tersebut salaing bersinggungan di sepanjang diagonal sisi (d.s),
kita dapaat menuliskan:
(d.s) logam fcc = 4R = a logam fcc 2 ...(2.10)
Atau ,untuk konstanta kisi,
A logam fcc = 4R/ 2 .(2.11)

Gambar 2.4.5 Struktur kubik Pemusat sisi.


Factor penumpukan untuk suatu logam fcc adalah 0,74,yang lebih besar daripada
factor penumpukan untuk logam bcc yang besarnya 0,68. Perbedaan ini memang dapat
dipahami ,karena setiap atom dalam suatu logam bcc hanya memiliki delapan tetangga saja.
Setiap atom didalam suatu logam fcc memiliki 12 tetangga. Atom pemusat sisi bagian depan
memiliki empat tetangga terdekat,empat tetangga saling bersinggungan pada bagian
belakang,dan empat bagian lainnya berada di depan.
2.5 Struktur Mikro Keramik
Keramik memiliki struktur anorganik dan struktur amorf seperti gelas tapi
kebanyakan keramik memiliki struktur Kristal. Struktur mikro keramik poli kristalin selalu

kompleks

dan

di

bedakan

oleh

adanya

batas

butir

grain

boundaries).renik

(pores),ketidaksempurnaan,dan kondisi multi fasa yang membuatnya lebih bervariasi.


Pada daerah batas butir ,energi bertambah sehingga ketidakmurnian cenderung
berkumpul disana. Ketidak murniaan adalah merupakan fase ke dua dan ketiga antara partikel
konstituen kedalam batas butir. Dengan adanya penambahan ketidakmurniaan dan zat adiktif
lainnya,struktur mikro dapat berubah, jika diamati pada batas butrannya maupun pada
porositasnya.
Umumnya keramik dihasilkan dari pembentukan bahan baku dalam bentuk powder
dan

melakukan

sintering.

Keramik

yang

diperoleh

dengan

cara

ini

bersifat

polikristalin,gabungan butiran polikristalin yang halus serta terjadinya batas butir. Kesemua
ini

tidak

terlepas

dari

pengaruh

yang

besar

terhadap

sifat-sifat

fisis

dan

kimianya.(Krista.S.2010).

2.6. Karakterisasi Struktur Kristal Keramik


2.6.1. Diffraksi Sinar-X (X-ray Diffraction)

Fenomena interaksi dan difraksi sudah di kenal pada ilmu optik . standard pengujian di
laboratorium fisika adalah menentukan jarak antara dua gelombang dengan mengetahui
panjang gelombang sinar datang dengan mengukur sudut berkas sinar yang terdifraksi.
Pengujian ini merupakan aplikasi langsung dari pemakaian sinar x untuk menentukan jarak
antara kristal dan jarak antara atom dalam kristal. Gambar 2.4. berikut ,menunjukkan suatu
berkas sinar x dengan panjang gelombang , jatuh pada sudut pada sekumpulan bidang
kristal berjarak d . Sinar datang pada sudut hanya dapat terlihat jika berkas dari setiap
bidang yang saling berdekatan saling menguatkan.

Oleh sebab itu jarak tambahan satu berkas di hamburkan dari setiap bidang yang
berdekatan ,dan menenpuh jarak sesuai dengan perbedaan kisi yaitu sama dengan panjang
gelombang n . Sebagai contoh ,berkas ke dua yang ditunjukkan pada gambar 2.4.harus

menempuh jarak lebih jauh dari berkas pertama sebanyak

PO + OQ. Syarat pemantulan

dan saling menguatkan dinyatakan oleh :


n = PO + OQ= 2 ON sin =2 d sin
n = 2 d sin

.(2.12)

dengan : n = orde difraksi (bil.bulat)


d = jarak bidang

= sudut difraksi

Gambar 2.4. Difraksi Bidang Kristal

Rumus 2-6 ini terkenal dengan hukam Bragg. Arah berkas sinar yang di pantulkan
sepenuhnya oleh geometri kisi ,dimana sebaliknya geometri kisi diatur oleh orentiasi dan
jarak antar bidang bidang kristal .
Jika untuk suatu Kristal kubus simetri ,diberikan ukuran struktur sel satuan a,sudut
sudut dimana berkas sinar didifraksikan oleh bidang bidang Kristal (hkl) dapat di hitung
dengan mudah melalui rumus jarak antar bidang :
d (hkl) =

a
(h 2 + k 2 + l 2 )

..(2.13)

Untuk memastikan bahwa hokum Bragg dapat terpenuhi dan pemantulan dari
berbagai bidang Kristal dapat terjadi ,maka penting t untuk memberikan batas ambang pada
atau . Berbagai cara dimana hal tersebut mengawali metode standard difraksi sinar X
yang dinamakan dengan metode Laue,metode perputaran Kristal metode serbuk.
Dalam metode Laue sebuah Kristal tunggal diam di tembak dengan berkas cahaya
radiasi putih. Kemudian ,karena benda uji adalah betul-betul Kristal tunggal ,variable penting
untuk memastikan bahwa hukum bragg dapat dipenuhi untuk semua bidang Kristal ,maka
harus di berikan ambang batas panjang gelombang pada berkas sinar tersebut.
Setiap kelompok bidang Kristal memilih yang tepat dari spectrum putih untuk
menghasilkan suatu pantulan Bragg. Radiasi dari sebuah elektroda yang mempunyai nomor
atom tinggi (wolfram) sering digunakan,tetapi semua bentuk radiasi putih dapat digunakan (
C.Kittle,2001).

Anda mungkin juga menyukai